WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Harus Hadapi Kandidat Juara

PISAH: Tontowi saat masih bersama Liliyana Natsir
TONTOWI Ahmad/Liliyana Natsir masih duduk di posisi ketiga. Namun, bukan jaminan keduanya selalu dipasangkan.

Kali ini, PP PBSI memisahkan kembali keduanya. Tontowi dipasangkan dengan Gloria Emanuelle Widjaja. Keduanya diberi kesempatan berlaga di Swiss Open 2017. Sedangkan Liliyana diistirahatkan.

 Sebenarnya, keputusan ini cukup mengejutkan. Kok bisa? Ini karena pekan lalu Tontowi/Liliyana masih dipasangkan di All England 2017.

 Hasilnya memang tak sesuai harapan. Ditarget menjadi juara, keduanya hanya sampai babak perempat final.

 Tontowi/Liliyana dihentikan oleh pasangan Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock dalam pertarungan tiga game 21-16, 19-21, 12-21.

 Bagi pasangan merah putih tersebut, All England bukan ajang yang asing. Tontowi/Liliyana sudah pernah tiga kali menjadi juara beruntun (2012, 2013,dan 2014).  Tahun lalu, keduanya juga membuat prestasi spektakuler dengan membawa pulang emas dari ajang Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil.

 Di Swiss Open 2017, Tontowi/Gloria harus memulai langkahnya dari babak kualifikasi. Untung, rintangan awal bisa dilalui dan mampu berlaga di babak utama.

 Hanya di babak kedua, keduanya menemui lawan berat. Pasangan yang sama-sama berasal dari klub Djarum Kudus tersebut menantang unggulan teratas Zheng Siwei/Chen Qingchen (*)

Sinyo/Kevin Naik Posisi Teratas

Sinyo/Kevin usai memastikan juara All England 2017
POSISI nomor satu ganda putra menjadi milik Marcus 'Sinyo'Fernaldi Gideon/Kevin Sanaja. Dalam ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) Kamis (16/3/2017), keduanya naik empat setrip dan kini mengoleksi 73.051 poin.

Capaian tersebut tak lepas dari podium terhormat All England 2017. Dalam final yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Minggu (12/3/2017), keduanya menang mudah dua game 21-19, 21-14 atas wakil Tiongkok Li Junhui/Liu Yuchen.

  Sinyo/Kevin menggeser tempat yang sebelumnya diduduki oleh Goh V Shem/Tan Wee Kiong dari Malaysia. Di All England, pasangan negeri jiran tersebut hanya sampai babak semifinal.

 Goh/Tan menyerah dari Li/Liu di perempat final. Kekalahan ini membuat poin keduanya mengalami pengurangan karena tahun lalu mereka masih bisa sampai babak semifinal.

  Keberhasilan Sinyo/Kevin ini membuat dahaga Indonesia juara di ganda putra hanya berlangsung selama tiga tahun. Kali terakhir, pada 2014, merah putih menempatkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjadi pemenang dalam turnamen perorangan tertua di dunia tersebut.

 Sebelum Hendra/Ahsan, Indonesia puasa gelar ganda putra selama 11 tahun. Sigit Budiarto/Candra Wijaya menjadi juara pada 2003.

 Gelar Sinyo/Kevin juga melanjutkan keberhasilan merah putih membawa gelar dari All England dalam dua tahun terakhir. Tahun lalu, pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto menjadi juara di nomor ganda campuran. (*)

Lima Besar Peringkat Ganda Putra

1. Marcus Fernaldi/Kevin Sanjaya (Indonesia)

2. Goh V Shem/Tan Wee Kiong (Malaysia)

3.Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang)

4. Li Junhui/Liu Yuchen (Tiongkok)

5. Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark)

Debut Manis Tontowi/Liliyana

PASANGAN Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akhirnya jalani debut di 2017. Mereka pun menjawabnya dengan kemenangan.

Dalam pertandingan babak I All England 2017 di Birmingham, Inggris, pada Rabu waktu setempat (8/3/2017), Tontowi/Liliyana mengalahkan Wang Chi Lin/Lee Chia Hsin asal Taiwan dengan straight game 21-8, 21-18. Pertandingan tersebut memakan waktu 25 menit.

Game pertama dimulai, pasangan andalan Indonesia itu tampil tanpa hambatan sama sekali dengan terus unggul di lapangan. Memasuki game kedua, Tontowi/Liliyana sempat tertinggal 5-8 di awal, sebelum akhirnya balik menyusul menjadi 18-9.

Namun Tontowi/Liliyana tak mulus begitu saja. Mereka masih disusul Wang/Lee menjadi 19-16. Beruntung akhirnya skor 21-18 bisa dikantongi Tontowi/Liliyana. Mereka pun melaju ke babak dua.

