WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Marin Mengejar Quat-trick

KEPERKASAAN Carolina Marin di pentas dunia mulai goyah. Ranking dunianya bukan lagi teratas.

Situs resmi BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) meluncurkannya Kamis (26/4/2018), dia ada di posisi tujuh dunia. Ini menjadi yang terburuk baginya dalam dua tahun terakhir.

Namun, di level Eropa, dominasi Marin masih susah digeser. Gadis 24 tahun tersebut sudah tiga kali menjadi juara tunggal putri di Benua Putih.

Capaian  yang belum dilakukan oleh srikandi Eropa sebelumnya. Bahkan, tak menutup kemungkinan, koleksi gelarnya bertambah.

Jalan tersebut masih terbuka lebar. Langkahnya sudah sampai babak perempat final.

Jika mampu menang atas Natalia Koch asal Denmark,  Marin sudah menembus semifinal.

Melihat rekor pertemuan keduanya, Marin lebih unggul. Dia mengalahkan Natalia di Kejuaraan Beregu Eropa 2018. (*)

Jorgensen Meretas Jalan Kejayaan

POSISI dua dunia pernah ditempati Jan O Jorgensen. Tapi, kini rankingnya turun drastis.

Dalam daftar terbaru BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pekan ini, Jorgensen ada di ranking 60 dunia. Cedera yang lama membekap menjadi penyebab.

Wajar kalau lelaki 31 tahun tersebut harus memakai fasilitas wildcard untuk bisa berlaga dalam Kejuaraan Eropa 2018. Kini, dengan sisa kekuatan yang dimiliki, Jorgensen mampu menembus perempat final.

Tiket itu diperoleh berkat kemenangan 21-19, 21-18 atas unggulan keenam asal Belanda Mark Caljouw di Huelva, Spanyol, pada Kamis waktu setempat (26/4/2018). Kemenangan ini membuat Jorgensen mampu membalas kekalahan yang dialami di Orleans, Prancis, 30 Maret 2018.

Di babak perempat final, Jorgensen menghadapi tantangan lebih berat. Dia berjumpa dengan rekannya sendiri yang ditempatkan diunggulan kedua Anders Antonsen. (*)

Hindari Kekalahan Kelima

PADA 1988, pasangan Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati menjadi juara ganda putra Asia. Sayang, setelah itu, tak ada wakil Indonesia yang bisa mengikuti jejak pasangan yang dikenal dengan maxi/mini tersebut.

Bahkan, lahirnya Gresyia Polii/Nitya Krishinda  belum bisa  mengobati dahaga gelar tersebut. Padahal, mereka mampu menjadi juara Asian Games 2016.

Kini, Gresyia kembali menjadi tumpuan juara. Hanya, dia tak lagi bersama Nitya.

Karena cedera, Greysia dipasangkan dengan juniornya, Apriani Rahayu. Catatan prestasinya tak mengecewakan.

Kedua pun diberi kesempatan turun dalam Kejuaraan Asia 2018 di Wuhan, Tiongkok. Langkahnya sudah sampai perempat final atau dua langkah lagi menjadi finalis.

Hanya, untuk lolos ke semifinal bukan pekerjaan mudah. Gresyia/Apriani akan menantang unggulan kedua Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo dari Jepang.

Dalam empat kali pertemuan, pasangan Indonesia tak pernah menang. Hanya, dalam pertemuan terakhir di Kejuaraan Beregu Asia ada sedikit harapan.

Gresyia/Apriani kalah rubber game 22-20, 19-21, 18-21. Sebelumnya, kekalahan lebih banyak dengan straight game. (*)

Alarm Bahaya Jelang Piala Thomas

SINYAL bahaya bagi Tim Thomas Indonesia. Menjelang digulirkannya putaran final ajang beregu bulu tangkis dunia tersebut hasil jeblok diraih wakil merah putih.

Indonesia gagal menempatkan  dutanya di babak perempat final Kejuaraan Asia 2018 di Wuhan, Tiongkok. Semua tunggal dan ganda putra Indonesia sudah tumpas.

Di tunggal, Anthony Ginting dan Jonatan Christie harus mengaku ketangguhan lawan-lawannya. Anthony kalah tiga game 21-16, 9-21, 11-21 dari mantan nomor satu dunia Lee Chong Wei (Malaysia). Ini merupakan pertemuan pertama bagi Anthony dengan lelaki bergelar Datuk tersebut.

