DIKLAT:GOR FIFA di Sidoarjo (foto; sidiq) |
SIDOARJO begitu dekat dengan Surabaya. Bahkan, Kota Udang, julukan Sidoarjo, menjadi satelit bagi ibu kota Jawa Timur tersebut.
Tapi, jarak tersebut bisa menjadi bumi dan langit kalau berbicara masalah prestasi bulu tangkis. Surabaya dikenal sebagai salah satu gudangnya pebulu tangkis dunia. Bahkan, Kota Pahlawan, julukan Surabaya, telah melahirkan dua juara olimpiade, Alan Budikusuma (juara tunggal putra Olimpiade Barcelona 1992) dan Tony Gunawan (juara ganda putra bersama Candra Wijaya pada Olimpiade Sydney 2000).
Sidoarjo? Jangankan bicara juara olimpiade, juara nasional senior pun belum pernah lahir dari daerah tersebut.
Tapi, jangan buru-buru memvonis Sidoarjo akan selalu ketinggalkan dalam prestasi olahraga tepok bulu dengan tetangganya tersebut. Ini setelah seorang gila bulu tangkis M. Thoriq bertekad memajukan prestasi daerahnya.
Lelaki yang terjun di bisnis supplier tersebut bukan cuma mengandalkan semangat. Tapi,dia pun tak takut-takut mengeluarkan uang demi memenuhi asanya tersebut.
Buktinya, dia punya gedung bulu tangkis masih tergolong baru di kawasan Rangkah Kidul, Kecamatan Sidoarjo Kota. Gedung tersebut berdiri di lahan seluas 1.200 meter persegi.
‘’Nilainya masuk ratusan juta. Ini juga banyak dibantu teman-teman,’’ kata Thoriq.
Gedung itu pun sudah dipakai untuk berlatih para pebulu tangkis binaannya. Kebetulan, dia punya klub dengan nama FIFA. Eit, tapi jangan salah. Ini tak ada hubungannya dengan federasi sepak bola internasional (FIFA).
‘’Nama ini gabungan nama anak rekan dan anak saya, Farel dan Rafi. Akhirnya, kami pakai nama depan dan belakang kedua anak tersebut menjadi FIFA,’’ ungkap Thoriq.
Saat ini, FIFA telah mendidik 18 pebulu tangkis usia muda. Dengan 6 di antaranya merupakan pebulu tangkis putri.
‘’Mereka sudah kami diklatkan. Apapun yang mereka lakukan seperti sekolah,makan, dan mes gratis. Jadi, para pebulu tangkis tersebut hanya konsentrasi berlatih untuk meraih prestasi tanpa perlu memikirkan yang lain,’’ ungkap Thoriq.
Harapannya, dalam jangka waktu yang panjang, para pebulu tangkis tersebut bisa merasakan kerasnya atmosfer pelatnas Cipayung. Namun, pihak FIFA, ungkap Thoriq, juga akan bertindak tegas dalam mendukung karir pebulu tangkis.
‘’Kami akan melakukan sistem promosi degradasi. Yang tak bisa berkembang tentu kami ganti dengan yang lebih bagus,’’ ucap lelaki yang juga ikut membantu pembangunan jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) tersebut. (*)