WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Hongkong Jadi Pengganjal

TUMPAS sudah wakil Indonesia di nomor tunggal putra dalam Thailand Grand Prix Gold 2016. Itu setelah Simon Santoso dan Firman Abdul Kholik menyerah kepada lawan-lawannya dalam laga babak ketiga yang dilaksanakan di Bangkok pada Rabu waktu setempat (10/2/2016).

Simon harus menyerah kepada unggulan kelima Wei Nan daru Hongkong dengan tiga game 21-17, 14-21, 14-21.Ini menjadi kekalahan keduanya atas lawan yang sama.

Sebelumnya, Simon kalah dari Wei Nan di Taiwan Grand Prix Gold 2014. Saat itu, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut juga kalah rubber game 21-18, 21-23,20-22.

Hasil ini membuat Simon belum membuat start yang bagus selama 2016. Bulan lalu di Malaysia Grand Prix Gold, dia pun tumbang di babak I.

Ironisnya, yang mengalahkannya juga dari Hongkong. Simon dipermalukan pebulu tangkis berdarah Indonesia Wong Wing Ki dengan straight game 18-21, 13-21.

Sementara dalam laga lain, Firman ikut menyerah dari Ng Ka Long dengan 15-21, 14-21. Mau tahu dari mana Ng Ka Long? Lagi-lagi Hongkong.

Tahun lalu, Indonesia juga gagal di nomor tunggal putra. Ihsan Maulana Mustofa melaju hingga babak final sebelum ditundukkan Lee Hyun-il dari Korea Selatan. (*)

Simon Ternyata Masih Ada

KEMAMPUAN Simon Santoso masih layak diperhitungkan. Dia mampu menembus babak ketiga Thailand Grand Prix Gold 2016.

Tiket itu didapat Simon usai menundukkan Guo Kai dari Tiongkok dengan dua game langsung 21-18,21-15 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Bangkok pada Selasa waktu setempat (9/2/2016). Ini merupakan pertemuan perdana dari kedua pebulu tangkis.

Hanya, secara ranking, Simon malah dari atlet Negeri Panda,julukan Tiongkok, tersebut. Saat ini, lawannya ada di posisi 99 sedangkan Simon empat setrip di bawahnya.

Hanya, untuk menembus babak ketiga, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut butuh perjuangan ekstrakeras. Dia bersua dengan Wei Nan dari Hongkong.

Dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 120 ribu tersebut, Wei Nan juga diunggulkan di posisi kelima.Selain itu,Simon punya rekor pertemuan jelek dengan lawan yang kini ada di posisi 14 dunia tersebut.

Mantan peringkat ketiga dunia tersebut kalah di Taiwan Grand Prix Gold 2014. Saat itu,Simon kalah tiga game.

Di Thailand Grand Prix Gold 2016, Simon menjadi satu di antara dua wakil di tunggal putra yang masih bertahan. Selain dia, ada pebulu tangkis muda Firman Abdul Kholik. (*)

Simon Bisa Lebih Baik

MANTAN: Simon Santoso kembali turun di lapangan
SIMON Santoso belum menemukan penampilan terbaik. Langkahnya masih tertatih-tatih untuk kembali menapak kembali ke puncak.

Itu terlihat dalam debutnya di 2016. Simon tersingkir di babak kedua Malaysia Grand Prix Gold 2016.

Usai menundukkan Wong Wing Ki dari Hongkong, mantan tunggal putra terbaik Indonesia itu kalah dua game langsung 18-21, 13-21 kepada pebulu tangkis Tiongkok yang belum ngetop Qiao Bin.

Setelah itu, Simon memilih absen dari India Grand Prix Gold. Jeda waktu dia manfaatkan untuk persiapan menghadapi Thailand Grand Prix Gold yang dilaksanakan di Bangkok pada 8-13 Februari ini.

Capaian lebih bagus dibandingkan di Malaysia terbuka lebar. Dari undian yang sudah dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia),Simon hanya menghadapi pebulu tangkis dari kualifikasi.

Nah, di babak kedua, Wing Ki bisa jadi lawan yang dihadapi. Tentu, bukan hal yang susah bagi Simon untuk kembali diatasi.

Selain Simon, mantan rekan Simon di Pelatnas Cipayung Sony Dwi Kuncoro juga ikut ambil bagian. Hanya, undian kurang memihaknya.

