WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Bersyukur Gedung Sudah Kelar

Sony Dwi Kuncoro Badminton Hall yang sudah bisa dipakai
SEBUAH bangunan baru berdiri megah di Medokan Asri Tengah. Di depannya terdapat foto seorang pebulu tangkis yang sering mengharumkan Indonesia di ajang internasional, Sony Dwi Kuncoro.

''Ini memang gedung bulu tangkis saya. Baru dua hari dibuka resmi,'' kata Sony saat ditemui pada Selasa (14/2/216).

Dia mengaku lega akhirnya apa yang diimpikan bisa kelar. Pembangunan gedung yang luasnya 4000 meter persegi tersebut memakan waktu dua tahun.

Bahkan, untuk mewujudkannya, materi yang dimiliki Sony ludes. Termasuk rumah yang pernah dibelinya di Jakarta saat masih digembleng di Pelatnas Cipayung.

''Termasuk juga tanah di Depok. Pokoknya semua uang tabungan hasil bermain bulu tangkis tersedot untuk pembangunan gedung ini,'' ungkap lelaki 32 tahun tersebut.

Gedung yang dinamai Sony Dwi Kuncoro Badminton Hall tersebut mempunyai enam lapangan. Dengan tinggi gedung 14 meter.Ini membuat gedung tersebut tak terasa panas pada siang hari.

''Semoga ke depannya gedung ini semakin ramai. Saya juga ingin bulu tangkis di Surabaya juga selalu maju,'' jelas peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut.(*)

Buang Peluang Menang

INDONESIA harus mengubur asa menjadi juara Asia Mixed Team Championships 2017.Langkah Angga Pratama dkk terhenti di babak perempat final.

 Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Hanoi, Vietnam, pada Jumat waktu setempat (17/2/2017), Merah Putih menyerah 2-3 kepada Jepang. Padahal, peluang menang sudah di depan mata. 

  Edi Subaktiar/Annisa Saufika menjadi partai penutup pertandingan . Saat Indonesia dalam posisi imbang 2-2, Edi/Annisa menjadi harapan untuk merebut poin penentu.

 Sayang mereka akhirnya menyerah dua game langsung dari Yuta Watanabe/Arisa Higashino, 16-21 dan 17-21.

“Setelah imbang 2-2, Edi/Annisa memang jadi harapan penentu kemenangan. Sayang ketika unggul 15-9 di game pertama, mereka malah terkunci dan kehilangan banyak poin. Di game kedua, posisi Edi/Annisa sudah tertekan. Sementara lawan permainannya makin berkembang,” kata Lius Pongoh, manajer tim Indonesia, seperti dikutip dari media PBSI.

Pada laga ini, Indonesia lebih dulu merebut dua poin melalui Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Hanna Ramadini. Tapi di partai ketiga, Muhammad Bayu Pangisthu tak bisa merebut poin untuk Indonesia.

“Penampilan Bayu masih di luar harapan. Dia harusnya tidak kalah mudah begitu. Dia terlalu ingin cepat-cepat menghabisi lawan. Padahal seharusnya enggak. Untuk ganda putra hasilnya sesuai prediksi kami. Hanna juga bisa bermain bagus,” ujar Lius.

Hasil Indonesia v  Jepang:

I.Ganda Putra: Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi vs Takeshi Kamura/Keigo Sonoda 22-20, 12-21, 21-14

II. Tunggal Putri: Hanna Ramadini vs Sayaka Sato 21-18, 23-21

III. Tunggal Putra: Muhammad Bayu Pangisthu vs Kenta Nishimoto 15-21, 16-21

IV. Ganda Putri: Anggia Shitta Awanda/Tiara Rosalia Nuraidah vs Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi 14-21, 13-21

V. Ganda Campuran: Edi Subaktiar/Annisa Saufika vs Yuta Watanabe/Arisa Higashino 16-21, 17-21 (*)

Tiongkok Malu Besar di Kandang

PV Sindhu hancurkan harapan wakil Tiongkok juara
AIB besar diterima Tiongkok di kandang. Mereka gagal total di ajang Tiongkok Open 2016.

Chen Long dkk tak bisa meraih satu gelar pun. Padahal, Tiongkok meloloskan empat wakil di babak final.

Hanya di nomor ganda putra, Negeri Panda,julukan Tiongkok, gagal menempatkan duta di laga pemungkas. Di nomor ini, final menyajikan partai pasangan Kevin Sanjaya/Marcus ''Sinyo'' Fernaldi dari Indonesia melawan Mathias Boe/Carsten Mogensen.

Gelar juara akhirnya disabet Kevin/Sinyo. Mereka menang  dua game langsung 21-18, 22-20.

Kegagalan Tiongkok diawali di ganda putri. Pasangan Huang Dongping/Li Yinhui menyerah kepada unggulan keenam asal Korea Selatan Chang Ye-na/Lee So-he 21-13, 14-21, 17-21.

Hasil buruk menular di partai kedua. Tunggal putri Sun Yu, yang diunggulkan di posisi kedelapan, dipermalukan unggulan ketujuh PV Sindhu dari India dengan 11-21, 21-17, 11-21.

Sebenarnya, harapan juara paling besar diletakan di pundak Chen Long. Namun, hasil di lapangan berkata lain.

Unggulan kedua ini harus mengakui ketangguhan wakil Denmark Jan O Jorgensen dengan straight game 22-20, 21-13.

Sebenarnya, di atas kertas, Chen Long lebih diunggulkan. Dalam sepuluh kali pertemuan sebelumnya, pebulu tangkis dengan tinggi 187 sentimeter tersebut hanya kali sekali.

Kekalahan Chen Long membuat Tiongkok tinggal bertumpu kepada pasangan anyar ganda campuran Zhang Nan/Li Yinhui. Tapi, lagi-lagi, wakil negeri terpadat penduduknya di dunia tersebut menyerah rubber game 13-21, 24-22, 16-21 dari pasangan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Sejak 1986, baru kali ini tuan rumah tak meraih satu pun gelar di Tiongkok Open. Bahkan, mereka pernah sapu bersih di 1987, 1995, dan 2001. (*)

Yes, Akhirnya Bisa Juara Super Series Premier

Selebrasi Kevin/Sinyo usai mengalahkan Boe/Mogensen
DAHAGA Indonesia selama delapan tahun tanpa gelar ganda putra di Tiongkok Open berakhir. Ini setelah pasangan muda Kevin Sanjaya/Marcus ''Sinyo'' Fernaldi Gideon mampu naik ke podium terhormat dalam ajang bergengsi di Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut pada Minggu waktu setempat (20/11/2016).

Dalam final yang dilaksanakan di Fuzhou, Kevin /Sinyo mengalahkan Mathias Boe/Carsten Mogensen dari Denmark dengan dua game yang ketat  21-18, 22-20. Ini menjadi gelar pertama buat Kevin/Sinyo di turnamen super series premier. Sebelumnya Kevin/Marcus memenangkan dua titel super series di India Open Super Series 2016 dan Australian Open Super Series 2016.

“Kami sangat senang bisa menjadi juara di sini. Ini merupakan gelar keempat kami tahun ini, setelah dua super series dan grand prix gold. Kami senang dengan hasil tahun ini, karena tahun lalu hanya bisa menang satu kali di grand prix,” ujar Sinyo seperti dikutip media PBSI.

Dia mengakui sempat mengalami kesulitan menyerang. Alasannya, shuttlecock yang digunakan sedikit berbeda.

''Kami banyak kasih bola-bola drive ke lawan. Kami hanya lebih fokus dan sabar saja di lapangan,” kata Marcus.

Pasangan Indonesia ini membuka game pertama dengan baik. Mereka unggul 2-0, 6-2 dan 11-7. Kevin/Sinyo sempat tersusul menjadi 11-14. Namun hal tersebut tak berlangsung lama. Mereka kemudian balikkan keadaan hingga menang 21-18.

Masuk ke game dua, Boe/Mogensen coba untuk merebut kendali permainan. Tapi Kevin/Sinyo terus berusaha mengejar poin.

Mereka kemudian memimpin dengan 20-16. Suasana sempat menegang ketika Boe/Mogensen mulai mendekat. Empat poin direbut lawan, posisi menjadi imbang 20-20. Beruntung akhirnya dua poin berikutnya berhasil diamankan Kevin/Marcus.

“Di poin-poin akhir game kedua saya sempet tegang di lapangan. Karena ini final premier saya yang pertama. Pas udah mau game malah tegang. Untung akhirnya bisa diatasi,” ungkap Kevin.

Kemenangan ini sekaligus membalas kekalahan mereka di pertandingan sebelumnya. Tahun lalu di Malaysia Open 2015, Kevin/Marcus kalah dari Boe/Mogensen dengan skor 22-20,13-21, 15-21. (*)

Hera Kuasai Tujuh Sirnas

DI kelompok tunggal putra, gelar juara sirkuit nasional(sirnas) bergonta-ganti. Tapi, beda dengan di sektor putri.

Dari delapan kali sirnas, ada sosok yang mampu menjuarai tujuh. Dia adalah Hera Desi.

Pebulu tangkis asal klub Mutiara, Bandung, tersebut hanya gagal di Semarang, Jawa Tengah. Langkah Hera hanya sampai babak semifinal.

Mantan penghuni Pelatnas Cipayung itu dihentikan musuh besarnya asal Semen Gresik Aprilia Yuswandari. Ketika itu, dia kalah tiga game 17-21. 21-13, 21-23.

Tapi, kekalahan tersebut dibayarnya tuntas dalam Sirnas Premier Seri Jawa Timur 2016.Dalam laga final yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Sabtu petang (19/11/2016), dia menundukkan Aprilia dengan dua game langsung 21-14, 21-18.

''Saya bersyukur bisa mengalahkan Aprilia. Bukan hal yang mudah untuk bisa juara di sini,'' kata Hera seusai pertandingan.

Hasil ini semakin lengkap karena dia juara di Kota Pahlawan, julukan Surabaya, tanpa kehilangan satu game pun. (*)


Gelar Hera Desi

Seri Banjarmasin (22-27 Februari)
v Aprilia Yuswandari (Semen Gresik) 21-10, 23-21

Seri Makassar (14-19 Maret)
v Febby Angguni (Tjakrindo Masters) 8-21, 1-13, 21-7

Seri Jakarta (2-7 Mei)
v Aprilia Yuswandari (Semen Gresik) 21-15,11-21, 21-19

Lampung (18-23 Juli)
v Devi Yunita (Djarum Kudus) 21-11,21-14

Cirebon (8-13 Agustus)
v Priskilia Siahaya (Exist Jakarta) 16-21, 21-16, 21-15


Medan (22-27 Agustus)
v Febby Angguni (Pertamina Jakarta) 21-14, 21-12

Semarang (24-29 Okyober)
-

Surabaya (14-19 November)
v Aprlia Yuswandari (Semen Gresik) 21-14, 21-18

Juara meski Baru Tiga Minggu Pegang Raket

VINI VIDI VICI. Saya datang, saya lihat, dan saya menang.

