WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Pelapis Cari Jam Terbang di Osaka

N|EGERI SAKURA: Krisna Adhi Nugroho
PEBULU tangkis tunggal putra Indonesia menyerbu Jepang. Mereka memanaskan persaingan alam Osaka International Challenge 2017.

Tercatat tiga single di babak kualifikasi dan tujuh di babak utama. Mereka yang berusaha menembus babak utama adalah Thomi Azizan Mahbub, Fahmi Mubarok, dan Chico Aura Dwi Wardoyo.

Sedangkan Enzi Shafira,Rekzy Megananda, Panji Ahmad Maulana, Shesar Hiren Rustavito, Krisna Adhi Nugroho, Wisnu Yuli, dan Vega Vio berjuang di babak elite.

 Tentunya, kehadiran mereka di Negeri Sakura, julukan Jepang, untuk menambah pengalaman. Khususnya bagi Chico, Enzi, Rekzy, Panji, Krisna, dan Vega. Jam terbang yang didapat bisa menjadi bekal untuk menembus ke jajaran yang lebih atas.

  Saat ini, dengan poin dan ranking yang dimiliki, mereka belum bisa berlaga langsung di ajang super series atau super series premier. Bahkan, untuk grand prix pun harus melalui babak kualifikasi.

 Sejak dilaksanakan 2007, belum ada wakil Indonesia yang menjadi juara di nomor tunggal. Hanya di ganda campuran, merah putih pernah berjaya.

 Pasangan Riky Widianto/Richi Puspita Dili juara di 2012, Lukhi Apri Nugroho/Anisa Saufika (2013), dan M. Rizal/Vita Marissa pada 2014. (*)

Sudah Layak ke Babak Utama

POIN: Hendra/Boon Heong di Thailand Masters
TEMPAT di babak utama India Open akhirnya bisa diisi oleh Hendra Setiawan/Tan Boon Heong. Di babak final kualifikasi yang dilaksanakan di New Delhi pada Selasa waktu setempat (28/3/2017), pasangan ganda putra beda negara ini menumbangkan unggulan kedua asal Inggris Ben Lane/Sean Vendy dengan dua game langsung 21-14, 1-10.

Sebelumnya, di babak pertama kualifikasi, Hendra/Boon Heong menghentikan perlawanan wakil tuan rumah Rohit Raturi/Mohit Tiwari dengan 21-13, 21-11.  Pasangan Indonesia/Malaysia ini harus memulai langkahnya di India dari babak kualifikasi karena ranking yang jeblok.

 Memulai berpasangan dari ranking 256, kini  Hendra/Boon Heong sudah ada di kisaran 100 besar, tepatnya 93 dunia. Seharusnya, posisi tersebut bisa lebih baik lagi. Sayang, dalam beberapa turnamen yang diikuti, pasangan yang sama-sama pernah menduduki ranking satu dunia bersama rekan sebelumnya tersebut banyak tumbang di babak awal.

 Di babak utama, Hendra/Boon Heong berjumpa lawan ringan. Mereka dijajal pasangan India lainnya, Ketan Chahal/Tanveer Gill.

 Hanya, di babak kedua, pasangan senior ini bisa menemui lawan berat. Di atas kertas, pasangan unggulan teratas Goh V Shem/Tan Wee Kiong dari Malaysia sudah menunggu. Jika terjadi, ini akan menjadi pertemuan perdana. (*)

Di India Menjajal Kekompakan (Terus)

MULAI DARI BAWAH: Hendra/Tan Boon Heong
PENAMPILAN pasangan senior Hendra Setiawan/Tan Boon Heong belum seseuai ekpektasi. Keduanya sering tumbang di babak awal dalam ajang yang diikuti.

Hanya dalam debutnya di Syed Modi di India, Hendra/Boon Heong melangkah jauh hingga perempat final. Setelah itu, pasangan Indonesia/Malaysia tersebut sudah menyerah di 32 besar.

Ironisnya, kadang keduanya kalah oleh pasangan yang secara kualitas di bawah mereka. Seperti di Thailans Masters dan German Open 2017.

Hanya, kedua mantan pebulu tangkis yang pernah sama-sama duduk di ranking 1 dunia bersama pasangan sebelumnya itu menyadari. Mereka butuh waktu untuk bisa kompak dan saling memahami.

''Di atas kertas, kami adalah pasangan yang kuat,'' kata Boon Heong seperti dikutip dari situs BWF.

Hanya, tambahnya, di nomor ganda, perpaduan yang baik sangat penting. Mereka berdua, jelas Boon Heong, khawatir dengan pasangannya dan level yang diikuti.

''Di India, kami bisa mengukur standar permainan,'' ucap lelaki yang dulu berpasangan dengan Koo Kien Keat tersebut.

Di India Open yang berlangsung pekan ini, Hendra/Boon Heong memulai langkahnya dari babak kualifikasi.Keduanya dijajal pasangan tuan rumah Rohit Raturi/Mohit Tiwari.

Di atas kertas, mereka aka menang mudah. Hanya, untuk bisa menembus babak utama, Hendra/Boon Heong harus bisa menyingkirkan pasangan Inggris yang ditempatkan sebagai unggulan kedua babak kualifiasi Ben Lane/Sean Vendy dari Inggris.

