Eddyanto Sabarudin bersama Presiden BWF Paul Erik. |
''Banyak petugas pertandingan yang dari Indonesia,'' kata Eddyanto Sabarudin, Kasubid Turnamen dan Perwasitan PP PBSI.
Di antara dua petugas menjadi wasit yakni Tommy Oscariano dari Surabaya (Jawa Timur) dan Wahyana dari Jogjakarta.
''Paling tugas jadi hakim garis, ada 38 orang. Semuanya pilihan PP PBSI,'' terang lelaki yang sudah 10 tahun lebih menjadi Sekum Pengprov PBSI Jatim tersebut.
Hanya, jumlah hakim garis sebanyak itu, terang Eddy, sapaan karib Eddyanto Sabarudin, masih kurang. Tambahan 10 orang, lanjutnya, berasal dari luar negeri.
Indonesia sendiri sudah tiga kali dipercaya menjadi host Kejuaraan Dunia. Selain tahun ini, pada 1980 dan 1989, event yang diikuti para pebulu tangkis terbaik di setiap negara tersebut juga dilaksanakan di ibu kota Indonesia tersebut.
Hanya, pada 1980 dianggap lebih sukses. Alasannya, itu juga diikuti oleh dari segi prestasi.
Saat itu, Indonesia memperoleh empat gelar dari Rudy Hartono (tunggal putra), Verawaty (tunggal putri), Ade Candra/Christian Hadinata (ganda putra), dan Christian Hadinata/Imelda Wiguna (ganda campuran). Hanya,di ganda putri, Indonesia gagal juara. Ambisi Verawaty/Imelda Wiguna di final dikalahkan Nora Pery/Jane Webster dari Inggris.
Sementara, pada 1989, merah putih gagal total dengan tak meraih satu gelar pun. Meski, sebenarnya, Indonesia meloloskan dua wakilnya di final yakni Ardy Wiranata (tunggal putra) dan Eddy Hartono/Verawaty Fajrin. (*)