WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Hanya Sisakan Jonatan

INDONESIA tinggal punya satu wakil tunggal putra di turnamen super series premier, Malaysia Open 2016. Ironisnya, pebulu tangkis tersebut bukan Tommy Sugiarto yang menjadi andalan terdepan merah putih.

Putra legenda bulu tangkis Icuk Sugiarto tersebut sudah kalah dari wakil Hongkong Wong Wing Ki 21-8, 16-21, 11-21 dalam pertandingan babak I yang dilaksanakan di Shah Alam pada Rabu waktu setempat (6/4/2016).  Bukan pula Ihsan Maulana Mustofa yang merupakan tunggal kedua terbaik Indonesia.

Ini dikarenakan dia juga menyerah mudah straight game 12-21, 17-21 kepada unggulan kelima Jan O Jorgensen dari Denmark. Anthony Ginting? Pahlawan Indonesia menjadi juara Kejuaraan Beregu Asia 2016 itu sudah angkat koper usai dilibas wakil tuan rumah Iskandar Zulkarnain dengan straight game 16-21, 19-21.

Lalu siapa? Ya, dia adalah Jonatan Christie. Lawan yang dikalahkannya 21-13, 12-21, 8-21 bukan pebulu tangkis sembarangan, Chou Tien Chen. Lelaki asal Taiwan ini merupakan unggulan ketujuh dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 550 ribu tersebut.

Ini menjadi kemenangan kedua Jonatan dari Tien Chen dalam dua kali pertemuan. Sebelumnya, dia unggul di Indonesia Super Series Premier 2015.

“Dari awal, saya sudah pasang strategi untuk menekan lebih dulu,'' ungkap Jonatan seperti dikutip dari media PBSI.


Selanjutnya di babak kedua, Jonatan menantang Hu Yun. Atlet Hongkong tersebut menghentikan perlawanan Ajay Jayaram dari India dengan 21-17, 21-14.

Dari sisi ranking, Jonatan kalah jauh. Dia ada di posisi 37 sedangkan Hu Yun 12.

“Untuk main di lapangan ini saya rasa siapa saja bisa menang, asal berani dan percaya diri.,” ujar Jonatan.  (*)

Jadi Seperti Kembang Api

KALAH: Lindaweni (foto;PBSI)
SUDAH seperti kehabisan kata untuk membicarakan sektor tunggal putri.Kekalahan demi kekalahan sudah selalu menghampiri.

Perihnya lagi, kekalahan tersebut selalu terjadi di babak utama. Ini pun kembali terjadi di turnamen super series premier, Malaysia Open 2016.

Indonesia langsung tak punya wakil di babak II ajang berhadiah total USD 550 ribu tersebut. Dua srikandi merah putih, Maria Febe Kusumastuti dan Lindaweni Fanetri, kalah oleh lawan-lawannya.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Shah Alam pada Rabu waktu setempat (6/4/2016), Febe, sapaan karib Maria Febe, menyerah kepada  Cheung Ngan Yi dari Hongkong, dengan 18-21, 21-19, 9-21. Tak lama berselang, Lindaweni pun dihentikan wakil Thailand Porntip Buranaprasertsuk dengan dua game yang mudah 16-2i, 10-21.

“Dia tipe-tipe pemain nyerang, sementara saya  tadi bola depannya kaya banyak ngasih dia buat enak menyerang. Di game pertama sebenarnya sudah tahu harusnya main bagaimana , lawan juga sempat kesulitan. Tapi akhirnya malah saya yang nggak bisa keluar,” kata Lindaweni seperti dikutip situs PBSI

Dia mengaku kecewa dengan penampilannya tersebut. Apalagi dirinya kini tengah berjuang berebut poin dengan Febe menuju Olimpiade Rio 2016.

 “Inginnya bisa membalikkan performa terbaik saya. Saya nggak ingin seperti kembang api, yang cuma keluar sekali. Saya sangat ingin mengeluarkan kemampuan terbaik saya,” ungkap Lindaweni.

 Penampilan pebulu tangkis yang masih tercatat anggota Suryanaga, Surabaya, itu di awal2016 ini belum memberikan hasil yang gemilang. Di German Open GPG 2016 dia terhenti di babak dua. Kemudian, di All England 2016, Lindaweni dikalahkan Nozomi Okuhar (Jepang) di babak dua. Terakhir di India Open Super Series 2016, Lindaweni kalah di babak pertama dari Yui Hashimoto (Jepang).

Di Malaysia Open, sejak 1997, tak ada lagi wakil Indonesia yang juara tunggal putri. Kali terakhir yang bisa melakukannya adalah Susi Susanti. (*)

Tantangan Mengejar Gelar Kesebelas

LABIL: Penampilan Lee Chong Wei jadi sorotan (foto:thetar)
LEE Chong Wei tetap tenang. Dia tak frustasi dalam menghadapi turnamen super series premier, Malaysia Open 2016.

Padahal, penampiannya tengah dalam sorotan. Ini menyusul hasil buruk dalam dua turnamen terakhir yang diikuti,

Di All England Super Series Premier 2016, dia langsung tersingkir di babak pertama. Ditempatkan sebagai unggulan kedua, Chong Wei dipermalukan wakil India Sai Praneeth.

Setelah itu, di India, dia tumbang di babak kedua. Mantan tunggal putra nomor satu dunia tersebut dilibas Wei Nan dari Hongkong.

“Saya dalam kondisi bukan terbaik saat ini,'' kata Chong Wei seperti dikutip media Malaysia.

Baginya, Malaysia Open punya sejarah tersendiri. Lelaki 33 tahun tersebut sudah 10 kali. Tahun ini, Chong Wei mengejar gelar kesebelasnya.

Hanya, dia tetap memprioritaskan medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, pada Agustus mendatang.

''Target saya adalah di olimpiade. Semua tak ada artinya kalau menang di semua turnamen tapi kalah di olimpiade,'' ungkap Chong Wei.