Arek Suroboyo tersebutlangsung bertemu unggulan kedelapan asal Korea Selatan Lee Dong-keun. (*)

Reuni Riky/Richi di Bangkok

SINGKAT: Riky Widianto/Annisa Saufika (foto:PBSI)
REUNI terjadi antara Riky Widianto dan Richi Dili Puspita. Mereka kembali digabungkan setelah sempat dipisahkan.

Riky/Richi mendapat kesempatan berlaga dalam Thailand Grand Prix Gold yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, medio Februari ini. Untung, ranking keduanya masih cukup untuk bisa berlaga dalam babak utama turnamen berhadiah USD 120 ribu tersebut.

Kini, keduanya masih ada di posisi ke-17. Meski, Riky/Richi sudah dipisahkan sejak November lalu.
Riky sempat dipasangkan dengan Anisa Saufika. Keduanya berdalam dalam Indonesia Grand Prix Gold 2016 di Malang, Jawa Timur. Hasilnya jeblok. Keduanya hanya bertahan di babak I.

Sedangkan Richi digandengkan dengan Rizky Amelia Pradipta di ganda putri. Setali tiga uang dengan Riky, mereka pun langsung tumbang dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut.

‘’Ya, kami dipasangkan lagi dan diberi kesempatan tampil di Thailand,’’ terang Riky melalui pesan singkat.
 Dia ingin memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Hanya, jalan terjal sudah menghadang di babak I.

Riky/Richi langsung bertemu dengan pasangan senior Thailand Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam. Hanya, ini menjadi pertemuan kedua pasangan.

PBSI memisahkan Riky/Richi setelah jemblok di berbagai turnamen. Padahal, keduanya sempat memberikan harapan tinggi dengan menjadi juara dalam India Grand Prix Gold 2015. (*)

Tommy Pegang Peranan Penting

UTAMA: Tommy Sugiarto
INDONESIA tak boleh lengah. Itu jika tak ingin gagal menembus putaran final Piala Thomas dan Uber 2016.
Alasannya, dari undian yang sudah keluar pada Selasa (2/2/2016), tim putra maupun putri rentan terjegal. Dalam ajang kualifikasi yang dilaksanakan 15-21 Februari 2016 di Hyderabad, India, Tim Piala Thomas Indonesia menempati grup MC bersama Taiwan, Thailand, dan Maladewa.
Maladewa bakal menjadi bulanan-bulanan merah putih.Tapi, Taiwan dan Thailand kekuatannya tak jauh beda dengan merah putih, khususnya di tunggal.
Indonesia hanya mempunyai Tommy Sugiarto yang masuk kategori senior dan kenyang pengalaman. Dia didampingi para pebulu tangkis yang masih hijau seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, maupun Ihsan Maulana Mustofa.
Sebagai tunggal pertama, Tommy bakal jatuh bangun menghadapi Chou Tien Chen dari Taiwan dan Boonsak Ponsana (Thailand). Melawan Tien Chen, Tommy kalah tiga kali dalam lima kali pertemuan.
Hanya, dia punya bekal berharga. Dalam pertemuan terakhir di Denmark Super Series Premier 2015, putra legenda bulu tangkis dunia Icuk Sugiarto tersebut unggul.
Sedangkan lawan Boonsak, Tommy belum pernah. Hanya, Negeri Gajah Putih memiliki tunggal putra yang tak kalah bagus yakni Tanongsak S.
Di sini, peranan Tommy sangat besar. Kemenangan akan mengangkat mental rekan-rekannya yang lain.
Sementara itu, Tim Uber Indonesia berada satu grup dengan Korea Selatan yang merupakan runner-up 2014. Peluang Linda Wenifanetri dkk memang terbilang cukup berat untuk menekuk Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan. Mereka memiliki kekuatan yang merata baik di sektor tunggal putri maupun ganda putri. (*)
Undian grup Kualifikasi Piala Thomas dan Uber 2016:

Piala Thomas
Grup MA: Tiongkok, India, Singapura
Grup MB: Jepang, Malaysia, Sri Lanka, Nepal
Grup MC: Indonesia, Taiwan, Thailand, Maladewa
Grup MD: Korea Selatan, Hongkong, Filipina

Piala Uber
WA: Tiongkok, Malaysia, Hongkong

WB: Thailand, Taiwan, Sri Lanka
WC: Korea Selatan, Indonesia, Maladewa
WD: Jepang, India, Singapura

Sumber: BWF

Belum Izinkan Riky Pindah Klub

Riky Widianto (foto;PBSI)
SEBUAH kertas tergeletak di tempat tidur Ferry Stewart. Sebuah nama tertulis di dalamnya yakni Riky Widianto.

