WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Hanya di Brasil Sistem Itu Ada

BRASIL dikenal sebagai negeri sepak bola. Negeri di Amerika Selatan tersebut sudah lima kali mengangkat trofi juara dunia.

Banyak maestro olahraga bola sepak tersebut yang muncul dari Negeri Samba, julukan Brasil. Mulai dari Pele, Socretes, Zico, Ronaldo, Ronaldinho, hingga sekarang Neymar.

Tapi, Brasil tetap tak melupakan cabang olahraga lain. Bulu tangkis salah satunya.

Ya, mulai 24 November lalu, Brasil menjadi tuan rumah kejuaraan dengan level grand prix. Hadiahnya pun tak sedikit, USD 50 ribu.

Bahkan, salah satu pesertanya adalah legenda hidup yang masih aktif Lin Dan asal Tiongkok. Ini tentu mengangkat pamor ajang yang dilaksanakan di Rio de Janeiro tersebut.

Lin Dan merupakan juara dunia lima kali dan dua kali peraih emas nomor tunggal putra olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012.

Selain itu, sistem yang dipakai dalam Brasil Grand Prix 2015 pun beda dengan biasanya. Kok bisa?

Ya, dalam event dengan host Rio de Janeiro tersebut memakai sistem grup (grouping). Dalam kalender BWF selama 2015 ini, baru Brasil Grand Prix yang memakai sistem tersebut.

Memang, sistem grup tersebut hanya di babak awal. Setelah itu, untuk perebutan perempat final, sistem yang dipakai adalah sistem gugur.

Aturan ini yang sama pernah dipakai dalam Olimpiade London lalu. Bisa jadi, sistem ini menjadi ajang pemanasan. Alasannya, tahun depan, Brasil menjadi tuan rumah Olimpiade dengan salah satu cabang yang dipertandingkan bulu tangkis. (*)

Perjumpaan Dini Dua Senior

ADA yang menarik dalam undian Indonesia Grand Prix Gold 2015, khususnya di nomor tunggal putra. Dua wakil tuan rumah, Alamsyah Yunus bakal berjumpa dengan Sony Dwi Kuncoro.

Meski sudah lama malang melintang di pentas bulu tangkis, namun kedua pebulu tangkis senior tersebut hanya empat kali berjumpa di lapangan internasional. Bahkan, kali terakhir, Sony dan Alamsyah adu kekuatan tiga tahun lalu.

Itu terjadi dalam Vietnam Grand Prix 2012.Saat itu, Sony, yang diunggulkan di posisi keempat, mengalahkan Alamsyah, unggulan kelima, dengan dua game langsung 21-11, 21-14.

Kemenangan itu membalas pil pahit yang ditelan Sony empat bulan sebelumnya di Australia Open. Skor sementara, Sony masih unggul 3-1.

Sebenarnya, kesempatan keduanya berjumpa sempat terbentang dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Jawa Timur 2015. Sony dan Simon sama-sama lolos ke babak semifinal

Sayang, real final urung terlaksana. Sony dipermalukan Wisnu Yuli Prasetyo dan Alamsyah ditumbangkan Shesar Hiren Rustavito.

Di atas kertas, dalam Indonesia Grand Prix Gold 2015, Sony lebih diunggulkan. Rankingnya yang ada di posisi 52 jauh di atas Alamsyah yang sekarang terdampar di posisi 242.

Selain itu, saat ke Kota Pelajar, julukan Malang, kondisi Sony lebih fresh. Sedangkan Alamsyah habis berjuang dalam Sirnas Seri Riau. (*)

Cedera, Absen di Malang

HARAPAN Dionysius Hayom Rumbaka mengulangi sukses dalam Indonesia Grand Prix Gold kandas. Bukan karena dia sudah tumbang di babak karena ajang tersebut belum bergulir.

Tapi, cedera memaksa Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, harus absen dalam event yang tahun ini dilaksanakan di Malang, Jawa Timur, pada 1-6 Desember tersebut. ''Nama Hayom sempat masuk dalam daftar unggulan. Bahkan, dalam undian, namanya masih ada,'' kata Ketua Bidang Pertandingan dan Perwasitan PP PBSI Eddyanto Sabarudin.

Dalam Indonesia Grand Prix Gold 2015, Hayom diunggulkan di posisi keempat. Di babak pertama, dia dijadwalkan bersua dengan sesama pebulu tangkis merah putih Panji Akbar.

''Dia sudah menunjukan surat dokter tentang sakitnya. Untuk posisinya akan diganti saat temu teknik di Malang sehari sebelum pertandingan,'' jelas Eddy, sapaan karib Eddyanto Sabarudin.

Turnamen Indonesia Grand Prix Gold punya kenangan manis bagi Hayom. Pada 2011, dia mampu menjadi juara tunggal putra.