Tanpa Gelar dari Negeri Paman Ho

KANDAS: Irfan/Weni saat membela Pelatnas Cipayung
BEDA Polandia, beda Vietnam. Di Polandia Open, Indonesia bisa membawa satu gelar dari ganda putri.

Namun, di Vietnam sebaliknya. Merah putih harus pulang dengan tangan hampa.

Satu-satunya wakil yang tersisa di babak final, Irfan Fadilah/Weni Anggraini harus menyerah kepada lawannya. Dalam laga yang dilaksanakan di Hanio pada Minggu waktu setempat (26/3/2017), unggulan kedua ini menyerah tiga game 16-21, 21-19, 15-21 kepada pasangan ganda campuran nonunggulan asal Tiongkok Shi Longfei/Tang Pingyang.

Di antara lima partai yang dilaksanakan, pertandingan Irfan/Weni versus ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut paling lama. Mereka harus memeras keringat selama 57 menit atau tiga menit menjelang satu jam.

Bagi Irfan/Weni penampilan di Negeri Paman Ho, julukan Vietnam, merupakan debut di ajang internasional selama 2017. Kali terakhir, mereka berlaga di Macau Open dan tersingkir di babak awal.

Beberapa tahun lalu, keduanya sempat memberikan harapan. Saat berada di Pelatnas Cipayung, Irfan/Weni mampu menjadi juara di Australia Open 2013. (*)

Debut, Langsung Bisa Juara

PERTAMA: Yulfira Barkah/Meirisa Cindy di podium
PASANGAN Yulfira Barkah/Meirisa Cindy Sahputri memulai debutnya di Polandia Open 2017. Namun, dari negara di Eropa Timur tersebut, keduanya memberi bukti.

Yulfira /Meirisa mampu menjadi juara. Pasangan gemblengan Pelatnas Cipayung tersebut mengalahkan menekuk wakil Taiwan Chang Hsin Tien/Yu Chien Hui dengan rubber game 21-12, 14-21, 21-14 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Warsawa pada Minggu waktu setempat (26/3/2017).

“Memang,mereka pasangan baru, tetapi sudah bisa tampil kompak. Kami tim pelatih bisa melihat secara teknisnya Cindy bisa mengatur serangan di depan dan Yulfira jadi tukang gebuk di belakang. Selain itu, mereka berdua juga atlet yang disiplin, dalam latihan ,” ujar Chafidz Yusuf, Asisten Pelatih Ganda Putri PBSI yang mendampingi Yulfira/Cindy bertanding, seperti dikutip media PP PBSI.

 Pasangan Indonesia ini juga mampu menerapkan strategi permainan yang benar. Menurut Chafidz, lawan memiliki kualitas permainan di tas Yulfira/Cindy.

“Yulfira/Cindy bisa menjalankan instruksi pelatih, alhamdulillah bisa juara. Secara nonteknis main lebih yakin dan percaya diri. Kalau bicara teknisnya, tadi kami banyak mengincar salah satu yang agak lemah dengan menghabiskan tenaganya dulu, baru serang balik,” jelas Chafidz.

Dia  mengucapkan terima kasih atas dukungan WNI di Polandia. Mereka, ungkap Chafidz, mendukung total pebulu tangkis

''Begitu juga support dari KBRI di sini,” tambahnya.

Chafidz menuturkan, tim ganda putri pelatnas ditargetkan untuk meraih gelar di ajang Orleans International Challenge 2017 di Prancis dan Finnish Open International Challenge 2017 di Finlandia. (*)

Hasil Final Polandia Open 2017

Tunggal Putra: Tan Jia Wei (Malaysia) v Ygor Coelho (Brasil) 21-13, 20-22, 21-10

Ganda Putri: Yulfira Barkah/Meirisa Cindy Sahputri (Indonesia) v Chang Hsin Tien/Yu Chien Hui (Taiwan)  21-12, 14-21, 21-14


Ganda Campuran: Robert Mateusiak/Nadiezda Zieba (Polandia) v Tseng Min Hao/Hu Ling Fang (Taiwan) 20-22, 22-20, 21-13

Ganda Putra: Lukasz Moren/Wojciech Szkudlarczyk (Polandia ) v Alexander Dunn/Adam Hall (Skotlandia) 21-11, 21-18

Tunggal Putri: Yui Hashimoto (Jepang) v Lee Ying Ying (Malaysia) 13-21, 21-19, 21-10

Tien Minh Masih Jadi Harapan

UZUR: Nguyen Tien Minh (foto"vietnamnet.vn)
REGENERASI tunggal putra di Vietnam tersendat. Selama ini, publik hanya mengenal Nguyen Tien Minh.

Paahal, kini, usianya sudah tak muda lagi, 34 tahun. Namun, dia tetap diharapkan mampu mengharumkan nama negaranya.

Termasuk bila ada turnamen di kandangnya sendiri. Padahal, ada dua event di Vietnam yakni international dan open. Satunya masuk kategori challenge karena berhadiah USD 20 ribu dan satunya grand prix.

