WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

» »Unlabelled » Taufik Hidayat, Magnet di Bulutangkis

TAUFIK Hidayat bakal pensiun sebagai pebulu tangkis. Jika tak ada aral melintang, tahun ini merupakan tahun terakhirnya.
 Tentu banyak kenangan yang ditinggalkan lelaki 10 Agustus 1981 . Sebagian besar bisa dibaca dari buku karangan Broto Happy W. dan Erly Bahtiar. Kedua jurnalis wartawan tabloid BOLA tersebut menceritakan perjalanan Taufik Hidayat dari awal hingga 2003, tahun buku tersebut diterbitkan.
 Dari sampulnya, kita juga sudah tertarik. Taufik begitu serius hendak melakukan serve. Dengan sampul hitam dan di atasnya terdapat tulisan Biografi Taufik Hidayat dan judulnya MAGNET DI BULUTANGKIS. Buku setebal 93 halaman tersebut juga diisi foto-foto berwarna tentang Taufik sejak kecil hingga 2003.
 Buku terbitan Bhakti Gemilang itu menulis semua aspek Taufik. Mulai awal karir dia, pencapaian di masa junior, hingga masuk pelatnas dan panen prestasi yang digapai. Tentu tak lupa juga dengan bumu asmara lelaki asal kelahiran Bandung itu.
 Sejak terjun di bulu tangkis dengan bergabung klub SGS (Sangkuriang Graha Sarana), anak pasangan Aris Haris dan Enok Dartilah tersebut sudah merasakan susah. Dia harus rela berlatih mulai pulang sekolah jam 12.00 WIB dan baru masuk rumah lagi pukul 20.00. Ini wajar karena Taufik harus menempuh jarak 80 kilometer pulang pergi.
 Di klub yang dibina pengurus PB PBSI Lutfi Hamid tersebut, dia kali pertama ditangani Iie Sumirat. Nama ini bukan sembarangan pelatih. Semasa aktif menjadi pebulu tangkis, dia menjadi andalan Indonesia di era 1970-an.
 Iie pun sudah mencium bakal Taufik. Untuk itu, dia pun tak segan berbagi ilmu. Hasilnya, Taufik pun mulai menjuari berbagai turnamen  dengan dimulai di Solo pada 1993. Dia pun hanya butuh tiga tahun untuk bisa masuk pelatnas.
 Di buku MAGNET DI BULUTANGKIS ini, juga dibahas naik turunnya prestasi Taufik. Bagaimana dia bisa berjaya di Indonesia Terbuka hingga lima kali dan mengejar ambisi menyamai rekor Ardy B. Wiranata yang kampiun enam kali. Serta bagaimana tangguhnya Taufik yang sukses kali pertama mengantarkan Indonesia menjadi juara Piala Thomas 2000.
 Tapi, di sisi lain, ada juga kepedihan Taufik dengan kegagalan menjadi juara All England 2000 dan 2001. Selain itu, ada tangis Taufik saat kalah di final Piala Thomas 2002. Sudah? Belum, emosi Taufik kalah di final beregu Asian Games 2002 juga ditulis dengan menarik.
 Sanksi PBI PBSI atas Taufik juga disajikan dengan  detail. Kritikan Taufik kepada PBSI agar tak dipimpin dengan gaya militer. Imbasnya, palu sanksi dari PB PBSI yang dipimpin Soebagyo H.S. pun diterima. Kesedihan Taufik juga tergambar saat pelatih kesayangannya, Mulyo Handoyo, doputus kontrak oleh PB PBSI. Taufik pun berontak dan mengaku tak cocok ditangani pelatih lain selain Mulyo. 
 Yang tak kalah menariknya, tentu saja bumbu asmara Taufik dengan beberapa wanita. Nama petenis Wynne Prakusya, artis Nola AB Three, serta Deswita Maharani pun pernah dekat dengan lelaki yang diberi anugrah ganteng tersebut.
 Karena diterbitkan 2003, tentu cinta Taufik ditulis sangat serius saat dekat dengan Deswita. Bahkan, keduanya sempat tunangan. Deswita pula yang mendampingi Taufik saat mau hijrah ke Singapura. 
 Tapi, seiring perjalanan waktu, hubungan asmara Taufik dan Deswita, yang sebenarnya sudah masuk tahapan tunangan, pun kandas.
 Kini, Taufik pun menjadi suami dari mantan ketua KONI Pusat Agum Gumelar, Ami Gumelar dan menjadi bapak dua anak. Taufik pun sudah punya gedung latihan yang menempa para pebulu tangkis muda. (*)

Apa itu buku Magnet di Bulutangkis
Diterbitkan: 2003
Tebal: 93 halaman
Penulis: Broto Happy dan Erly Bahtiar
Buku ini ditulis sebelum Taufik meraih emas Olimpiade Athena 2004. Setelah ini, belum ada lagi buku yang mengupas tentang perjalanan karirnya.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama