WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Juara Olimpiade dan Dunia Junior Ambil Bagian

GENGSI Sirkuit Nasional Jawa Timur Premier 2017 terjaga. Beberapa pebulu tangkis top akan ikut ambil bagian dalam ajang yang dilaksanakan di Surabaya pada 6-11 November tersebut.

Peraih emas Olimpiade Beijing 2008 Markis Kido akan ikut ambil bagian. Dia berpasangan dengan dengan rekannya di klub Jaya Raya yang juga pernah dilatih di Pelatnas PBSI Irfan Fadilah.
Mereka diunggulkan di posisi kelima.

Selain itu, di nomor ganda campuran, mantan pasangan yang pernah menembus ranking 10 dunia Riky Widianto/Richi Dili Puspita juga ikut ambil bagian. Persaingan di nomor ganda campuran kelompok dewasa semakin ketat.

Ini seiring dengan turunnya juara dunia junior 2017 Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas. Keduanya membela bendera Pelatnas PBSI.

"Peserta juga akan terangsang dengan jumlah hadiah yang naik. Kalau tahun lalu Rp 260 juta sekarang menjadi Rp 300 juta," kata Ketua Panpel Sirnas Jawa Timur Premier 2017 Bayu Wira pada Minggu (5/11/2017).

Jumlah peserta, jelasnya, untuk tahun ini 706. Pelatnas PBSI sendiri mengirimkan 10 pebulu tangkis.

Hanya, mereka bukan lapis utama. Mayoritas adalah para pebulu tangkis yang baru aja berlaga dalam Kejuaraan Dunia Junior di Jogjakarta bulan lalu. (*)

Semoga Cocok buat Gloria

GLORIA Emanuelle Widjaja sempat memberikan harapan besar di kancah bulu tangkis. Pada 2011, dia mampu menjadi juara dunia junior.

Kala itu, Gloria berpasangan dengan Alfian Eka Prasetyo. Di babak final, mereka mengalahkan sesama wakil Indonesia Ronald Alexander/Tiara Rosalia dengan 12-21, 21-17, 25-23.

Posturnya yang tinggi menjulang,182 centimeter, juga menjadi nilai plus bagi gadis yang kini berusia 23 tahun tersebut. Sayang, sampai saat ini, harapan tersebut belum bisa terealisasi.

 Bahkan, PBSI harus beberapa kali mencarikan pasangan yang pas bagi Gloria. Mulai dari Alfian, Edi Subaktiar, hingga pebulu tangkis senior Tontowi Ahmad.

 Kini, atlet binaan PB Djarum Kudus tersebut punya gandengan baru. Di Bitburger Open 2017, Gloria dipasangkan dengan Hafiz Faizal.

 Hasilnya tak mengecewakan. Langkah Gloria/Hafiz sudah sampai babak semifinal. Padahal, keduanya bukan masuk unggulan. (*)

Tumpas Sudah Tunggal Putri

LANGKAH Dinar Dyah Ayustine di Bitburger Open 2017 terhenti. Penghuni Pelatnas Cipayung tersebut tersandung di babak perempat final.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan Jumat waktu setempat, Dinar kalah mudah dua game 8-21, 16-21 kepada unggulan keempat asal Tiongkok Chen Xiaoxin. Hasil ini membuat Indonesia sudah tak menempatkan wakil di nomor tunggal putri.

Sebelumnya, rekan Dinar di Pelatnas Cipayung, Hanna Ramadini, sudah tersingkir di babak II. Dia harus mengakui ketangguhan wakil Taiwan Pai Yu Po dengan tiga game 21-17, 19-21., 16-21.

Pertemuan Dinar dengan wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut merupakan yang pertama. Hanya, secara ranking, wakil merah putih tersebut kalah.

Saat ini, Chen ada di posisi 16. Sedangkan Dinar di ranking 40.

Sejak dilaksanakan 1988, hanya sekali Indonesia mampu menjadi juara. Posisi terhormat tersebut disabet Maria Febe Kusumastuti pada 2008. Ketika itu, dia mengalahkan Aditi  Mutatkar (India) dengan 22-24, 21-8, 23-21.(*)

Junior Peraih Medali Dapat Apresiasi

LIMA pebulu tangkis muda Indonesia dapat apresiasi. Ini imbas dari hasil BWF World Junior Championshis 2017 yang digelar di GOR Among Rogo, Yogyakarta pada 9-22 Oktober.

Mereka yang mendapat adalah yang berhasil mempersembahkan medali emas dan medali perak. Selain penghargaan, para atlet masa depan Indonesia itu memperoleh bonus senilai lebih dari Rp 150 juta.

Bertempat di Galeri Indonesia Kaya, Mall Grand Indonesia, Kamis (2/11) siang, PB Djarum bersama PB Mutiara Cardinal memberikan bonus tersebut kepada peraih medali emas ganda campuran Rinov Rivaldy (PB Djarum) dan medali emas tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung (PB Mutiara). Juga peraih medali perak ganda campuran Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti (PB Djarum) serta medali perak ganda putri Ribka Sugiarto (PB Djarum).

Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada pelatih ganda campuran pelatnas pratama Nova Widianto yang mampu mengantarkan Indonesia menciptakan all Indonesian final di ajang tersebut.

Sebagai juara dunia ganda campuran, Rinov Rivaldy diguyur bonus uang tunai sebesar Rp 40 juta ditambah TV LED Polytron 43” dan home theatre dari PB Djarum. Bonus serupa diberikan PB Mutiara untuk juara dunia tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung. Sedangkan para peraih medali perak dan Nova Widianto mendapatkan TV LED Polytron 43” dan home theatre.

“Kita mencatatkan hasil luar biasa di nomor perorangan Kejuaraan Dunia Junior 2017. Ini adalah hasil yang fenomenal karena biasanya kita hanya mampu meraih satu emas tapi tahun ini bisa dua,” kata Yoppy Rosimin, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation seperti dikutip media PBSI.

Pihaknya menggandeng Mutiara Cardinal karena sama-sama memberikan bonus kepada para juara dan runner up ini sebagai apresiasi. Diharapkan, ujar Yoppi, ini menjadi pelecut semangat mereka untuk terus berlatih, tetap konsisten dalam bertanding dan meraih prestasi yang lebih banyak lagi.

Ditambahkan Yoppy, sedianya PB Jaya Raya juga diajak untuk bersama-sama memberikan apresiasi kepada atletnya yaitu Pitha Haningtyas Mentari (medali emas ganda campuran berpasangan dengan Rinov) dan Jauza Fadhila Sugiarto (medali perak ganda putri berpasangan dengan Ribka). Namun, PB Jaya Raya akhirnya memutuskan untuk membuat acara tersendiri pada turnamen Pembangunan Jaya 18 November nanti.

Sementara PB Mutiara yang diwakili Kepala Bidang Pembinaan, Umar Jaidi mensyukuri hasil yang didapat Indonesia baik di level junior maupun senior dan berharap bisa terus konsisten hingga Asian Games 2018 yang dihelat di Jakarta dan Palembang.

“Terima kasih PB Djarum yang telah menggandeng PB Mutiara untuk menggelar acara syukuran bersama,” ucap Umar saat membuka sambutan di Galeri Indonesia Kaya.

Indonesia sukses menjadi juara umum di ajang BWF World Junior Championshis 2017 dengan torehan dua emas, dua perak dan satu perunggu. Ini melebihi target yang dicanangkan yaitu satu emas. Selain itu, Indonesia juga dibilang sangat sukses dalam hal penyelenggaraan, terlihat dari jumlah penonton laga final yang membludak hingga 6000-an lebih hingga semaraknya gala dinner di pelataran candi Prambanan. (*)

Lonjakan 17 Peringkat

LONJAKAN berarti dilalukan Gresyia Polii/Apriyani Rahayu. Dalam ranking BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terbaru per 2 November, keduanya berada di peringkat 22 dunia.

Artinya, Greysia/Apriyani naik 17 setrip dibandingkan pekan lalu. Ini tak lepas dari hasil yang diraih pasangan anyar tersebut di turnamen super series, France Open 2017 pekan lalu.

Dalam ajang yang dilaksanakan di Paris tersebut, ganda yang memadukan atlet senior dan junior tersebut sukses menjadi juara. Di babak final, Greysia/Apriyani menumbangkan ganda Korea Selatan Lee Sho-hee/Shin Seung-chan dengan dua game langsung 21-17, 21-15.

Kemenangan tersebut sekaligus menjadi gelar kedua bagi pasangan yang ditandemkan usai Piala Sudirman 2017 tersebut. Sebelumnya, mereka memenangi Thailand Grand Prix Gold 2017.

Usai juara di Negeri Mode, julukan Prancis, Greysia/Apriyani akan ditantang dalam dua ajang bergengsi, China Open Super Series Premier dan Hongkong Super Series. Seperti sebelumnya, mereka datang dengan status nonunggulan. (*)

Tak Menduga Cepat Meraih Gelar

KEPALA Pelatih Ganda Putri PBSI Eng Hian mengekspresikan apresiasinya atas raihan Greysia/Apriyani. Pasangan senior-junior ini merupakan hasil racikannya yang baru dipasangkan pada Piala Sudirman 2017, Mei lalu.

“Waktu melihat hasil pertandingan mereka di Korea dan Jepang Open, saya bilang sama Chafidz (Yusuf – Asisten Pelatih Ganda Putri PBSI). Kalau melihat performa Greysia/Apriyani begini, tinggal nunggu waktu saja, kapan pecah telor (dapat gelar). Melihat kualitas mereka, memang sudah bisa bersaing di kelas atas. Namun cukup surprise juga mereka menangnya di Perancis, tidak menduga secepat ini,” ujar Didi, sapaan karib Eng Hian, seperti dikutip media PBSI.

Menurutnya, setelah meraih gelar ini, tugas Greysia/Apriyani tentu belum selesai. Keduanya bahkan harus mampu mengontrol ekspektasi berbagai pihak yang dibebankan kepada mereka ke depannya.