Riky? Ya, nama tersebut adalah susunan kata dari pebulu tangkis spesialis ganda campuran yang pernah menembus posisi 10 besar dunia. Kini, dia masih berada di Pelatnas Cipayung.

Dalam surat tersebut berisi keinginan Riky untuk pindah klub. Di dalam kertas ukuran A4 itu, juara India Grand Prix Gold 2015 tersebut ingin pindah dari klub lamanya, Wima, Surabaya. Yang jadi tujuan adalah Tjakrindo Masters yang sama-sama berada di Kota Pahlawan, julukan Surabaya.

Hanya, keinginan tersebut tak bisa langsung diluluskan. Dalam surat itu ditulis masih ada masalah administrasi yang harus dibicarakan.

‘’Masih ada yang perlu pembicaraan serius,’’ kata Ferry.

Hanya, dia enggan menyebutkan detailnya. Soal uang, Ferry pun hanya tersenyum.

‘’Harus profesional,’’ ucap Ferry. (*)

Suara Merdu Pencetak Atlet Top

Ferry Stewart (foto:sidiq)
KERINGAT membahasi Ferry Stewart. Dia tengah berada di GOR Suryanaga, Surabaya.

Hanya, dia bukan tengah berlatih. Bukan juga sedang melatih anak asuhnya.

Lelaki 61 tahun tersebut berkeringat saat membawakan sebuah lagu dalam acara pergantian ketua umum PB Suryanaga yang dilaksanakan pada Minggu (31/1/2016). Dia didaulat untuk menyumbangkan lagu.

Suara merdunya pun mampu membius para tamu yang duduk di kursi undangan seperti mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto, Ketua Pengprov PBSI Jawa Timur Wijanarko Adi Mulya, maupun tokoh bulu tangkis Surabaya Abdul Chodir.

Sebenarnya, antara bulu tangkis dan menyanyi tak bisa lepas dari sosok lelaki yang banyak melahirkan pebulu tangkis top tersebut. Seperti Sony Dwi Kuncoro, Riky Widianto, Selvanus Geh, maupun Ade Yusuf.

Tak kurang dua kali sepekan, Ferry berlatih suara di sebuah tempat di Kota Pahlawan, julukan Surabaya. Sehingga, wajar suaranya pun tak kalah dengan penyanyi profesional.

Lagu berbahasa Indonesia maupun Inggris pun dengan mudah dilantunkan di atas panggung. Bahkan, anak asuhny di Wima pun mengakui akan itu. (*)

Praveen/Debby Ikuti Jejak

INDONESIA kembali bisa meraih gelar dari India Grand Prix Gold. Nomor yang disabet pun sama, yakni nomor ganda campuran.

Hanya, pasangan yang naik ke podium terhormat berbeda. Jika tahun lalu, Riky Widianto/Richi Dili Puspita, maka pada 2016 jejak itu diikuti oleh Praveen Jordan/Debby Susanto.

Dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Lucknow pada Minggu waktu setempat (31/1/2016), pasangan asal pelatnas Cipayung tersebut mengalahkan wakil Thailand Puavaranukroh Dechapol/Sapsiree Teranattachai dengan tiga game 23-25, 21-9, 21-16.Pertandingan kedua pasangan ini memakan waktu 1 jam lebih 1 menit.

Gelar ini menjadi raihan kedua wakil Indonesia selama 2016. Sebelumnya, pekan lalu di Malaysia Grand Prix Gold, merah putih membawa satu juara.

Gelar itu disumbangkan dari nomor ganda putra melalui pasangan Gideon Marcus Fernaldi/Kevin Sanjaya. Sayang, sukses ini gagal diulangi di India Grand Prix Gold. Jangankan menembus babak final, mereka sudah tersingkir di babak awal.

Sebaliknya dengan Praveen/Debby. Di negeri jiran, pasangan yang sama-sama berasal dari klub Djarum Kudus tersebut sudah angkat koper di babak awal. (*)

Ketua Umum Suryanaga Berganti

Yacob Rusdianto menyerahkan tumpeng ke Davis (foto:sidiq)
KERETA regenerasi di Suryanaga berjalan. Kini, tampuk pimpinan orang nomor satu di klub bulu tangkis legendaris asal Surabaya,Jawa Timur, berganti.

David Suryanata menjadi ketua umum PB Suryanaga menggantikan Yacob Rusdianto. Dia akan memimpin klub itu selama lima tahun ke depan.

