Sony dengan bendera merah putih (foto;PBSI) |
Padahal, sebelumnya,seabrek gelar bergengsi mampu diraihnya. Juara Asia tiga kali digapai pada 2002, 2003, dan 2005. Di 2004, pebulu tangkis yang dibesarkan di Wima, Surabaya, tersebut menembus final.
Semifinalis Kejuaraan Dunia dilewati pada 2007 dan 2009. Hanya, dia belum bisas menjadi juara. Pada 2007, dia menembus final dan 2009 terhenti di empat besar.
Belum lagi emas dalam dua kali SEA Games atau pesta olahraga negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada 2003 dan 2005. Yang sensional dan akan selalu dikenang tentu sumbangan medali perungg dalam Olimpiade Athena 2004.
Sayang, setelah memasuki era 2010, cedera mulai membekap. Dia harus rela absen di berbagai ajang untuk pemulihan.
Hingga klimaknya, pada 2014, Sony terpental dari Pelatnas Cipayung, sebuah tempat yang lebih 10 tahun menjadi tempatnya digembleng. Penampilan di simulasi Piala Thomas di Solo, Jawa Tengah, menjadi cacatan untuk menjatuhkan vonis kepadanya untuk angkat koper.
''Sekarang, jangan bicara cedera pungung lagi. Sekarang bicara prestasi usai menjadi juara Singapura Open,'' kata Sony usai menjadi juara Singapura Open.
Pada ajang berhadiah total USD 350 ribu tersebut, lelaki 32 tahun tersebut mampu menjadi juara. Dalam final yang dilaksanakan di Singapore Indoor Stadium pada Minggu (16/4/2016), dia mengalahkan Son Wan-ho dari Singapura dengan rubber game 21-16, 13-21, 21-14. (*)