Sedang Jonatan dipermalukan Ng Ka Long (Hongkong) 19-21, 21-12, 15-21. Pil pahit ini membuat Jojo, sapaan karib Jonatan, tertinggal 2-3  selama keduanya bertemu di lapangan. Sekaligus menjadi kekalahan ketiga secara beruntun.

Sehari sebelumnya, nasib tragis dialami wakil lainnya, Ihsan Maulana Mustofa. Dia menyerah dari Son Wan-ho dari Korsel.

Untuk ganda putra, wakil wakil langsung tersungkur di babak II yakni Hendra Setiawan/M. Ahsan, Angga Pratama/Rian Agung, dan Fajar Alfian/M. Rian Ardianto serta Berry Anggriawan/Hardianto. (*)

Akhirnya Bisa Juara Lagi

 DAHAGA gelar pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berakhir. Mereka mampu menjadi juara di Malaysia International Challenge 2018.

Hendra/Ahsan naik podium terhormat setelah mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) dengan 21-17, 17-21, 21-19 di Kuala Lumpur Minggu waktu setempat (22/4/2018).  Ini menjadi gelar pertama selama 2018 atau setelah kembali dipasangkan.

"Yang pertama, kami sangat bersyukur bisa juara lagi. Kami senang naik podium juara lagi, walaupun levelnya international challenge. Kunci kemenangan kami adalah kami bisa bermain lebih sabar dan tenang, terutama di game ketiga," kata Ahsan kepada situs PBSI

Dia mengakui terlalu terburu-buru di game kedua. Barulah  di game ketiga atau game penentuan mereka main lebih sabar dan memperlambat tempo permainan.

 "Dari segi permainan, kami sudah lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Terutama saya, setelah All England ada waktu banyak untuk latihan, saya bisa mengembalikan pola permainan saya,"tambah Hendra

Setelahnya, Hendra/Ahsan segera berangkat ke Wuhan, Tiongkok, untuk mengikuti Kejuaraan Asia 2018. Di turnamen ini, Hendra/Ahsan menargetkan untuk bisa lolos dulu ke babak semifinal.

 "Target pertamanya, menang dulu di tiap pertandingan, berusaha menampilkan yang terbaik di tiap game," ujar Ahsan .

 Sementara itu, pasangan muda Andika Ramadiansyah/Mychelle Crhystine Bandaso belum berhasil memenangkan gelar ganda campuran. Keduanya ditaklukkan wakil tuan rumah, Chen Tang Jie/Peck Yen Wei, dengan 21-12, 21-23, 13-21.

Malaysia sebagai tuan rumah berhasil mengantongi dua gelar, Indonesia satu gelar, serta Tiongkok dan Taiwan masing-masing satu gelar.

Hasil Final Malaysia International Challenge 2018:
Ganda Putri:
Soong Fie Choo/Tee Jing Yi (Malaysia) vs Lim Chiew Sien/Tan Sueh Jeou (Malaysia) 21-13, 21-10

 Tunggal Putri:
Wang Zhiyi (Tiongkok) vs Lee Ying Ying (Malaysia) 21-10, 22-24, 21-14

Ganda Campuran:
Chen Tang Jie/Peck Yen Wei (Malaysia) vs Andika Ramadiansyah/Mychelle Crhystine Bandaso (Indonesia) 12-21, 23-21, 21-13

Tunggal Putra:
Hsueh Hsuan Yi (Taiwan) vs Tan Jia Wei (Malaysia) 21-18, 21-19

 Ganda Putra:
Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia) vs Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) 21-17, 17-21, 21-19 (*)

Menguji Konsistensi Tontowi/Liliyana

MUSIM 2018 sudah memasuki bulan keempat. Namun,  baru dua ajang yang diikuti oleh pasangan ganda campuran terbaik Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Yakni Indonesia Masters dan All England.

Hasil yang diraih Tontowi/Liliyana cukup kontrak. Di kandang sendiri, Indonesia Masters, mereka mampu menjadi juara.

Sebaliknya, di All England yang dilaksanakan di Inggris, juara Olimpiade Rio 2016 tersebut hanya sampai babak kedua. Ironisnya,  kekalahan itu ditelan dari juniornya sendiri, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja.

Setelah absen lama, Tontowi/Liliyana diberi tantangan dalam Kejuaraan Asia 2018. Mereka diunggulkan di posisi teratas.