“Penampilan perdana kami hari ini cukup baik. Walaupun lawan bukan pemain unggulan. Tapi kami harus tetap fokus dan tidak boleh lengah. Karena kalau lengah, bisa seperti tadi di game kedua, yang hampir lewat. Persaingan di lapangan sudah lebih merata, semua lawan perlu diwaspadai,” ujar Liliyana ditemui usai pertandingannya di Barclaycard Arena, Birmingham, seperti dikutip media PBSI.

Tontowi/Liliyana mengaku tampil tanpa beban dan lebih enjoy di All England kali ini. Usai perhelatan Olimpiade tahun lalu, target besar yang dipikul keduanya, sudah berhasil dipecahkan. Mereka pun kini bisa tampil lebih lepas di lapangan. Meski begitu Tontowi/Liliyana tetap mewaspadai semua lawan yang akan dihadapinya nanti.

 “Kami lebih fresh dan bergairah untuk tampil di All England kali ini,” ungkap Tontowi.

“Setelah melewati Olimpiade, pertandingan yang selama ini kami impi-impikan, kami bisa lebih enjoy dan menikmati pertandingan. Beban berat itu (Olimpiade Rio 2016) sudah kami lewati,” ucap Liliyana.

Sayang langkah Tontowi/Liliyana tak diikuti oleh dua rekannya di ganda campuran. Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti kalah 14-21, 5-21 dari unggulan ketiga Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark). Sebelumnya, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika juga harus angkat koper, setelah kalah dari Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok) 9-21, 17-21. (*)

Tinggal Berharap kepada Veteran

Sony Dwi Kuncoro masih bertahan di All England 2017
KEJUTAN besar diukir Sony Dwi Kuncoro. Arek Suroboyo tersebut memulangkah lebih awal unggulan keempat All England 2017, Son Wan-ho asal Korea Selatan.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, Rabu waktu setempat (8/3/2017), Sony menang 4-1. Lawan tak bisa melanjutkan pertandingan karena cedera.

Cedera itu dialaminya saat membela Djarum Kudus dalam dalam ajang Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2017 di DBL Arena, Surabaya, 26 Maret lalu. Ketika itu, dia menghadapi Chou Tien Chen asal Taiwan yang membela Musica.

Tien Chen juga yang menjadi lawan Sony di babak kedua. Namun, dalam dua kali pertemuan, bapak dua putri tersebut selalu menelan kekalahan. Pil pahit tersebut ditelan Sony di Indonesia Open 2011 dan Asian Games 2010.

Sebenarnya, di babak I, Indonesia menempatkan tiga wakil. Selain Sony, ada juga Tommy Sugiarto d
Tommy kalah dua game langsung 19-21, 18-21 kepada unggulan ketujuh asal Tiongkok Tian Houwei. Sedangkan Anthony harus mengakui ketangguhan Tien Chen. Menariknya di SBI 2017, keduanya sama-sama membela Musica menjadi juara. Di final, mereka menyumbangkan angka kemenangan. (*)

Targetkan Praveen/Debby Pertahankan Gelar

Praveen Jordan/Debby Susanto
BEBAN berat di pundak Praveen Jordan/Debby Susanto.Keduanya ditargetkan menjadi juara nomor ganda campuran dalam ajang All England 2017.

Ini artinya, Praveen/Debby harus bisa mengulangi capaian tahun lalu. Pada 2016, pasangan yang sama-sama berasal dari klub yang sama, Djarum Kudus, tersebut menjadi juara usai mengalahkan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, Denmark, dengan 21-12 dan 21-17.

Latihan intensif pun sudah dijalani keduanya. Praveen/Debby terus digembleng dari sisi fisik dan teknik agar bisa tampil gemilang di Barclaycard Arena, Birmingham.

Dari sektor ganda campuran, Praveen/Debby datang tak sendiri ke turnamen bulu tangkis tertua di dunia ini. Ada juga sang juara Olimpiade Rio 2016, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, serta Hafiz Faisal/Shela Devi Aulia dan Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti.

“Untuk target saya lebih menekankan kepada Jordan/Debby.  Sementara Tontowi/Liliyana, setelah Olimpiade kemarin, saya tidak memberikan terlalu banyak tekanan. Target Tontowi/Liliyana saat ini adalah Kejuaraan Dunia dan Asian Games,” kata Richard Mainaky, pelatih nomor ganda campuran.

 Tontowi sempat kena gejala tipus dan Liliyana dalam masa pemulihan usai cedera. Tapi secara umum Tontowi/Liliyana, ungkap Richard, sudah cukup siap untuk bertanding.