Di ajang open yang sudah dilaksanakan sejak 1996, Tien Minh sudah empat kali menjadi juara yakni pada 2008-2009 dan 2011-2012. Dengan usia yang  sudah masuk uzur, susah baginya menembus persaingan yang semakin ketat.

Beda dengan di level challenge. Pengalamannya masih bisa diandalkan untuk bisa menjadi juara. Buktinya, tahun lalu, pebulu tangkis yang pernah duduk di posisi kelima dunia tersebut menundukan Lim Chi Wing dari Malaysia dengan 21-14, 23-21.

2017 ini, Tien Minh punya kesempatan kembali naik podium terhormat. Dia mampu menembus babak final dan akan berhadapan dengan Khosit Phetpradab (Thailand). Vietnam International Challenge menjadi ajang perdana yang diikuti Tien Minh tahun ini. (*)

Hanya Tersisa Irfan/Weni

WAKIL Indonesia bertumbangan menjelang final Vietnam International Challenge 2017. Empat pasangan dan satu tunggal putri merah putih terjegal di babak semifinal yang dilaksanakan di Hanoi pada Sabtu waktu setempat (25/3/2017).

Satu-satunya ganda yang menembus babak akhir adalah Irfan Fadilah/Weni Anggraini. Unggulan kedua ini menundukkan pasangan Tiongkok Wang Sijie/Ni Bowen dengan straight game 21-19, 21-16.

Sebenarnya, kesempatan final sesama wakil Indonesia (All Indonesian Finals)  di nomor ganda campuran ini terbuka. Sayang,Andika Ramadiansyah/Mychelle Bandaso harus mengakui ketangguhan Shi Longfei/Tang Pingyang (Tiongkok) dengan 17-21, 23-21, 21-17.

Yang mengejutkan adalah tumbangnya pasangan senior Markis Kido/Hendra Aprida Gunawan. Unggulan kedua ini dipermalukan unggulan keenam asal Thailand Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty dengan ruber game 21-16, 11-21, 18-21.

Di nomor ganda putri, Rahmadhani Putri/Vania Sukoco menyerah di tangan Erina Honda/Nozomi Shimitzu dari Jepang dengan 23-21, 23-21. Wakil Indonesia Ririn Amelia yang menggandeng pebulu tangkis Malaysia Cheong Anna menyerah 13-21, 15-21 dari duta Malaysia Joyce Choong/Tee Jing Yi.

Sedang di tunggal putri, Rusydina Riodingin kalah dari unggulan teratas yang juga andalan tuan rumah Vu Thi  Trang dengan straight game 21-16, 21-16. (*)

Hanna Menuju Babak Akhir

Hanna Ramadini jadi unggulan teratas
LANGKAH Hanna Ramadini di Polandia Open 2017 terus berlanjut. Tunggal putri yang kini digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut sudah menembus babak semifinal.

Tiket tersebut diperolehnya usai mengalahkan Mariya Mitsova dari Bulgaria dengan dua game langsung 21-17,21-13 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Warsawa pada Jumat waktu setempat (25/3/2017). Pertemuan ini merupakan yang pertama bagi kedua pebulu tangkis.

Bagi Hanna, menembus babak semifinal memang sudah dipredksi sejak awal. Alasannya, pebulu tangkis 22 tahun tersebut diunggulkan di posisi teratas.

Turnamen yang masuk kategori challenge di Eropa Timur itu merupakan ajang ketiga baginya selama tahun ini. Dua event sebelmnya yang diikuti oleh Hanna adalah Malaysia Masters dan India Grand Prix Gold.

Di negeri jiran, Hanna terhenti di babak kedua usai dikalahkan Sania Nehwal dari India dengan straight game 17-21, 12-21. Kemudian bulan lalu, Hanna harus mengakui ketangguhan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung Gregoria Mariska dengan 19-21, 14-21 di India Grand Prix Gold.

Di babak semifinal Polandia Open 2017, Hanna menunggu pemenang antara Yui Hashimoto, unggulan ketiga dari Jepang, dan Natalia Perminova, unggulan kelima dari Bulgaria. (*)

Host Event Junior Asia dan Dunia

Indra Leonard/ Violita dapat panggilan seleksi (foto:djarum)
INDONESIA dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan dua turnamen paling bergengsi di level junior (U-19). Kedua ajang tersebut adalah Asia Junior Championships (AJC) dan World Junior Championships (WJC). Dua kejuaraan ini memainkan nomor beregu campuran dan perorangan.

Rencananyam AJC dilangsungkan di GOR Jaya Raya Bintaro pada 22 – 30 Juli 2017, mundur beberapa pekan dari jadwal awal karena berdekatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan penyelenggaraan WJC telah diumumkan sejak tahun lalu. Daerah Istimewa Jogjakarta akan menjadi provinsi penyelenggara kejuaraan ini, pada 9-22 Oktober 2017.

“Keputusan ini baru diumumkan pekan lalu. Indonesia akhirnya dipercaya untuk menjadi tuan rumah AJC 2017. Soal waktu persiapan yang cukup singkat, kami rasa tidak ada masalah, masih ada waktu empat bulan kedepan, kami sudah mulai mengerjakan persiapan yang sudah bisa dikerjakan,” ujar Kasubid Hubungan Internasional PP PBSI Bambang Roedyanto seperti dikutip media PP PBSI yang dikirim via email.

