TAK BERUBAH: Soeparjono |
Di bulu tangkis nasional, nama Soeparjono tak terlalu familiar. Tapi, itu beda dengan di Jawa Timur.
--
BELUM ada yang banyak berubah dari sosok Soeparjono. Senyum ramah selalu tersungging dari wajahnya jika bertemu orang yang dikenal.
Kerutan pun tak banyak terlihat. Padahal, saat ini, usianya sudah tak muda lagi, 74 tahun.
Soeparjono merupakan salah satu sosok peletak dasar bulu tangkis Jawa Timur. Ini membuat daerah dengan ibu kota Surabaya tersebut disegani menjadi salah satu kiblat olahraga tepok bulu itu di Indonesia.
Dia pernah menjadi ketua umum Pengprov PBSI Jawa Timur. Karena kinerjanya yang bagus, Soeparjono bukan hanya sekali memimpin.
‘’Saya dua periode menjadi ketua PBSI Jatim yakni pada periode 1994-1998 dan 1998-2002,’’ jelas Soeparjono saat ditemui di sebuah rumah makan di kawasan Prapen, Surabaya, Kamis siang (7/5/2015).
Jabatan itu diberikannya saat menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadispenda) Jawa Timur. Menariknya, jabatan itu dilepas saat dia sudah tak menjadi pejabat.
‘’Saya juga ditunjuk oleh Pak Tri (Trimarjono, ketua DPRD Jatim). Jadi, saya tak bisa menolak,’’ terang Soeparjono.
Trimarjono baginya sudah seperti ayah. Sehingga, dia bertekad menjawab amanah itu dengan prestasi.
Itu pun terbukti. Pebulu tangkis Jatim mampu menjadi pilar saat Indonesia kali terakhir meraih Piala Thomas pada 2002. Nama-nama seperti Hendrawan, Roni Agustinus, dan Tri Kusharjanto membuat lagu Indonesia Raya berkumandang di Guangzhou, Tiongkok.
Selain itu, bulu tangkis juga bukan olahraga yang asing baginya. Di masa muda, Soeparjono merupakan atlet olahraga tepok bulu itu.
‘’Hanya, saya memang lebih dikenal sebagai pesilat. Tapi, bulu tangkis tetap olahraga utama,’’ lanjut lelaki kelahiran 4 November 1940 itu.
Di pencak silat, Soeparjono juga menjadi petinggi sebuah perguruan terkenal. Itu masih dipegangnya hingga kini.
‘’Dari pencak silat pula saya belajar olahraga pernafasan. Itu mungkin yang membuat saya selalu sehat sampai sekarang,’’ pungkasnya. (*)