“Harus bisa menjaga ekspektasi diri sendiri, pengurus PBSI dan masyarakat. Pokoknya sekarang fokus dulu ke diri sendiri,” ungkap mantan pebulu tangkis yang pernah membela Inggris tersebut.

Usai dua tur Eropa, para pebulu tangkis akan bersiap mengikuti kejuaraan China Open Super Series Premier 2017 dan Hongkong Open Super Series 2017. Para pebulu tangkis elite juga tengah berburu poin untuk dapat tampil di kejuaraan bergengsi BWF Final Super Series 2017 di Dubai.

Di France Open Greysia /Apriyani menumbangkan Lee So Hee/Shin Seung Chan (Korea Selatan) dengan skor 21-17, 21-15.  (*)

Hanna Punya Modal Kuat

AWAL yang mudah bagi Hanna Ramadini dan Dinar Dyah di Bitburger Open 2017. Keduanya mampu mengalahkan lawan-lawannya di babak I dalam ajang yang dilaksanakan di Jerman tersebut.

Hanna menang dua game 21-16, 21-13 atas Delphine Lansac dari Prancis pada Rabu waktu setempat (1/11/2017). Sementara, Dinar juga unggul straight game 21-11, 21-15 atas pebulu tangkis Swiss yang lolos dari babak kualifikasi Sofie Dahl.

Di babak kedua, Hanna menjajal ketangguhan Pai Yu Po. Wakil Taiwan ini lolos usai menumbangkan unggulan ketiga Busanan Ongbamrungphan (Thailand) dengan 21-19, 12-10. Game kedua tak dilanjutkan karena Busanan mengundurkan diri.

Hasil ini membuat kans Hanna menembus perempat final lebih terbuka. Busanan merupakan momok bagi pebulu tangkis peringkat 35 dunia tersebut. Dalam tiga kali pertemuan, Hanna tak pernah menang.

 Sebaliknya dengan Pai, yang punya ranking 51 dunia. Hanna menang tiga kali dan hanya sekali kalah. Kemenangan terakhir dipetiknya di  New Zealand Open 2017 dengan 21-12, 21-19.  (*)

Wakil Sakura Jajal Pebulu Tangkis Pelatnas




PB Sakura Surabaya sejajar dengan klub-klub elite di Indonesia. Itu setelah salah satu pebulu tangkisnya, Aldo Purnomo, bisa berlaga di ajang Sirnas Jawa Timur Premier 2017 yang dilaksanakan di Surabaya pada 6-11 November.

''Aldo sudah mempunyai ID PBSI. Sehingga, dia sudah bisa turun dan bermain di kelompok tunggal putra dewasa,'' kata pemilik PB Sakura Ade Darma.

Dia mengaku mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu Aldo memiliki ID PBSI. Sehingga, atlet asal Tuban tersebut sudah bisa turun ke pertandingan resmi di bawah kalender PBSI.

''Hanya, sekarang, kondisi Aldo belum fit 100 persen. Engkelnya masih sakit,'' ujar Ade.

Dia berharap pada saat sirnas, Aldo sudah pulih. Di babak I Sirnas Jatim Premier, pebulu tangkis yang mirip dengan mantan tunggal terbaik Jepang Kenichi Tago tersebut memperoleh bye.

Nah, baru di babak II, dia mendapat lawan yang tak boleh di pandang sebelah mata. Aldo, yang lama berada di Singapura, bersua dengan wakil Pelatnas PBSI, Ramadhani M. Zulkifli.

''Semoga Aldo bisa berada dalam penampilan terbaiknya,'' tandas Ade. (*)

Nitya Kembali Tampil

PENANTIAN Nitya Krishinda Maheswari bisa tampil berakhir. Namanya terdaftar turun dalam Macau Open Grand Prix Gold 2017 yang dilaksanakan pekan depan.

Hanya, kini, dia tak lagi berpasangan dengan tandem lamanya, Greysia Polii. Pebulu tangkis asal Blitar tersebut dipasangkan dengan Yulfira Barkah. Di babak I, Nitya/Yulfira berjumpa dengan pasangan yang lolos dari babak kualifikasi.

Sebelumnya, Nitya lama absen karena cedera yang dialami. Ini membuat PBSI khususnya pelatih Eng Hian pun melakukan bongkar pasang. Greysia yang sudah senior dipasangkan dengan Apriyani.

Racikan Didik, sapaan Eng Hian, ternyata ampuh. Greysia/Apriyani sudah meraih dua gelar. Yang lebih spektakuler, Minggu lalu (29/10/2017), keduanya mampu naik ke podium terhormat turnamen super series, France Open 2017. Padahal, Greysia/Apriyani bukan masuk daftar unggulan.

Ini semakin membuat PBSI bakal tak memisahkan mereka. Artinya, pasangan Greysia/Nitya susah untuk disatukan lagi. Meski, keduanya pernah menyelamatkan muka Indonesia dalam Asian Games 2016. Ketika itu, mereka meraih emas ganda putri. (*)

Ke Cipayung untuk Persiapan

KONSENTRASI Sony Dwi Kuncoro tengah tercurah ke dua ajang bergengsi. Dia bersiap berlaga di China Open Super Series Premier dan Hongkong Super Series 2017.