Hanya, dia berharap tetap bisa bermain baik di Malaysia Open. Turnamen tersebut sudah diikutinya sejak 2004.

Di babak I Malaysia Open 2016, Chong Wei berjumpa dengan Takuma Ueda. Pebulu tangkis Jepang tersebut tampil dari babak kualifikasi. (*)

Anthony Ginting yang Paling Ringan

Jonatan  menembus babak II (foto PBSI)
KOMPLET sudah trio muda Indonesia di ajang super series premier, Malaysia Open 2016. Ini setelah Jonatan Christie lolos dari jeratan kualifikasi.

Dia mampu memetik dua kali kemenangan dalam pertandingan yang dilaksanakan di Shah Alam pada Selasa waktu setempat (5/4/2016). Di laga perdana, Jonatan menang dua game yang ketat 21-10, 27-25 atas wakil tuan rumah Zulfadli Zulkifli.

Ini membuat dia lolos ke final kualifikasi. Unggulan keempat tersebut meraih tiket ke babak elite usai unggul dua game langsung 21-8, 21-12 atas Kenta Nishimoto dari Jepang.

Hanya, di babak utama, tugas berat sudah menghadang Jonatan. Dia langsung bersua unggulan ketujuh asa Taiwan Chou Tien Chen.

Namun, pebulu tangkis yang mempunyai ranking 37 dunia tersebut punya modal bagus. Jonatan pernah mempermalukan lelaki peringkat delapan dunia tersebut di Indonesia Open 2015. Di ajang super series premier tersebut, Jonatan menang dua game langsung 21-18, 21-19.

Sebelumnya, di babak utama, dua rekan Jonatan di Pelatnas Cipayung, Ihsan Maulana Mustofa dan Anthony Ginting, sudah menunggu. Di babak I, Ihsan berjumpa dengan unggulan kelima Jan O Jorgensen.

Duel ini menjadi pertarungan perdana bagi Ihsan dengan wakil Denmark. Hanya, kalau bicara ranking, dia tak ada apa-apanya.Kini, Ihsan akan di posisi ke-32 atau 27 setrip di bawah Jorgensen.

Sedangkan Anthony bakan menantang Iskandar Zulkarnain Zainuddin. Pebulu tangkis Malaysia tersebut merupakan penakluk mantan tungga putra terbaik Indonesia Sony Dwi Kuncoro di kualifikasi.

Anthony belum pernah berjumpa dengan Iskandar. Hanya, dibandingkan dua rekan lainnya, lawan yang dihadapi paling ringan.(*)

Sony Gagal Tembus Babak Utama

TERSUNGKUR: Sony Dwi Kuncoro tersingkir di babak kualifikasi
SONY Dwi Kuncoro langsung angkat koper dari turnamen super series premier Malaysia Open 2016. Dia kaah di babak I kualifikasi turnamen yang menyediakan hadiah total USD 550 ribu tersebut.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Shah Alam pada Selasa waktu setempat, Sony menyerah rubber game 16-21, 21-18, 10-21 kepada wakil tuan rumah Iskandar Zulkarnain Zainuddin. Pertandingan sengit ini memakan waktu 54 menit.

Secara ranking, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut memang kalah. Saat ini, Sony ada di posisi 70 sedangkan Iskandar di ranking 42.

Namun, sebenarnya, Sony pernah mengalahlan lawannya. Hanya, itu terjadi pada 2013 di Indonesia Open. Saat itu, Sony menang 21-13, 21-12.

Malaysia Open bukan turnamen yang asing bagi arek Suroboyo tersebut. Bahkan pada 2013, Sony nyaris juara.

Pebulu tangkis yang kini berusia 32 tahun tersebut mampu menembus babak final. Sayang, dia dipaksa mengakui ketangguhan pahlawan tuan rumah Lee Chong Wei dengan dua game langsung 7-21, 8-21.

Pekan lalu, Sony mampu menembus babak utama di ajang super series, India Open. Dia pun melangkah dari babak kualifikasi.

Dengan ranking yang tak terlalu bagus, Sony memang harus selalu melalui ajang super series atau super series premier dari kualifikasi. (*)

Gagal Lanjutkan Sukses di Orleans

INDONESIA membuang peluang. Kans meraih dua gelar dalam Orleans Challenge 2016 melayang.

Padahal, dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 17.500 tersebut, merah putih menempatkan dua wakil di babak final. Sayang, di nomor tunggal putri Fitriani dan pasangan ganda putra Hardianto/Kenas Adi Haryanto menyerah kepada lawan-lawannya.

Fitriani yang datang tanpa status unggulan menyerah rubber game 15-21, 21-10, 21-7 kepada wakil Malaysia Goh Jin Wei. Pertandingan ini memakan waktu 56 menit.

Sebelumnya, Fitriani,59, peringkat  juga sudah dua kali bertemu dengan lawannya yang kini berperingkat 88 dunia tersebut. Hasilnya,Januari lalu di India Grand Prix Gold 2016, dia kalah 9-21, 9-21 dan Agustus 2015 tumbang 17-21, 21-9, 8-21 di Singapura International Series.

Sementara, Hardianto/Kenas takluk 21-13, 12-21, 19-21 kepada wakil Swedia Richard Eidestedt/Nico Rupapen dari Swedia. Sebenarnya, di atas kertas, pasangan didikan Pelatnas Cipayung tersebut lebih diunggulkan.

Ranking Hardianto/Kenas yang di 63 dunia jauh di atas lawannya yang hanya 198. Apalagi, pekan lalu, keduanya baru saja menjadi juara di Polandia Challenge. Usai dari Orleans yang berada di Prancis, para wakil Indonesia akan kembali ke tanah air.  (*)

Lampauai Capaian Senior

PARA seniornya masih kering gelar ganda putra. Tapi, Markus 'Sinyo'' Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya malah sudah memborong dua gelar.