Hanya, kata lihat layak diganti dengan bertanding. Karena itulah yang dilakukan Dionysius dalam Sirkuit Nasional(Sirnas) Seri Jawa Timur 2016.

Kali bertanding di ajang sirnas setelah lima tahun lebih absen, dia mampu menjadi juara. Dalam final yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, Sabtu petang (19/11/2016), Hayom, sapaan karibnya, yang membela Djarum Kudus, mengalahkan Evert Sukamta, Tangkas Jakarta, dalam pertarungan tiga game 17-21, 21-14, 21-16. Laga puncak ini memakan waktu 1jam 10 menit.

Dalam ajang sirnas ini, dia tak menempati unggulan. Meski, dia lama menjadi andalan Indonesia di berbagai ajang internasional.

Alasannya, pebulu tangkis asal Jogjakarta tersebut hampir setahun absen. Cedera membuat dia harus naik ke meja operasi.

''Saya baru tiga minggu ini pegang raket. Jadi tadi kalau sempat ragu-ragu ya wajar,'' kata Hayom usai pertandingan final.

Dia berharap kemenangan di Kota Pahlawan, julukan Surabaya, bisa menjadi lompatan lagi baginya. Hayom ingin kembali mengukir prestasi di ajang internasional.

''Pinginnya sih bisa prestasi lagi,'' ucapnya.

Evert sendiri mengakui ketangguhan Hayom. Strategi jitunya di game pertama mampu dibaca lawanya di game kedua dan ketiga.

''Dia tak memberi kesempatan saya melakukan smash. Hayom banyak mengajak netting,'' pungkas Evert. (*)


Jalan Dionysius Hayom Rumbaka juara

Babak I: Husein Zayan (Malaysia) 21-8, 21-13

Babak II:Fikri Ihsandi Hadmadi (Tangkas x2) 21-16, 19-6

Babak III:Christofel Patricia (Mentari Tangerang) 21-19, 21-12

Perempat final: Thomi Azizan Mahbub (Djarum Kudus) 21-19, 21-16

Semifinal : Alamsyah Yunus (JE Enkei Jakarta) 21-19,21-15

Final: Evert Sukamta (Tangkas Jakarta) 17-2, 21-14, 21-16

x=unggulan

Hayom Tantang Mantan Raja Sirnas

KEPERKASAAN Dionysius Hayom Rumbaka belum habis. Meski, dia setahun absen dari panggung bulu tangkis.

Itu terbukti dengan masih bertahannya lelaki yang akrab disapa Hayom tersebut hingga babak semifinal Sirkuit Nasional (Sirnas) Premier Jawa Timur Open 2016. Tiket itu diperolehnya usai mengalahan rekan satu klubnya di Djarum Kudus, Thomi Azizan Mahbub, dengan straight game 21-19, 21-16 dalam pertandingan yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya.

Sebelumnya, di babak II, Hayom memulangkah lebih cepat unggulan kedua Fikri Ihsandi Hadmadi. Wakil Tangkas tersebut menyerah dua game langsung 21-16,19-6. Game kedua tak dilanjutkan karena Fikri mengalami cedera.

Di babak semifinal, Hayom akan menantang unggulan ketujuh Alamsyah Yunus. Wakil JR Enkei Jakarta tersebut menundukkan Yoga Sidik dari ISTC Sukabumi dengan 21-9, 21-14. Alamsyah dikenal sebagai mantan raja sirnas karena beberapa tahun lalu dia selalu mendominasi ajang tersebut.

Di Sirnas Premier Seri Jawa Timur 2016, Hayom tak masuk daftar unggulan. Ini dikarenakan mantan tunggal ketiga Piala Thomas Indonesia tersebut tak punya ranking.

Setahun absen karena cedera yang memaksanya naik ke meja operasi membuat Hayom tak bisa berlaga di semua turnamen. Selama setahun, dia hanya menjalani terapi dan perawatan.

Semifinal lain akan mempertemukan sesama pebulu tangkis nonunggulan Evert Sukamta (Tangkas Jakarta) dengan Abdul Kadir Zailani (Mutiara Bandung). Evert menembus empat besar usai menghentikan asa Panji Akbar Sudrajat (ICTC Sukabumi) dengan 27-25, 21-16. Sedang Abdul menumpaskan perlawanan Vicky Angga Saputra (Tangkas) dengan 21-16, 21-12. (*)

Masih Ada Kevin/Sinyo di Ganda Putra

PISAHNYA Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan membuat pasangan Kevin Sanjaya/Marcus 'Sinyo'' Fernaldi jadi tumpuan. Keduanya diharapkan semakin matang.

Untung, itu tak membuat Kevin/Sinyo terbebani. Sebaliknya, mereka menjadi tertantang.

Salah satunya di ajang Tiongkok Open Super Series Premier 2016. Kevin/Sinyo menjadi satu-satunya pasangan Indonesia yang masih bertahan hingga babak perempat final.putra Indonesia yang tersisa. Mereka lolos usai mengalahkan Marcus Ellis/Chris Langridge, Inggris, 21-16 dan 21-13.