“Sementara untuk Hafiz/Shela dan Ronald/Melati, saya ingin melihat sejauh mana mereka bisa mengatasi pertandingan di lapangan dengan pemain-pemain bagus. Daya juangnya seperti apa. Mereka harus bisa menunjukkan kemampuan terbaik,” tambah Richardi.

All England Open 2016 akan berlangsung pada 7-12 Maret 2017 di Barclaycard Arena, Birmingham.(*)

Sinyal Bahaya Duo Tunggal Tiongkok

Lin Dan babak belur di German Open 2017
DUO Lin Dan serta Chen Long pernah begitu menakutkan. Dalam satu dekade, keduanya hampir mendominasi juara dalam berbagai turnamen bergengsi.

Bahkan, Lin Dan mampu meraih emas dalam tiga olimpiade terakhir, Beijing 2008, London 2012, dan Rio de Janeiro 2016. Begitu juga Chen Long yang puncaknya menjadi juara dunia 2015.

Tapi, kekuatan keduanya seakan mulai goyah. Itu terlihat dalam German Open 2017.

Dalam turnamen yang hanya levelnya grand prix gold, Lin Dan-Chen Long gagal menjadi juara. Bahkan, untuk menembus final pun tak mampu.

Lin Dan, yang kini mulai uzur, 34, secara mengejutkan menyerah di tangan wakil Denmark Emil Holst dengan dua game yang mudah 10-21, 16-21. Kemudian, Chen Long di semifinal dihentikan Wang Tzu Wei dari Taiwan dengan tiga game 18-21, 21-8, 18-21.

Kekalahan ini menjadi sinyal bahaya bagi Tiongkok. Apalagi, pekan ini, Lin Dan-Chen Long diharapkan meneruskan kejayaan Negeri Panda, julukan Tiongkok, di All England. selama ini, mereka berganti menjadi pemenang dalam turnamen perorangan paling bergengsi di muka bumi tersebut.

Di All England 2017, keduanya juga harus kerja keras. Lawan lumayan berat langsung menghadang di babak awal.

Lin Dan yang ditempatkan sebagai unggulan keenam akan ditantang Zulkifli Zulfadli dari Malaysia dan Chen Long,sebagai unggulan ketiga, dijajal Marc Zwiebler dari Jerman. (*)

Barisan Juara All England 2016

Tunggal putra:Lin Dan (Tiongkok)

Tunggal putri:Nozomi Okuhara (Jepang)

Ganda putra:Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia)

Ganda putri:Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang)

Ganda campuran: Praveen Jordan/Debby Susanto (Indonesia)

Tuah Chou Tien Chen Masih Berlanjut

Chou Tien Chen jadi juara di German Open 2017
KEBAHAGIAN Choun Tien Chen berlanjut. Minggu pekan lalu (26/2/2017), dia mampu membawa Musica Champions menjadi juara Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2017.

Minggu kemarin (5/3/2017), dia kembali naik ke podium terhornat. Kali ini, pebulu tangkis Taiwan tersebut mengukirnya di nomor perorangan dalam German Open 2017.

Dalam final, dia mengalahkan kompatriot (rekan senegara) Wang Tzu Wei dengan dua game langsung 21-16, 21-14. Baginya, kemenangan di Kota  Mülheim an der Ruhr tersebut menjadi bekal penting untuk berlaga dalam kejuaraan bergengsi All England 2017 yang berlangsung pekan ini.

Sebenarnya, kesempatan menjadi juara di German Open sudah terbuka tahun lalu. Saat itu, dia menembus babak final.

Sayang, langkahnya di hentikan Lin Dan asal Tiongkok dengan tiga game 21-15, 17-21, 17-21. Tahun ini, Lin Dan gagal mempertahankan gelar karena terhenti di babak awal. German Open juga menjadi debutnya pada 2017. (*)

Ganda putri:  Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang) v HUANG Dongping/Li Yinhui (Tiongkok) 15-21 21-17 21-15   
   
Tunggal putra: Chou Tien Chen (Taiwan) v Wang Tzu Wei (Taiwan) 21-16 21-14   
   
Ganda putra: Kim Astrup/Anders Skaarup Ramussen (Denmark) v Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark) 21-17 21-13   

Tunggal putri: Akane Yamaguchi (Jepang) v Carolina Marin (Spanyol) Walkover       
   
Ganda campuran: Zhang Nan/Li Yinhui (Tiongkok) v Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok) 22-20 21-11   

Pertama Berpasangan, Langsung Dijadikan Unggulan

Greysia Rizky saat membela Berkat Abadi (foto;PBSI)
PENAMPILAN Greysia Polii/Rizky Amelia Pradipta tak terlalu bagus. Buktinya, di Superliga Badminton Indonesia 2017 di Surabaya, Jawa Timur, keduanya bisa dikalahkan pasangan lokal.