Tiga tahun lalu, mereka pernah menjadi juara Asia. Tapi, itu bukan jaminan pebulu tangkis yang sama-sama berasal dari Djarum Kudus tersebut akan kembali mengulangi sukses serupa. (*)

Lolos ke Final Turnamen Level Bawah

RANKING satu dunia ganda putra pernah diduduki Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Juara dunia dan berbagai ajang bergengsi juga pernah di tangan keduanya.

Tapi, turun di level bawah sekelas turnamen challenge belum pernah dirasakan di masa jayanya. Tapi, sekarang, ajang tersebut harus diikuti.

Itu tak lepas dari penampilan Ahsan/Hendra yang belum sesuai harapan. Kini, nama Ahsan/Hendra ada di ajang Malaysia International Challenge 2018.

Dengan pengalaman segudang, wajar kini gelar juara di negeri jiran tersebut tinggal selangkah. Itu setelah Ahsan/Hendra mampu menembus babak final.

Tiket tersebut diperolehnya setelah menang 21-15, 21-13 atas unggulan kedua dari Malaysia Chooi Kah Ming/Low Juan Shen di Kuala Lumpur pada Sabtu waktu setempat (21/4/2018). Ini merupakan pertemuan kedua pasangan.

Di babak final, Ahsan/Hendra akan kembali berjumpa dengan ganda tuan umah lainnya, Aaron Chia/Wooi Yik Shoi. Mereka belum pernah adu kekuatan dan kecerdikan di lapangan. (*)

Menyerah dari Mantan Teman Berlatih

SONY Dwi Kuncoro  belum bisa meraih gelar perdana di 2018.Mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut menyerah kepada mantan rekannya di Pelatnas PBSI Shesar Hiren Rustavito dengan dua game langsung 12-21, 20-21 di Semarang pada Minggu waktu setempat (15/4/2018).

Ini menjadi hasil terbaik bagi Vito, sapaan karib Shesar. Selama 2018, dia selalu gagal dalam ajang yang diikuti yakni Thailand Masters dan Indonesia Masters.

Perjumpaan Shesar dengan Sony juga yang pertama. Meski, sebelumnya, keduanya sempat bersama-sama di Pelatnas Cipayung.

Bagi Sony, kekalahan ini juga kurang mengenakan. Indonesia International Series 2018 diharapkan  bisa menjadi gelar perdana baginya.

Sejak 2016 atau usai Singapore Open, Sony tak pernah lagi menjadi juara. malah sebaliknya, kegagalan demi kegagalan datang menghampiri.

Imbasnya, rankingnya menurun drastis. Kini, Sony ada di posisi 113.(*)

Ronald/Annisa Gagal di Debut 2018

KEGAGALAN menghampiri Indonesia di Tiongkok Masters 2018. Ini setelah pasangan ganda campuran Ronald Alexande/Annisa Saufika menyerah 17-21, 21-7, 19-21 dari wakil tuan rumah Guo Xinwa/Liu Xuanxuan dalam pertandingan final di Binhe South Road,Lingshui, Hainan, pada Minggu waktu setempat (15/4/2018).

Bagi Ronald, berpasangan dengan Annisa merupakan yang pertama di 2018. Sebelumnya, atlet Suryanaga ini digandengkan dengan Winny Oktavina di Indonesia Masters dan Mycelle Bandaso di Thailand Masters. Sayang, di kedua ajang tersebut, mereka gagal.

Ini membuat PBSI kembali menduetkan Ronald dengan pasangan lamanya, Annisa Saufika. Pada 2017, keduanya tampil di berbagai ajang  mulai Juni. Sebelum dengan Annisa, Ronald berpasangan dengan Melati Daeva Oktavianti.

Ronald/Annisa sempat memberi harapan dengan lolos ke babak final dan juara New Zealand Open 2017. Tapi, setelah itu, keduanya hanya diberi kesempatan tampil yang minim.

Usai dari China Masters 2018, Ronald/Annisa akan mempertahankan gelar di New Zealand pada Mei mendatang. (*)

Harusnya Bisa Semifinal Son

JEJAK langkah Sony Dwi Kuncoro di Indonesia International Series 2018 sudah lumayan jauh. Dia mampu menembus babak perempat final ajang  yang menyediakan hadiah total USD 10 ribu tersebut.

Tiket perempat final diperoleh Sony usai menang tiga game 21-8, 17-21,21-16 atas sesama pebulu tangkis Indonesia Ilham Sri Yulianto. Sebelumnya, di babak II, bapak dua putri ini juga dipaksa bermain tiga game oleh Shi Xuan dari Singapura.