Di final yang dilaksanakan di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 2 Oktober 2011, Hayom menang dua game langsung 21-16, 21-17 atas rekannya sendiri, Tommy Sugiarto.

Tahun lalu saat dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, dia sempat digadang-gadang bakal kembali juara. Apalagi, lelaki yang pernah digembleng di Pelatnas PBSI tersebut diunggulkan di posisi teratas.

Sayang, Hayom sudah terjungkal di babak ketiga. Pebulu tangkis yang bernaung di bawah bendera Djarum Kudus tersebut tumbang dua game langsung 20-22, 14-21 oleh Derek Wong dari Singapura.

Dengan absennya Hayom, asa terbesar meraih gelar di nomor bergengsi ditaruhkan di pundak Tommy. Putra legenda bulu tangkis dunia Icuk Sugiarto tersebut ditempatkan di posisi kedua. (*)

Anthony Gagal Ulangi Capaian di Hongkong

ANTHONY Ginting kembali menginjak bumi. Wakil Pelatnas PBSI itu sudah menyerah di babak kedua Makau Grand Prix Gold 2015.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan pada Rabu waktu setempat (25/11/2015), Anthonya kalah tiga game 21-14, 15-21, 16-21 kepada unggulan kesebelas asal Hongkong Wong Wing Ki. Sebelumnya, dia sempat mencetak langkah yang sensasional.

Datang dengan status nonunggulan, Anthony mampu menembus semifinal turnamen super series, Hongkong Open 2015. Hanya, langkahnya ke babak final dijegal oleh Tian Houwei dari Tiongkok.

Sebenarnya, kansnya melaju ke babak pemungkas dianggap terbuka lebar. Itu dikarenakan Anthony pernah menang atas wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut dalam pertemuan perdana.

Dengan kekalahan ini seakan membuat Anthony tetap harus menyadari kemampuannya. Dengan usia yang masih muda, dia buruh jam terbang yang banyak guna mematangkan kemampuan dan pengalaman.

Selain Anthony, wakil Indonesia yang sudah rontok di babak kedua Makau Grand Prix Gold 2015 adalah Kaizar Bobby Alexander dan Firman Abdul Kholik. Kaizar takluk 8-21, 12-21 kepada wakil Jepang Kenta Nishimoto dan Firman tak berdaya menghadapi unggulan keempat Son Wan-ho (Korsel) dan menyerah 19-21, 11-21.

Sementara yang sudah menginjakkan kaki di babak ketiga adalah Jonatan Christie dan Ihsan Maulana Mustofa. (*)

Sudah Jalannya Bisa Juara

MALAYSIA baru saja mengukir sejarah dalam Kejuaraan  Dunia Junior. Negeri jiran ini mampu menempatkan dua wakilnya di babak final tunggal putri dalam ajang yang dilaksanakan di Lima, Peru, tersebut.

Goh Jin Wei mampu menundukkan kompatriot (rekan senegara) Lee Ying Ying dengan dua game langsung 21-15, 21-16. Namun, di balik sukses tersebut ada faktor Indonesia yang tak boleh dipandang sebelah mata. Pelatih Jin Wei dan Ying Ying adalah Rony Agustinus.

Lelaki ini pernah menjadi tunggal putra andalan merah putih di akhir dekade 1990-an dan awal 2000-an. Rony juga pernah menjadi bagian pelatih di Pelatnas PBSI.Berikut petikan wawancara dengan Rony.

Selamat siang mas. Juara dunia junior dari Malaysia, yang latih Rony?
-Siang.Saya yang latih Goh Jin Wei. Saya juga yang mendampingi saat di Peru.

Sejarah ya Malaysia bisa melahirkan juara dunia tunggal putri?
-Saya awalnya nggak tahu. Saya malah baru tahu setelah keduanya bisa masuk final.

Metode latihan apa yang membuat Anda bisa mencetak All Malaysian Finals di nomor tunggal putri dalam Kejuaraan Dunia 2015?
-Gak ada metode apa-apa. Latihan normal seperti biasa. Hanya, keduanya memang kadang latihan bareng senior-seniornya.

Tapi, Anda termasuk hebat. Padahal, ada Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia juga di sektor tunggal putri. Semua turun dengan kekuatan terbaik.
-Ya mungkin sudah jalannya. Mereka juga sudah jumpa dengan Tiongkok dan Jepang di babak-babak awal.

Kok Indonesia nggak bisa?
-Wah kalau itu saya nggak bisa jawab.(*)

Harusnya Tak Perlu Rubber Jonatan

LANGKAH Jonatan Christie di Makau Grand Prix Gold 2015 terus melaju Kini, jejak pebulu tangkis tunggal putra masa depan Indonesia tersebut sudah ada di babak ketiga dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut.