Yang pertama adalah di Malaysia Grand Prix Gold 2016. Adalam turnamen perdana yang diikuti selama 2016 ini, mereka mempermalukan pasangan senior Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.

Nah, raihan yang kedua lebih bergengsi. Ini karena  Sinyo/Kevin mampu menjadi juara di ajang bergengsi super series, India Open.

Dalam final yang dilaksanakan di New Delhi pada Minggu waktu setempat (3/4/2016), keduanya menundukkan rekannya sekaligus seniornya di Pelatnas Cipayung, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, dengan dua game langsung 21-17, 21-13. Pertandingan kedua pasangan merah putih ini memakan waktu 30 menit.

Meski sama-sama digembleng di Pelatnas Cipayung, tapi Sinyo/Kevin belum pernah bertemu Angga/Ricky di ajang resmi. Tapi, di atas kertas, mereka tak diungggulkan.

“Kami pertama mengawali gelar dari grand prix (Taiwan 2015), kemarin grand prix gold, dan sekarang bisa juara di super series. Kayanya tahun ini bisa lebih baik dari tahun kemarin. Karena tahun ini kami bisa lebih klop, mengerti permainan satu sama lain di lapangan. Kami semakin mengerti bagaimana tipe permainan masing-masing,” kata Sinyo usai pertandingan seperti dikutip situs PBSI.

Menghadapi rekannya sesama Pelatnas Cipayung, Kevin/Marcus mengaku sempat merasa tegang. Namun mereka akhirnya berhasil mengatasi ketegangannya dan merebut kemenangan.

“Awalnya kami tegang dan nervous. Tapi kami harus keluar dari hal itu. Lawan teman sendiri sebenarnya lebih sulit, karena kami sama-sama tahu. Tapi kali ini lawan terlihat tertekan dari awal, jadi kami bisa nekan sampai akhir,” ujar Kevin.

Di sisi lain, Angga/Ricky pun mengakui bahwa penampilan rekannya kali ini lebih baik. Namun, kekalahan tak membuat keduanya patah semangat.

''Kami akan cari kesempatan lagi di turnamen berikutnya,” ucap Angga.

 Indonesia berhasil membawa satu gelar dari New Delhi, India. Sebelumnya wakil ganda campuran yang juga main di final, Riky Widianto/Richi Puspita Dili, terhenti di posisi runner-up usai dikalahkan pasangan Tiongkok yang ditempatkan sebagai unggulan ketujuh Lu Kai/Huang Yaqiong 21-13, 21-16. (*)

Distribusi gelar India Super Series 2016

Tunggal putra: Kento Momota (Jepang x2) v Viktor Axelsen (Denmark x5) 21-15, 21-18

Tunggal putri:Ratchanok Intanon (Thailand x4) v Li Xuereui (Tiongkok x3) 21-17, 21-18

Ganda putra:Markus Fernaldi/Kevin Sanjaya (Indonesia v )Angga Pratama/Ricky Karanda (Indonesia x7) 21-17, 21-13

Ganda putri: Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x3) v Naoro Fukuman/Kurumi Yonao (Jepang) 21-18, 21-18

Ganda campuran: Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok x7) v Riky Widianto/Richi Dili (Indonesia) 21-13, 21-16


x=unggulan

Yacob Rusdianto Mantu di Amerika

Yacob, istri, dan Monica bersama mempelai
YACOB Rusdianto punya gawe. Mantan Sekjen PP PBSI tersebut menikahkan anak gadisnya, Eveline Rusdianto.

Mantan petenis Jawa Timur di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 di Palembang, Sumatera Selatan, tersebut dipersunting Marc Klenotic. Hanya, acara tersebut dilaksanakan di negara mempelai pria, Amerika Serikat. ''Anak saya menikah di Gereja Cleveland, Ohio,'' kata Yacob melalui pesan singkat dari Negeri Paman Sam, julukan Amerika Serikat.

Ya, sejak beberapa hari terakhir, Yacob memang sempat mengirim pesan bahwa dirinya akan menunggui anak sulungnya tersebut menikah di Amerika Serikat. Meski sang ayah berlatar belakang bulu tangkis tapi Eveline lebih suka menekuni tenis.

Bahkan, dia sempat mempunyai ranking dunia. Ini dikarenakan dia rajin mengikuti berbagai turnamen internasional.

Hanya, karena kesibukannya sekolah membuat tenis pun ditinggalkan. Selama ini, Eveline mengambil jurusan kedokteran di Iowa Uni Des Moines.

''Kini,waktunya sebagai dokter ahli bedah sangat padat dan tidak mudah izin cuti. Kini, dia praktek di Akron General Hospital,'' ungkap Yacob yang juga mantan ketua Pengprov PBSI Jatim tersebut.

Selama di Amerika Serikat, Yacob didampingi istri dan putri keduanya, Monica Rusdianto. Sedangkan dua putranya, Christopher dan sang adik Erickson, tak bisa hadir.

Christopher merupakan pebulu tangkis spesialis ganda yang pernah masuk Pelatnas Cipayung. Sekarang, dia menjadi pebulu tangkis mandiri.

''Dia lagi banyak turnamen. Dia akan menyusul 15 April nanti pas graduation. Sedangkan Erickson pada Juni nanti akan ujian,'' ungkap Yacob.

Ericson yang juga pernah terjun sebagai pebulu tangkis tersebut mengambi jurusan finance management di RMIT. Tapi, dia masih sempat melatih di Melbourne University. (*)

Ke Final dalam Turnamen Perdana

FIGHT: Pasangan Riky/Richi Dili jatuh bangun (foto:PBSI)
PASANGAN Riky Widianto/Richi Dili mencoba bangkit kembali. Keduanya mampu menembus babak final turnamen super series, India Open 2016.