Yacob sendiri sudah 51 tahun menjadi nakhoda PB Suryanaga. Sejak 1975, dia memimpin klub yang juga tempatnya menimba ilmu bulu tangkis tersebut.

Di tangan Yacob, Suryanaga menjadi sebuah klub yang disegani. Banyak pebulu tangkisnya yang masuk pelatnas dan mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional. Di antaranya Tri Kusharjanto, Alvent Yulianto, dan Sony Dwi Kuncoro.

''Saya berharap Suryanaga di tangan David bisa terus menjadi klub yang besar dan disegani. Bahkan, harus bisa lebih baik dibandingkan era saya,'' kata Yacob.

David, tambahnya, dipilih karena mempunyai kegilaan yang tinggi kepada olahaga tepok bulu tersebut. Meski, dia tak punya latar belakang di bulu tangkis. (*)

Saatnya Obati Kegagalan

Kidambi Srikanth saat di Malang (foto:sidiq)
KIDAMBI Srikanth kembali menembus final India Grand Prix Gold. Dia akan ditantang Huang Yuxiang dari Tiongkok dalam pertandingan pemungkas tunggal putra yang dilaksanakan di Lucknow pada Minggu (31/1/2016).

Di semifinal, jagoan tuan rumah tersebut menghentikan perlawanan pebulu tangkis Thailand Boonsak Ponsana dengan dua game langsung 21-17 21-19. Sedangkan Huang melibas rekan senegaranya sendiri Shi Yuqi 17-21,22-20, 21-12.

Bagi Srikanth, ini menjadi kesempatan baginya mengobati kegagalan tahun lalu. Pada 2015, lelaki yang kini duduk di posisi sembilan dunia tersebut dipermalukan sesama wakil India Kashyap Parupalli
dengan 21-23, 21-23.

Selain itu,kemenangannya di final nanti bisas menambah kepercayan dirinya. Alasannya, dia baru saja memetik hasil kurang memuaskan di Malaysia Grand Prix Gold pekan lalu.Dia dikalahkan Iskandar Zainuddin dengan 25-27,9-21 di babak semifinal.(*)


Agenda Final India GPG 2016

Ganda campuran: Praveen Jordan/Debby Susannto (Indonesia x2) v Puavaranukroh Dechapol/Sapsiree Taerattanachai (Thailand)

Tunggal putri: Sung Ji-hyun (Korsel x2) v Sayaki Sato (Jepang x5)

Ganda putri: Eefje Muskens/Selena Piek (Belanda x3) v Jung Kyung-eun/Shin Seung-chan (Korsel x2)

Ganda putra:Goh V Shem/Tan Wee King (Malaysia)v Pranaav Chopra/Akshay Dewalkar (India)

Tunggal putra: Kinambi Srikanth (India x1) v Huang Yuxiang (Tiongkok)

x=unggulan

Jangan Kalah dari Pasangan Kualifikasi

KANS BESAR: Praveen Jordan/Debby Susanto (foto;PBSI)
TAHUN lalu, Indonesia mampu membawa gelar dari India Grand Prix Gold. Riky Widianto/Richi Dili Puspita sukses naik ke podium terhormat.

Kini, peluang mengulangi hal yang sama kembali terbuka. Tapi, itu bukan oleh Riky/Richi yang kini malah sudah dipisah karena penampilannya yang terus menurun.

Asa menjadi juara ada di pundak Praveen Jordan/Debby Susanto. Keduanya mampu menembus babak final yang dilaksanakan Minggu (31/1/2016). Tiket tersebut di tangan usai Praveen/Debby, yang diunggulkan di posisi kedua, menang rubber game 18-21,21-11,21-16 atas Shin Baek-choel/Chae Yoo-jung dalam petandingan semifinal yang dilaksanakan di Lucknow pada Sabtu waktu setempat (30/1/2016).

Ini merupakan pertemuan perdana kedua pasangan. Hanya, kualitas pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut tak bisa diremehkan.

Dalam ranking terbaru BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Baek-choel/Yoo-jung ada di posisi kesebelas atau tiga setrip di bawah Praveen/Debby.

Di babak pemungkas, wakil merah putih tersebut ditantang Puavaranukroh Dechapol/Sapsiree Taerattanachai dari Thailand, yang di semifinal menundukkan wakil Jepang Kenta Kazuno/Ayane Kurihara 19-21,21-9,21-17.