Keduanya dilaksanakan November ini. China Open, yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu, dilaksanakan di Fuzhou pada 14-19 November. Sementara Hongkong Open yang berhadiah USD 400 ribu dilaksanakan sepekan kemudian (21-26 November).

''Saya harus memulai dari babak kualifikasi. Ranking saya belum bisa untuk langsung ke babak utama,'' kata Sony.

Saat ini, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut terdampar di posisi 67. Ranking itu masih jauhg dari jalan ke babak utama.

Namun, itu tak membuat Sony patah semangat. Dia tetap berangkat ke kedua ajang tersebut.

Bahkan, sebagai persiapannya, juara tiga kali Asia dan peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut kembali berlatih di Pelatnas Cipayung.Hanya durasinya tak lama.

''Saya hanya empat hari di sana. Biar nggak kaget ,'' ujar bapak dua putri ini. (*)

Baru Berat di Babak II

TUNGGAL putri Indonesia terus diberi kesempatan berkembang. Memang, ajang yang diikuti bukan level tinggi, super series atau super series premier.

PBSI mengirim srikandi-srikandi Cipayung di turnamen di bawahnya. Seperti yang dilakukan pekan ini di Bitburger Open. Dalam ajang level grand prix yang dilaksanakan di Jerman itu, induk organisasi bulu tangkis Indonesia tersebut mengirim dua wakil, Hana Ramadini dan Dinar Dyah.

Untuk bicara juara memang termasuk mustahil. Hanya, menembus babak kedua bukan hal yang susah.

Di babak I, Hana ditantang wakil Prancis Delphine Lansac. Sedangkan Dinar berhadapan dengan wakil dari kualifikasi.

Nah, baru di babak kedua, kemampuan dan kualitas Hana dan Dinar. Besar kemungkinan, Hana akan bersua dengan unggulan ketiga asal Thailand Busanan Ongbamrungphan dan Dinar juga menantang pebulu tangkis Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, Pornpawee Chochuwong, yang merupakan unggulan ketujuh. (*) 

Paris Bersahabat bagi Tontowi/Liliyana

FRANCE Open bersahabat bagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Setelah pada 2014, kali ini keduanya kembali mampu naik ke podium juara dalam turnamen yang masuk level super series tersebut.

Dalam final yang dilaksanakan di Paris pada Minggu waktu setempat (29/10/2017), Tontowi/Liliyana menghentikan perlawanan Zheng Siwei/Chen Qingchen, unggulan teratas dari Tiongkok, dengan dua game langsung 22-20, 21-15.

Kemenangan ini juga membuat Siwei/Qingchen, yang juga pasangan nomor satu dunia tersebut, membayar kekalahan di final World Championships 2017.

Penampilan Tontowi/Liliyana di final memang luar biasa. Ketinggalan 3-9 tak membuat semangat mereka padam.

Ketenangan dan kesabaran di lapangan membuat pasangan peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 ini justru membuat Zheng/Chen kerepotan. Penempatan bola Liliyana dan smash Tontowi seringkali gagal dikembalikan dengan baik.

“Kunci kemenangan kami memang bermain tenang dan bisa menikmati permainan dan merasa rileks. Kami tidak mau memikirkan menang atau kalah, coba yang terbaik saja dulu. Kami tahu mereka mau balas kekalahan, jadi kami tetap fokus terus. Zheng/Chen adalah pasangan yang bagus, kami tidak mau memberi kesempatan kepada mereka,” ujar Tontowi usai laga seperti dikutip media PBSI.

Dia mengakui sudah sering bertemu Zheng/Chen. Apalagi, dalam dua pertemuan terakhir, Tontowi/LIliyana bisa menang.

''Ini menjadi modal buat kami, membuat kami percaya diri. Gelar-gelar penting sudah kami dapatkan, seharusnya kami tampil rileks di turnamen level super series,” tambah Liliyana.

BWF Super Series Finals 2017 menjadi target selanjutnya bagi Tontowi/Liliyana pada penutup tahun. Mereka juga tercatat bakal mengikuti China Open Super Series Premier 2017 serta Hongkong Open Super Series 2017.

“Kami sudah enam kali tanding di super series finals dan belum pernah tembus semifinal. Dengan bekal gelar di tahun 2017 ini serta penerapan strategi yang benar, komunikasi terus sama Owi, saya yakin kami bisa juara di sana, mudah-mudahan kami bisa,” ujar Liliyana. (*)

Super Series pun Diraih

KEJUTAN ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu mencapai klimaks. Mereka mampu membawa pulang gelar dari turnamen super series, French Open 2017.

Dalam final yang dilaksanakan Minggu waktu setempat (29/10/2017), Greysia/Apriyani mengalahkan waki; Korea Selatan (Korsel) Lee So- hee/Shin Seung-chan dengan straight game 21-17, 21-15. Pasangan senior-junior ini merupakan racikan baru Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI, Eng Hian yang diduetkan pada Mei 2017 lalu. Sebelumnya, Greysia/Apriyani juga menjadi juara di Thailand Open Grand Prix Gold 2017.