Di babak semifinal yang dilaksanakan di New Dehi pada Sabtu waktu setempat (2/4/2016), Riky/Richi menang rubber game 21-18, 13-21, 21-7 atas pasangan Thailand Bodin Issara/Savitree Amitrapai. Kemenangan ini membalas kekalahan 17-21, 17-21 di Vietnam Grand Prix 2015.

''Kami bersyukur bisa menembus final,'' tulis Riky dalam pesan singkatnya.

Di babak final yang dilaksanakan Minggu (3/4/2016), Riky/Richi, yang datang dengan status nonunggulan, akan menantang Lu Kai/Huang Yaqiong. Unggulan ketujuh asal Tiongkok tersebut menundukkan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na, unggulan kedua dari Korea Selatan, dengan 21-17, 17-21, 21-18.

Bagi Riky/Richi, Kai/Yaqiong merupakan momok. Dalam tiga kali pertemuan, mereka tak pernah menang.

Tapi, menembus babak final di ajang super series membuat Riky/Richi tetap layak dapat apresiasi. Selama hampir dua tahun, penampilan keduanya mendapat sorotan karena jeblok.

Pada 2015, keduanya sempat memberikan harapan. Riky/Richi mampu menjadi juara di India Grand Prix Gold. Tapi, setelah itu, kekalahan demi kekalahan menghampiri keduanya.

Bahkan, Riky dan Richi sempat dipisahkan. Di Indonesia Grand Prix Gold 2015 di Malang, Jawa Timur, Riky dipasangkan dengan Anisa Saufika. Sedangkan Richi dipindahkan ke ganda putri berpasangan dengan Rizki Amelia Pradipta.

Sukses menembus final ini diharapkan bisa menambah semangat Riky/Richi. Minimal, ini membuktikan bahwa keduanya belum habis.



''Untuk ke Olimpiade 2016 sudah nggak bisa. Tapi, kami akan selalu semangat dan bisa memberikan prestasi di setiap turnamen,'' ujar Riky.

India Super Series 2016 juga turnamen perdana bagi Riky/Richi. Bisa jadi jebloknya hasil tahun lalu membuat PP PBSI pun selektif mengirim pasangan yang sempat menembus ranking 10 besar dunia itu.(*)


Agenda final India Super Series 2016

Tunggal putra: Kento Momota (Jepang x2) v Viktor Axelsen (Denmark x5)

Tunggal putri: Li Xuereui (Tiongkok x3) v Ratchanok Intanon (Thailand x4)

Ganda putra:Angga Pratama/Ricky Karanda (Indonesia x7) v Markus Fernaldi/Kevin Sanjaya (Indonesia)

Ganda putri: Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x3) v Naoro Fukuman/Kurumi Yonao (Jepang)

Ganda campuran: Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok x7) v Riky Widianto/Richi Dili (Indonesia)

x=unggulan

Sejarah Baru dari India Open

Markus/Kevin usai memastikan ke final (foto:PBSI)
INDONESIA memastikan satu gelar dari India Super Series 2016. Dua pasangan Pelatnas Cipayung, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Markus ''Sinyo'' Fernaldi Gideon, menembus final turnamen berhadiah total USD 300 ribu tersebut.

Dalam semifinal yang dilaksanakan di New Delhi pada Sabtu waktu setempat (2/4/2016), kedua pasangan tersebut menang atas lawan-lawannya. Angga/Ricky, yang ditempatkan sebagai unggulan ketujuh, menumbangkan unggulan kelima Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel dari Korea Selatan dengan rubber game 21-18, 6-21, 21-19. Pertandingan ini memakan waktu 50 menit.

“Dari awal kami pemanasan lebih panas dan lebih siap. Kami langsung pegang mereka. Hari ini bisa main lebih in,” ujar Ricky seperti dikutip media PBSI.

Mengenai kedua, Angga/Ricky tak berhasil meneruskan performa baik mereka. Keduanya justru tertinggal cukup jauh, tak bisa mengembangkan permainan. Angga/Ricky kalah 6-21 di game dua.

 “Kami sudah pernah ketemu, jadi dari awal kami sudah pegang start di lapangan. Kami bisa menerapkan pola permainan kami. Tapi masuk ke game dua kami banyak tertekan. Sudah coba buat keluar tapi nggak bisa,” kata Angga.

Kemenangan ini membalas kekalahan pekan lalu di final Selandia Baru Grand Prix Gold. Saat itu, Angga/Ricky kalah dua game 14-21, 18-21.

 “Saat di Selandia Baru, mereka banyak protes bola masuk dibilang out, jadi merugikan kami. Di sini kami nggak mau terulang, jadi saya banyak protes ke wasit,” ungkap Ricky.

Sementara, Sinyo/Kevin menghentikan ambisi pasangan Malaysia Goh V Shem/Tan Wee Kiong dengan 21-15, 21-17. Pertandingan ini memakan waktu 34 menit.

Hasil ini juga membuat pasangan Indonesia tersebut membalas kekalahan di Swiss Grand Prix Gold 2015. Dalam pertandingan yang dilaksanakan 14 Maret 2015 itu, Sinyo/Kevin kalah 19-21, 19-21.

Meski berlatih bersama di Pelatnas Cipayung, tapi Angga/Ricky belum pernah berjumpa dengan Sinyo/Kevin. Tapi, memastikan gelar di nomor ganda putra di India Open, nama resmi India Super Series, sudah merupakan sejarah.
Padahal, ajang tersebut sudah dilaksanakan sejak 2008. (*)

Ingin Prestasi Suryanaga Lebih Tinggi

DUET: David Suryanaga dan Tri Kusharjanto
Dunia bulu tangkis punya sosok baru. Dia sudah dipercaya menjadi ketua umum klub besar Suryanaga.
---

SURYANAGA punya bos baru. Ini setelah ketua lama kub bulu tangkis legendaris asal Surabaya itu, Yacob Rusdianto, memilih menyerahkan tongkat kepemimpinannya kepada David Suryanata.