Praveen/Debby juga belum pernah berjumpa dengan pasangan Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut. Meski rankingnya hanya 143, tapi penampilan Puavaranukroh/Sapsiree di India Grand Prix Gold 2016 termasuk luar biasa. Keduanya mengawali turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut dari babak kualifikasi. (*)

Tunggu Waktu Kembali Nomor Satu

RANKING Lee Chong Wei terus meroket. Ini seiring semakin moncer penampikan tunggal putra andalan Malaysia tersebut.

Kini, Chong Wei sudah menduduki posisi kedua. Artinya, dalam rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (28/1/2016), dia melonjak tiga setrip.

Posisinya hanya berada di bawah wakil Tiongkok Chen Long. Dia masih kukuh di posisi teratas.

Naiknya peringkat Chong Wei itu tak lepas dari hasil di Malaysia Grand Prix Gold 2016. Dalam ajang yang dilaksanakan di kampung kelahirannya, Penang, tersebut, dia mampu menjadi juara.

Hasil tersebut membuat lelaki yang dianugerahi gelar Datuk dari Pemerintah Malaysia tersebut memperoleh tambahan 7.000 poin. Donasi tersebut membuat melompati para saingannya seperti Lin Dan (Tiongkok), Kento Momota (Jepang), dan Jan O Jorgensen (Denmark).

Bahkan, bisa jadi, posisi puncak tinggal menunggu waktu untuk bisa kembali kepadanya. Alasannya, Chen Long sendiri pernah disikatnya di kandangnya sendiri dalam Tiongkok Super Series Premier.

Sebenarnya, posisi nomor wahid lama di tangan Chong Wei. Hampir lima tahun dia menduduki posisi bergengsi tersebut.

Sayang, sandungan doping saat Kejuaraan Dunia 2014 membuat dia kehilangan posisinya. Bahkan, Chong Wei dipaksa absen selama delapan bulan karena sanksi dari BWF. (*)

Ranking 10 besar tunggal putra
1.Chen Long (Tiongkok)

2.Lee Chong Wei (Malaysia)

3. Jan O Jorgensen (Denmark)

4. Kento Momota (Jepang)

5. Lin Dan (Tiongkok)

6.Viktor Axelsen (Denmark)

7.Chou Tien Chen (Taiwan)

8. Tian Houwei (Tiongkok)

9. K. Srikanth (India)

10. Tommy Sugiarto (Indonesia)

*Sumber BWF 

Tinggal Punya Satu Wakil

KANS juara Indonesia di India Grand Prix Gold 2016 semakin tipis. Kini, merah putih hanya menempatkan satu wakil dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut.

Asa naik ke posisi terhormat tersebut diletakan di pundak Praveen Jordan/Debby Susanto di nomor ganda campuran. Unggulan kedua tersebut mampu menembus babak semifinal.

Tiket tersebut diperoleh usai Praveen/Debby menundukkan wakil Jerman yang juga unggulan ketujuh Michael Fuchs/Birgit Michels dengan dua game langsung 21-16, 21-18 di Lucknow pada Jumat waktu setempat (29/1/2016). Ini merupakan pertemuan perdana dari kedua pasangan.

Di babak semifinal, Praveen/Debby bakal dijajal unggulan ketiga asal Korea Selatan Shin Baek-choel/Chae Yoo-jung. Di perempat final, wakil Negeri Ginseng, julukan Korea selatan, tersebut harus memeras keringat selama tiga game 21-17, 15-21, 21-14 untuk menundukkan Bodin Issara/Savitree Amitrapai (Thailand).

Selama ini, wakil pelatnas Cipayung tersebut belum pernah bertemu dengan Baek-choel/Yoo-jung. Hanya, di atas kertas, seharusnya Praveen/Debby bisa melangkah ke final.

Dari ranking terakhir yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) Kamis (28/1/2016), pasangan Indonesia ada di posisi kedelapan atau tiga setrip di atas lawannya.

Hanya di Malaysia Grand Prix Gold 2016, pekan lalu, penampilan Praveen/Debby jemblok. Mereka langsung tersungkur di babak I. Sementara, Baek-choel/Yoo-jung baru terhenti di babak kedua.

Sebenarnya, hingga perempat final, Indonesia masih menempatkan wakil di tunggal putri dan ganda campuran. Sayang, Maria Febe di tunggal putri menyerah mudah 9-21, 3-21 kepada Sayaka Sato dari Jepang yang diunggulkan di posisi kelima.

Nasib serupa juga dialami Ronald Alexander/Melati Daeva. Diunggulkan di posisi kedelapan, keduanya menyerah kepada pasangan nonunggulan asal Thailand Puavaranukroh Dechapol/Sapsiree Taeratanachai 21-18, 19-21, 17-21.

Tahun lalu, Indonesia membawa pulang gelar dari nomor ganda campuran melalui Riky Widianto/Richi Dili Puspita.(*)

Imam Ingin Cetak Bintang dari Djarum

Imam Tohari menjadi pelatih klub (foto:djarum)
SUDAH sepekan Imam Tohari meninggalkan Pelatnas Cipayung. Tawaran dari PB Djarum pun tak kuasa ditolak.

''Sudah sepekan saya melatih di Djarum. Ini tantangan bagi saya'' kata lelaki asal Sidoarjo, Jawa Timur, tersebut.

Tantangan? Ya, Imam berharap dari tangan dinginnya akan kembali lahir pebulu tangkis-pebulu tangkis terbaik bagi Indonesia. Apalagi, saat ini, andalan klub asal Kudus, Jawa Tengah, tersebut Dionysius Hayom Rumbaka sudah terpental dari Cipayung.

Selain Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, Djarum masih mempunyai dua tunggal yang juga pernah menghuni pelatnas yakni Shesar Hiren Rustavito dan Wisnu Yuli Prasetyo.

Imam pun berharap ketiganya bisa kembali menemukan penampilan terbaik. Bahkan, dia ingin ketiganya bisa kembali menembus Cipayung.

''Ketiganya belum habis. Saya ingin membuat mereka bisa kembali optimal di lapangan,'' ujar Imam.

Lelaki binaan Wima, Surabaya, tersebut memang dikenal pelatih muda bertangan dingin. Semasa di Jepang, sentuhannya membawa Kento Momota menjadi juara dunia junior.Kini, Momota menjadi salah satu tunggal putra papan atas senior dunia.

Selain itu, meski belum lama di Cipayung, Imam mampu mengorbitkan Ihsan Maulana, Jonatan Christie, dan Anthony Sinisuka Ginting.

Kini ketiganya menjadi trio pebulu tangkis muda yang diharapkan mampu menjaga kehormatan Indonesia di pentas dunia.(*)

Jakarta-Surabaya Masuk Kategori Premier

SIRKUIT Nasional (Sirnas) 2016 ada yang beda. Seri Jakarta dan Surabaya punya tempat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Itu disebabkan kedua seri tersebut masuk dalam kategori premier. ''Jakarta dan Surabaya punya nilai lebih dibandingkanb seri lainnya selama penilaian 2015. Khususnya untuk sponsor dan sarana,'' kata Ketua Bidang Perwasitan dan Turnamen PP PBSI Eddyanto Sabarudin.

Dengan masuk level premier, tak ada nomor usia dini dan pemula yang dipertandingan. Sehingga, jumlah pesertanya tidak sebanyak seri-seri yang lain.

''Hanya dewasa, taruna, dan remaja yang turun di ajang premier,'' ungkap Eddy, sapaan Eddyanto Sabarudin.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sirnas 2016 jumlahnya lebih sedikit. Tahun ini, ajang yang disponsori perusahaan rokok tersebut hanya menggelar delapan seri.

Beberapa kota sudah tak masuk lagi. Di antaranya Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Pekanbaru (Riau), dan Manado. Begitu juga dengan Mataram di Nusa Tenggara Barat. (*)

Agenda Sirnas 2016
1. Banjarmasin (Kalsel) 22-27 Februari

2.Makassar (Sulsel) 14-19 Maret

3. Jakarta (DKI Jakarta) 2-7 Mei

4. Lampung (Lampung) 18-23 Juli

5. Bandung (Jawa Barat) 8-13 Agustus

6. Medan (Sumut) 22-27 Agustus

7. Semarang (Jateng) 24-29 Oktober

8. Surabaya (Jatim) 14-19 November

*sumber:djarum

Gelar Kelima Jagoan Tuan Rumah

Lee Chong Wei (kiri)  memeluk Zainuddin. (foto:thestar)
LEE Chong Wei masih bertaji. Untuk kali kelima, dia mampu menjadi juara dalam Malaysia Masters.

Koleksi kelima pun digapainya dengan tak perlu banyak memeras keringat. Dalam final turnmen yang masuk kategori grand prix gold itu, Chong Wei hanya butuh waktu 42 menit untuk menundukkan sesama pebulu tangkis Malaysia Iskandar Zulkarnain dengan 21-18, 21-11. Final turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut dilaksanakan di Penang pada Minggu (24/1/2016).