“Dari awal, kami berusaha menikmati pertandingan. Kami terus menekan duluan,” kata Kevin seperti dikutip media PBSI.

Kevin/Marcus sempat beberapa kali tertinggal di game pertama. Namun, mereka tak patah arang untuk mengejar poin lawan.

Dengan penuh percaya diri, Kevin/Marcus terus menekan lawannya tersebut. Mereka unggu 18-14 dan menang 21-16.

Masuk ke game kedua, dominasi Kevin/Marcus semakin terasa. Mereka terus beradu kecepatan dan mencetak poin demi poin. Keduanya menang tanpa pernah tersusul lawan, 5-1, 12-4, 17-6 hingga menang 21-13.

Lolos ke delapan besar, lawan berikutnya pun sudah menunggu, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi.  Kevin/Marcus pernah sekali berhadapan dengan pasangan Jepang tersebut. Di Taiwan Grand Prix 2015, mereka menang 17-21, 21-13 dan 22-20.

“Percaya diri harus, supaya mainnya enak. Tapi harus tetap mengontrol supaya nggak lepas. Jangan berlebihan percaya dirinya. Yang penting siap terus aja di lapangan,” ujar Marcus.

Kevin/Marcus menjadi wakil ketiga Indonesia yang lolos ke perempat final. Sebelumnya dua pasangan ganda campuran juga melaju ke delapan besar. Mereka adalah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto. (*)

Tontowi/Liliyana Punya Teman

INDONESIA masih punya wakil di nomor ganda campuran dalam Tiongkok Open Super Series Premier 2016. 
Bahkan, bukan hanya satu tapi dua.

Ini setelah pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto berhasil menyusul Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir ke babak perempat final . Mereka mengamankan posisi dengan menghentikan wakil Tiongkok, Liu Yuchen/Chen Lu, 17-21, 21-7 dan 21-17.

Jordan/Debby harus kehilangan game pertamanya lebih dulu. Masalah angin, dikatakan Jordan/Debby, menjadi kendala permainannya kali ini. Kondisi angin yang sangat berbeda di dua lapangan pun, berhasil membuat Jordan/Debby unggul jauh 21-7 di game kedua.

“Lapangannya di sini menang kalah angin. Tapi bisa dibilang pengaruhnya besar. Lapangan awal kami kurang begitu enak. Sedangkan lapangan di game kedua itu benar-benar sangat menguntungkan kami,” kata Debby seperti dikutip media PBSI.

Masuk ke game ketiga, Jordan/Debby balik tertinggal jauh, dengan 0-9 dan 2-11. Baru kemudian ketika berpindah lapangan, mereka terus melaju menyamakan kedudukan. Poin 14-14 menjadi titik awal Jordan/Debby untuk memimpin perolehan angka. Mereka akhirnya menang 21-17.

“Di game ketiga pas awal juga kami ketinggalan jauh poinnya, kondisi lapangan benar-benar nggak enak. Baru ketika pindah lapangan kami dapat poin banyak banget. Selebihnya kami main lebih sabar dan fokus aja,” ujar Debby.

Selanjutnya di perempat final, Jordan/Debby akan menantang pasangan Korea Selatan, Choi Solgyu/Chae Yoo-jung. Menghadapi hal tersebut, Jordan/Debby mengaku waspada.

“Skill mereka juga bagus,” ujar Debby. (*)

Ayah Meninggal, Nitya Mundur

KANS meraih gelar ganda putri di Tiongkok Open Super Series Premier semakin berat. Pasangan andalan Indonesia, Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii, mengundurkan diri.

Ini setelah ayah Nitya, Panus Korwa, yang merupakan mantan pesepak bola nasional era 1990-an, hari ini meninggal dunia setelah cukup lama menderita penyakit ginjal. Nitya pun memutuskan kembali ke Indonesia.

Pekan depan, Nitya dan Greysia juga dijadwalkan untuk mengikuti Hongkong Open Super Series 2016. Hanya, mereka juga tak akan ikut ambil bagian.

“Sudah dipastikan Nitya dan Greysia mundur dari turnamen Tiongkok Open dan Hongkong Open, karena secara psikologis tidak akan fokus,'' kata Pelatih Ganda Putri Pelatnas Cipayung Eng Hian seperti dikutip media PBSI.

Namun, Nitya dan Greysia, ungkapnya, akan tetap diprogramkan untuk ke final super series di Dubai akhir tahun ini. Hanya, dia kami akan menunggu kondisi Nitya setelah pulang dari rumah.

“Setiap orang pasti kepikiran habis ditinggal orangtua yang berpulang, tetapi Nitya adalah sosok yang cukup kuat. Kami harapkan Nitya bisa kembali fokus, saya mengerti kondisi Nitya, bagaimanapun hubungan batin dengan orangtua kan dekat. Saya tidak akan memaksakan,” tambah Eng.

Turnamen BWF World Super Series Finals 2016 merupakan turnamen penutup tahun yang akan dilangsungkan Desember mendatang. Ditambahkan Eng, saat ini ia memberikan waktu kepada Nitya untuk berkumpul bersama keluarganya.