Dalam partai final, Lee/Shin, yang akhir-akhir ini tampil baik di sejumlah turnamen, tak dapat meredam strategi permainan yang diterapkan Greysia/Apriyani. Juara Denmark Open Super Series Premier 2017 ini terlihat tak dapat mengembangkan permainan mereka seperti biasanya. Sebaliknya, Greysia/Apriyani tampil memukau dengan kontrol penuh dalam pertandingan.

“Kami sudah mempelajari permainan lawan, tadi pagi diskusi lagi sama pelatih, bagaimana sih pola main Lee/Shin? Kami well prepared banget, dan kami bisa mengaplikasikan di lapangan. Yang bisa bantu kami aplikasikan strategi adalah kekuatan mental,” kata Greysia seperti dikutip dari media PBSI

Dia mengaku senang dengan penampilan di babak pemungkas. Apri, sapaan karib Apriyani, bia kontrol semua.

''Apalagi final, bukan pertandingan yang mudah. Namun dia bisa stabil, percaya diri dan ini membantu saya di lapangan,'' puji Greysia.

Greysia yang lebih senior, sudah sering mencicipi podium juara. Berbeda dengan Apriyani yang merupakan pemain muda, ini adalah pengalaman pertama baginya.

“Rasanya masih tidak percaya, karena saya senang banget. Dari awal memang saya diminta untuk percaya diri, awalnya sempat ragu, tapi saya dibimbing senior dan pelatih saya. Saya bingung mau berkata apa lagi, rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” sebut Apriyani sambil mengusap air mata haru.

Perjalanan Greysia/Apriyani Menuju Podium Juara
Babak I: vs Maiken Fruergaard/Sara Thygesen (Denmark) 21-17, 21-8

Babak II: vs Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (x4/Jepang) 21-19, 21-18

Perempat Final: Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto (x7/Jepang) 19-21, 21-13, 21-19

Semifinal: vs Chen Qingchen/Jia Yifan (x2/China) 21-5, 21-10

Final: vs Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korsel) 21-17, 21-15

Kembali Bisa Ungguli Ganda Malaysia

KEKALAHAN atas Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (Malaysia) di Australia Open 2017 cukup menyiksa Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Mereka pun siap membalasnya jika kembali bersua.

Akhirnya, kesempatan itu datang juga. Tontowi/Liliyana berjumpa dengan pasangan negeri jiran tersebut di perempat final French Open Super Series 2017.  Hasilnya, pasangan Indonesia menang 19-21, 21-14, 21-12 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Paris pada Jumat waktu setempat (27/10/2017). Skor pertemuan kini kembali diungguli Tontowi/Liliyana dengan kedudukan 2-1.

“Permainan kami di game pertama tadi dibilang jelek juga enggak, karena poinnya mepet. Tetapi kami kurang tenang di akhir. Lalu kami tidak mau memikirkan kekalahan di game pertama dan coba lagi di game kedua, kalau berusaha pasti ada jalan,” Liliyana seperti dikutip dari media PBSI.

 Namun, di game kedua dan ketiga, Liliyana menjelaskan, dia dan Tontowi melakukan tugas masing-masing dengan baik. Mereka bisa mengontrol permainan dan tampil lebih tenang.

“Lawan bermain cukup baik, tidak mudah dimatikan. Kalau tadi kami lengah, bisa berbahaya,” ungkap Tontowi.

Di babak semifinal, Tontowi akan berhadapan dengan wakil dari Tiongkok Zhang Nan/Li Yinhui.“Kami sudah sering bertemu. Kami harus lebih tenang di lapangan, karena kalau main tenang, aura juara kami keluar. Kalau sudah begini, lawan jadi ragu-ragu,” pungkas Liliyana. (*)

Rasakan Semifinal Pertama Super Series

KEJUTAN diukir Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Datang dengan status nonunggulan, keduanya berhasil menapaki babak semifinal French Open Super Series 2017. Bagi Apriyani yang lebih muda, ini adalah laga semifinal super series pertama dalam kariernya. Tiket semifinal direbut Greysia/Apriyani dengan menumbangkan ganda putri Jepang, Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto, dengan 19-21, 21-13, 21-19 dalam tempo permainan 76 menit.

Greysia/Apriyani sempat dibayangi kekalahan atas Tanaka/Yonemoto saat ditaklukkan pekan lalu di Denmark Open Super Series Premier 2017. Saat itu, Greysia/Apriyani kalah di saat poin-poin kritis.

“Waktu memimpin 20-18 itu memang sempat teringat kejadian di Denmark, lalu saya membuat kesalahan dan kedudukan menjadi 19-20. Saat itu saya berdoa dan berusaha untuk positif. Dari evaluasi kemarin kan memang Apri harus lebih tenang di saat-saat seperti ini. Dari segi permainan, kami terus memaksa untuk terus di pola kami, tidak mau lagi terbawa pola lawan seperti di pertemuan sebelumnya,” kata Apriyani seperti dikutip dari media PBSI.

Ketika kedudukan genting 20-19 setelah Apriyani gagal menyeberangkan shuttlecock, Greysia tampak menenangkan pasangannya yang lebih muda tersebut. Dia bilang ke Apriyaji, menang atau kalah, pasti dapat pelajaran dari pertandingan ini.

''Yang penting kami jangan sampai kehilangan aura kalau ingin menang. Tenang tapi tetap aktif. Ini yang sepanjang pertandingan saya katakan ke Apri,” ungkap Greysia ketika .

Greysia/Apriyani menjadi wakil Indonesia kedua yang lolos ke babak semifinal. Di ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sudah lebih dulu melaju. (*)

Felix Anthonius, Pelatih Junior Berbakat asal Hi-Qua Wima

Felix (dua dari kiri) di podium SBI 2014 di Surabaya
Pensiun Muda, Pernah Berpasangan dengan Juara Dunia



Berhenti di usia muda sebagai atlet tak membuatnya patah semangat. Sebaliknya, Felix Anthonius tertantang mencetak pebulu tangkis berprestasi.

--
SEORANG lelaki tengah duduk di sebuah pojok restoran cepat saji. Dengan memakai jaket warna merah, dia tampak memenangi telepon seluler.

Penulis kemudian datang menghampiri. Tak lama kemudian, lelaki bernama Felix Anthonius tersebut mengajak penulis masuk dan memesan makanan.

Empat buah ayam dan dua bungkus nasi dipesannya. Dua piring pun dibawa ke meja di bagian luar.

Rupanya, Felix usai menangani anak asuhnya di Hi-Qua Wima Surabaya. Dia pun juga bakal segera kembali melatih anak asuhnya di klub yang sama.

''Istirahat sebentar.Habis ini melatih lagi,'' jelas Felix.

Karena kerja kerasnya itu nama lelaki kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 15 November 1974 tersebut masuk dalam jajaran pelatih yang sukses mencetak pebulu tangkis muda . Bukan hanya sebagai pelatih, sebenarnya saat menjadi pebulu tangkis, Felix sempat memberikan harapan besar.

Dia pernah direkrut klub besar, Djarum Kudus. Sebelumnya, Felix mengenal bulu tangkis di klub asal Surabaya, Wima, kini menjadi Hi-Qua Wima.

''Sejak usia 11 tahun saya mulai berlatih dan bergabung Wima. Ini karena keinginan saya untuk bisa menjadi pebulu tangkis,'' kenang Felix.

Hanya dalam waktu dua tahun, kemampuannya tercium Djarum. Pada 1988, Felix ditempa di Kudus yang menjadi markas klub yang disponsori perusahaan rokok tersebut.

Di Djarum, Felix mampu mempersembahkan prestasi. Felix ikut berkontribusi ketika Djarum menjadi juara Ardath Trophy and Masters 1990 di Bandung, Jawa Barat.

''Saya turun di nomor ganda. Ketika itu, saya dipasangkan dengan Sigit Budiarto,'' terang Felix.

Kelak di saat senior, Sigit menjadi salah satu andalan Indonesia di nomor ganda. Dengan capaiannya antara lain juara dunia 1997, All England 2001 dan 2003. Felix menganggap dia belum rezeki dan nasibnya tak bisa mengikuti jejak pasangannya tersebut.

''Cedera lutut yang membuat saya kemudian memilih keluar dari Djarum dan kembali ke Wima pada 1992. Saya cedera saat salah tumpuan dalam latihan,'' ujar Felix.

Wima, ujarnya, menjadi pilihan karena dia ingin membagi ilmu kepada pebulu tangkis muda yang dilatihnya. Apalagi, di klub tersebut ada sosok Ferry Stewart yang menjadi panutan Felix.

Ferry merupakan sosok pelatih yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencetak pebulu tangkis. Belajar dari Ferry, dia sukses melahirkan para atlet yang levelnya mendunia.

Tercatat ada nama Sony Dwi Kuncoro, Febriyand Irvanaldy, Ricky Widianto, Selvanus Geh, hingga Ade Yusuf. Nama-nama itu mampu menembus kerasnya persaingan di Pelatnas Cipayung.

Bahkan, Sony mampu meraih medali perunggu di Olimpiade Athena 2004. Sony juga pernah tiga kali menjadi juara Asia yakni pada 2002, 2003, dan 2005. Sedangkan Febriyand, yang juga turun di tunggal, pernah menjadi juara di ajang Sirkuit Nasional.

Sementara, Ricky, Selvanus, dan Yusuf merupakan pebulu tangkis spesialis nomor ganda. Ketiganya pernah menjadi penghuni Pelatnas PBSI. Namun, dari mereka, kini tinggal Ade yang masih bertahan.

Berkat polesan Felix dari junior, Ricky, Selvanus, dan Ade pernah mengharumkan Indonesia dengan menjadi juara di turnamen internasional.