Tentunya, tambah dia, sebuah kehormatan bagi Indonesia dalam setahun bisa dipercaya menjadi tuan rumah AJC dan WJC sekaligus. Ini, terang lelaki yang akrab disapa Rudi, membuktikan bahwa reputasi Indonesia sebagai penyelenggara kejuaraan bulutangkis sudah diakui.

 Tak hanya mengangkat nama Indonesia sebagai penyelenggara kejuaraan bulu tangkis level dunia, kesempatan menjadi tuan rumah juga menguntungkan Indonesia dari segi jumlah kuota atlet yang bertanding di AJC dan WJC 2017. Selain itu, klub dan pembina bulu tangkis juga dapat menyaksikan langsung sejauh mana kekuatan pemain-pemain asing dan nantinya dapat memberikan masukan bagi pembinaan atlet di klubnya.

Selain itu, AJC dan WJC 2017 merupakan ajang bagi pebulu tangkis U-19 untuk berlomba-lomba merebut poin menuju Youth Olympic 2018 yang akan berlangsung di Buenos Aires, Argentina. Hampir dipastikan, mereka yang akan turun di AJC dan WJC 2017 adalah atlet-atlet junior terbaik di dunia.

 Indonesia telah memulai persiapan jelang dua kejuaraan ini dengan memanggil 26 atlet untuk latihan bersama di Pelatnas Cipayung. Atlet tunggal putra dan tunggal putri sudah bergabung pada 13 Maret 2017, sedangkan ganda putra dan ganda campuran pada 17 April 2017.

Nominator atlet Asia Junior Championships 2017 :

Tunggal Putra

1.     Mochammad Rehan Diaz (Mutiara Cardinal Bandung)

2.     Gatjra Piliang Fiqihillahi Cupu (Exist Jakarta)

3.     Ikhsan Leonardo Emanuel Rumbay (SKO Ragunan)

4.     Fathurrachman Fauzi (Exist Jakarta)

5.     Alberto Alvin Yulianto (Djarum Kudus)

Tunggal Putri
1.     Sri Fatmawati (Jaya Raya Jakarta)

2.     Asty Dwi Widyaningrum (Jaya Raya Jakarta)

3.     Putri Ayu Desiderianti (Exist Jakarta)

Ganda Putra
1.     Abyyu Fauzan Majid (SGS PLN)

2.     Muhammad Shohibul Fikri (SGS PLN)

3.     Ade Bagus Sapta Ramadhani (Exist Jakarta)

4.     Alam Muhammad Afwani H (Exist Jakarta)

5.     Alfandy Rizki Putra Kasturo  (Jaya Raya Jakarta)

6.     Emanuel Randy Febrito (Jaya Raya Jakarta)

7.     Ferdian Mahardika Ranialdy (Jaya Raya Jakarta)

8.     Ghifari Anandaffa Prihardika (Jaya Raya Jakarta)

9.     Fenta Age Prasetyo (Exist Jakarta)

10.  Jonanes Aldy Djunaedi (Exist Jakarta)

11.  Adnan Maulana (Jaya Raya Jakarta)

12.  Rizki Adam (Candra Wijaya International Badminton Club)

Ganda Campuran

1.     Renaldi Samosir (Exist Jakarta)

2.     Herdiana Yuli Marbela (Exist Jakarta)

3.     Indra Leonard Prasetya (Bayu Kencana Pasuruan)

4.     Violita Dewi (Bayu Kencana Pasuruan)

5.     Pramudya Kusuma (Djarum Kudus)

6.     Lisa Ayu Kusumawati (Djarum Kudus)

Bakat Tercium sejak Masuk Audisi

Kevin Sanjaya bersama kedua orang tua (foto: PBSI)
BAKAL melejitnya Kevin Sanjaya ternyata sudah terendus lama. Tepatnya saat dia diterima Kevin di tahun 2007 ketika Kevin lolos audisi PB Djarum.

“Saat itu Fung (Permadi) bercerita kepada saya kalau Kevin ini permainanya bagus, walaupun posturnya tidak tinggi tetapi tidak kesulitan kontrol bola, berarti bakatnya bagus,” puji Presiden Direktur Djarum Foundation Victor Hartono.

Kevin, ujarnya, adalah atlet yang fokus dengan tugasnya. Kalau tidak ada cedera atau masalah non teknis, masa depan Kevin cerah.

''Mari kita doakan Kevin makin jaya dan akan membawa Indonesia makin jaya,” ucap Victor.

Salah satu senjata utama Kevin yang tak dimiliki pemain lain adalah pukulan-pukulannya yang terbilang aneh dan sulit untuk dikembalikan lawan. Ini banyak dipelajarinya dari Sigit Budiarto, mantan pemain ganda putra Indonesia era 90-an yang juga pernah melatih Kevin di PB Djarum.
 
“Satu kata untuk Kevin : Pintar! Dia punya talenta yang lain daripada yang lain, attitude-nya baik dan latihannya selalu all out. Mau dikasih program latihan apapun ayo. Skill yang dia miliki itu di atas rata-rata teman-temannya yang lain,” komentar Sigit.