Namun, itu tak membuat PP PBSI gamang mempercayai keduanya. Greysia/Rizky tetap berlaga di Eropa.

Bahkan, keduanya ikut ambil bagian dalam turnamen bergengsi, All England. Hanya, sebelum itu, pebulu tangkis yang sama-sama berasal dari klub Jaya Raya tersebut bakal diuji dalam German Open 2017. Di turnamen yang menyediakan hadiah USD 120 ribu tersebut, Greysia/Rizky menempati unggulan ketujuh.

Saat ini, keduanya sudah menembus babak kedua. Di babak pertama, pasangan yang di SBI 2017 membela Berkat Abadi tersebut menang mudah dengan dua game langsung 21-3, 21-8 atas wakil tuan rumah Lisa Kaminski/Hannah Pohl.

Di babak kedua, keduanya akan berhadapan lawan yang lebih berat. Greysia/Rizky dijajal wakil Jepang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.

Selain Greysia/Rizky, Indonesia juga diwakili Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri. Mereka ditempatkan sebagai unggulan keempat.

Sebenarnya, Greysia bersinar saat berpasangan dengan Nitya Krisinda Maheswari. Tahun lalu, mereka menjuarai ajang super series, Singapore Open. (*)

Dua Peserta Superliga Tumbang Awal

Hendra/Boon Heong saat membela Berkat Abadi
PERJALANAN jauh Surabaya ke Jerman memakan korban. Tiga pebulu tangkis yang habis berlaga di Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2017, memetik hasil buruk dalam German Open.

Ketiganya adalah Marc Zwiebler dan pasangan Hendra Setiawan/Tan Boon Heong. Zwiebler, yang sebenarnya menjadi andalan tuan rumah meraih gelar, menyerah dua game langsung 10-21, 6-11 kepada Kim Brunn (Denmark). Di game kedua, unggulan ketujuh tersebut tak bisa melanjutkan pertandingan.

Nasib serupa juga menimpa pasangan ganda putra, Hendra Setiawan/Tan Boon Heong. Keduaya harus mengakui ketangguhan unggulan kedua asal Denmark Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding dengan tiga game 21-14,17-21, 15-21.

Di ajang SBI, Zwiebler membela Musica, yang akhirnya menjadi juara. Sedangkan Hendra/Boon Heong memperkuat Berkat Abadi Banjarmasin, Kalimantan, yang menembus babak semifinal.

Kekalahan juga hampir saja menimpa tunggal Musica Chou Tien Chen. Tunggal putra asal Taiwan tersebut harus kehilangan game pertama 19-21 sebelum menang melibas Brice Leverdez di game kedua dan ketiga dengan 21-14, 21-11. (*)

Bersatu Kejar Gelar Keempat

PASANGAN Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kembali bersatu. Sebelumnya, pada 2017, keduanya tak bermain bersama.

Karena Liliyana cedera, Tontowi dipasangkan dengan pebulu tangkis muda Gloria Emanuelle Widjaja. Hasilnya, mereka hanya sampai babak semifinal Malaysia Grand Prix Gold 2017.

Namun, kali ini, dalam ajang bergengsi All England 2017, Tontowi/Liliyana bakal turun lapangan. Bahkan, keduanya langsung ditempatkan sebagai unggulan kedua.

Kali terakhir, mereka berpasangan dalam Super Series Finals di Dubai Desember lalu. Tontowi/Liliyana atau ada yang juga menyebut Owi/Butet sudah terhenti di babak I.

Bagi keduanya, All England sudah seperti rumah sendiri. Tontowi/Liliyana sudah tiga kali menjadi juara beruntun yakni 2012, 2013, dan 2014. Di 2015, mereka menembus babak final. Tontowi/Liliyana menyerah kepada musuh beratnya asal Tiongkok Zhang Nan/Zhou Yunlei.

Sementara tahun lalu, mereka menyerah di perempat final dari pasangan Inggris yang juga suami istri Chris Adcock/Gabrielle Adcock. (*)

Dari Surabaya Langsung ke Eropa

Marc Zwiebler saat membela Musica
SUPERLIGA Badminton Indonesia (SBI) 2017 baru saja Minggu (26/2/2017). Tapi, para pesertanya tak bisa bersanta-santai.

Agenda turnamen luar negeri sudah menanti.  Khususnya bagi pebulu tangkis mancanegara.

Buktinya, ada nama Chou Tien Chen (Taiwan), Mark Zwiebler (Jerman), dan Vladimir Ivanor (Rusia) langsung berlaga dalam German Open 2017 yang sudah mulai dilaksanakan 28 Februari.