Ricky pernah juara di India Grand Prix Gold 2015, Selvanus di New Zealand 2015 berpasangan dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo, yang kini menjadi ganda papan atas dunia dengan Marcus Gideon. Sedang Ade baru saja menjadi juara dengan Wahyu Nayaka di Vietnam Open 2017.

Karena itu, Felix sempat menjadi pelatih di Thailand. Itu dilakukannya pada 2005-2010 atau dia usai menangani Tim Jawa Timur dalam Kejurnas. Atlet yang ditangani  salah satunya Tontowi Ahmad, yang kelak menjadi peraih emas Olimpiade Rio 2016 di nomor ganda campuran dengan Liliyana Natsir. Saat itu, dalam Kejurnas di Bali 2002, Tontowi menembus semifinal ganda putra berpasangan dengan Teguh Siswanto.

Pada 2005–2009, Felix menjadi pelatih di Trillert Udohthani.Salah satu anak asuhnya yang kini menjadi pebulu tangkis andalan Thailand adalah Saapshiree Taerattanachai. Kini, dia masuk peringkat 10 besar dunia di nomor ganda putri. Kemampuan Felix juga memikat Tananon Bangkok. ''Setahun saya di Tananon,'' ungkapnya.

Tapi, semua itu belum menghentikan keinginan Felix terus mencetak pebulu tangkis berbakat. Saat kembali ke Hi-Qua Wima pada 2010,  ada beberapa anak asuhnya yang ditangani mulai menunjukan potensi besar.

Sebut saja Tabita Kristian/Jannatul A'la dan Lisa Anjeli. Tabita/Jannatul merupakan juara ganda putri kelompok pemula putri dalam Sirnas Li-Ning Jogjakarta 2013dan Kalimantan Open 2013. Tahun lalu, mereka juga naik ke podium terhormat ganda taruna putri di Sirnas Li-Ning Jatim.

Sedangkan Lisa merupakan juara Kejurkot Piala KONI Surabaya 2017 di nomor tunggal remaja putri.

Dari semua yang sudah dicapai, hasil dalam Djarum Superliga Badminton Indonesia 2014 yang paling berkesan. Dengan materi yang tak diunggulkan, Hi-Qua Wima mampu diantarkannya menembus babak semifinal dan akhirnya menduduki posisi ketiga dalam ajang yang dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, tersebut. (*)


Biodata
Nama: Felix Anthonius
Lahir: Surabaya,15 November 1974
Alamat: Kupang Panjaan IIIA/29 Surabaya
Pengalaman:
1984-1987: Wima
1988-1992: Djarum Kudus
Prestasi:
-Juara tunggal di Sinar Mutiara Tegal
-Posisi III Suryanaga Open Surabaya
-Posisi II Elang Open Jogjakarta
-Posisi III Bimantara Jakarta Open
-Juara Beregu Ardath Trophy XI, Bandung (berpasangan dengan Sigit Budiarto
-Juara Beregu Ardath Trophy XII, Jember (berpasangan dengan Sigit Budiarto)
-Juara Ardath Master I, Jakarta (berpasangan dengan Sigit Budiarto)

1993– 2000    :   Pelatih PB Hi-Qua Wima Surabaya
Menangani  Sony Dwi Kuncoro, Febriyan Irvanaldi , Ade Yusuf , Selvanus Geh, Ricky Widianto, Imam Tohari

2001 – 2004    :  Tim Kejurnas Jawa Timur
Atlet yang ditangani  Tontowi Ahmad

 2005 – 2009    :   Pelatih di Trillert Udohthani, Thailand
Atlet yang ditangani Saapshiree Taerattanachai

 2009 – 2010    : Pelatih di Tananon Bangkok, Thailand

2010 – sekarang   : Pelatih di P.B HI – Qua Wima, Surabaya

2014        :   1. Membawa Hi-Qua Wima di Posisi III Djarum Superliga Badminton Indonesia Beregu Putra
2015        : 1. Ofisial Hi-Qua Wima di Djarum Superliga Badminton Indonesia di Bali

Bisa Rasakan Lagi Podium Terhormat

KEGAGALAN Marcus 'Sinyo' Fernaldi/Kevin Sanjaya menjadi juara berakhir. Keduanya pun bisa kembali merasakan naik ke podium terhormat.

Itu dilakukan Sinyo/Kevin di Japan Open 2017. Dalam final yang dilaksanakan di Tokyo pada Minggu waktu setempat (24/9/2017), mereka mengalahkan wakil tuan rumah Takuto Inoue/Yuki Kaneko dengan skor 21-12, 21-15.

Gelar ini sekaligus menjadi yang keempat buat Kevin/Marcus sepanjang tahun 2017. Sebelumnya mereka sudah mengoleksi titel juara dari All England, India Open Super Series dan Malaysia Open Super Series Premier 2017.

“Secara keseluruhan kami main cukup bagus. Mungkin awal-awal sempat kurang menguasai lapangan. Karena shuttlecocknya juga beda dari Korea Open kemarin. Tapi setelah itu sudah enak mainnya dan lebih menguasai lapangan,” kata Sinyo seperti dikutip media PBSI.