Kevin dan Marcus sudah dihadapkan dengan tantangan selanjutnya di ajang India Open Super Series 2017. Keduanya punya target mempertahankan gelar juara di turnamen ini yang mereka raih tahun lalu. (*)

Rp 250 Juta buat Kevin

Kevin (tiga dari kanan) bersama bos Djarum Victor Hartono
KEVIN Sanjaya Sukamuljo jadi perbincangan usai All England 2017 . Dalam turnamen bulu tangkis tertua di dunia tersebut, dia mampu keluar sebagai juara.  Berpasangan dengan Marcus Fernaldi Gideon, mereka mengalahkan  Li Junhui/Liu Yuchen (Tiongkok), dengan 21-19, 21-14 di final nomor ganda putra.

 Atas prestasi ini, Kevin diberi apresiasi oleh klubnya, PB Djarum, yang telah membina Kevin sejak ia berusia 11 tahun. Bentuk apresiasi tersebut bernilai total Rp 250 juta, terdiri dari deposito BCA senilai Rp 200 juta, persembahan dari Djarum Foundation serta Rp. 50 juta dari Blibli.com yang merupakan sponsor tim nasional bulu tangkis Indonesia.
 
Pemberian penghargaan berlangsung siang ini di Galeri Indonesia Kaya, Rabu (22/3). Dalam kesempatan ini turut hadir Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto serta wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI Oei Wijanarko.
 
“Menjadi juara All England memang sudah impian saya sejak kecil, tetapi jadi juara olimpiade, juara dunia dan juara Asian Games sih juga ingin. Perasaannya waktu menang sempat nggak percaya, ini beneran menang nggak sih?” ungkap Kevin seperti dikutip media PP PBSI.
 
Pebulu tangkis asal Banyuwangi ini menyampaikan terima kasih kepada Djarum Foundation dan PB Djarum atas dukungan yang diberikan . Kevin merasa semua itu mungkin tidak bisa tercapai kalau tidak bergabung dengan PB Djarum.

'' Banyak sekali ilmu dan lesem[atan yang diberikan kepada saya,” terang Kevin.

Kevin memang sosok atlet yang istimewa, ia merupakan jebolan audisi yang diselenggarakan PB Djarum setiap tahunnya. Tak terpilih dalam audisi 2006, Kevin kecil tak menyerah, ia kembali mencoba di tahun berikutnya dan akhirnya berhasil lolos.
 
“Kevin ini skill-nya bagus, berani dan pantang menyerah. Sudah kelihatan sejak masih remaja. Kevin dilahirkan untuk menjadi juara,” kata Ade Lukas, salah satu pelatih Kevin di PB Djarum. (*)

Tiga Wakil Berjuang di Kualifikasi

Anthony Ginting punya kans lolos babak utama
 PEBULU tangkis muda Indonesia terus mengejar poin. Meski, mereka harus melalui babak kualifikasi, khususnya di turnamen super series atau super series.

Di Malaysia Open misalnya. Tiga andalan merah putih, M. Bayu Pangisthu, Ihsan Maulana Mustofa, dan Anthony Ginting memulai langkahnya dari babak kualifikasi.

 Ini dikarenakan ranking ketiganya belum bisa untuk menembus babak utama. Di antara ketiganya, Ginting, sapaan karib Anthony Ginting, mempunyai ranking tertinggi yakni 30. Disusul Ihsan di posisi 38 dan Bayu di peringkat 58.

 Kans ketiganya menembus babak utama Malaysia Open terbuka. Ini disebabkan Ginting, Ihsan, dan Bayu berada di grup yang berbeda. Biasanya, sesama pebulu tangkis Indonesia harus saling mengalahkan untuk bisa menembus babak utama.

 Di  babak utama sendiri, merah putih sudah menempatkan tiga duta. Mereka adalah Tommy Sugiarto, Jonatan Christie, dan Sony Dwi Kuncoro. Selain Jonatan, Tommy dan Sony bukan lagi penghuni Pelatnas Cipayung. (*)

Awas, Lin Dan Sudah Bangkit

Lin Dan juara di ajang grand prix gold
LIN Dan mulai panas. Setelah gagal di dua turnamen, German Open 2017 dan All England 2017, kali ini Super Dan, julukan Lin Dan, mampu naik podium juara di Swiss Open.

Dalam final yang dilaksanakan di Basel pada Minggu waktu setempat (19/3/2017), pebulu tangkis 34 tahun tersebut mengalahkan rekannya sendiri, Shi Yuqi, dengan dua game mudah 21-12, 21-11.Pertandingan keduanya hanya memakan waktu 31 menit. Ini jadi final tercepat dari lima nomor yang dipertandingkan.

Kemenangan ini juga membalas kekalahan pekan lalu di All England 2017. Dalam turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu, Lin Dan menyerah dua game 22-24, 11-21.

Usai dari Basel, ajang berikutnya yang diikuti oleh Lin Dan adalah Malaysia Open 2017. Di turnamen yang dilaksanakan 4-9 April itu, di babak I, Lin Dan bersua dengan H.S. Pranoy dari India.

