TAKLUK:Angga Pratama/Ricky Karanda (foto:PBSI) |
KEGEMBIRAAN Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi hanya seumur jagung. Mereka langsung tersungkur di babak pertama Tiongkok Masters 2015.
Dalam pertandingan yang dilaksanakan pada 15 April 2015, Angga/Ricky harus mengakui ketangguhan pasangan Taiwan Lu Ching Yao/Tien Tzu Chieh dengan rubber game 21-17, 18-21, 18-21 dalam pertandingan babak pertama ganda putra di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium,Changzhou.
Kekalahan ini cukup mengejutkan.
Dari sisi ranking, pasangan Pelatnas Cipayung tersebut ungguh jauh. Dari ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Angga/Ricky kini ada di posisi 24. Sementara, Ching Yao/Tzu Chieh masih di ranking 204.
Selain itu, Angga/Ricky juga baru saja mengantongi gelar di turnamen bergengsi, Singapura Super Series 2015 yang baru berakhir Minggu (12/4/2015). Namun, entah kelelahan karena menganggap enteng lawan, mereka malah tumbang lebih awal.
Itu disebabkan sebelum berlaga di Negeri Singa, julukan Singapura, Angga/Ricky juga tampil di Malaysia Super Series Premier. Hasilnya, mereka tersingkir di babak perempat final oleh pasangan unggulan kedua asal Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen.
Tumbangnya Angga/Ricky juga diikuti oleh pasangan ganda putra yang juga membela Pelatnas Cipayung dalam Tiongkok Masters 2015, Kevin Sanjaya/Markus Fernaldi. Mereka juga menyerah kepada pasangan Taiwan, Lin Chia Yu/Hsiao-Lin Wu,dengan 17-21, 21-14. 17-21. Sama halnya dengan Sony Dwi Kuncoro. Tampil sendirian, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut takluk dua game langsung 12-21, 13-21 kepada wakil tuan rumah Guo Kai. Dengan tumbangnya ketiganya, Indonesia pun sudah tak punya wakil dalam event berlabel grand prix gold tersebut.
Tujuh tahun lalu, Sony pernah menjadi juara saat turnamen itu masih berlabel super series.Ketika itu, arek Suroboyo tersebut menundukkan jagoan Negeri Panda, julukan Tiongkok, Chen Jin, dengan 21-19, 21-18.
Sejak 2014, Tiongkok Masters turun pangkat menjadi grand prix gold. Ini disebabkan BWF tak mengizinkan satu negara mempunyai turnamen super series/super series premier lebih dari satu.
(*)