Siapa dia? ''Saya hanya penghobi bulu tangkis. Saya juga belum lama di Suryanaga,'' kata David.

Ajakan mantan pebulu tangkis nasional, Tri Kusharjanto, tak kuasa ditolak. Dia pun akhirnya sering berlatih di GOR Suryanaya.

''Mulai saat itu, saya ketemu banyak teman di Suryanaga,'' lanjut David.

Lelaki kelahiran 10 November 1978 tersebut  kena dengan Trikus, sapaan karib Tri Kusharjanto, karena pertandingan bulu tangkis. Dia mengajak peraih perak Oimpiade Sydney 2000 itu membela klubnya bertanding di Malang.

Mulai 30 Januari 2016, David pun dipercaya menjadi ketua umum PB Suryanaga. Pergantian itu dilakukan dalam sebuah acara di GOR Suryanaga.

David akan menjalankan tugasnya hingga lima tahun ke depan. Tapi, bukan hal yang ringan baginya.

Sewaktu di tangan Yacob, Suryanaga menjadi klub yang disegani. Banyak gelar yang mampu diraih.

Selain itu, beberapa pebulu tangkis dunia banyak yang berasal dari klub yang dulunya bermarkas di Pasar Besar tersebut.

Sebut saja nama Sony Dwi Kuncoro dan Alvent Yulianto. Keduanya mampu mengharumkan nama Indonesia di berbagai ajang internasiona.

''Saya ingin membawa Suryanaga juara. Kalau bisa di semua ajang,'' tegas David.

Ajang yang dibidik, lanjutnya, bukan hanya sirkuit nasiona. Tapi juga event kejurnas antarkub dan superliga badminton Indonesia.

Hanya, dia tak ingin ambisinya tersebut diraih dengan sistem karbitan dengan memboyong pelatih dan pebulu tangkis jadi dari klub lain.

''Ya kalau mau juara tentunya latihan yang keras,'' tutur David. (*)

Empat Srikandi Amankan Tiket Babak II

TANTANGAN: Fitriani menang mudah di babak I
TAK seperti biasanya, tunggal putri Indonesia belum banyak yang rontoh di babak I. Empat srikandi merah putih sudah melenggang ke babak II.

Hanya, ajang yang diikuti ini bukan turnamen kelas atas di level super series maupun super series premier. Tapi, Ramadini, Fitriani, Gregoria Mariska dan Ruselli Hartawan unjuk kemampuan daam Orleans International Challenge 2016 yang tengah berlangsung di Prancis.

Hanna berhasil lolos dari rintangan pertama kejuaraan berhadiah total USD 17. 500. Dia membalas kekalahan atas Sri Fatmawati, sesama pemain Indonesia. Kala itu Hanna dikalahkan Sri di kejuaraan Malaysia International Challenge 2015 dengan skor 21-17, 19-21, 20-22. Kini giliran Hanna yang menaklukkan Sri dalam dua game langsung, 21-13, 22-20 dalam pertandingan yang digelar pada Jumat waktu Prancis .

 Greogria juga melenggang ke babak kedua dengan pertarungan straight game atas Chloe Birch dari Inggris dengan 21-18, 21-16. Di babak kedua, Gregoria bakal mendapat lawan lebih berat, yaitu Olga Konon, unggulan kedua dari Jerman.

 Sementaram, Fitriani hanya butuh dua game untuk mengamankan tiket babak kedua. Dalam waktu 18 menit saja, Fitriani berhasil menaklukkan Lohaynny Vicente (Brasil)  dengan 21-8, 21-3. Sedangkan Ruselli menang atas Julie Finne-Ipsen (Denmark), dengan 21-13, 21-16.

 “Alhamdulillah saya diberi kelancaran sama. Lawannya biasa saja, memang kurang greget di lapangan,” kata Fitriani seperti dikutip situs PSI

Sayang, tunggal putri Indonesia lainnya, Dinar Dyah Ayustine, terhenti di tangan Goh Jin Wei, pebulu tangkis muda asal Malaysia, dengan  12-21, 14-21. (*)

 

Jangan Seperti di Selandia Baru

SEMIFINAL: Markus Fernaldi/Kevin Sanjaya (foto:PBSI)
PEKAN lalu, dua pasangan, Angga Pratama/Ricky Karanda dan Markus ''Sinyo' Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya, menembus babak semifinal Selandia Baru Grand Prix Gold. Kini, keduanya melakukan hal yang sama.

Angga/Ricky dan Sinyo/Kevin menembus empat besar di India Super Series 2016. Tentu,kejadian di Negeri Kiwi, julukan Selandia Baru, tak ingin terulang.

Dalam ajang berhadiah total USD 120 ribu tersebut, hanya Angga/Ricky yang menembus babak final. Harapannya, di India, kedua wakil Pelatnas Cipayung tersebut mampu mewujudkan all Indonesian finas (final sesama Indonesia).

Tiket ke empat besar India Super Series 2016 diperoleh Sinyo/Kevin usai keduanya menang straight game 21-11, 21-17 atas wakil Taiwan Chen Hung Ling/Chin-Lin Wang dalam pertandingan perempat final di New Dehi pada Jumat waktu setempat (1/4/2016). Ini merupakan pertemuan perdana kedua pasangan.

“Dari awal kami terus menekan lawan. Kami sangat siap dari mulai pertandingan, jadi lawannya juga kelihatan kaget tadi,” kata Kevin seperti dikutip media PBSI

Di babak semifinal, pasangan muda tersebut bertemu dengan Goh V Shem/Tan Wee Kiong. Duta Malaysia itu sukses menindas unggulan keempat Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark) 19-21,21-16, 21-13.

Bagi Sinyo/Kevin, pasangan negeri jiran tersebut pernah memberi memori buruk. Keduanya kalah di Swiss Grand Prix Gold 2015.