Itu setelah Jonatan Christie menang rubber game 11-21, 21-12, 21-12 atas Kuo Po Cheng dari Taiwan dalam pertandingan babak kedua yang dilaksanakan Rabu waktu setempat (25/11/2015). Di atas kertas, sebenarnya Jonatan tak perlu memeras keringat hingga tiga game.

Alasannya, ranking dunianya jauh di atas Po Cheng. Saat ini, Jonatan ada di posisi 40 sedangkan lawannya di 201.

Dalam Makau Grand Prix Gold 2015 ini, Jonatan langsung menyedot perhatian. Pada penampilan perdana di babak pertama, dia memulangkan unggulan teratas asal India Kidambi Srikanth dengan straight game 21-16, 23-21.

Kidambi diunggulkan teratas karena ranking dunia yang saat ini di posisi ketujuh paling tinggi dibandingkan semua peserta. Bahkan, dia sempat berada di posisi ketiga dunia.

Tentu,mengalahkan unggulan teratas tentu menjadi nilai plus bagi Jonatan. Sayang, dia masih sering labil.

Dia belum pernah menembus hingga babak semifinal turnamen bergengsi di level super series atau super series premier. Ini membuat Jonatan masih kalah dengan rekannya di Pelatnas PBSI Anthony Ginting yang pekan lalu menembus semifinal Hongkong Super Series 2015. Sedang Jonatan, yang diunggulkan di posisi keempat, malah sudah tumbang di babak kedua. (*)

Kido Ganti Pasangan Lagi

PASANGAN Markis Kido berganti lagi. Di Makau Grand Prix Gold 2015, dia berpasangan dengan Hendra Aprida Gunawan

Kali terakhir, Kido berduet dengan Agripinna Prima. Hanya, dibandingkan dengan pasangan-pasangan sebelumnya, Kido/Agripinna kurang moncer.

Sebelumnya, kakak dari dua mantan pebulu tangkis nasional Bona Septano dan Pia Zebadiah tersebut berpartner dengan Hendra Setiawan dan Alvent Yulianto serta Markus 'Sinyo' Fernaldi. Bersama Hendra, Kido mencapai puncak prestasi.

Keduanya mampu menjadi juara dunia 2007 dan meraih emas Olimpiade Beijing 2008. Belum lagi seabrek gelar dari berbagai ajang bergengsi.

Namun, setelah Hendra kembali ke Pelatnas PBSI, Kido pun harus mencari pasangan baru. Pebulu tangkis senior yang juga sama-sama pernah digembleng di Cipayung, lokasi Pelatnas PBSI, Alvent Yulianto.

Bersama Alvent, Kido masih bisa menembus Kejuaraan Dunia. Namun, usai Kejuaraan Dunia 2013 di Tiongkok, keduanya pun berpisah.

Kido lebih sreg mempunyai pasangan yang lebih muda. Pilihan pun dijatuhkan kepada Sinyo.

Mereka masih sempat menjadi perbincangan. Itu terjadi ketika menjadu juara Prancis Super Series 2013.

Seperti halnya dengan Hendra, Kido sendiri lagi karena Sinyo menerima pinangan Pelatnas PBSI.

Bersama Agripinna, mereka hanya datar-datar saja capaian yang dilakukan. Bahkan, hasil buruk dipetik di Thailand Grand Prix 2015 pada Oktober lalu.

Kido/Agripinna tersingkir di babak kedua. Mereka menyerah dari wakil Jepang yang belum populer Takuto Inoue/Yuki Kaneko dengan 17-21, 9-21.

Setelah itu, keduanya tak tampil lagi. Dalam Tiongkok Super Series pada dua pekan lalu, Kido hanya berlaga di nomor ganda campuran bersama Pia.

Hendra sendiri bukan pebulu tangkis level bawah. Dia sempat menjadi harapan di pelatnas ketika berpasangan dengan Alvent. (*)

Ratu Sirnas Berjaya di Finlandia

TAK sia-sia Febby Angguni jauh-jauh ke Finlandia.Mantan tunggal putri penghuni Pelatnas PBSI tersebut mampu keluar sebagai juara Finlandia International Series 2015.

Dalam laga final yang dilaksanakan di Helsinki pada Minggu waktu setempat, Febby, yang diunggulkan di posisi kelima, menundukkan wakil Denmark Sofie Holmboe dengan rubber game 18-21, 21-10, 21-8. Tahun lalu, dalam ajang yang sama, Febby tak ikut ambil bagian.

Juara tahun lalu di sektor tunggal putri adalah Olga Golovanova. Pada 2015, perempuan asal Rusia tersebut absen.