Selama ini, keduanya belum pernah berjumpa. Hanya, dengan kemenangan di Swiss Open, Lin Dan punya modal berharga. (*)

Jalan Menuju Juara

 Babak

I. Arnaud Merkle (Prancis) 21-14, 21-5

II. Koki Watanabe (Jepang) 21-13, 21-13

III.Brice Leverdez (Prancis) 21-7, 21-11

Perempat final: Ihsan Maulana Mustofa (Indonesia) 21-17, 21-14

Semifinal: Anthony Ginting (Indonesia) 21-17, 21-17

Final:Shi Yuqi (Tiongkok) 21-12, 21-11

Indonesia Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Level Dua BWF

RENOVASI: Istora Senayan, Jakarta
BWF mengumumkan struktur baru dalam penyelenggaraan turnamen internasional. Indonesia mendapat kehormatan dari federasi bulu tangkis dunia itu untuk menjadi tuan rumah turnamen level dua yang diperebutkan banyak negara seperti Denmark dan Malaysia.

Kejuaraan level dua merupakan kejuaraan terbuka paling bergengsi yang levelnya hanya satu tingkat dibawah olimpiade, kejuaraan dunia, dan super series finals. Hanya tiga negara yang dinobatkan sebagai tuan rumah kejuaraan level dua untuk periode 2018-2021 ini. Selain Indonesia, Tiongkok, yang juga salah satu negara raksasa bulu tangkis dunia, berhak atas kejuaraan level dua. Begitu pun Inggris dengan kejuaraan All England yang punya prestise tersendiri.

Keputusan ini diumumkan BWF lewat hasil rapat bersama Council Member Minggu (19/3/2017) di Hilton Garden, Kuala Lumpur, Malaysia.“BWF telah memutuskan Indonesia menjadi tuan rumah kejuaraan level 2 karena dinilai dari penyelenggaraan BCA Indonesia Open sebelumnya yang dijadikan sebagai barometer bagi negara-negara lain,” tutur Bambang Roedyanto, Kasubid Hubungan Internasional PP PBSI.

Indonesia, ungkapnya, dinilai kreatif dalam mengemas BCA Indonesia Open. hospitality-nya juga bagus, tambah Rudi, sapaan karibnya, juga antusiasme penontonnya luar biasa. Ditambah lagi pertimbangan ada renovasi Istora.

''Semakin menambah nilai kejuaraan ini untuk kedepannya. Rencananya total hadiah kejuaraan senilai USD 1,25 juta ,” sambungnya.

Kalau All England, ucap Rudi, dinilai BWF layak masuk level dua karena selain turnamen tertua, penontonnya juga makin ramai. Sedangkan Tiongkok punya sponsor yang banyak.

Ditambahkan Rudi, ketentuan poin kejuaraan dan persyaratan peserta kejuaraan masih didiskusikan BWF bersama Council Member. (*)

Daftar Negara Penyelenggara Kejuaraan Internasional BWF 2018 – 2021:
Level 1 (Prize money minimal USD 1,5 juta – khusus super series final)
Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Super Series Finals

Level 2 (Prize money minimal USD 1 juta )
Indonesia, Tiongkok, Inggris (All England)

Level 3 (Prize money minimal USD 700 ribu )
Tiongkok, Denmark, Perancis, Jepang dan Malaysia

Level 4 (Prize money minimal USD 350 ribu )
Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Hongkong, India

 Level 5
Thailand, Taiwan, India, Korea Selatan, Makau, Australia, Selandia Baru, Jerman, Spanyol, Swiss dan Amerika Serikat

Duh, Gagal di Basel

TAKLUK: Praveen Jordan/Debby Susanto
INDONESIA gagal di Swiss Open 2017. Satu-satunya wakil yang tersisa hingga babak final, Praveen Jordan/Debby Susanto, tumbang di babak final.

 Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Basel pada Minggu waktu setempat (19/3/2017), mereka ditaklukkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand) dengan dua game langsung 18-21, 15-21.

Penampilan Praveen/Debby memang antiklimaks dibanding laga semifinal.  Sehari sebelumnya, pasangan yang kini digembleng di Pelatnas Cipayung itu mampu menghempaskan pasangan Zhang Nan/Li Yinhui asal Tiongkok, dengan 17-21, 21-19, 21-16.

Asisten Pelatih Ganda Campuran PBSI Vita Marissa yang berada di Basel, mengakui penampilan lawan memang cukup impresif di babak final.“Praveen/Debby sudah bermain maksimal di final, tetapi lawan tampil lebih sabar. Permainannya rapi dan tidak mudah untuk dimatikan,” kata Vita seperti dikutip media PBSI.

Dia mengakui anak asuhnya harus lebih fokus lagi dan menekan dari awal.Namun, lanjut Vita, penampilan Praveen/Debby sudah ada kemajuan dibanding di All England 2017.

''Praveen bisa lebih bisa konsentrasi dan tidak lengah,” ujarnya.
Indonesia hanya mengirim satu wakil ke laga final Swiss Open Grand Prix Gold 2017. Dua pebulu tangkis tunggal ditaklukkan wakil Tiongkok di babak semifinal.

