Agus saat menangani Dionysius Hayom Rumbaka |
Sepekan kemudian (2/10/2016), Wan-ho melangkah lebih jauh. Di kandang sendiri, dia mampu menembus babak final.
Sayang, ambisi menjadi juara kandas. Lelaki 28 tahun tersebut dihentikan Qiao Bin dari Tiongkok dalam pertarungan rubber game 11-21, 23-21, 7-21.
Capaian ini cukup mengejutkan. Alasannya, selama ini, Wan-ho jarang bisa stabil. Bahkan, dia lebih sering kandas di babak-babak awal.
Ternyata, ada yang menjadi pembeda dibandingkan sebelumnya. Apa itu? Di belakang Wan-ho ada sosok baru.
Dia adalah Agus Dwi Santoso. Pelatih tersebut sudah tak asing bagi insan bulu tangkis Indonesia.
Agus merupakan pelatih yang sudah lama berada di Pelatnas Cipayung. Polesannya di tunggal putra sudah tak diragukan lagi.
Di tangannya, Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso pernah merajai pentas internasional. Tentu kehadiran Agus di Negeri Ginseng,julukan Korea Selatan, diharapkan mengangkat prestasi nomor tunggal putranya.
''Ya benar, Agus memang melatih Korea Selatan. Hanya, sampai kapan, saya tidak tahu,'' kata Fung Permadi, manajer PB Djarum Kudus.
Ya, Agus memang berasal dari klub raksasa tersebut. Bahkan, saat tak lagi dipakai Pelatnas Cipayung, dia kembali ke Kota Kretek, julukan Kudus, tempat para tunggal putra digembleng. (*)