“Mungkin Nitya akan kembali latihan setelah acara tujuh harian. saya sekarang memberikan waktu untuk Nitya bersama keluarga,” tambahnya. (*)

Tambah Wakil di Babak Utama

WAKIL Indonesia di babak II nomor ganda campuran dalam Tiongkok Open 2016 bertambah. Ini setelah Ronald Alexander/Melati Daeva menundukkan pasangan Taiwan Yang Lee/Hsu Ya Ching dengan rubber game 2117, 18-21, 21-15 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Fuzhou pada Selasa waktu setempat (15/11/2016).

“Kami pernah ketemu sama yang pemain cowoknya. Dia memang bagus, bolanya juga aneh-aneh dan kuat. Apalagi dia juga main di ganda putra. Sempat kaget di awal, tapi akhirnya mulai bisa mengatasi mereka. Kami mulai mengatur permainan sampai akhirnya menang,” kata Ronald seperti dikutip media PBSI.

Di babak selanjutnya, Ronald/Melati sudah ditunggu wakil tuan rumah, Zheng Siwei/Chen Qingchen. Ini akan menjadi pertemuan perdana mereka. Zheng/Chen merupakan unggulan lima turnamen dan peringkat kedua dunia saat ini.

“Mainnya yang bagus dan enjoy permainan aja. Kami sebenernya cukup penasaran lawan mereka. Pengen tahu kalau di lapangan seperti apa. Karena kan kalau nonton mereka main ya memang bagus. Jadi penasaran seperti apa permainan mereka,” ujar Melati.

Ronald/Melati menyusul dua ganda campuran Indonesia yang sudah lolos ke babak dua karena mendapat bye. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akan berhadapan dengan Kenta Kazuno/Ayane Kurihara dari Jepang. Sedangkan Praveen Jordan/Debby Susanto akan melawan Liu Yuchen/Chen Lu  (Tiongkok).

Sementara itu dari sektor tunggal putra, satu pemain Indonesia sudah harus pulang lebih awal. Andre Marteen yang bermain di babak kualifikasi, harus kalah dari pemain Tiongkok, Guo Kai, 16-21 dan 12-21. Dia tak berhasil menembus ke babak utama. (*)

Hayom Pulangkan Unggulan Kedua

SETAHUN absen tak membuat kemampuan Dionysius Hayom Rumbaka lenyap. Dia masih menunjukkan skill sebagai mantan salah satu pebulu tangkis yang digadang-gadang bakal mengangkat Indonesia di ajang internasional.

Hayom, sapaan karibnya, belum menemui hambatan berarti di Sirkuir Nasional (Sirnas) Premier Seri Jatim 2016. Langkahnya sudah sampai babak III dalam ajang yang dilaksanakan di Surabaya tersebut.

Bahkan, tiket itu diperoleh dengan menumbangkan unggulan II Fikri Ihsandi Hadmadi. Hayom hanya butuh dua game 21-16, 19-6. Game kedua tak dilanjutkan karena Fikri mengalami cedera. Di babak sebelumnya atau babak I, Hayom mempermalukan wakil Malaysia Hussein Zayan dengan 21-8,21-13.

Penampilan di Kota Pahlawan, julukan Surabaya, tersebut menjadi debutnya selama 2016. Ini disebabkan Hayom kali terakhir berlaga pada November lalu di Jerman dalam ajang Bitburger Open.

Hayom merupakan mantan andalan Indonesia di nomor tunggal putra. Bahkan, dia pernah menjadi langganan Tim Piala Thomas dan Sudirman merah putih.

Sayang, penampilannya yang labil membuat lelaki asal Jogjakarta tersebut harus angkat koper dari Pelatnas Cipayung. Dia dikembalikan ke klub asalnya, Djarum Kudus. (*)

Hayom Turun Gunung

SUDAH setahun Dionysius Hayom Rumbaka absen. Cedera yang membuatnya naik ke meja operasi membuat mantan tunggal ketiga Piala Thomas Indonesia tersebut harus meninggalkan sejenak olahraga yang melambungkan namanya tersebut.

Kali terakhir, dia berlaga di Bitburger Open. Langkah atlet yang digembleng di Djarum Kudus itu hanya sampai babak III.

Dia dikalahkan Chou Tien Chen dari Taiwan dengan straight game 17-21, 16-21. Setelah itu, Hayom, sapaan karibnya, hilang ditelan bumi.

Imbasnya, poin dan ranking dunia yang dimiliki pun terus merosot.Bahkan, dalam situs BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terbaru, Hayom tak mempunyai ranking dan poin lagi.

''Sekarang di Sirnas Premier Seri Jawa Timur, Hayom kembali turun. Karena tak ada poin, dia juga bukan unggulan,'' kata Eddyanto Sabarudin, Kabid Pertandingan, Turnamen, dan Perwasitan PP PBSI.

Bahkan, jika ada babak kualifikasi, bisa jadi Hayom akan berlaga di sana. Hanya , tambah Edy, sapaan karib Eddyanto Sabarudin, di Sirnas Premier Seri Jawa Timur, para pebulu tangkis langsung berlaga di babak utama.

Di babak I, Hayom akan ditantang wakil Malaysia Hussein Zayan. Pemenang partai ini sudah ditunggu unggulan kedua asal Tangkas, Jakarta, Fikri Ihsandi Hadmadi. (*)

Empat Tahun Tak Bisa Juara

KEGAGALAN kembali mengiringi perjalanan Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Junior. Tak satu pun gelar yang bisa dibawa pulang dari ajang tahunan tersebut.