Di tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting dikalahkan Lin Dan  dengan 17-21, 17-21. Sedangkan Fitriani tak dapat mengatasi permainan Chen Xiaoxin 17-21, 19-21 di tunggal putri. (*)

Akhirnya Aprilia Bisa Juara

Aprilia Yuswandari saat tampil di final (foto:djarum)
DUA tahun bukan waktu yang sebentar. Selama itu pula, Aprilia Yuswandari gagal menjadi juara di ajang sirkuit nasional (sirnas).

Tapi, dahaga tersebut terobati. Mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung tersebut menjadi juara di Seri Manado 2017. Dalam final yang dilaksanakan di GOR Ari Lasut pada Sabtu (18/3/217), Aprilia mengalahan sesama penghuni pelatnas Yulia Yosephine Susanto dari Shamrock Medan dengan dua game 21-17, 22-20. Pertandingan keduanya memakan waktu 54 menit.

Hasil ini ikut dipengaruhi tak tampilnya Hana Ramadini. Unggulan teratas asal klub Mutiara Bandung tersebut gagal berlaga.

Tahun lalu, Hana tak menyisakan gelar bagi rivalnya. Semua seri disapu bersih oleh mantan tunggal putri penghuni Pelatnas Cipayung itu.

Selain itu, tumbangnya lawan beratnya, Febby Angguni, juga menjadi keuntungan bagi Aprilia. Selama ini, mantan rekannya di Cipayung tersebut juga selalu menjadi batu sandungan. (*)

Hasil Final Nomor Dewasa

Tunggal putra:Viky Angga Saputra v Christofel Karinda 18-21,21-14, 21-17

Tunggal putri:Aprilia Yuswandari v Yulia Yosephine 21-7, 22-20

Ganda putra:Lukhi Apri Nugroho/Tedi Supriadi v Riky Widiantio/Tri Kusuma 21-13, 24-22

Ganda putri:Dian Fitriani/Nadya Melati v Maretha Dea Giovani/Suci Rizki Andini 21-18, 22-20

Ganda campuran: Riky Widianto/Richi Puspita Dili v Lukhi Apri Nugroho/Ririn Amelia 21-16, 21-12

Tiongkok Gagal Tempatkan Wakil di Semua Nomor

KALAH: Zhang Nan/Li Yinhui (foto:bestchinanews.com)
TIONGKOK meloloskan semua wakil di babak semifinal Swiss Open 2017. Tak menutup kemungkinan, Negeri Panda, julukan Tiongkok, akan sapu bersih dalam ajang yang masuk kategori grand prix gold tersebut.

Namun, di luar dugaan, ada satu nomor yang ternyata Tiongkok tak mampu menempatkan wakil di babak puncak yakni ganda putra. Dua wakilnya di semifina,Zheng Siwei/Chen Qingchen dan Zhang Nan/Li Yinhui, tumbang.

Zheng/Chen,yang ditempatan sebagai unggulan teratas, menyerah kepada unggulan ketiga asal Thailand Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, dengan tiga game 19-21, 21-13, 19-21dalam pertandingan yang dilaksanakan di Basel pada Sabtu waktu setempat (18/3/2017). Ini menjadi kekalahan pertama dalam empat kali perjumpaan.

Sedangkan Zhang Nan/Li Yinhui, yang diunggulkan di posisi kelima, takluk kepada duta Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto, unggulan kedua, dengan rubber game 21-17,19-21,16-21. Bagi kedua pasangan, perjumpaan tersebut merupakan yang pertama.

Sebelumnya, saat Zhang Nan masih bersama Zhao Yunlei, keduanya menjadi momok bagi Praveen/Debby. Bagaimana tidak, dalam sembilan kali perjumpaan, pasangan merah putih tersebut hanya sekali menang yakni di final All England 216.Bahkan, kali terakhir bertemu, di Olimpiade Rio 2016,Praveen/Debby, menyerah dua game langsung 11-21, 18-21.

Di final ini, pasangan Negeri Gajah Putih, juluan Thailand, tersebut bukan lawan yang asing bagi Praveen/Debby. Kedua pasangan sudah tiga kali bertemu. Hasilnya, ganda binaan Pelatnas Cipayung tersebut menang 2-1.

Gelar di Swiss Open diharapkan bisa menjadi ajang pembuktiaan bagi Praveen/Debby. Pekan lalu di All England 2017, mereka langsung tumbang di babak I. Padahal, status keduanya adalah juara bertahan. (*)

Satu Grup dengan Denmark dan India

PV Sindhu jadi ganjalan di tunggal putri (foto:india.com)
KEHORMATAN Indonesia di Piala Sudirman kembali dipertaruhkan. Bahkan untuk 2017 ini bakal lebih berat.

 Dalam pengundian grup yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (17/3), Indonesia masuk di grup 1D bersama Denmark dan India. Event itu akan dihelat di Gold Coast, Australia, pada 21-28 Mei 2017. Kejuaraan beregu campuran yang memainkan nomor tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri serta ganda campuran.

“Saya melihat kekuatan negara peserta cukup berimbang ya. Untuk di grup tentu kami harus lolos dulu supaya bisa ke babak delapan besar. Kans tetap terbuka baik lawan Denmark atau India, peluangnya 50-50,” kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti seperti dikutip media PP PBSI.