Untung, ketiganya tak harus melalui babak kualifikasi. Ini membuat ketiganya mempunyai sedikit jeda waktu untuk recovery.Tien Chen dan Zwiebler berlaga di nomor tunggal putra, sedangkan Ivanov unjuk kemampuan di ganda putra.

Menariknya, di SBI 2017, ketiganya sam-sama membela Musica Champion. Berkat ketiganya, klub milik Effendi Widjaja itu sukses menjadi juara dalam ajang yang dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, tersebut.

Namun, di antara ketiganya yang berlaga di final hanya Tien Chen. Dia ikut menyumbangkan kemenangan Musica atas Djarum. Ini dikarenakan lawannya, Son Wan-ho dari Korea Selatan, mengundurkan diri. (*)

Tiongkok Kirim yang Terbaik di Jerman

Lin Dan (foto: dailymail)
LEVEL German Open hanya grand prix gold.  Tapi, Tiongkok tak mau main-main dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut, khususnya di tunggal putra.

Tiga andalannya, Chen Long, Lin Dan, dan Tian Houwei akan ikut ambil bagian. Bahkan, ketiganya menempati posisi unggulan secara berurutan. Dengan Chen Long sebagai unggulan kedua, Lin Dan (ketiga), dan Tian di posisi keempat.

Bisa jadi, Tiongkok punya strategi di balik pengiriman ketiganya. Ini sebagai upaya pemanasan sebelum berlaga dalam ajang All England yang dilaksanakan pekan depan di Birmingham, Inggris. Apalagi, selama ini, di sektor tunggal putra, Negeri Panda, julukan Tiongkok, selalu mendominasi.

Dua tahun terakhir, gelar terhormat disabet Lin Dan (2016) dan Chen Long (2015). Khusus Lin Dan, gelar tahun lalu membuat dia sudah mengoleksi lima gelar. Selain itu, kemenangannya tahun lalu juga membuat lelaki yang kini berusia 34 tahun tersebut menyelamatkan muka negaranya karena menjadi satu-satunya posisi terhormat yang bisa dibawa pulang ke negerinya.

Di German Open 2017 ini, ketiganya juga sudah dibendung. Para rival dari Indonesia, Korea Selatan, Jerman, dan Denmark tak mengirim kekuatan terbaik. (*)

Bisa Surabaya, Bisa Juga Bandung

Wijanarko, Imam Nahrawi, dan Achmad Budiharto


SUPERLIGA Badminton Indonesia (SBI) 2017 kelar Minggu petang (26/2/2017).  Musica menjadi juara di sektor beregu putra dan Mutiara memenangi beregu putri.

Dalam sisi penyelenggaraan, ajang yang menyediakan hadiah total lebih dari Rp 3 miliar tersebut juga sukses. Puncaknya pada final beregu putra. Penonton memadati DBL Arena, Surabaya, pada Minggu (26/2/2016).

“Ada peningkatan audience dibanding tahun lalu, kecuali waktu di final beregu putri memang ada paceklik. Tetapi kami memang sedang krisis bintang putri, jadi antusiasme penonton agak berkurang,” ujar Achmad Budiharto, Direktur SBI 2017 yang juga merupakan Sekretaris Jenderal PP PBSI, seperti dikutip media PBSI.

Ya, saat final beregu putri yang dilaksanakan Sabtu (25/2/2017), penonton tak terlalu banyak. Bahkan, jumlahnya tak sampai separo saat laga yang mempertemukan Mutiara dengan

Sementara itu, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin mengatakan bahwa SBI tahun depan kemungkinan kembali akan dilangsungkan. Surabaya kembali menjadi kandidat. Namun, Bandung, Jawa Barat, juga menjadi saingan.

''Bisa juga di luar Surabaya biar tidak di sini terus. Namun, kota tersebut juga mudah di jangkau dari negara lain,'' jelas Budi, sapaan karib Achmad Budiharto. (*)

Menpora Puji Pebulu Tangkis Muda

Anthony Ginting yang jadi penentu kemenangan Musica
PENAMPILAN pebulu tangkis muda Indonesia dapat apresiasi. Mereka sudah layak di andalkan di ajang internasonal.

''Ihsan (Maulana Mustofa), Jonatan (Christie), (Anthony Sinisuka) Ginting, Shesar (Hiren Rhustavito) adalah masa depan bulu tangkis Indonesia. Di turnamen selanjutnya seperti All England, Piala Sudirman, merekalah yang akan membawa nama baik Indonesia. Saya kira optimisme itu yang kami yakini hari ini,” kata Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi kepada para wartawan usai final Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2017 di DBL Arena, Surabaya,

Ya, dalam waktu dekat, mereka, khususnya Ihsan, Jonatan, dan Ginting bakal menjadi pilar Indonesia di ajang All England. Selama ini, Indonesia sudah puasa gelar yang cukup lama di turnamen perorangan paling bergengsi di dunia tersebut.