Pada 2016, sebenarnya, kesempatan mengantarkan pebulu tangkis merah putih naik ke podium terhormat terbuka. Salah satu wakil Indonesia, Chico Aura Dwi Wardoyo, mampu menembus final tunggal putra.

Sayang, dalam final yang dilaksanakan di Bilbao, Spanyol, pada Minggu waktu setempat (13/11/2016), dia harus mengakui ketangguhan wakil Tiongkok Sun Feixiang asal Tiongkok. Pebulu tangkis asal Exist tersebut menyerah dua game langsung 19-21, 12-21.

 Kegagalan ini membuat Indonesia sudah puasa gelar selama empat tahun. Kali terakhir, lagu Indonesia Raya berkumdang di Chiba, Jepang, pada 2012. Pasangan ganda campuran Edi Subaktiar/Melati Daeva naik ke posisi tertinggi.

Ini mengulangi capaian 2011 di Taipei, Taiwan.Ketika itu, Alfian Eko Prasetyo/Gloria Emanuelle Widjaja keluar sebagai juara di ganda campuran.





Berakhir sudah perjalanan tim merah putih di Kejuaraan Dunia Junior (WJC) 2016 ini, Indonesia berhasil finis di urutan lima di nomor beregu dan membawa pulang satu perak dan satu perunggu dari nomor perorangan.

Selain perak atas Chiko, pada 2016, Indonesia meraih medali perunggu. Raihan itu dicapai pasangan ganda putri.  Jauza Fadhila Sugiarto/Yulfira Barkah berhasil menembus semifinal sebelum akhirnya kandas ditangan Sayaka Hobara/Nami Matsuyama dari Jepang dengan 14-21 dan 13-21 pada Sabtu (12/11).

“Ini hasil terbaik yang bisa kami dapatkan, kami mengapresiasi semua perjuangan anak-anak di sini. Yang patut kita syukuri, kami bisa berjuang sampai hari terakhir. Meskipun memang hasil hari ini kurang menggembirakan, tapi dari permainan, Chico sudah berusaha untuk mengeluarkan kemampuan sebaik-baiknya. Hanya memang lawan lebih baik dan lebih matang untuk seusia dia,” ujar manajer tim, Fung Permadi.

Hasil dari Negeri Matador, julukan Spanyol, ungkapnya, akan dijadikan ajang evaluasi. Hasilnya akan  dibawa ke PP PBSI.

''Tujuannya agar di tahun-tahun yang akan datang kita bisa berprestasi di level junior ini,” sambung Fung.

Apalagi, ungkapnya, Kejuaraan Dunia Junior 2017 akan dilaksanakan di Indonesia.

Mengenai WJC tahun depan yang akan digelar di tanah air, Fung menuturkan baru akan melakukan persiapan usai Kejuaraan Nasional (Kejurnas) yang akan digelar bulan depan.

Dengan hasil satu perak dan satu perunggu ini, Indonesia berada diposisi kelima. Sementara posisi teratas berhasil diduduki oleh Tiongkok dengan lima emas, dua perak, dan satu perunggu. Disusul  Jepang yang mengumpulkan satu emas dan dua perunggu. Sementara itu Thailand dan Korea Selatan sama-sama berhasil membawa pulang satu perak dan tiga perunggu dan Malaysia dengan satu perak dan dua perunggu. (*)

Panji Selamatkan Muka Indonesia

INDONESIA masih bisa ,menepuk dada. Merah putih membawa pulang gelar dari ajang Malaysia International Challenge 2016.

Gelar semata wayang itu disumbangkan oleh Panji Ahmad Maulana. Dia mencatat prestasi cemerlang di nomor tunggal putra.

Pebulu tangkis nonunggulan itu berhasil membawa pulang gelar dari Kota Kinabalu setelah menumbangkan wakil tuan rumah, Satheishtharan R, dengan 21-9, 16-21, 21-12. Kemenangan Panji di pertemuan sebelumnya atas Satheishtharan pada ajang USM Victor Indonesia International Challenge 2016, membuatnya yakin bisa kembali menundukkan wakil Malaysia tersebut.

Selain itu, Panji, yang mencatat hasil kurang baik di kejuaraan yang ia ikuti sepekan sebelumnya yaitu USM Victor Indonesia International Challenge 2016, mengaku makin termotivasi untuk bisa menaklukkan panggung Malaysia International Challenge 2016. Panji ternyata juga punya motivasi yang selama ini melecut semangatnya.

“Gelar ini adalah pembuktian hasil latihan saya selama ini di pelatnas. Saya juga terpacu sama teman-teman seperti Ihsan (Maulana Mustofa), Jonatan (Christie), dan Anthony (Sinisuka Ginting). Saya ingin cepat menyusul mereka,” kata Panji saat diwawancara Badmintonindonesia.org.

Pada pertandingan final yang berlangsung Minggu (13/11/2016), Panji sempat kehilangan game kedua. Kondisi lapangan yang cukup berangin ternyata diakui Panji sempat mempengaruhi penampilannya di laga puncak.

“Di game pertama, saya dapat lapangan yang tidak searah angin, jadi saya lebih enak untuk ambil poin. Saya full serang terus, pokoknya harus bisa unggul dan menang di game pertama,” ujar Panji.