Kini, untuk bisa menembus babak semifinal, Sony, yang kini bernaung di Tjakrindo Masters Surabaya, harus bisa mengalahkan M. Bayu Pangisthu.

Di atas kertas, Sony tak akan mengalami kesulitan. Hanya, jika labil dia siap-siap terhenti di perempat final. (*)

Enjoy di Turnamen Kecil


GRAFIS permainan Sony Dwi Kuncoro kembali turun. Ini bisa dilihat dari ranking dunia yang dimiliki sekarang.

Dari daftar yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir, Sony ada di posisi 88 dunia.

Selama 2018, dia hanya tampil di dua turnamen. Malaysia Masters dan Indonesia Masters.

Di Malaysia, Sony sudah tersingkir di babak kualifikasi. Sementara di kandang sendiri, arek Suroboyo tersebut menembus hingga babak perempat final.

Sayang, setelah itu, Sony lama absen. Imbasnya, rankingnya turun.

Kini, kesempatan mengangkat posisi dan menambah poin terbuka. Sony berlaga di Indonesia International Series yang tengah berlangsung di Semarang, Jawa Tengah.

 Dia mengakui dengan ranking yang dimiliki sekarang masih susah untuk bisa masuk ke turnamen besar. Jadi, turnamen kecil menjadi pilihan.

 ''Turnamen kecil apa besar sama saja.Saya enjoy saja,'' kata Sony melalui media sosial.

Di Indonesia International Series, langkah Sony sudah sampai babak 16 besar. Di babak I, dia mengalahkan Yosua yang juga dari Indonesia dengan 21-13, 21-17.
 Pada babak II, Sony dipaksa memeras keringat dan tampil tiga game sebelum unggul 20-22, 21-13, 21-16 atas wakil Singapura Shi Xuan.

Untuk bisa menembus perempat final, bapak dua putri ini harus bisa mengalahkan Ilham Sri Yulianto, yang juga dari Indonesia. (*)

Gagal Tampil di USM

KEINGINAN Sakura Sport Management mengirim pebulu tangkis ke ajang internasional kembali tertunda. Dua andalannya, Aldo Purnomo dan Isna Sakti Maulana, tak bisa drawing dalam Indonesia International Series yang akan dilaksanakan di Semarang, Jawa Tengah, yang saat ini tengah berlangsung.

''Aldo dan sakti nggak masuk drawing. Ya, gak bisa main keduanya,'' kata Direktur Utama Sakura Sport Management Ade Dharma.

Sebenarnya, ada satu wakil Sakura yang masuk. Dia adalah Mega Ciputra.

''Tapi, sekarang dia sudah bukan anggota Sakura. Dia mau main di sana tapi katanya dengan biaya sendiri,'' ungkap Ade.

Dengan gagalnya Aldo dan Sakti, sapaan karib Isna Sakti Maulana,  kini fokus Sakura, lanjut Aldo, tertuju pada Piala Wali Kota Surabaya 2018.(*)

Dua Sudah Tumbang Duluan

DUA wakil tunggal putra Indonesia langsung angkat koper dari Tiongkok International Challenge 2018. Ini setelah Firman Abdul Kholik dan Vicky Angga Saputra kalah di  babak I turnamen berhadiah USD 75 ribu tersebut.

Firman  menyerah dua game langsung 16-21, 14-21 kepada Lin Yu Shen dari Taiwan di Ling Shui pada Selasa waktu setempat (10/4/2018). Sedangkan Vicky takluk 21-19, 15-21. 12-21 kepada wakil tuan rumah Ren Peng Bo.

Hanya, asa menjadi juara tetap ada. Di babak kedua, merah putih masih mempunyai Ihsan Maulana Mustafa, Chico Aura Wardoyo, Panji Ahmad Maulana dan Andre Marteen.

Mereka lolos tanpa memeras keringat. Ini karena keempatnya memperoleh bye.

Dari keempatnya, tumpuan juara lebih dibebankan kepada Ihsan. Alasannya, dia ditempatkan sebagai unggulan ketiga dan punya pengalaman segudang.

Selain pernah membela Indonesia di SEA Games, Ihsan sudah membela  merah putih di Piala Thomas. (*)

Menguji Nyali Ihsan Maulana

NYALI Ihsan Maulana Mustofa diuji.  Dia akan tampil di kandang macan dalam Tiongkok International Challenge 2018.