Perjuangan Febby dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 5 ribu tersebut lumayan berat . Khususnya semifinal dan final

Tiket ke babak final diperoleh setelah menumbangkan unggulan teratas Kati Tolmoff (Estonia) dengan 22-20, 21-19. Gelar ini juga menjadi yang pertama bagi Febby yang kini bernaung di Tjakrindo Masters.  Selama ini, dia lebih sering berjaya di ajang sirkuit nasional (sirnas). (*)



Juara Finlandia International Series 2015

Tunggal putra:Steffen Rasmussen (Denmark x2) v Kasper Dinesen (Denmark) 21-14, 21-17

Tunggal putri:Febby Angguni (Indonesia x5) v Sofie Holmboe (Denmark) 18-21, 21-10, 21-8

Ganda putra:Nikita Khakimov/Vasily Kuznetsov (Rusia x1) v Nicklas Mathiasen/Lasse Moelhede (Denmark) 21-16, 9-21, 21-17

Ganda putri:Clara Nistad/Emma Wengberg (Swedia) v Alida Chen/Cheryl Seinen (Belanda x4) 21-16, 22-20

Ganda campuran: Filip Duwall/Emma Wengberg (Swedia x1) v Kristoffer Knudsen/Emilie Moller (Denmark) 13-21, 22-20, 21-15

x=unggulan

Hendrawan Tak Lagi Dampingi Chong Wei

PERFORMA Lee Chong Wei layak dapat jempol. Bukan hanya satu tapin dua.

Dia mampu menjadi juara dua kali beruntun Levelnya tak sembarangan, super series premier dan super series.

Itu diukir Chong Wei di Tiongkok Super Series Premier 2015 dan Hongkong Super Series 2015.Memang, lelaki 32 tahun tersebut pernah juga dua kali juara beruntun yakni di Amerika Serikat dan Kanada

Hanya, dua ajang tersebut levelnya bukan teratas Amerika Serikat berlabel grand prix gold dan Kanada bertitel grand prix.

Namun, ada yang beda saat Chong Wei juara di Tiongkok dan Hongkong. Ada apa? Sosok pelatih yang ada di belakangnya telah bergenti

Usai bebas saksi dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) Mei lalu terkait doping dalam Kejuaraan Dunia 2014, Chong Wei tak lagi didampingi pelatih lamanya, Tey Seu Bock Posisi digantikkan Hendrawan.

Awalnya, di tangan juara dunia 2001 asal Indonesia tersebut, Chong Wei bisa juara di Amerika Serikat dan Kanada. Tapi, belakangan prestasinya terus merosot.

Puncaknya, Chong Wei tersingkir di kualifikasi Korea Super Series 2015. Nah, saat di Negeri Panda, julukan Tiongkok, kursi di belakang finalis dua kali olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012, kembali ditempati Seu Bock

''Lagi gantian,'' kata Hendrawan singkat.

Hanya, saat di tangan Seu Bock, Chong Wei malah moncer. Dia seperti kembali ke masa jayanya dengan menjuarai Tiongkok Super Series Premier dan Hongkong Super Series 2015.

Lawan yang dikalahkannya pun tak sembarangan Tunggal putra nomor satu dunia asal Tiongkok Chen Long dikalahkannya dua kali di kandangnya sendiri dan di Hongkong, Begitu juga dengan musuh bebuyutannya, Lin Dan, yang juga dari Negeri Panda, julukan Tiongkok.

Salah satu sumber di Malaysia menyebutkan posisi Hendrawan memang digantikan Seu Bock. Dia dikembalikan lagi memoles pebulu tangkis lapis II negeri jiran (*)

Inilah Chong Wei yang Sesungguhnya

ANCAMAN kembali ditebar Lee Chong Wei. Tak genap setahun Olimpiade Rio de Janeiro, lelaki Malaysia tersebut layak masuk kembali dalam daftar calon peraih emas dalam pesta olahraga empat tahunan tersebut.

Indikasinya, Chong Wei mampu dua kali beruntun menjadi juara dalam ajang yang diikuti semua pebulu tangkis tunggal putra dunia. Setelah Tiongkok Super Series Premier 2015 pekan lalu, kini bapak 32 tahun tersebut naik ke podium terhormat dalam Hongkong Super Series 2015.

Dalam final yang dilaksanakan di Kowloon pada Minggu waktu setempat (22/11/2015), Chong Wei menghentikan ambisi pebulu tangkis muda Tian Houwei dengan straigt game 21-16, 21-15. Sebenarnya, laga pemungkas turnamen berhadiah USD 375 ribu tersebut bukan yang menguras tenaga dan emosi.

Laga yang sarat emosi malah sudah dilakoni di babak perempat final Saat itu, dia mampu menjungkalkan unggulan teratas Chen Long asal Tiongkok.

Kemenangan itu mengulang suksesnya di Tiongkok Super Series 2015. Chong Wei mempermalukan tunggal nomor satu dunia saat ini  tersebut.

Tahun 2015 merupakan tahun yang terberat bagi Chong Wei. Dia mengakhiri hukuman delapan bulan dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Mei 2015. Saat itu, rankingnya terpuruk hingga terlempar dari 100 besar.