Sebelumnya, Chong Wei menjadi pemenang pada 2009, 2010, 2011, dan 2012. Sementara, selama ini, dia belum pernah berjumpa dengan Zainuddin dalam pertandingan resmi.

Kemenangan atas kompatriotnya tersebut juga membuat lelaki 33 tahun tersebut selalu menang dua game atas lawan-lawannya.Hanya, pertandingan melawan Zainuddin bukan yang terlama dilakoninya.

Laga versus wakil Indonesia Tommy Sugiarto yang paling banyak memakan waktu. Chong Wei harus tampil selama 58 menit sebelum menundukkan putra legenda bulu tangkis dunia Icuk Sugiarto itu di babak semifinal dengan 21-19, 21-15.

Hasil Malaysia Masters 2016 punya arti penting bagi Chong Wei. Selain gelar pertama tahun ini, capaian manis tersebut diraihnya di kampung halamannya, Penang.

Naiknya Chong Wei di podium terhormat membuat dia juga empat kali beruntun menjadi juara. Sahabat karib mantan tunggal putra terbaik Indonesia Taufik Hidayat tersebut menjadi pemenang di Hongkong Super Series 2015, Tiongkok Super Series Premier, dan Prancis Super Series 2015. (*)

Sinyo/Kevin Pembuka 2016

TERHORMAT: Sinyo (kanan)/Kevin di podium juara
INDONESIA membuka gelar di 2016. Pasangan Marcus  ''Sinyo'' Gideon/Kevin Sanjaya mampu naik ke podium terhormat dalam Malaysia Grand Prix Gold 2016.

Dalam final yang dilaksanakan di Penang pada Minggu (24/1/2016), pasangan binaan Pelatnas Cipayung tersebut mempermalukan wakil tuan rumah Koo Kien Keat/Tan Boon Heong dengan rubber game 18-21, 21-16, 21-18.

Ini menjadi kemenangan kedua dalam dua kali perjumpaan pasangan muda merah putih tersebuta atas mantan ganda nomor satu dunia tersebut. Sebelumnya, Sinyo/Kevin menang atas Kien Keat/Boon Heong di Vietnam Grand Prix 2015. Kala itu, mereka menang dua game langsung 21-15, 21-19.

Kemenangan di Penang ini menjadi gelar kedua bagi Sinyo/Kevin. Keduanya pernah merasakan manisnya posisi terhormat dalam Taiwan Grand Prix 2015.

Menariknya, di negeri yang juga sering disebut China Taipeh tersebut, pasangan yang baru digandengkan trahun lalu tersebut juga melibas wakil Malaysia. Hanya, dalam babak pemungkas yang dilaksanakan 18 Oktober tersebut, Sinyo/Kevin melibas Hoon Tien How/Lim Khim Wah dengan straight game 21-12, 21-8.

Hasil manis tersebut membuat Indonesia bisa bernafas lega. Alasannya, sebenarnya bukan Sinyo/Kevin yang digadang-gadang bakal juara. Tapi, posisi bergengsi seharusnya bisa dipetik dari nomor ganda campuran melalui Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Datang sebagai unggulan teratas turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut, keduanya malah sudah tumbang di babak I. (*)

Kido Pilih Menghindari Adik

BEDA KLUB: Markis Kido/Pia Zebadiah
MARKIS Kido dan Pia Zebadiah merupakan sosok kakak beradik. Keduanya sama-sama pernah digembleng di Pelatnas Cipayung.

Kini, Kido dan Pia pun menjadi pasangan di nomor ganda campuran. Ranking 10 besar dunia pernah dihuni keduanya lama.

Tentu tak terbayangkan kalau keduanya sama-sama berada di lapangan dengan status sebagai lawan. Tapi, kejadian tersebut nyaris terjadi dalam Premier Badminton League yang dilaksanakan di India.

Ini disebabkan sang kakak dan adik membela klub yang berbeda. Kido memperkuat Hyderabad Hunters sedangkan Pia berkostum Chennai Smashers.

Tapi tampaknya Kido memilih menghindar. Dia memilih hanya berlaga di ganda putra berpasangan dengan Carsten Mogensen.

Padahal, biasanya, peraih emas nomor ganda putra bersama Hendra Setiawan tersebut juga tampil di ganda campuran bertandem dengan Jwala Gutta. B ahkan, sehari sebelumnya, Kido/Jwala menyumbangkan poin dengan menundukkan wakil Awade Warriors Bodin Issara/Christina Pedersen dengan 12-15,15-14, 15-10.