Distribusi Gelar Malaysia International Challenge 2016:

Ganda Campuran: Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai (Malaysia) v Yang Po-Hsuan/Wen Hao Yun (Taiwan)  21-13, 21-17

 Tunggal Putri: Sayaka Takahashi (Jepang) v Ho Yen Mei (x5/Malaysia) 21-17, 21-11

 Ganda Putra: Chooi Kah Ming/Low Juan Shen (6/Malaysia) v Lu Ching Yao/Yang Po Han (2/Taiwan) 21-9, 21-13

 Ganda Putri: Chow Mei Kuan/Lee Meng Yang (1/Malysia) v Jiang Binbin/Tang Pingyang (Tiongkok) 21-17, 17-21, 21-15

 Tunggal Putra: Panji Ahmad Maulana (Indonesia) v Satheishtharan R. (Malaysia) 21-9, 16-21, 21-12

Hanya Gita dan Wiranto yang Bersaing

PENDAFTARAN calon ketua umum PP PBSI 2016-2020 sudah ditutup Jumat (28/10/2016) pukul 17.00 WIB.
Posisi orang nomor satu di induk olahraga bulu tangkis di Indonesia tersebut akan diperebutkan dua calon yaitu Gita Wirjawan dan Wiranto.

Gita merupakan Ketua Umum PP PBSI periode masa bakti 2012-2016. Sementara Wiranto yang pernah memimpin induk organisasi bridge dan karate ini kini menjabat sebagai Menteri Koordinasi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam).

 Gita lebih dulu mengembalikan formulir pendaftaran pada 17 Oktober 2016 lalu. Disusul Wiranto pada 26 Oktober 2016.

Dalam persyaratan dokumen pendaftar, keduanya menyertakan surat dukungan yang sama kuat dari 18 Pengurus Provinsi PBSI. Sementara jumlah suara pemilih dalam Musyawarah Nasional adalah 34 pengurus provinsi + 1 suara Pengurus Pusat PBSI.

Setelah pendaftaran ditutup, berkas pendaftaran kedua calon akan mulai diverifikasi oleh Tim Penjaringan yang diketuai oleh Fuad Basya. Dituturkan Fuad, proses verifikasi akan berlangsung pada 28-30 Oktober 2016.

“Kami baru akan memulai verifikasi besok (28/10), sementara ini kedua calon memiliki jumlah dukungan yang sama yaitu 18 suara pengurus provinsi. Berarti ada yang dobel? Iya memang ada yang dobel karena jumlah pengrov hanya ada 34,” tutur Fuad kepada situs PBSI.

Dalam verifikasi awal, ungkapnya, sudah akan ada hal-hal yang perlu disampaikan kepada pendaftar. Misalnya ada persyaratan yang kurang.

''Contohnya surat dukungan pengurus provinsi yang hanya ditandatangani sekretaris umum, bukan ketua umum pengprov yang bersangkutan. Kemudian akan kami tanyakan apakah ini bisa diperbaiki, istilahnya administrasinya harus disempurnakan lagi,” tambah Fuad.

Usai verifikasi awal, tim penjaringan akan menentukan berapa jumlah suara yang valid, berapa yang tidak valid. Hal ini bakal ditentukan tim penjaringan pada 30 atau 31 Oktober 2016.

Hasil laporan tim penjaringan kemudian secara resmi akan dipaparkan di hadapan forum peserta Musyawarah Nasional 2016 yang akan berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, pada 30-31 Oktober 2016.

“Tim penjaringan tidak berhak menentukan siapa yang lolos dan siapa yang tidak lolos. Kami hanya melihat administrasinya, apakah ada yang kurang dari pendaftar. Nanti keputusan akan diambil oleh ketua sidang Munas,” ucap Fuad. (*)

Jonatan Hadapi Lawan di Masa Junior

DI level junior, Shi Yuqi bukan andalan Tiongkok. Tapi, seiring waktu, penampilannya semakin matang saat masuk senior.

Hanya, bagi dia, Jonatan Christie asal Indonesia menjadi lawan yang menakutkan. Dia pernah kalah oleh Jonatan saat bertemu di Kejuaraan Dunia Junior nomor beregu.

Dalam ajang 2013, Jonatan unggul dua game langsung 21-14, 21-18. Lama tak bertemu, tiga tahun kemudian, keduanya  berjumpa di Malaysia Masters 2016.

Bedanya, kali ini, Jonatan dan Shi sudah berlaga di kategori senior. Hasilnya, wakil merah kembali memetik kemenangan. Juga dengan dua game 21-17, 21-12.

Nah, pertemuan ketiga bagi keduanya berlangsung di Paris dalam France Open 2016. Jonatan dan Shi bakal berebut tiket perempat final turnamen berhadiah total USD 300 ribu tersebut.

Ini setelah keduanya mengalahkan lawan-lawannya di babak kedua. Dalam pertandingan yang digelar Kamis waktu setempat (27/10/2016), Jonatan mengalahkan wakil Inggris Rajiv Ouseph dengan dua game yang mudah 21-12, 21-12.

Kemenangan ini membuat pebulu tangkis 19 tahun tersebut unggul dua kali dalam tiga kali pertemuan. Sedangkan Shi mengalahkan seniornya yang diunggulkan di posisi keempat Tian Houwei dengan rubber game 21-13, 10-21, 21-10. 