Tapi, berlahan tapi pasti, mantan tunggal putra nomor satu dunia tersebut mulai beranjak naik dan menembus posisi 100 besar. Hanya, kembali cobaan menerpa. Dia gagal beruntun di Jepang Super Series 2015 dan Korea Super Series.

Ironisnya, di Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, dia tersingkir di babak kualifikasi, ingat babak kualifikasi bukan di babak utama

Hanya, setelah sukses di Tiongkok, kini rankingnya sudah ada di enam besar. Bahkan, tak menutup kemungkinan bakal melesat lagi usai menjadi juara di Hongkong. (*)

Hasil Hongkong Super Series 2015
Tunggal putra:Lee Chong Wei (Malaysia) v Tian Houwei (Tiongkok) 21-16, 21-15

Tunggal putri:Carolina Marin (Spanyol x1) v Nozimi Okuhara (Jepang) 21-17, 18-21, 21-18

Ganda putra:Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark x3) 21-7, 18-21, 21-18

Ganda putri:Tiang Qing/Zhou Yunlei (Tiongkok x5) v Tang Yuanting/Yu Yang (Tiongkok) 21-15, 21-12

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhou Yunlei (Tiongkok x1) v Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok) 21-17, 17-21, 21-17

x=unggulan

Hendra/Ahsan Mencari Kemenangan Kelima Beruntun

BEKAL penting dibawa Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Keduanya selalu menang dalam empat kali pertemuan dengan Mathoas Boe/Carsten Mogensen.

Nah, ini membuat Hendra/Ahsan berpeluang menembus final Hongkong Super Series 2015. Pasangan merah putih tersebut bakal berjumpa dengan Boe/Mogensen dalam babak semifinal yang dilaksanakan pada Sabtu waktu setempat (21/11/2015).

Di perempat final sehari sebelumnya, Hendra/Ahsan mampu melakuka revans atas pasangan Korea Selatan Kim Gi-jung/Kim Sa-rang dengan dua game yang menegangkan 20-22, 21-19. Dalam pertemuan terakhir di Korea Super Series pada September lalu, Hendra/Ahsan kalah 17-21, 15-21. Sementara, Boe/Mogensen menembus semifinal usai menghentikana wakil Indonesia lainnya, Angga Pratama/Ricky Karanda dengan tiga game 20-22, 21-12, 21-14.

Di Hongkong, Hendra/Ahsan diharapkan bisa mengembalikan pamor. Ya, usai menjadi juara dunia pada Agustus 2015, keduanya selalu terjegal di babak-babak awal.

Bahkan, pekan lalu di Tiongkokm Super Series Premier 2015, Hendra/Ahsan sudah menyerah di babak kedua. Mereka ditundukan wakil tuan rumah Wang Yilv/Zhang Wen.

Di babak semifinal lainnya, unggulan teratas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong berjumpa dengan pasangan Tiongkok Chai Biao/Hong Wei. Yong-dae/Yeon-seong memupus asa Markus Gideon/Kevin Sanjaya dengan 21-15, 21-15. (*)

Saatnya Kini Melihat Anthony

DARI semua yang ada di Pelatnas PBSI, Anthony Ginting tak banyak disebut-sebut. Jonatan Christie lah yang digadang-gadang baal menjadi tunggal putra masa depan Indonesia.

Ini wajar karena dari postur, Jonatan lebih unggul. Selain itu, dia sudah memperoleh gelar internasional di saat tiga rekan-rekannya Firman Abdul Kholik, Ihsan Maulana Mustofa, dan Anthony.

Bahkan, saat Jonatan redup, giliran Ihsan yang melejit. Dia beberapa kali lewat dari jeratan babak kualifikasi di turnamen super series atau super series premier.

Tapi, kini semuanya harus berpaling kepada Anthony. Itu setelah dia mampu menembus sebuah turnamen super series, Hongkong Open 2015.

Tiket tersebut ditanganAnthony setelah menundukkan Kazumasa Sakai dari Jepang dengan straight game 21-14, 21-14. Ini merupakan pertemuan bagi keduanya.

Namun, sorotan tertuju kepadanya saat Anthony memulangkan unggulan keempat Kento Momota. Juara Indonesia Super Series Premier 2015 tersebut dipermalukannya dengan dua game yang mudah 21-7, 21-15.

Di semifinal, Anthony akan menjajal Tian Houwei dari Tiongkok. Secara ranking, dia kalah.

Saat ini, Anthony di posisi 54. Sementara, wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, itu sudah ada di posisi 10.

Tapi jangan lupa, pebulu tangkis merah putih tersebut pernah mengalahkan Houwei. Itu terjadi di babak pertama Taiwan Grand Prix Gold 2015. Saat itu, Anthony menang 21-13, 21-14 atas lawannya yang diunggulkan di posisi kedelapan tersebut. (*)

Tinggal Satu untuk Bisa Sama

LEE Chong Wei kembali on fire. Dua kali beruntun, dia mampu mempermalukan tunggal putra nomor satu dunia saat ini Chen Long dari Tiongkok.

