WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Satu Gelar dari India Junior

SATU gelar dibawa pulang punggawa Indonesia dari India Junior International Grand Prix 2017. Adalah pasangan ganda putra Rehan Naufal Kusharjanto/Rinov Rivaldy yang berhasil merebut podium terhormat setelah mengalahkan wakil Thailand, Pacharapol Nipornram/Kunlavut Vitidsarn, dengan dua game mudah 21-9, 21-13.

“Dari pertama main, kami sudah menekan duluan. Ini supaya lawan tidak berkembang dan kami tidak memberi peluang sedikit pun karena partai final,” kata Rinov.

Selain satu gelar juara, Indonesia juga berhasil menempatkan dua wakilnya sebagai runner up turnamen, masing-masing dari sektor ganda putri dan ganda campuran. Di sektor ganda putri, Agatha Imanuela/Siti Fadia Silva Ramadhanti kalah dari pasangan Korea unggulan pertama, Kim Min Ji/Ah Yeong Seong, 15-21, 19-21.

Sementara pasangan ganda campuran, Rinov/Angelica Wiratama, kalah dari Takuma Obayashi/Natsu Naito, Jepang, dengan skor 21-18, 16-21 dan 17-21. Rinov/Angel yang menjadi unggulan pertama, belum berhasil mengatasi lawan dengan kemenangan.

“Di ganda campuran tadi game pertama saya menerapkan pola saya. Tapi di game kedua lawan lebih berani mengadu dari saya sendirinya, saya kurang berani buat mengadu dan rasanya ketekan lawan terus,” ujar Rinov mengomentari permainannya. (*)

Untung Masih Ada Jonatan

INDONESIA batal malu besar. Nyaris saja dalam sepanjang sejarah SEA Games, lagu Indonesia Raya tak berkumandang dalam pesta olahraga multievent bangsa-bangsa Asia Tenggara.
Ini setelah Jonatan Christie meraih emas nomor tunggal putra.  Dalam babak final di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (29/8/2017), Jonatan menjadi jawara setelah menundukkan Khosit Phetpradab, unggulan kedua asal Thailand, dengan 21-19, 21-10.

Tampil begitu tenang di awal permainan, Jonatan terus memimpin perolehan angka. Keadaan sempat menegangkan saat Phetpradab mendekat dari 17-20 menjadi 19-20. Namun smash Jonatan yang gagal diantisipasinya menjadikan Jonatan mengamankan game pertama.

Kemenangan di game pertama mengobarkan semangat Jonatan di game kedua. Bermain sangat agresif, smash-smash Jonatan seolah menjadi momok bagi Phetpradab, angka berturut-turut diraih Jonatan usai melancarkan smash nya.

Sejak poin 12-10, Jonatan semakin tak terkejar. Serangan Phetpradab mampu diantisipasi dengan baik, sebaliknya pemain Thailand ini mulai kehilangan kontrol dan akurasi pukulannya menurun. Jonatan pun relatif mudah memenangkan game kedua sekaligus memastikan medali emas kedua untuk tim bulutangkis Indonesia.

“Main game pertama jujur agak sedikit tegang karena saya satu-satunya wakil Indonesia di final. Saya berusaha sekali untuk menang. rasa tegang. Beban yang ada dijadikan motivasi, bahwa saya bisa nih menyumbang medali untuk Indonesia,” ujar Jonatan usai laga seperti dikutip media PBSI.

Ini adalah kemenangan keempat Jonatan dalam lima pertemuannya dengan Phetpradab. Jonatan mengakui jika tipe permainannya memang cocok dengan lawan.

Emas yang dipersembahkan Jonatan adalah emas ke-36 untuk kontingen Indonesia di SEA Games 2017 dan merupakan emas kedua di bulu tangkis. Satu emas sebelumnya diraih tim beregu putra.

Bulu tangkis menyumbang empat medali perunggu dari tim beregu putri, Ihsan Maulana Mustofa (tunggal putra), Gregoria Mariska (tunggal putri) dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra). (*)

Yes, Tontowi/Liliyana Juara Lagi

INDONESIA gagal malu di World Championships 2017. Adalah pasangan senior Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang menyelamatkan  muka merah putih dalam ajang yang dilaksanakan di Glasgow tersebut.

Mereka menjadi juara usai mengalahkan ppasangan nomor atu dunia satu dunia nomor ganda campuran, Zheng Siwei/Chen Qingchen (Tiongkok), dengan 15-21, 21-16, 21-15 pada Minggu waktu setempat (27/8/2017) atau Senin dini hari (18/8/2017).

“Kami bersyukur bisa juara dunia lagi, semua ini kami persembahkan untuk Indonesia. Bagi saya pribadi, motivasi terbesar saya adalah anak dan keluarga saya. Suatu hari nanti saya ingin anak saya bangga mengetahui kalau ayahnya pernah membela Indonesia,” kata Tontowi usai pertandingan seperti dikutip media PBSI.

 Perjuangan Tontowi/Liliyana memang luar biasa. Kematangan dan ketenangan sebagai pasangan kelas dunia ditunjukkan Tontowi/Liliyana di pertandingan ini. Kekalahan yang mereka alami di game pertama tak mempengaruhi performa di game kedua.

Justru Zheng/Chen yang kewalahan. Mereka mengungkapkan bahwa pergerakan Tontowi/Liliyana menjadi begitu cepat di game kedua dan ketiga.

Di game ketiga, Tontowi/Liliyana semakin menekan Zheng/Chen dan unggul 11-1 di interval game. Zheng/Chen semakin frustrasi dan berusaha mencari jalan keluar untuk menghadang perlawanan Tontowi/Liliyana. Namun lagi-lagi Tontowi/Liliyana tak dapat dihentikan, mereka betul-betul memegang kendali.

Ini adalah gelar juara dunia kedua bagi Tontowi, sebelumnya ia dan Liliyana juga menduduki takhta juara dunia di Guangzhou, