WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

» »Unlabelled » Reuni Indonesia di Wina


AUSTRIA International 2013 sudah dilaksanakan 20-23 Februari lalu. Tapi, masih ada sisa cerita dari turnamen yang digelar di Wina dan menyediakan hadiah total USD 15 ribu tersebut.
 Teman penulis yang berada di kota tersebut, Ahmad Reza Khomaini, menemukan hal yang menarik dari event yang diikuti oleh 38 negara tersebut dan Indonesia salah satu pesertanya. Tulisan ini pun juga dikirim ke sebuah media di Jakarta yang pernah menjadi tempatnya bekerja.
 Dari data yang dikeluarkan pihak panitia, merah putih hanya diwakili tiga pebulu tangkis, yakni Andre Kurniawan Tedjono (tunggal putra) dan pasangan Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana di nomor ganda putra.

DEKAT: Dari kiri Christopher, Blagovest, Ari, Sakai, Yuhan, dan Trikusuma (foto: reza)
Tapi kenyataan di lapangan justru berbeda. Di luar ketiganya, ada yang berbau Indonesia.
Ada pemain, ada juga pelatih. Salah satunya Hendrawan. Mantan juara dunia tersebut datang dengan status pelatih tunggal putra Malaysia.
 Empat tahun melatih di negeri jiran tidak membuat lelaki asal Malang, Jawa Timur, tersebut lupa akan tanah kelahira. Dia juga menyempatkan berbincang-bincang dengan pebulu tangkis Indonesia dan WNI (warga negara Indonesia) yang menetap di Wina.
 Yang lebih menarik lagi ada di slot pemain.  Meski berbendera asing, namun ada beberapa pebulu tangkis yang ternyata berdarah Indonesia.
 Dicky Palyama (Belanda) dan Yuhan Tan (Belgia). Keduanya merupakan keturunan. Dicky punya darah Ambon, sementara orangtua Yuhan Tan berkebangsaan Belgia dan Indonesia.
 ’’Bapak saya orang Sunda. Saya sudah sering ke Indonesia. Tapi karena status saya warga negara Belgia, yah saya harus membawa nama Belgia di setiap turnamen bulutangkis,’’ ungkap Yuhan Tan dengan bahasa Indonesia yang fasih.
  Yuhan mengaku sejak kecil sudah tertarik dengan bulu tangkis. Tidak hanya mengasah kemampuan di Belgia, Yuhan mengaku sering berlatih di klub-klub bulu tangkis di Indonesia.
 ’’Saya pernah berlatih di hampir semua klub bulu tangkis di Indonesia. Di Tangkas pernah, di Djarum juga pernah. Setiap liburan ke Indonesia, saya selalu ikut program latihan di klub Indonesia. Saya dan adik saya juga gemar bulu tangkis,’’ ungkap lelaki kelahiran 21 April 1987 ini.
 Selain mereka, ada juga pebulu tangkis Indonesia membawa nama Jerman di AIBC 2013. Dia adalah Ari Trinanto. Lelaki yang masih tercatat sebagai anggota PB Tangkas ini mengaku membawa nama negara lain karena statusnya sebagai salah satu pemain di klub bulu tangkis di Jerman.        ’’Yang mendaftarkan saya itu klub saya di Jerman. Jadi mau tidak mau pakai nama Jerman,’’ terang Ari kepada koran ini.
 Dia sudah sejak dua tahun lalu dikontrak klub bulu tangkis Jerman. Selain menjadi berprofesi sebagai pebulu tangkis profesional, dia juga melanjutkan pendidikannya di bidang teknik gigi.
 Nuansa Indonesia tidak berhenti di sini. Saat berada di ruang istirahat, pasangan ganda putra Indonesia Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana dan Ari tengah santai berbincang-bincang dengan dua pebulu tangkis Bulgaria dan Jepang.
 Mereka adalah Blagovest Kisyov dan Kazumasa Sakai. Yuhan Tan juga tidak ketinggalan nimbrung bersama mereka. Yang mengejutkan, mereka berbincang-bincang menggunakan bahasa Indonesia. Padahal, Blagovest dan Sakai bukan warga Indonesia. Bukannya juga keturunan Indonesia. Keduanya asli warga asing.
  Ternyata, Blagovest maupun Sakai pernah berlatih di Indonesia. Sakai pernah berlatih PB Tangkas pada 2007-2009. Selama dua tahun di Negeri Jamrud Khatulistiwa, julukan Indonesia, pebulu tangkis yang kini masuk pelatnas bulutangkis Jepang ini juga belajar bahasa Indonesia. ’’Saya jadi mengerti bahasa Indonesia, dan sedikit-sedikit bisa bahasa Indonesia,’’ ucap Sakai.
  Dia memilih berlatih di Indonesia karena dorongan dari Karel Mainaky, mantan pebulu tangkis nasional Indonesia yang masih berstatus sebagai pelatih di Jepang. Dari Karel, dia mendapat informasi seputar dunia bulutangkis Indonesia.
 ’’Karel yang menyarankan saya untuk berlatih di PB Tangkas,’’ ungkap lelaki kelahiran Tokyo ini.
 Hal yang sama juga dialami Blagovest. Pebulu tangkis Bulgaria ini lebih hebat lagi. Hanya sekitar tiga bulan berlatih di PB Tangkas, dia sudah jauh lebih mahir berbahasa Indonesia daripada Sakai.
 ’’Saya suka Indonesia. Bulutangkisnya saya suka, bahasanya juga mudah, dan makanannya juga enak. Saya suka tempe oreg dan rending,’’ ujar Blagovest.
  Blago mengaku ingin kembali ke Indonesia untuk mengasah kemampuan. ’’Kalau mau belajar bulu tangkis yah di Indonesia. Di Eropa, apalagi di negara saya (Bulgaria), mana bisa saya belajar?’’ kata pemain kelahiran 14 April 1987 ini yang disambut tawa rekan-rekannya. (*)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama