WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

» »Unlabelled » Ferry Stewart, Setia tanpa Batas

USIANYA sudah tak muda lagi. Tahun ini, lelaki berpostur tinggi besar tersebut sudah menginjak 59 tahun.
 Tapi, dia masih terlihat segar. Teriakan dan instruksinya kepada anak asuhnya masih terdengar nyaring. Lelaki itu adalah Ferry Stewart.

TANGAN DINGIN: Ferry Setiawan tunggu anak didik. (foto: sidiq)
 Bagi pecinta bulu tangkis, khususnya di Jawa Timur, nama tersebut sudah tak asing di telinga. Lebih dari separo hidupnya didedikasikan bagi olahraga tepok bulu itu.
 ‘’Saya mulai berlatih bulu tangkis sejak usia 10 tahun. Setahun kemudian, saya bergabung Suryanaga,’’ kata Ferry saat ditemui di Lapangan KONI Jatim, kawasan Kertajaya, Surabaya, Sabtu (12/1).
 Tapi, di klub bulu tangkis tertua di Indonesia itu, dia hanya bertahan empat tahun. Setelah itu, dia pindah ke klub gereja tempat dia biasa beribadah.
 ‘Lokasi latihan Suryanaga dulu jauh dari rumah. Kalau setiap hari, saya enggak kuat,’’ kenang lelaki yang masih suka membujang itu.
 Di klub itu, Ferry bertahan lama. Selama 14 tahun dia bertahan. Bahkan, di klub gereja itu pula, lelaki campuran Belanda-Manado tersebut mulai merasakan jadi pelatih.
 Hingga akhirnya pada 1982, dia pun memutuskan keluar dan mendirikan klub sendiri dengan nama Wima.  Selain melatih, Ferry pun mulai terlibat aktif di organisasi dengan bergabung dengan Pengkot PBSI Surabaya.
 Perjuangan Ferry bersama Wima pun lambat laun mulai mendapat apresiasi. Namanya mencuat saat sukses memoles Hendrawan menjadi pebulu tangkis top.
 ‘’Padahal, dia baru saja dianggap tak bisa berkembang di klub besar di Jawa Tengah. Saya melatihnya karena saya yakin dia punya potensi besar,’’ kenangnya.
 Hendrawan merupakan pebulu tangkis papan atas dunia di awal dekade 2000-an. Gelar juara dunia pernah diraihnya di Sevilla, Spanyol, pada 2001. Bahkan, setahun sebelumnya, Hendrawan mampu lolos ke final Olimpiade Sydney. Sayang, dia harus puas meraih medali perak setelah dikalahkan Ji Xinpeng (Tiongkok) 15-4, 15-13.
 Selain Hendrawan, Ferry juga sukses menangani Sony Dwi Kuncoro. Dia datang ke Wima dengan diantarkan oleh sang ayah.
 ‘’Dari kecil, Sony memang sudah terlihat bakatnya. Wajar kalau akhirnya dia menjadi andalan Indonesia,’’ ungkapnya.
 Sony merupakan pebulu tangkis Indonesia yang menjadi juara Asia tiga kali 2002, 2003, dan 2005. Dia juga meraih posisi kedua pada Kejuaraan Dunia di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2007.
 ‘’Saya masih yakin bakal ada pebulu tangkis top yang lahir dari Wima,’’ ucapnya.
 Dari awal berdiri, Wima pun hidup dari iuran anggota. Tentunya, peranan Ferry tetap besar. Dia mampu mengolahnya menjadi napas yang menghidupi klub.
 ‘’Saya akan tetap di bulu tangkis dan Wima selamanya. Saya tidak bisa hidup tanpa bulu tangkis,’’ tegasnya. (*)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama