Jonatan Christie saat melawan Chen Long (foto:thestar). |
PP PBSI sudah mengambil sikap tegas jelang Piala Sudirman 2015. Induk organisasi olahraga tepok bulu tersebut hanya memberangkatkan atlet yang bernaung di Pelatnas Cipayung.
Salah satu risikonya, Indonesia hanya mengandalkan pebulu tangkis minim pengalaman di nomor tunggal. Jam terbang Jonatan Christie, Firman Abdul Kholik, dan Ihsan Maulana masih sangat minim di ajang internasional.
Mereka masih kalah jauh dengan dua senior yang memutuskan cabut dari Cipayung yakni Tommy Sugiarto dan Simon Santoso. Imbasnya, nomor tunggal putra selalu dipandang sebelah mata.
Saat melawan Inggris dan Denmark di babak penyisihan Grup IC di Dongguan, Tiongkok, Jonatan dan Firman gagal menyumbangkan angka. Untung, Indonesia akhirnya bisa memenangkan pertandingan dan lolos dengan status juara grup.
Hanya, saat melawan Taiwan di babak perempat final, Jonatan mampu mendonasikan kemenangan. Hanya, dia pun tak berkutik saat berhadapan dengan tunggal putra nomor satu dunia saat ini Chen Long dari Tiongkok.
Kekalahan Jonatan juga membuat Indonesia kalah 1-3 dan terhenti langkahnya di babak semifinal. Ini sekaligus memperpanjang dahaga gelar ajang berebu campuran tersebut menjadi 26 tahun. Ya, sejak menjadi pemenang pada 1989 atau saat Piala Sudirman digelar, Indonesia tak bisa lagi memulangkan trofi sebagai pengharmatan kepada tokoh bulu tangkis dunia Dick Sudirman tersebut.
''Kami sudah berusaha maksimal di Piala Sudirman kali ini,'' terang Chief de Mission Tim Piala Sudirman Indonesia 2015 Ahmad Budiarto.
Hanya, dia mengakui penampilan Indonesia di Negeri Panda, julukan Tiongkok, membuat PBSI memperoleh banyak bekal berharga untuk berlaga dua tahun mendatang di Gold Coast, Australia. Salah satunya Jonatan dan Firman kembali diproyeksikan menjadi pilar.
''Jonatan dan Firman akan menjadi pemain masa depan kita,'' ungkap Budi, sapaan karib Ahmad Budiarto. (*)