Tanpa Kido, Jwala dipasangkan dengan Mogensen. Hasilnya, keduanya kalah oleh Pia yang digandengkan dengan Chris Adcock, yang biasanya berpasangan dengan istrinya, Gabrielle.
Pia/Chris unggul 15-7, 15-7 dan membawa Chennai unggul 3-2. (*)

Mantan Cipayung Berburu Rupee

Sony Dwi Kuncoro diwawancarai media (foto: sidiq)
PEBULU tangkis Indonesia masih laris manis di ajang kompetisi internal di manca negara. Beberapa atlet olahraga tepok bulu merah putih berlaga di ajang Premier Badminton League.

Ajang tersebut merupakan kompetisi yang dilaksanakan di India. Tercatat ada enam wakil merah berlaga dalam ajang yang mulai dilaksanakan 2 Januari tersebut.

Menariknya, dari semua nama yang ikut tersebut semuanya merupakan mantan penghuni Pelatnas Cipayung. Tak adanya nama penghuni kawah candradimuka pebulu tangkis Indonesia tersebut dikarenakan mereka tak boleh ke luar selain di ajang turnamen. Apalagi, mereka juga tengah difokuskan untuk bisa membawa Indonesia berjaya di Piala Thomas-Uber serta Olimpiade yang semuanya dilaksanakan pada 2016.

Para atlet Indonesia tersebut adalah Hendra Gunawan, Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Pia Zebadiah, Tommy Sugiarto, dan Markis Kido. Hanya Sony, Simon, dan Pia yang berada satu klub. Sementara ketiga lainnya berbeda klub.

Semua pebulu tangkis tersebut semuanya menjadi pilar bagi klubnya. Dengan kemampuan yang segudang, keenamnya diharapkan mampu memberikan sumbangan kemenangan serta pengalaman kepada atlet tuan rumah.

Premier Badminton League juga punya konsep yang berbeda dengan kompetisi-kompetisi yang ada di negara lain. Mereka tak memakai tunggal putra dan digantikan dengan dua laga tunggal putra.

Sistem angkanya pun bukan 21 sebagai match point tapi 15. Meski berakhir di skor 15 tapi tetap menggunakan reli poin. (*)

Awadhe Warriors; Hendra Gunawan

Bengaluru Topguns: -

Chennai Smashers: Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Pia Zebadiah

Delhi Acers: Tommy Sugiarto

Hyderabad Hunters: Markis Kido

Mumbai Rocekts: -

Ihsan Permalukan Unggulan Keempat

Ihsan Maulana Mustofa
PEBULU tangkis muda Indonesia kembali membuat kejutan di Makau Grand Prix Gold 2015. Kali ini, Ihsan Maulana yang melakukannya.

Dia mampu menjungkalkan unggulan keempat Son Wan -ho asal Korea Selatan dengan dua game langsung 21-15, 26-24 dalam pertandingan babak III yang dilaksanakan Kamis waktu setempat (26/11/2015).Kemenangan ini mengantarkan Ihsan menembus babak perempat final turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut.

Di ajang grand prix dan grand prix gold, kualitas Ihsan memang bisa bersaing.Itu terbukti di Thailand dan Taiwan. Di Negeri Gajah Putih, Ihsan mampu menembus babak final sebelum dihentikan Lee Hyun-il dari Korea Selatan dengan 17-21, 24-22, 8-21.Dua pekan kemudian (17/10/2015), dia melangkah ke semifinal di Taiwan. Hanya, dia menyerah kepada pebulu tangkis tuan rumah Tzu Wei Wang dengan 10-21, 21-8, 15-21.

Hanya, jika sudah di ajang super series atau super series premier, Ihsan seolah kehilangan gigi. Dia selalu tumbang di babak-babak awal.

Kali terakhir, dia jeblok di Hongkong Super Series  2015, dia langsung angkat koper di babak perdana. Ihsan menyerah kepada legenda hidup bulu tangkis dunia asal Negeri Panda, julukan Tiongkok, Lin Dan, dengan 17-21, 21-15, 14-21.

Sebelumnya, rekan Ihsan di Pelatnas PBSI Jonatan Christie membuat kejutan lebih besar. Dia langsung memulangkan unggulan teratas asal India Kidambi Srikanth dengan 21-16, 23-21. Jonatan juga masih bertahan hingga babak ketiga. (*)