Pekan lalu, lelaki asal Malaysia tersebut melibas pebulu tangkis jangkung tersebut di final Tiongkok Super Series Premier 2016. Nah, tak ada sepekan, Chong Wei kembali melakukan hal yang sama.

Bahkan, itu dilakukannya di babak perempat final Hongkong Super Series 2015. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Koowlon pada Jumat waktu setempat (20/11/2015), Chong Wei menang tiga game 13-21, 21-19, 21-15.

Kemenangan ini membuat lelaki 32 tahun tersebut kini hanya berselisih satu kekalahan dari Chen Long. Chong Wei menang 11 kali dengan satu kemenangan lagi bakal membuatnya imbang menjadi 12-12.

Kans menembus final dan kembali menjadi juara seperti di Negeri Panda, julukan Tiongkok. Di semifinal, Chong Wei akan berhadapan dengan Ng Ka Long.

Wakil tuan rumah tersebut menembus babak empat besar usai menundukkan unggulan kelima Chou Tien Chen (Taiwan) dengan rubber game 21-17, 15-21, 21-15. Dia menjadi sorotan setelah di babak kedua menjungkalkan unggulan ketiga Lin Dan.

Bagi Chong Wei, Ng Ka Long bukan wajah asing. Mereka sudah dua kali bertemu dan semuanya dimenangkan pebulu tangkis negeri jiran tersebut.

Salah satunya pekan lalu di Tiongkok Super Series Premier 2015. Di babak I, Chong Wei menang 21-10, 21-15. Satu lagi, keduanya berjumpa di final Kanada Grand Prix 2015 dan dimenangkan dengan 21-17, 21-13.

Satu laga semifinal lain mempertemukan wakil Indonesia Anthony Ginting melawan Tian Houwei (Tiongkok). (*)

Cheong Wei Terus Melompat

POSISI Lee Chong Wei terus merangkak naik. Kini, mantan tunggal putra nomor satu dunia tersebut sudah ada di posisi kekenam.

Dalam ranking yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 19 November 2015, lelaki asal Malaysia tersebut naik tiga setrip dari pekan sebelumnya. Ini menjadi posisi terbaik bagi Chong Wei setelah kembali ke lapangan hijau pada Mei lalu.

Tak bisa dipungkiri, berada di posisi keenam tersebut tak lepas dari hasil Tiongkok Super Series Premier 2015. Dalam event berhadiah total USD 700 ribu dan dilaksanakan di Fuzhou tersebut, Chong Wei memuat kejutan besar.

Dia mampu menjadi juara. Pada laga final (15/11/2015), lelaki yang kini berusia 33 tahun tersebut mengalahkan andalan Tiongkok Chen Long dengan straight game 21-15, 21-11.

Menariknya, selain Chen Long, sejak babak II, Chong Wei mampu membabat habis para unggulan. Setelah melibas Ng Ka Long dari Hongkong di babak pertama dengan 21-10, 21-15, di babak-babak berikutnya dua kali finalis olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012, tersebut mempermalukan para calon juara.

 Di babak kedua, unggulan keenam asal Taiwan Chou Tien Chen dikalahkan 21-9, 15-21, 21-12. Kemudian, di perempat final, giliran Jan O Jorgensen, unggulan kedua dari Denmark, dengan 21-11, 11-21, 21-10.

Setelah itu, tiket ke final digenggamannya berkat kemenangan 17-21, 21-19, 21-19 atas musuh besarnya Lin Dan (Tiongkok). Ini menjadi kemenangan kesepuluh dari 35 kali pertemuan.

Sedangkan hasil atas Chen Long, membuat Chong Wei memperkecil defisit kekalahan. Dia menang 10 kali dari 22 kali pertemuan.

Dari Negeri Panda, julukan Tiongkok, Chong Wei berhak atas poin maksimal, 11.000. (*)

Ranking tunggal putra
1. Chen Long (Tiongkok)

2. Jan O Jorgensen (Denmark)

3. Lin Dan (Tiongkok)

4. Kento Momota (Jepang)

5. Viktor Axelsen (Denmark)

6. Lee Chong Wei (Malaysia)

7.K. Srikanth (India)

8.Chou Tien Chen (Taiwan)

9. Son Wan-ho (Korsel)

10.Tian Houwei (Tiongkok)

Bukannya Naik, Malah Melorot

NAIK ke podium juara di Hungaria Challenge 2015 belum memberi efek kepada Aprilia Yuswandari. Sebaliknya, ranking yang dimiliki malah turun.