“Kami mau mencoba menyerang duluan. Tapi kalau di lapangan tidak sesuai perkiraan, kami akan menyiapkan strategi lain,” tambah Sinyo.

 Sedangkan Angga/Ricky memulangkan lebih awal unggulan kedua Kim Gi-jung/Kim Sa-rang dalam pertarungan rubber game 15-21, 21-17, 21-19. Kemenangan ini membalas pil pahit yang ditelan pasangan merah putih tersebut di Korea Super Series 2015 sekaigus membuat Angga/Ricky leading 2-1.

Untuk menembus babak pemungkas, pasangan nomor 10 dunia tersebut harus bisa menundukkan pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, lainnya Ko Sung-hyun/Shin Baek-cheol. Unggulan kelima ini diperempat fina menghentikan Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan) dengan 18-21, 21-15, 21-19. Sung-Hyun/Baek-cheol lah yang menundukkan Angga/Ricky di Selandia Baru. (*)

Hidup dari Pertandingan Ekshibisi

LEGENDA: Tri Kusharjanto yang tetap menunjukkan skill tinggi
Nama Tri Kusharjanto tak bisa dilepaskan dari dunia bulu tangkis. Dia termasuk salah satu legenda olahraga bulu tepok yang dimiliki Indonesia.
--

PERUTNYA sudah mulai membuncit. Dengan usia yang sudah mencapai 42 tahun, membuat dia sudah tak seperti dulu berlatih keras saat masih berstatus sebagai pebulu tangkis nasional.

Namun, itu tak mengurangi skill yang dimiliki oleh seorang Tri Kusharjanto. Pukulan dan penempatam shutlle cocknya membuat lawannyan kesusahan.

Apalagi, Trikus, sapaan karib Tri Kusharjanto, tetap selalu tampil fight. Meski, itu hanya sebuah pertandingan ekshibisi.

Seperti yang terjadi di GOR FIFA, Rangkah, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Rabu petang (30/3/2016).  Dia tampil layaknya sebuah pertandingan resmi.

Saat itu, Trikus berpasangan dengan Ketua Umum PB Suryanaga David Suryanata menghadapi juara dunia tunggal putra 1995 Hariyanto Arbi yang bertandem dengan pemilik FIFA Muhammad Thoriq.

''Saya mainnya ya begini. Tetap serius sehingga pasangan kita pun ikut semangat,'' kata Trikus.

Dia menyadari dengan kemampuan yang dimiliki masih bisa menghidupi keluarganya dari bermain. Hanya, bedanya, sekarang sudah bukan sebuah pertandingan resmi yang menyediakan hadiah besar.

''Dari ekshibisi ini saya bisa mendapat pemasukan. Kalau ada waktu, setiap undangan pasti saya hadiri,'' ungkap bapak dua anak tersebut.

Rekan setia yang sering mengundang Trikus bertanding bukan hanya di Jawa. Hampir seluruh pelosok negeri pernah disinggahi.

Hanya, nama seperti Davis dan Effendi, bos MusicaMusic, layak di kedepankan. Untuk itu, dia rela beberapa hari meninggalkan istri dan satu anaknya di Cibitung, Bekasi.  Salah satu anak Trikus, Rehan Noval Trikusharjanto, tinggal di mes karena masuk Djarum Kudus. 

''Perginya biasanya dua hari terus balik ke rumah,'' tambahnya.

Kalau pun turun dalam pertandingan resmi, kini Trikus hanya tampil di ajang veteran. Bahkan, dia baru saja menjadi juara dunia nomor ganda keompok umur 40-45. Dalam ajang yang dilaksanakan di Swedia tersebut, Trikus berpasangan dengan Haryanto Arbi.

''Tapi, sekarang saya punya kesibukan melatih di Mutiara Timur. Untung ada asisten sehingga bisa keluar seperti ini,'' ucap dia.

Trikus merupakan salah satu di antara bintang bulu tangkis Indonesia yang dibekali skill tinggi. Hal itu yang membuat dia nyaris meraih emas Oimpiade Sydney 2000 nomor ganda campuran berpasangan dengan Minarti Timur.

B ersama Minarti pula, dia menyabet berbagai gelar turnamen seperti Indonesia Open (1995, 1996, 1997, 1998,1999, dan 2001), Malaysia Open (1996 1998, 2000), Kejuaraan Asia  1996, ataupun finaiis All England 1997 dan semifinalis Kejuaraan Dunia 1997.

Selain itu, di ganda putra, Trikus menjadi juara Asia 2001 bersama Bambang Supriyanto dan 2004 dengan Sigit Budiarto. Serta mengantarkan Indonesia menjadi penentu juara Piala Thomas 2000 berpasangan dengan Halim Heryanto. (*)

Tanda-Tanda Sudah Memudar

Lin Dan gagal melangkah ke perempat final (foto:rio2016)
TANDA-tanda pamor Lee Chong Wei dan Lin Dan pudar semakin terlihat. Buktinya, keduanya l tersungkir di babak awal India Super Series 2016.

Padahal, keduanya diprediksi minimal mampu menembus babak semifinal. Alasannya, Chong Wei ditempatkan sebagai unggulan teratas dan Lin Dan di posisi keempat.

Tapi, apa yang terjaadi di New Delhi pada Kamis (31/3/2016) sungguh mengejutkan. Chong Wei dipermalukan Wei Nan dengan dua game langsung 19-21, 19-21. Pebulu tangkis Hongkong tersebut memang jadi momok bagi lelaki yang digelar Datuk oleh pemerintahan Malaysia tersebut.

Chong Wei pernah kalah oleh Wei Nan dalam pertemuan terakhir di Denmark Super Series Premier 2015. Pada pertandingan yang dilaksanakan 15 Oktober tersebut, dia menyerah 18-21, 19-21.