Imam sendiri menyempatkan diri hadir menonton babak semifinal dan final SBI 2017. Selain itu, Ketua Umum PP PBSI Wiranto juga hadir bersama Wakil Ketua Umum I/Ketua Harian PP PBSI Alex Tirta dan Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf.

“Terima kasih kepada panitia pelaksana yang luar biasa, kejuaraan ini adalah momentum buat atlet muda nasional dimana mereka bisa melihat atlet dari negara lain dan mengambil pengalaman,” ucap Imam.

Antusiasme penonton di DBL Arena begitu luar biasa, ini merupakan sinyal positif bahwa olahraga bulutangkis begitu dicintai di Jawa Timur.

“Ini adalah bukti bahwa masyarakat Jawa Timur sangat ingin menonton bulu tangkis, walaupun hujan juga dikejar. Semoga ini membawa dampak positif untuk perkembangan bulu tangkis di Jawa Timur dan sekitarnya,” ujar Oei Wijanarko Adimulya, Ketua Umum Pengurus Provinsi PBSI Jawa Timur yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI.(*)

Musica Raih Gelar Keempat

Musica Champions saat di atas podium bersama Wiranto
DOMINASI putra Musica Champions di ajang Superliga Badminton Indonesia (SBI) belum tergoyahkan. Klub milik Effendi Widjaja tersebut kembali menjuarai tahun ini.

 Artinya, untuk kali keempat, Musica naik ke podium terhormat. Dalam final yang dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, Minggu (26/2/2017), Musica menang 3-2 atas rival beratnya, Djarum Kudus.

 Hasil dan lawan ini seakan ulangan dua tahun lalu di Bali. Saat itu, Musica juga menang atas Djarum Kudus dengan skor 3-2. Pada 2014 dan 2013, Musica juga menjadi pemenang.

Musica membuka kemenangan lewat tunggal putra Chou Tien Chen yang menang atas Son Wan Ho. Pebulu tangkis Korea Selatan itu mundur di game pertama karena mengalami cedera lutut kanan.

“Son Wan Ho cedera cukup menguntungkan buat kami, karena Djarum memang kuat di partai pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan kami unggul di partai keempat dan kelima. Jadi waktu dapat mengamankan poin pertama, kami optimis bisa menang,” ujar Effendy Wijaya, Manajer Tim Musica Champions, saat jumpa pers usai pertandingan.

Di partai kedua, kemenangan pasangan Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya Sukamuljo menyamakan kedudukan tim Djarum Kudus atas Musica Champion menjadi 1-1. Ihsan Maulana Mustofa berhasil ‘membayar kekalahan’ di laga final dua tahun lalu atas Jonatan Christie. Djarum Kudus lagi-lagi unggul 2-1.

 “Tadi saya kalah di mentalnya, ada faktor non teknis juga. Selain itu, Ihsan juga main bagus, jarang bikin kesalahan dan saya banyak memberi umpan,” tutur Jonatan.

Partai keempat sempat sulit diprediksi. Lee Yong-dae/Kim Sa-rang akhirnya berhasil menyumbang poin kedua untuk Musica setelah mengalahkan rekannya sesama dari Korea Selatan Ko Sung-hyun/Shin Baek-cheol.

Anthony Sinisuka Ginting menjadi penentu kemenangan Musica dengan menaklukkan Shesar Hiren Rhustavito. Laga sengit sempat terjadi di game pertama.

Kedua pebulu tangkis muda ini selalu berkejaran angka. Hingga saat-saat kritis pun, keduanya tak mau kalah. Skor terus imbang 19-19, 20-20, 21-21.

Suasana sangat menegangkan. Namun Anthony yang tampil lebih sabar, akhirnya menang.

Sayang, di game kedua, Shesar tampil antiklimaks. Anthony memanfaatkan kesempatan ini dan terus menekan, unggul jauh 18-6, Anthony makin sulit dikejar. Saat merebut champion point, Anthony langsung diserbu rekan satu timnya untuk melakukan selebrasi bersama-sama di tengah lapangan.