Di nomor tunggal putra, Jonatan menjadi satu-satunya wakil yang masih bertahan. Langkahnya gagal diikuti oleh Anthony Ginting yang dipaksa mengakui ketangguhan unggulan ketiga Jan O Jorgensen dari Denmark dengan dua game 20-22, 15-21.

Sejak 2010, Indonesia tak pernah lagi mengantarkan wakilnya juara di tunggal putra. Saat itu, gelar juara disabet oleh Taufik Hidayat. (*)

Cedera Bikin Chong Wei Mundur

LEE Chong Wei gagal menjadi juara France Open 2016. Ini mengulangi hasil sepekan sebelumnya dalam Denmark Open 2016.

Bedanya, di Negeri Mode, julukan Prancis, dia gagal bukan karena dikalahkan lawan. Chong Wei memilih mundur dari cedera kaki. Di Denmark, tunggal putra nomor satu dunia tersebut secara mengejutkan dikalajkan Brice Leverdez dari Prancis di perempat final.

''Ini mungkin otot yang tegang di pinggul. Tapi, cedera masih dalam penyelidikan,'' ungkap lelaki 33 tahun
tersebut seperti dikutip media Malaysia. 

Untuk itu, ucap Chong Wei, dia segera ke rumah sakit. Seberapa serius cedera yang saya alami,'' lanjutnya. 

Cedera itu membuat tiga kali finalis olimpiade, Beijing 2008, London 2012, dam Rio 2016, tersebut diragukan bisa berlaga di Tiongkok Open dan Hongkong Open.

Usai dari Olimpiade Rio 2016, Chong Wei sempat menyabet juara di Jepang Open 2016. Di final, dia menundukkan Jon O Jorgensen dari Denmark.


Rindu Menanti Tandem Baru



PERPISAHAN dengan Koo Kien Keat, bukal kali pertama bagi Tan Boon Heong. Keduanya sempat tak bersama selama dua tahun.

Ini disebabkan Kien Keat meninggalkan tim nasional Malaysia. Hanya, keduanya bersatu lagi setelah Boon Heong melakukan langkah yang sama.

Sebelumnya, Boon Heong/Kien Keat sempat digadang-gadang bakal menjadi penerus ketangguhan nomor ganda Malaysia di pentas internasional. Apalagi, pada 2006, saat usia keduanya masih sama-sama  muda, emas Asian Games 2006 mampu diraih.

Juara dunia juga nyaris dalam genggaman. Pada 2010 di Paris, Prancis, Boon Heong/Kien Keat mampu menembus final. Sayang, langkah mereka dihentikan Cai Yun/Fu Haifeng asal Tiongkok.

Terakhir, Boon Heong/Kien Keat berlaga di Denmark Open 2016. Mereka tersingkir di babak I usai ditaklukan wakil Indonesia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya dengan 11-21, 18-21.

“Menjadi atlet mandiri bersama Kien Keat, saya memenangi Belanda Terbuka,'' kenang Boon Heon seperti dikutip media Malaysia.

Meski hendak berpisah, Boon Heong/Kien Keat masih bersama dalam Tiongkok Open dan Hongkong Open bulan depan. (*)

Tan Boon Heong Pasangan Hendra?

HENDRA Setiawan hampir pasti meninggalkan Pelatnas Cipayung. Langkah itu dilakukan pebulu tangkis 32 tahun tersebut pada penghujung 2016.

Hendra memilih menjadi atlet mandiri atau profesional. Satu nama yang disebut-sebut bakal menjadi pasangannya adalah Tan Boon Heong.

Saat ini, Hendra masih dipasangkan dengan Rian Agung. Mereka berlaga dalam dua turnamen di Eropa, Denmark Open 2016 dan France 2016.

Sebelumnya, Hendra berpasangan dengan Mohammad Ahsan. Keduanya pernah dua kali menjadi juara dunia yakni pada 2013 dan 2015.

Sayang, Hendra/Ahsan mendapat gagal total. Diharapkan meraih emas, keduanya malah sudah tersungkur di babak penyisihan. 

Sebenarnya, Hendra pernah meraih emas. Itu terjadi saat dia berpasangan dengan Markis Kido pada Olimpiade Beijing 2008.

Boon Heong, yang kini berusia 29 tahun, menyambut gembira rencana tersebut. Baginya, berpasangan dengan atlet peraih emas dan juara dunia menjadi kebangaan tersendiri.

“Menjadi sebuah hal yang indah berpasangan dengan peraih emas dan juara olimpiade. Saya belum pernah memenangi keduanya. Mungkin saya bisa melakukan dengan pasangan baru nanti,'' terang Boon Heong seperti dikutip media Malaysia.

Hanya, baginya, Hendra bukan hanya satu-satunya. Dia dirumorkan juga akan dipasangkan dengan Lee Yong-dae.

Alasannya, pebulu tangkis 28 tahun tersebut meninggalkan Timnas Nasional Korea Selatan.

“Saya tahu Yong-dae pergi dari tim nasional negaranya. Hendra juga ingin kembali menjadi profesional. Keputusan segera akan diambil,'' ucap Boon-heon.

Hanya, bagi dia , keduanya bukan orang asing. Boon Heong pernah berpasangan dengan Yong-dae dalam Malaysia Purple League, liga bulu tangkis Malaysia. Bersama Hendra, mantan pasangan Koo Kien Keat tersebut unjuk kebolehan dalam sebuah pertandingan undangan di Tiongkok. (*)