Meski para top nya tak turun tapi pelapis pebulu tangkis Negeri Panda,julukan Tiongkok, tak bisa dipandang sebelah mata. Untung, di babak I, Ihsan tak perlu mmeras keringat.

Dia memperoleh bye. Di babak II, Ihsan, yang diunggulkan di posisi ketiga, juga mendapat lawan yang ringan. Dia menunggu pemenang antara Misha  ZIberman (Israel) dengan Liu We Chi (Taiwan).

Dibandingkan dua rekan-rekannya, Anthony Ginting dan Jonathan Christie, perjalanan Ihsan termasuk tertinggal. Saat ini, Anthony ada di posisi 10 dan Jonatan satu setrip di bawahnya.

Sementara, Ihsan tercecer di posisi 45. Padahal, sebelumnya, dia merupakan tunggal putra yang digadang-gadang akan meneruskan tongkat estafet dari para seniornya.

Selain itu, selama 2018, Ihsan tampil jeblok. Dari berbagai ajang yang diikuti, dia gagal bersinar dan tumbang di babak-babak awal. (*)

Tiga Gelar dan Kalahkan Rekan

PARA pebulu tangkis muda Indonesia unjuk kekuatan. Mereka membawa pulang tiga gelar dalam Finnish Open 2018.

Hebatnya, semua yang diraih terjadi final sesama pebulu tangkis Indonesia. Itu terjadi di nomor tunggal putri, ganda putra, dan ganda campuran.

Di tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung menang dua game langsung 21-7, 21-13 atas  Ruselli Hartawan di Vantaa, Finlandia, pada Minggu waktu setempat. Ini juga menjadi raihan juara pertama bagi Gregoria usai menjadi juara dunia junior pada 2017.

Kemenangan ini juga membuat Gregoria unggul  dua kali dalam tiga pertemuan dengan Ruselli. Sebelumnya, mereka bertemu di Tangkas Junior Challenge 2013 dan Indonesian Masters 2014.

Pasangan ganda putra, Akbar Bintang Cahyono/Moh Reza Pahlevi menghentikan ambisi Rehan Naufal Kusharjanto/Pramudya Kusumawardhana dengan 21-14, 21-17.

Sementara di ganda campuran, Alfian Eko Prasetya/Marcheilla Gischa Islami menundukkan rekan latihan di Pelatnas PBSI Akbar Bintang Cahyono/Winny Oktavina dengan 21-18, 21-16.

Pekan sebelumnya, di ajang yang levelnya sama, Orleans International Challenge, Indonesia gagal total. Tidak ada satu pun wakil yang menjadi juara. (*)

Tien Minh Tak Lagi Menakutkan

USIANYA sudah tak muda lagi. Kini, seorang Nguyen Tien Minh sudah menginjak 35 tahun.

Ini membuat kemampuannya sudah tak seperti dulu. Apalagi pada 2013 saat dia mencapai puncak kejayaan dengan duduk di posisi kelima dunia.

Di turnamen level atas, Tien Minh sudah sering kalah di babak-babak awal Hanya, untuk turnamen international series dan challenge, lelaki yang dikenalkan oleh ayahnya dengan bulu tangkis tersebut susah dikalahkan.

Tapi, beda dengan di Osaka International Challenge 2018. Tien Minh langsung kalah di babak I.

Dia dipermalukan atlet Jepang Riichi Takeshita dengan tiga game 21-16,14-21, 21-11. Ini menjadi kekalahan kedua Tien Minh dari lawan yang sama. Sebelumnya, dia menyerah di New Zealand Open 2016. (*)

Jajal Ganda Putri Baru

BONGKAR terus terjadi di sektor ganda putri Pelatnas PBSI. Beberapa pasangan yang belum sesuai harapan diacak oleh Pelatih Eng Hian

 Salah satunya pasangan anyar tersebut adalah Ni Ketut Mahadewi/Nitya Krishinda Maheswari. Sebelumnya, Ketut digandengkan dengan Anngia Shitta Awanda dan Nitya teakhir bermain bersama Yulfira Barkah. Pasangan yang dianggap stabil hanya Greysia Polii/Apriani Rahayu.

Mereka pun langsung diberi kesempatan.Nitya dkk tampil dalam Osaka International Challenge 2018. Di Negero Sakura, julukan Jepang, itu tak semuanya langsung nyetel.