“Tadi saya turun di partai penentu, beda dengan pertandingan kemarin yang bukan partai penentu. Tadi saya lebih mempersiapkan mental, soal permainan kan sudah sama-sama tahu,” ujar Anthony. (*)

Hasil Pertandingan Final :
Musica v Djarum
Chou Tien Chen vs  Son Wan Ho 14-13 mundur

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya Sukamuljo 18-21, 17-21

Jonatan Christie vs Ihsan Maulana Mustofa 15-21, 14-21

Lee Yong Dae/Kim Sa Rang vs Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol 21-16, 21-19

Anthony Sinisuka Ginting vs Shesar Hiren Rhustavito 23-21, 21-10

Ma Jin Gagal Sumbang Poin

Ma Jin dan Manajer Djarum Fung Permadi
 NAMA Ma Jin pernah disegani di pentas bulu tangkis dunia. Posisi ranking satu dunia pun pernah diduki di nomor ganda campuran.

Perak olimpiade juga pernah diraih di London, Inggris, 2012. Saat itu, dia berpasangan dengan Xu Chen. Setahun kemudian, di Paris, 2013, Ma Jin meraih juara dunia dengan pasangan yang berbeda, Zheng Bo.

Sayang, tahun lalu, dia memutuskan mengundurkan diri dari pentas bulu tangkis. Namun, gadis 29 tahun tersebut muncul di DBL Arena, Surabaya, pada Minggu (19/2/2017). 

Ternyata, Ma Jin membela Djarum di ajang Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2017. Hanya, penampilannya sudah tak segesit dulu.

Akibatnya, dia gagal menyumbangkan poin di beregu putri. Berpasangan dengan Gloria Emanuelle Widjaja, mereka kalah tiga game 21-19, 18-21, 19-21 atas pasangan Riko Imai/Nao Ono dari Kumamoto Saisunkan (Jepang). Akibatnya, Djarum pun kalah 1-3 yang akhirnya menjadi 1-4.

''Dia kelihatan lama gak berlatih. Gerakannya berat,'' kata Manajer Djarum Fung Permadi.

Ma Jin mengakui itu. Usai pensiun, dia tak banyak melakuan aktivitas bulu tangkis.

Waktunya banyak tercurah untuk mendirikan tempat latihan olahraga tepok bulu itu bersama rekan-rekannya. Hanya, Ma Jin mengaku senang dengan atmosfer bulu tangkis di SBI. (*)

Jepang Mulai Menakutkan (Lagi)

JEPANG mulai menancapkan kuku prestasi. Usai merajai berbagai turnamen individu, kini mereka unjuk kekuatan di nomor beregu.

Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, menjadi pemenang di Kejuaraan Beregu Campuran Asia 2017. Dalam final yang dilaksanakan Ho Chi Minh, Vietnam, Minggu waktu setempat (19/2/2017), Jepang menang telak 3-0 atas Korea Selatan (Korsel_.

Tiga partai awal, ganda putra, tunggal putri, dan tunggal putra disapu bersih Jepang. Kemenangan mereka dibuka oleh Takeshi Kamura/Keigo Sonoda yang menghentikan asa Kim Gi-jung/Yoo Yeon-seong dengan 21-15, 21-16.

Di laga kedua, Akane Yamaguhi juga menang dua game langsung 22-20, 23-21 atas Sung Ji-hyun. Jepang memastikan meraih posisi terhormat berkat kemenangan 21-13, 21-16 yang dipetik tunggal putranya  NAMA Ma Jin pernah disegani di pentas bulu tangkis dunia. Posisi ranking satu dunia pun pernah diduki di nomor ganda campuran.

 atas Jeon Hyeok-jin.
Sebenarnya, perjalanan terberat Jepang sudah dilalui. Di perempat final, mereka mengalahkan Indonesia dengan skor 3-2. Setelah sebelumnya, Jepang tertinggal lebih dulu 0-2.

Kemudian, di semifinal sesudahnya, giliran Tiongkok disikat dengan 3-1. Usai tertinggal 0-1 di partai pertama. (*)

Tiongkok pun Gagal ke Final

KEGAGALAN masih mengiri perjalanan Tiongkok. Mereka gagal menjadi juara pada Kejuaraan Beregu Asia 2017.

Bahkan, langkah Tiongkok sudah terhenti di babak semifinal. Adalah Jepang yang mampu mempermalukan Negeru Panda, julukan Tiongkok, tersebut. Jepang unggul 3-1 dalam laga semifinal yang dilaksanakan di Ho Chi Minh, Vietnam, pada Sabtu waktu setempat (18/2/2017).

Sebenarnya, Tiongkok sudah unggul lebih dulu. Pasangan ganda campuran anyar mereka, Zhang Nan/Chen Qingchen, menang ketat 22-20, 21-19 atas Arisa Higashino/Yuta Watanabe. Namun, Negeri Sakura, julukan Jepang, menyamakan kedudukan.