Meski, sebelumnya, dalam pertemuan perdana di Singapura Super Series 2014, Chong Wei melumat Wei Nan dengan 21-17, 21-15.Dari sisi ranking, sebenarnya, mantan tunggal putra terbaik dunia tersebut jauh lebih baik.

Saat ini, dia ada di posisi ketiga. Sedangkan Wei Nan di ranking 14.

Kegagalan ini membuat Chong Wei belum mengantongi juara di level super series atau pun super series premier.  Di All England 2016, nasibnya lebih tragis.  Dua kali finalis olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012, tersebut tumbang di babak I oleh wakil India Sai Praneeth yang tampil dari babak kualifikasi.

Sementara, di waktu yang sama, di babak II India Super Series 2016, Lin Dan, rival sekaligus sahabat Chong Wei, tumbang di tangan Son Wan-ho dari Korea Selatan dengan 13-21, 20-22. Kekalahan ini cukup mengejutkan.

Lin Dan datang ke India usai menjadi turnamen paling bergengsi di dunia, All England. Ini menjadi kemenangan kedua Wan-ho dalam 13 kali pertemuan.  Lelaki dengan ranking 13 dunia tersebut juga mengalahkan Lin Dan di Korea Super Series 2015. (*)

Axelsen Hentikan Langkah Sony

YUP: Viktor Axelsen (foto: badmintonladet)
SONY Dwi Kuncoro gagal melangkah jauh di India Super Series 2016. Langkahnya hanya sampai babak II daam ajang yang menyediakan hadiah total USD 300 ribu tersebut.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di New Dehi pada Kamis waktu setempat (31/3/2016), Sony menyerah tiga game 18-21, 21-18, 16-21 kepada Viktor Axelsen dari Denmark. Ini menjadi kekalahan kedua bapak dua anak tersebut dari pebulu tangkis jangkung tersebut.

Sebelumnya, empat tahun lalu di Singapura Super Series, Sony juga kalah. Hanya, pada 2012 itu, mantan tungga putra terbaik Indonesia tersebut kalah dua game langsung 17-21, 24-26.

Lolos ke babak II turnamen level super series sudah menjadi kredit tersendiri bagi Sony. Sebelumnya, dia sudah rontok di babak kualifikasi.

Bahkan, dalam dua turnamen yang sudah diikuti selama 2016, Malaysia Grand Prix Gold dan Thailand Grand Prix Gold. Hasilnya, Sony selalu tumbang di babak awal.

Hasil ini pula yang membuat ranking Sony mengalami penurunan. Dari ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (31/3/2016), peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut ada di posisi ke-70 atau turun tujuh setrip dibandingkan pekan lalu.

Sementara itu, di laga lainnya di nomor tunggal putra India Super Series 2016, wakil Indonesia lainnya Tommy Sugiarto dipaksa bertarung dua game yang ketat 24-22, 21-19 saat menghadapi Tanongsak Saensomboonsuk dari Thailand.

Kemenangan ini membuat Tommy mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 selama bersua dengan tunggal putra andalan Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut. Kali terakhir bertemu pada Jepang Super Series 2013, Tommy kalah.

Di perempat final, Tommy, yang diunggulkan di posisi kedelapan, akan ditantang Son Wan-ho asal Korea Selatan. Di babak II, Wan-ho mempermalukan unggulan keempat Lin Dan (Tiongkok) dengan 21-13, 22-20.

Tommy sudah empat kali bertemu dengan Wan-ho. Hasilnya, dia dua kali menang dan dua kali kalah.Hanya, dalam pertemuan terakhir dalam Kejuaraan Beregu Asia 2016, putra legenda bulu tangkis dunia Icuk Sugiarto tersebut kalah. (*)

Dua Legenda Sambangi FIFA Sidoarjo

MITRA: Hariyanto Arbi (kanan) dan Thoriq
PB FIFA membuat gebrakan. Mereka kedatangan dua pahlawan Piala Thomas Indonesia.
--
GOR FIFA di Rangkah, Sidoarjo, Jawa Timur, beda dengan biasa. Memang, aktivitas tepok bulu berlangsung di gedung milik M. Thoriq tersebut.

Namun, di tengah lapangan, ada dua sosok pebulu tangkis yang masuk kategori legenda di Indonesia, bahkan dunia. Ya, pada Rabu petang itu (30/3/2016), ada Hariyanto Arbi dan Tri Kusharjanto.

Mereka tengah melakukan pertandingan ekshibisi. Hariyanto berpasangan dengan Thoriq dan Trikus, sapaan karib Tri Kusharjanto, bertandem dengan ketua PB Suryanaga David Suryanata.

Pertandingan ini pun berlangsung seru. Hariyanto dan Trikus beberapa kali mengeluarkan kemampuan yang sempat membuat keduanya disegani di pentas bulu tangkis dunia.

Hariyanto dengan jumping smashnya yang membuat lelaki 44 tahun itu dijuluki Smash 100 Watt dan Trikus dengan kecerdikan yang membuat lelaki asal Jogjakarta tersebut mendapat sebutan Tricky.

''Mereka saya undang ke sini, khususnya Hariyanto Arbi. Dia memberikan coaching clinic kepada pebulu tangkis FIFA,'' terang Thoriq.

Dia berharap ilmu dan pengalaman yang dimiliki bisa mengangkat semangat anak asuhnya di FIFA. Apalagi, Thoriq punya semangat dan tekad untuk bisa melahirkan pebulu tangkis yang bisa mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional.

Selain Hariyanto dan Trikus, hadir pula jajaran pengurus Pengprov PBSI Jatim. Tampak Ketua Umum Wijanarko Adi Mulya, Bendahara Andre Yung, Wakil Sekretaris Martinus Rudi, dan Ketua Bidang Pertandingan Nanang Rofik Hidayat. (*)

Mantan Presiden RI Hadiri Syukuran Praveen/Debby

Megawati diapit Praveen/Debby (foto;PBSI)
ACARA demi acara merayakan gelar All England 2016 untuk Praveen Jordan/Debby Susanto belum juga berakhir. Seteah Djarum Kudus, asal klub keduanya, dan Pemprov Sumatera Selatan, asa daerah Debby, kini Hamid Awaluddin, salah satu pemerhati bulutangkis Indonesia, mengadakan sebuah acara syukuran sekaligus silaturahmi insan-insan bulu tangkis Indonesia lintas generasi.