Dari tiga pasangan yang dikirim, Anggia Shitta Awanda/Meirisa Cindy Sahputri yang tersingkir. Mereka kalah oleh wakil tuan rumah Erina Honda/Nozomi Shimizu dengan 21-16, 16-21, 15-21.

Dua wakil lainnya, Ni Ketut Mahadewi/Nitya Krishinda dan Yulfira Barkah/Rosyita Eka Putri, melaju ke babak kedua.Ni Ketut/Nitya menang 4-1 atas Nami Matsuyama/Chiharu Shida (Jepang). Pertandingan tidak dilanjutkan karena lawan mengalami cedera.

Sementara Yulfira/Rosyita dipaksa bertarung tiga game 17-21, 21-15, 21-15 untuk melibas ganda tuan rumah lainnya, Kaho Osawa/Hinata Suzuki. (*)

Juara Dunia yang Masih Diragukan

DI level junior Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari layak dibanggakan. Keduanya mampu menjadi juara dunia junior di Jogjakarta.

Hanya,kesuksesan tersebut seakan tanpa bekas ketika berlaga di ajang senior. Belum ada satu pun gelar yang bisa diraih Rinov/Pitha.

Di Vietnam International Challenge 2018, keduanya hanya sampai babak semifinal. Langkah Rinov/Pitha dihentikan wakil tuan rumah Do Tuan Duc/Pham Nhu Thao dengan 20-22, 21-11, 16-21.

Kini, keduanya diberi kesempatan lagi. Rinov/Pitha tampil di Osaka International Challenge di Jepang.

Hanya, langkah terjal sudah menghadang di babak I. Pasangan yang dilatih di Pelatnas Cipayung tersebut berjumpa dengan unggulan keenam Chang Ko-chi/Cheng Chi-ya (Taiwan).

Di ajang yang sama, pasangan senior Ricky Karanda/Debby Susanto kembali diturunkan. Kali terakhi, keduanya dipasangkan di Indonesia Masters 2018 Januari lalu dan hanya sampai babak II.

Sakti Resmi Milik Sakura

Kegundahan Isna Sakti Maulana berakhir. Dia akhirnya bisa memakai tulisan nama Sakura di punggung.

Ini setelah SI yang dimiliki muncul dengan klub yang didanai oleh anak muda Ade Dharma tersebut. Sebelumnya, Isna masih tercatat memakai nama klub lamanya, Surya Baja.

Padahal, sudah hampir tiga bulan pebulu tangkis 21 tahun tersebut digembleng di Sakura. Bukan hanya latihan fisik, Sakti, sapaan karibnya, sudah tinggal di tempat yang jadikan mess oleh Ade di kawasan Ketintang.

''Plong juga. Akhirnya Sakti sudah resmi menjadi atlet Sakura,'' terang Ade.

Kini, Sakti bisa mendampingi rekannya yang sudah lama masuk menjadi pebulu tangkis Sakura, Aldo Purnomo, dari Tuban. Keduanya sempat mau didaftarkan ke Vietnam International Challenge 2018. Sayang, keduanya belum mempunyai ranking internasional. (*)

Hanya Sampai Semifinal

MENEMPATKAN tiga wakil di babak semifinal final. Tapi, itu bukan jaminan bisa menempatkan ke babak pemungkas.

Buktinya, di Orleans Open 2018, semua duta merah putih kalah di empat besar. Mereka yang harus mengakui ketangguhan lawan-lawannya adalah Ruseli Hartawan di tunggal putri, Akbar Bintang Cahyono/Mohd Reza Pahlevi (ganda putra), dan Alfian Eko Prasetyo/Marsheilla Gischa.

Ruseli kalah 17-21, 15-21 kepada unggulan kedua asal Denmark Mia Blischfeldt. Kemudian Akbar/Reza takluk 14-21, 21-13, 16-21 dari Chun Kang Shia/Tan Wee Gian (Malaysia). Sedangkan Alfian/Marsheilla tak berdaya di tangan Peter Kaesbauer/Olga Konon (Jerman) dan kalah 11-21, 16-21. 

Di ajang ini, Indonesia memang tak menurunkan kekuatan terbaik. PBSI sebagai induk organisasi olahraga tepok bulu mengirim pebulu tangkis muda.

Kegagalan ini juga membuat wakil Indonesia belum pernah ada yang juara dalam ajang di negeri Prancis tersebut. Turnamen ini sudah dilaksanakan sejak 2012. (*)