Untuk lawan India, ucapnya, Indonesia akan mencoba mencuri poin di ganda campuran, ganda putra, dan ganda putri serta tunggal putra. Sedangkan saat melawan Denmark, nomor-nomor andalan adalah ganda putra, ganda campuran, ganda putri serta tunggal putri.

Ditambahkan Susy, berkaca pada catatan prestasi terakhir para penggawa merah putih, semifinal menjadi target realistis yang dipatok PBSI. Tetapi, pihaknya tetap optimistis dan positif thinking.

''Untuk hasil maksimal dan berusaha siapa tahu bisa juara. Tim butuh semangat yang lebih, kerja keras, serta dukungan dan doa dari semua pihak,” ujar peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 ini.

Soal komposisi , Susy meneramgkan, PBSI bakan menurunkan tim terbaik di perebutan supremasi bergengsi ini. Tim Piala Sudirman Indonesia tahun ini bakal diisi pebulu tangkis senior dan muda.

“Sepulang dari Swiss Open, kami akan mengadakan pertemuan untuk membahas persiapan ke Piala Sudirman 2017, termasuk menentukan tim bayangan, komposisi tim bisa saja perpaduan pemain senior dan muda,” pungkas Susy yang tengah berada di Basel, Swiss mendampingi tim Indonesia di ajang Swiss Open Grand Prix Gold 2017. (*)

Undian Piala Sudirman 2017:
Grup 1
Grup 1A : Tiongkok, Thailand, Hong Kong
Group 1B : Korea, Taiwan, Rusia
Grup 1C : Jepang, Malaysia, Inggris
Grup 1D : Denmark, Indonesia, India

Grup 2
Grup 2A : Jerman, Vietnam, Skotlandia, Kanada
Grup 2B : Singapura, Australia, Amerika Serikat, Austria

Grup 3
Grup 3A : Selandia Baru, Kaledonia Baru, Makau, Guam
Grup 3B : Sri Lanka, Slowakia, Polinesia Perancis, Fiji

Bersatu Kembali di Level Sirnas

REUNI:Riky Widianto/Richi Dili
PASANGAN Riky Widianto/Richi Puspita Dili pernah disegani di ajang internasional. Keduanya mampu menembus posisi 10 dunia tepatnya di ranking kedelapan.

 Juara India Grand Prix Gold dan finalis Singapore Open Super Series juga pernah dibukukan Riky/Richi. Sayang, penampilan keduanya labil.

 Akibatnya, keduanya dipisah. Riky dipasangkan dengan Gloria Emanuelle Widjaja dan Richi dengan Edi Subaktiar. Meski dipisah, tapi keduanya tak bisa bersinar.

 Puncaknya, pada awal 2017, Riky dan Richi terpental dari Pelatnas Cipayung. Keduanya dikembalikan ke klubnya masing-masing. Riky ke Wima, Surabaya, dan Richi ke SGS, Bandung.
Tapi, di perjalanannya, Riky pindah ke Tjakrindo Masters.

  Kini, Riky kembali berpasangan dengan Richi. Hanya, ajang yang diikuti bukan ajang internasional lagi.

 Mereka turun kasta dengan tampil di ajang sirkuit nasional (sirnas). Saat ini, Riky/Richi tengah berlaga di Sirnas Manado, Sulawesi Utara. Langkah mereka sudah sampai babak semifinal. (*)

Quat-trick Kegagalan di Depan Mata

JEBLOK: Greysia/Rizky Amelia
OTAK-atik komposisi di nomor ganda putri belum membuahkan hasil. Greysia Polii contohnya.

Sempat moncer bersama Nitya Krishinda Maheswari, kini sinarnya serasa redup. Dipasangkan dengan Rizky Amelia Pradipta, dia gagal total.

Tiga turnamen terakhir yang diikuti membuat Greysia/Rizky pulang dengan kecewa. Tiga ajang tersebut adalah German Open, All England, dan Swiss Open.

Ironisnya, dalam tiga turnamen yang dilaksanakan di Benua Eropa tersebut, Gresyia/Rizky selalu tumbang di babak II. Di German Open, mereka kalah tiga game 21-19, 18-21, 12-21 oleh pasangan Jepang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota. Sepekan kemudian, di All England, yang merupakan turnamen tertua di dunia, pasangan yang sama-sama dari klub Jaya Raya tersebut kalah kembali dari wakil Negeri Sakura, julukan Jepang, Naoko Fukuman/Kurumi Yonao, dengan 22-24, 8-21.

  Yang terakhir, Greysia/Rizky secara mengejutkan kalah oleh Isabel Herttrich/Olga Konon dari Jerman. Mereka kalah 18-21, 21-19, 20-22 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Basel pada Kamis waktu setempat (16/3/2017).

 Meski mengalami tiga kali gagal beruntun, tapi PP PBSI tetap mempercayai Greysia/Rizky.Keduanya diberi kesempatan turun di Malaysia Open 2017. Kegagalan bisa kembali menimpa.

 Di babak turnamen yang masuk kategori super series tersebut, pasangan yang dilatih oleh Eng Hian tersebut bersua dengan Chen Qingchen/Jia Yifan. (*)