MANIS: Tontowi/Liliyana saat juara dunia 2013 (foto:badzine) |
Saat itu, sebelum menuju tangga terhormat, Tontowi/Liliyana mengalahkan pasangan tuan di babak semifinal dan final. Di empat besar, pasangan asal Pelatnas Cipayung tersebut menang tiga game 15-21,21-18, 21-13 atas Zhang Nan/Zhao Yunlei. Kemudian, di laga pemungkas, giliran Xu Chen/ Ma Jin yang dipermalukan 21-13, 16-21, 22-20.
Tapi, tahun lalu, saat Kejuaraan Dunia digeber di Kopenhagen, Denmark, Tontowi/Liliyana absen. Cedera Tontowi memaksa kedua gagal mempertahankan gelar.
Posisi terhormat disabet wakil Nan/Yunlei. Bahkan, di babak final, mereka menundukkan rekannya sendiri, Chen/Jin.
''Kami berharap Tontowi/Liliyana bisa menjadi juara,'' ungkap Ahmad Budiharto, Wakil Sekjen PP PBSI.
Meski bermain di depan publik sendiri, bukan berarti jalan Tontwi/Liliyana menjadi juara terbentang luas. Ganda yang sama-sama berasal dari klub Djarum Kudus tersebut punya rekor tak apik kalau bermain di kandang sendiri.
Buktinya, mereka tak pernah menjadi juara Indonesia Open. Bahkan, tahun ini, langkah Tontowi/Liliyana hanya sampai babak semifinal.
Perjalanan keduanya dihentikan oleh Nan/Yunlei. Ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, ini bisa disebut sebagai musuh besarnya.
Hanya, Tontowi/Liliyana punya rekor buruk dengan Nan/Yunlei. Dalam 15 kali pertemuan, mereka hanya menang lima kali. Ironisnya, dalam lima kali pertemuan terakhir, mereka tak pernah menang.
Selama 2015, Tontowi/Liliyana hanya sekali menjadi juara yakni dalam Kejuaraan Asia. Sayang, di turnamen All England yang sudah tig kali dijuarai malah lepas. Lagi-lagi, langkah mereka tersandung Nang/Yunlei. (*)