Dalam rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (19/11/2015), mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut berada di posisi 131. Padahal, pekan lalu, Aprilia ada di ranking 122 atau sembilan setrip lebih bagus.

Ya, pekan lalu, pebulu tangkis yang dibesarkan PB Semen Gresik tersebut mampu menjadi juara Hungaria International Series 2015. Pada babak final, Aprilia, yang diunggulkan di posisi kelima, melibas Chloe Birch dari Inggris dengan 21-19, 21-9. Dari ajang tersebut, perempuan asal Jogjakarta tersebut memperoleh 2.500 poin.

Ini menjadi gelar perdana baginya usai memutuskan meninggalkan tanah air dan menjadi lawan tanding di Swiss. Sebelumnya, Aprilia sudah tampil dalam Swiss International  2015.

Sayang, dalam ajang tersebut, dia hanya mampu babak ketiga. Langkahnya dihentikan oleh pebulu tangkis Prancis Delphine Lansac.

''Habis juara di Hungaria, Aprilia mengontak saya. Saya hanya pesan agar dia tetap rajin berlatih dan mengejar prestasi di sana,'' ungkap Koko Pambudi, pelatih yang membesarkan Aprilia saat di PB Semen Gresik. (*)

Sudah Tak Lagi Menakutkan

HINGGA 2012, siapa yang bisa membayangkan Lin Dan kalah. Hampir semua turnamen yang diikuti selalu dimenangkan oleh tunggal putra andalan Tiongkok tersebut.

Bahkan, prestasi sensasional pun diukir lelaki yang kini berusia 32 tahun tersebut yakni lima kali juara dunia dan dua emas olimpiade. Tapi, kini, semua itu sudah tak ada artinya.

Kegagalan sudah banyak mengiringnya. Bahkan, di kandang sendiri pekan lalu dalam Tiongkok Super Series Premier 2012, dia hanya sampai semifinal karena kalah oleh sahabat sekaligus rival beratnya di luar lapangan Lee Chong Wei dari Malaysia.

Capaian lebih buruk pun dialaminya di Hongkong Super Series 2015. Lin Dan gagal menembus babak perempat final turnamen yang menyediakan hadiah total USD 350 ribu tersebut.

Suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang itu menyerah kepada wakil tuan rumah Ng Ka Long dengan dua game langsung 8-21, 18-21 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Kowloon pada Kamis waktu setempat.

Padahal, di atas kertas, Lin Dan jauh lebih unggul. Dia merupakan unggulan ketiga sedangkan lawannya nonunggulan karena hanya berada di ranking 22 dunia.

Pada babak perempat final yang dilakukan Jumat (20/11/2015) juga ditandai dengan de javu Kejuaraan Dunia 2015. Unggulan teratas Chen Long (Tiongkok) bakal berjumpa dengan Lee Chong Wei.

Indonesia masih punya wakil. Itu setelah Anthony Ginting memulangkan unggulan keempat Kento Momota dari Jepang dengan 21-7, 21-15. Dia akan kembali berjumpa dengan wakil Negeri Sakura, julukan Jepang, Kazumasa Sakai. (*)

Saatnya Balas Malu

HENDRA Setiawan/Mohammad Ahsan mulai akrab dengan kegagalan. Pil pahit tersebut ditelan bukan lagi di babak final.

Di babak-babak awal pun, kini Hendra/Ahsan sering ditundukkan lawan-lawannya. Bukan lagi oleh Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dari Korea Selatan.

Bahkan, pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Kim Gi-jung/Kim Sa-rang mampu mempermalukan Hendra/Ahsan pada Korea Super Series 2015 pada September lalu. Nah, kini, kedua pasangan kembali bertemu.

Seperti di Korea Super Series lalu, Hendra/Ahsan dan Gi-jung/Sa-rang adu kekuatan di babak perempat final Hongkong Super Series 2015. Itu setelah kedua pasangan mampu melibas lawan-lawannya di babak kedua turnamen berhadiah total USD 350 ribu tersebut.

Dalam laga yang dilaksanakan di Kowloon pada Kamis waktu setempat (19/11/2015) itu, Hendra/Ahsan, yang diunggulkan di posisi kedua, menang dua game langsung 21-16, 21-19 atas pasangan Tiongkok Wang Yilv/Zhang Wen.Kemenangan ini membalas rasa malu pekan lalu. Dalam event Tiongkok Super Series Premier 2015, Hendra/Ahsan menyerah rubber game 21-15, 11-21, 14-21. Sedangkan Gi-jung/Sa-rang menghentikan pasangan tuan rumah yang tampil dari babak kualifikasi Or Chin Chung/Tang Chun Mang dengan 21-19, 21-7.

Di babak perempat final ganda putra ini, Indonesia masih punya dua wakil lain, Markus Fernaldi/Kevin Sanjaya dan Angga Pratama/Ricky Karanda. (*)

Quat-trick Kalah di Final

PUPUS sudah asa Indonesia menjadi juara dunia junior. Meski, peluang tersebut sudah ada di depan mata.