Gelar ini, ungkapnya, sangat berarti. Alasanya, bisa membangkitkan kepercayaan diri setelah kemarin-kemarin sempat kalah terus.

''Kami bisa bangkit lagi. Jadi bagus buat menambah kepercayaan diri kami juga, ini sangat penting buat kami berdua,” sambung Kevin.

Laga final kali ini merupakan pertemuan ketiga Kevin/Marcus dengan Inoue/Kaneko. Pada dua pertemuan sebelumnya, Kevin/Marcus selalu berhasil memetik kemenangan. Terakhir di India Open 2017, Kevin/Marcus menang 21-16 dan 21-18.

 “Saya tidak menyangka akan menang mudah. Saya pikir akan ramai. Karena kemarin-kemarin mereka mainnya bagus dan safe, defendnya juga nggak gampang mati. Mungkin mereka juga agak nervous, jadi agak terburu-buru,” ucap Sinyo.

Game pertama berlangsung dalam 12 menit saja. Kevin/Marcus dengan baik dan cepat berhasil merebut poin demi poin. Tak banyak reli yang terjadi pada game pertama ini. (*)

Kali Ini hanya Sampai Semifinal

PASANGAN ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto tak bisa mengulang sukses pekan lalu. Mereka menyerah kepada pasangan Tiongkok Wang Yilyu/Huang Dongping 14-21, 19-21 di babak semifinal Japan Open Super Series Premier 2017.

Padahal, pekan lalu, di final Korea Open Super Series 2017, Praveen/Debby menang atas lawan yang sama dengan 21-17, 21-18. “Tadi kami kalah tenaganya dari lawan. Sama tadi juga ada reli yang kami turun fokusnya,” kata Jordan usia laga semifinal Japan Open 2017 di Tokyo (23/9/2017) seperti dikutip media PBSI.

Sebenarnya, tambah Debby, pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok,  tampil tak berubah. Hanya,kali ini, mereka jauh lebih berani buat mengangkat bola.

''Mereka berani membuka dulu, berani defend dan balik serang. Di sini juga bolanya berat dan mereka cukup solid. Mereka nggak takut-takut out. Kalau kemarin di Korea kan ada angin, jadi mereka nggak bisa angkat bola seleluasa hari ini,” ungkap Debby.

Meski tak berhasil mencapai partai puncak, Jordan/Debby mengaku tetap bersyukur dengan pencapaian mereka di Jepang kali ini. Kekalahan ini juga membuat Indonesia sejak 2008 tak pernah lagi menjadi juara di Japan Open.Ketika itu, pasangan M. Rijal/Vita Marissa naik ke podium juara.  (*)

Lin Dan Gagal Ulangi 2015

KEPERKASAA N Lin Dan terus tergerus. Gelar juara sudah bukan menjadi hal yang mudah bagi pebulu tangkis asal Tiongkok tersebut.

Sejak April lalu, Lin Dan gagal naik ke podium terhormat. Terakhir, pebulu tangkis yang dijuluki Super Dan tersebut hanya sampai babak perempat final Japan Open 2017.

Langkahnya dihentikan Son Wan-ho dari Korea Selatan dengan dua game langsung 15-21, 15-21 di Tokyo pada Jumat waktu setempat (23/9/2017). Ini menjadi kekalahan ketiganya dari Wan-ho selama 16 kali pertemuan.

Sebenarnya, Japan Open bukan ajang yang asing bagi Lin Dan. Lelaki berjuluk Super Dan itu pernah menjadi pemenang pada 2015. Ketika itu, dia mengalahkan wakil Denmark Viktor Axelsen dengan tiga game yang ketat 21-19, 16-21, 21-19.

Tahun ini, Lin Dan sebenarnya sudah dua kali menjadi juara yakni di Swiss Open dan Malaysia Open. (*)

Astrup/Rasmussen Bisa Jadi Mimpi Buruk

PASANGAN Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus ''Sinyo' Fernaldi Gideon harus mulai memikirkan variasi permainan. Alasannya, lawan-lawan yang dihadapi mulai hapal dengan gaya bermain pasangan ganda putra terbaik Indonesia tersebut.

Usai dipaksa ketat di babak I, kali ini Kevin/Sinyo harus tampil tiga game 21-13, 11-21, 21-18 saat menghadapi pasangan Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, di babak kedua Japan Open Super Series 2017 di Tokyo pada  Kamis waktu setempat (21/9/2017).

 Sebelumnya, rekor pertemuan mencatat, dalam empat kali pertandingan, Kevin/Marcus selalu bisa mendapat kemenangan. Terakhir di Singapore Open 2017, Kevin/Marcus menang 21-12, 21-15.

Bahkan, jika masih bermain monoton, mantan pasangan nomor satu dunia itu bisa pulang lebih awal. Alasannya, di babak perempat final, Kevin/Sinyo akan berjumpa lawan tangguh, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen.

Pasangan Denmark itu menang dalam pertemuan terakhir. Ironisnya itu terjadi di Indonesia Open Super Series Premier 2017 lalu. Kevin/Sinyo kalah  dua game langsung 16-21, 16-21. (*)