 Seperti dikutip dari situas PBSI, selain Praveen/Debby dan para atlet yang berlaga di All England 2016 seperti Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, hadir pula para pelatih, perwakilan pengurus PP PBSI, serta mantan atlet mulai dari Tan Joe Hok, Lim Swie King, Christian Hadinata, Eddy Hartono, Susi Susanti, Ivana Lie, Rosiana Tendean, Hermawan Susanto, dan Sarwendah Kusumawardhani.

Dalam acara ini juga hadir beberapa tamu istimewa seperti mantan presiden RI Megawati Soekarno Putri, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, penguasaha Erick Thohir maupun presenter kondang Rosiana Silalahi.

Acara yang bersifat kekeluargaan ini dibuka dengan makan siang dan ramah tamah. Praveen/Debby sang juara, mendapat keistimewaan untuk duduk satu meja bersama Megawati, mantan orang nomor satu di Indonesia. Usai makan siang, Praveen/Debby diberi cendera mata sebagai bentuk ucapan selamat atas prestasi di All England yang berhasil mereka ukir.

 “Kami senang banget ya sampai ada syukuran atas kemenangan kami, apalagi dengan hadirnya Ibu Megawati, mantan presiden RI. Terima kasih kepada Pak Hamid atas terselenggaranya acara ini dan dukungannya selama ini kepada kami dan bulutangkis Indonesia,” tutur Praveen yang ditemui di restoran Sedap Aroma, Menteng.

Mengenai kedatangan Megawati, dituturkan Hamid bahwa dirinya memang senang membuat kejutan dalam acara yang digagasnya. Termasuk mendatangkan mantan orang nomor satu di Indonesia tersebut.

“Tan Joe Hok waktu juara dulu kan bertemu dengan ayahnya Megawati yaitu Soekarno. Nah saya pikir sekarang saatnya anaknya Soekarno yaitu Ibu Megawati yang hadir di tengah-tengah bulu tangkis masa kini,” ucap Hamid yang memang pecinta olahraga bulu tangkis sejak kecil. (*)

Hanya Beri 6 Poin buat Lawan

LAWAN RINGAN: Greysia Polii/Nitya Krishinda (foto;PBSI)
PASANGAN Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari ditempatkan di posisi teratas nomor ganda putri India Super Series 2016. Pada Rabu waktu setempat (30/3/2016), keduanya mampu memetik kemenangan yang membuat lolos ke babak II.

Menariknya, angka yang diambi oleh lawannya hanya enam. Ya, Greysia/Nitya menang 21-3, 21-3 atas pasangan Mesir Nadine Ashraf/Mena Eltanany.

Meski menang mudah, tapi kemampuan lawan tak bisa diremehkan.Ranking Nadine/Mena masih di kisaran 100 besar tepatnya di 63.

Kans memetik kemenangan mudah kembali terbentang di  babak II. Greysia/Nitya akan berjumpa dengan pasangan tuan rumah Gauri Asaji/Karishma Wadkar, yang di babak sebelumnya melibas rekan senegaranya sendiri Nimmi Patel/Saruni Sharma 27-25,21-18.

Ranking Gauri/Karishma jauh di bawah. Mereka ada di 425.

India Super Series 2016 menjadi bidikan Greysia/Nitya untuk bisa mengkahiri dahaga gelar selama 2016. Sudah dua turnamen yang dijalani, Jerman Grand Prix Gold dan All Engand Super Series Premier 2016.

Tapi, hasilnya tak sesuai harapan. Di Jerman, mereka kalah di semifinal dan sepekan kemudian di All England, pasangan peraih emas Asian Games 2014 tersebut langsung tersungkur di babak I. (*)

Empat Tahun Sony Tak Bertemu Axelsen

NANJAK: Viktor Axelsen (foto;twitter)
LANGKAH Sony Dwi Kuncoro di India Super Series 2016 sudah sampai babak II. Dia mampu mengalahkan pebulu tangkis tuan rumah Sai Pranneth dalam pertarungan dua game 22-20, 21-13 di New Delhi pada Rabu waktu setempat (30/3/2016).

Ini menjadi kemenangan kedua yang diraih Sony atas Pranneth. Sebelumnya, mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut unggul di Makau Grand Prix Gold 2014.

Di atas kertas, sebenarnya, Sony tak diunggulkan untuk menang. Rankingnya di posisi 63 dunia masih di bawah lawannya yang 34.

Selain itu, Praneeth tengah on fire. Dalam All England Super Series Premier 2016, dia menjungkalkan pebulu tangkis top dunia Lee Chong Wei asal Malaysia.

Di babak II, Sony akan menantang Viktor Axelsen. Di babak I, unggulan kelima asal Denmark tersebut menang tiga game 21-23, 21-14, 21-5.

Sony sudah lama tak berjumpa dengan Axelsen. Pada 2012 dalam Singapura Super Series, dia kalah dua game 17-21,24-26.

Saat itu, Sony masih digembleng di Pelatnas Cipayung. Selain itu, kini Axelsen termasuk pebulu tangkis yang menanjak pesat yang membuat rankingnya sekarang di posisi keenam.

Sukses Sony ini juga diikuti oleh Tommy Sugiarto. Menempati unggulan kedelapan, dia dipaksa bertarung ketat rubber game 21-18, 18-21, 21-18 atas Lee Dong-keun dari Korea Selatan.

Di babak kedua, Tommy ditantang Tanongsak Saensomboonsuk dari Thailand. (*)