Dalam final nomor beregu yang dilaksanakan di Lima, Peru, pada Minggu malam waktu setempat (8/11/2015) atau Senin pagi WIB (9/11/2015), merah putih kalah 0-3 dari Tiongkok.  Dengan langsung kalah tiga partai, dua partai lain urung dilaksanakan.

Tiga wakil Indonesia yang kalah tersebut adalah dari nomor ganda campuran, tunggal putra, dan ganda putra. Ironisnya, semua kalah dengan dua game langsung

 Di ganda campuran, Marsheilla Gischa Islami/Andika Ramadiansyah menyerah 10-21, 14-21 kepada Chen Qingchen/Zheng Siwei. Di partai kedua yang mempertandingkan nomor tunggal putra, Panji Ahmad Maulana tak berdaya dan kalah 11-21, 16-21 dari juara tunggal putra tahun lalu Lin Guipu.

Negeri Panda, julukan Tiongkok, menentukan berada di posisi juara usai  He Jiting/Zheng menghentikan wakil Indonesia di nomor ganda putra Andika Ramadiansyah/Rinov Rivaldy dengan 21-13, 21-10.

Dengan leading 3-0, Gregoria Mariskan di tunggal putri dan Mychelle Crhytine Bandaso/Serena Kani di ganda putri tak jadi turun ke lapangan.

Kekalahan ini membuat Indonesia tak pernah menjadi juara beregu mulai Kejuaraan Dunia Junior dilaksanakan pada 2000. Sebuah hal yang tragis sebenarnya.

Alasannya, nama resmi Kejuaraan Dunia Junior adalah Suhandinata Cup. Nama tersebut diambil dari tokoh bulu tangkis dunia asal Indonesia Suhandinata

Selain itu, dalam tiga tahun terakhir, sebenarnya merah putih selalu menembus babak akhir. Pada 2014 dan 2012, Indonesia kalah oleh Tiongkok. Sedang dua tahun lalu, harapan Indonesia dikandaskan Korea Selatan. (*)

Penanasan Sony sebelum ke Malang

RANKING Sony Dwi Kuncoro telah menembus 100 besar dunia. Berdasar peringkat terakhir yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (29/11/2015), dia ada di posisi 58. Tapi, itu tak membuat dia gengsi berlaga di Sirkuit Nasional (Sirnas) Jawa Timur.

Nama sony terdaftar sebagai peserta dalam event yang dilaksanakan 9-14 November tersebut. Bahkan, mantan tunggal putra terbaik indonesia tersebut ditempatkan sebagai unggulan pertama dalam ajang yang kelompok dewasanya dilaksanakan hanya di GOR Sudirman tersebut.

"Sony menjadi ikon Surabaya. Kehadirannya tetap kami butuhkan di Sirnas Jatim untuk menarik penonton," ungkap Ketua Panpel Sirnas Jatim Bayu Wira.

Dia mengingatkan saat Indonesia Challenge 2015 lalu. Dalam ajang berhadiah total USD 20 ribu tersebut, Sony turun dan jadi magnet kejuaraan.

Bahkan, peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut mampu keluar sebagai juara. Padahal, dia bukan sebagai unggulan teratas.

Sony sendiri mengaku turun di Sirnas Jatim sebagai ajang pemanasan sebelum berlaga di Indonesia Masters Grand Prix Gold di awal Desember di Malang, Jawa Timur. Meski begitu, bapak dua anak tersebut tetap akan tampil maksimal. (*)

Singapura-Filipina Takut Asap

HADIRNYA lima negara manca di ajang sirkuit nasional (sirnas) jatim memang layak dapat apresiasi. Negara-negara tersebut adalah Malaysia dengan lima pebulu tangkis, Jerman (1), Belanda (1), Slovakia (1), dan Syria (1).

"Sebenarnya masih ada dua negara lagi yang ikut. Tapi Singapura dan Filipina mengundurkan diri," terang Ferry Stewart, bidang luar negeri Sirnas Seri Surabaya.

Singapura dan Filipina,terangnya, urung berlaga karena takut bencana asap dan gunung meletus. Ini, tambah Ferry, membuat atlet kedua negara tersebut batal.

"Kami tak bisa berbuat apa apa. Itu hak mereka," jelas lelaki yang juga pembina klub Wima Surabaya tersebut.

Peserta dari luar negeri memang tak ada dalam setiap sirnas. Tercatat hanya di Seri Jakarta, ada wakil dari mancanegara.

''Kehadiran pebulu tangkis asing berapa pun jumlahnya tetap penting. Itu bisa mengangkat gengsi turnamen,'' tambah Ketua Panpel Seri Surabaya Bayu Wira.(*)