Tunggal putranya, Kenta Nishimoto unggul tiga game 10-21, 21-19, 21-17 atas Shi Yuqi. Jepang malah unggul berkat kemenangan Takeshi Kamura/Seigo Sonoda di ganda putra atas Li Junhui/Zheng Siwei 21-16, 16-21, 21-16.

Di partai keempat yang mempertandingkan tunggal putri, andalan Tiongkok Chen Yufei tak berdaya di tangan Akane Yamaguchi. Dia menyerah dua game langsung 15-21, 10-21.

Di babak final, Jepang akan berhadapan dengan Korea Selatan yang di semifinal mengalahkan Thailand dengan 3-1.

Tahun lalu di ajang Piala Thomas, Tiongkok gagal total. Di kandang sendiri, mereka terhenti di perempat final oleh Korea Selatan. Hanya, malu itu tertutupi di sektor putri dengan kembali menjadi pemenang di Piala Uber. (*)

Chong Wei Absen, Ada Yong-dae

Lee Yong-dae saat di DBL Arena
SURABAYA kembali punya hajat besar. Ajang Superliga Badminton Indonesia (SBI) digelar di kota kedua terbesar di Indonesia tersebut.

Sebanyak 10 klub terbaik akan unjuk kebolehan. Mereka akan memperebutkan hadiah total sekitar Rp 3,2 Miliar.

''Jumlah hadiah ini sangat besar. Harapannya agar persaingan juga semakin ketat antarpeserta,'' kata Yoppie Rosimin, salah satu panitia.

Sayang, salah satu magnet yang diharapkan bisa mengangkat gengsi SBI 2017, Lee Chong Wei asal Malaysia, gagal berlaga. Tiga kali peraih perak medali olimpiade tersebut mengalami cedera yang membuat tak bisa membela Musica.

Namun, absennya lelaki bergelar Datuk tersebut tertutupi. Salah satu legenda nomor ganda Lee Yong-dae asal Korea Selatan memastikan ikut. Dia juga akan memperkuat Musica.

Tim yang disponsori perusahaan rekaman tersebut memang jor-joran pemain. Selain Yong-dae, mereka juga menarik pebulu tangkis Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Kim Sa-rang. Selain itu, duo tunggal terbaik Indonesia saat ini, Jonatan Christie dan Anthony Ginting, juga bergabung.

''Tapi, kami hanya menargetkan semifinal dulu. Banyak lawan berat di Superliga kali ini,'' kata Manajer Mussica Effendi Widjaja dalam jumpa pers pada Sabtu (18/2/2017).

Musica sendiri sudah tiga kali menjadi juara SBI. Dua tahun lalu mereka memenanginya di Bali.

Pada 2016, SBI tak dilaksanakan karena bersamaan dengan olimpiade. (*)

Jalan Lapang Perpanjang Dominasi

SEJAK 1996, Denmark hampir selalu juara di Kejuaraan Beregu Eropa. Hanya pada 2013, Negeri Dongeng,julukan Denmark, tersebut kehilangan gelar.

Saat itu,di Moskow, Rusia, Denmark kalah oleh Jerman dengan skor telak 0-3. Tapi, pada 2015 di Leuven, Belgia, hasil jeblok itu dibalas tuntas. Denmark melibas Inggris dengan skor telak 3-0. Jerman sendiri selalu juara bertahan sudah tumbang oleh Inggris di semifinal.

Kini, kesempatan memperpanjang dominasi terbuka. Negeri yang jadi salah satu kiblat dulu tangkis dunia itu menembus babak final Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Eropa 2017. Dalam babak semifinal yang dilaksanakan di Lubin, Polandia, Sabtu waktu setempat (18/2/2017), Denmark menghentikan langkah Jerman dengan skor 3-1.

Kubu Denmark sempat waswas saat Jerman mampu menyamakan kedudukan 1-1. Di partai kedua yang mempertandingkan tunggal putra, andalan mereka, Viktor Axelsen, secara mengejutkan kalah rubber game 18-21, 21-10, 18-21 kepada Fabian Roth.

Sebelumnya, Denmark unggul saat pasangan ganda campurannya, Joachim Fischer/Christinna Pedersen, menang mudah 21-12, 21-17 atas Issabel Herttich/Mark Lamsfuss. Untung, di partai ketiga dan keempat, Jerman menang di partai tunggal putri dan ganda putra.

 Di tunggal putri, Line Kjaersfeldt melibas Fabiene Deprez dengan 14-21,21-11, 21-7. Pasangan senior Mathias Boe/Cartsen Mogensen memastikan negaranya menembus final usai menang 21-17, 21-13 atas Mark Lamsfuss/Josche Zurwonne.

Di babak final, Jerman akan ditantang Rusia. Negeri Beruang Merah Putih lolos ke final berkat kemenangan 3-1 atas Inggris. (*)