Sebelum era Lee Chong Wei, Malaysia punya Wong Choong Han. Dia juga pernah menjadi pebulu tangkis tunggal putra nomor satu dunia. Tapi, mengapa dia ada di Surabaya pada Juli lalu?
--
POSTURNYA tak banyak berubah. Padahal, sudah 12 tahun tak bertemu.
Saat di lapangan, pukulannya tetap keras. Begitu juga dengan penempatan shuttlecocknya.
Bedanya, kecepatannya sudah jauh menurun. Itu wajar karena usianya sudah tak muda lagi.
''Saya sekarang sudah 39 tahun. Usia yang sudah tak muda lagi,'' kata Choong Hann saat ditemui di GOR Sudirman, Surabaya, pada akhir Juli 2016.
Hanya, dia tetap tak bisa meninggalkan bulu tangkis. Baginya, olahraga tepok bulu tersebut sudah menjadi bagian hidup.
Sehingga, dia tak menolak saat dipercaya menjadi salah satu pemandu bakat dalam program KEM Badminton. Meski, dia harus rela terbang ke Surabaya, Indonesia.
''Sekarang, bulu tangkis sudah tak ada batas. Yang penting, olahraga ini bisa berkembang di dunia,'' ujar mantan finalis Kejuaraan Dunia 2003 tersebut.
Bahkan, dia mengaku kaget dengan talenta-talenta yang ditemukannya di Kota Pahlawan, julukan Surabaya. Pebulu tangkis yang usianya 10-12 tahun, yang masuk kategori KEM Badminton, sudah mempunyai skill di atas rata-rata.
''Dari beberapa tempat saya melakukan pemantauan di KEM Badminton, Surabaya paling baik. Susah untuk menilai siapa yang layak masuk camp karena kualitasnya berimbang,'' ujar Chong Hann.
Ya, selain di Surabaya, KEM Badminton juga melakukan audisi di empat tempat di Malaysia. Ini membuat Choong Hann bisa menilai kualitas peserta.
Setelah dari lima wilayah,pebulu tangkis yang lolos akan digembleng di Kuala Lumpur,Malaysia. Rencananya akan dipilih 20 dari Indonesia dan 20 dari Malaysia.
Peraih medali emas nomor tunggal di Pesta Olahraga Persemakmuran (Commonwealth Games) 1998 tersebut juga akan menularkan ilmu. Tentu menjadi sebuah moment berharga, khususnya bagi wakil dari wilayah Surabaya.
''Tak masalah membagi ilmu dengan atlet Indonesia. Apalagi, ini sudah menjadi tugas saya,'' ujar Chong Hann.
Dia berharap dari ilmu yang diberikan akan sangat berguna bagi masa depan para penghuni camp. Paling tidak, di bulan November,gabungan wakil Indonesia dan Malaysia mampu mengatasi duta Jepang di Tokyo. (*)
Tak Sungkan Bagikan Ilmu
Tag: