SETIA: Agus Dwi Santoso (foto: djarum) |
Saat ini, sudah banyak pelatih asal Negeri Jamrud Khatulistiwa, julukan Indonesia, yang membagi ilmunya ke pebulu tangkis negeri lain. Lihat blogSebut saja Rexy Mainaky yang pernah menjadi pelatih di Inggris, Malaysia, dan Filipina. Kemudian ada Hendrawan yang rela meninggalkan pelatnas untuk menangani Malaysia. Terakhir, Paulus Firman yang juga hijrah ke negeri jiran setelah terdepak dari Cipayung, sebuatan pelatnas PB PBSi karena lokasinya di Cipayung, Jakarta Timur. Tapi, beda dengan Agus Dwi Santoso
‘’Sejak 1981,saya sudah bergabung dengan Djarum sebagai pemain. Sampai sekarang, saya pun masih berstatus sebagai pelatih Djarum,’’ kata Agus saat ditemui di sela-sela Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013.
Berkat Djarum pula, dia merasakan suka duka menjadi penghuni pelatnas. Sebagai pebulu tangkis, kawah candradimuka olahraga tepok bulu tersebut dihuninya antara 1985-1989.
Saat itu, tentu susah baginya untuk menjadi andalan utama. Saat itu, Indonesia mempunyai tunggal putra yang tangguh pada diri Ardy B. Wiranata, Alan Budikusuma, Joko Supriyanto, hingga Hermawan Susanto.
‘’Setelah tak di pelatnas, saya kembali ke Djarum. Saya juga mulai menjadi pelatih,’’ ungkap lelaki asal Malang, Jawa Timur, tersebut.
Sebagai pelatih, Agus pun sudah bolak-balik ke pelatnas. Kali ini, dia masuk pelatnas 2011 lalu. Sayang, dia hanya bertahan setahun.
‘’Ya kalau enggak di pelatnas ya kembali lagi ke Djarum. Djarum yang mau ngopeni saya,’’ terangnya sambil tertawa.
Meski tidak mengatakan menerima, tapi dia mengaku akan mempertimbangkan jika ada tawaran menangani tim mancanegara. Syaratnya, apa yang diberikan kepadanya lebih bagus dibandingkan di Indonesia serta Djarum. (*)