21 tahun bukan waktu yang sebentar. Bila anak manusia, dia bisa jadi sudah mempunyai anak. Kalau di bidang pendidikan, dia sudah lulus strata 1 (S1).
Rentang selama itu pula Indonesia tak pernah lagi merasakan manisnya juara tunggal putra di Hongkong Open. Padahal, semua tahu, di sektor tersebut, merah putih selalu melahirkan pebulu tangkis hebat. Mulai Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, hingga kini Jonatan Christie.
Tercatat Budi Santoso yang naik ke podium terhormat. Itu dilakukannya pada 1998. Budi sendiri sudah pensiun sebagai atlet dan kini menekuni dunia kepelatihan.
Harapan mengakhiri paceklik gelar itu pun terus coba diakhiri. Pada 2019, asa itu ada di pundak Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting.
Langkah keduanya sudah sampai perempat final. Artinya tiga kali kemenangan bisa membuat penantian 21 tahun berakhir. Hanya, itu tak semudah membalikan telapak tangan.
Jojo, sapaan karib Jonatan, pada babak II yang dilaksanakan di Kowloon menang 21-12, 21-19 atas wakil India H.S. Pranoy dan Anthony bekerja keras selama tiga game 21-16, 17-21, 21-11 untuk menundukkan Ng Ka Long (Hongkong).
Di perempat final, Jojo bersua Anders Antonsen (Denmark) dan Anthony menjajal unggulan kedua Chou Tien Chen.
Bukan hal yang mudah bagi Jojo menghadapi Antonsen. Pada pertemuan terakhir di China Open 2019 pekan lalu, dia kalah mudah 16-21, 11-21. Hasil yang membuat skor keduanya menjadi 2-2.
Begitu juga dengan Anthony. Lawan yang dihadapi adalah unggulan kedua Chou Tien Chen (Taiwan). Hanya, dalam pertemuan terakhir di Singapore Open April lalu, dia memenangkan pertandingan. (*)
Agar Gelar Tunggal Putra Tak Semakin Panjang
Tag: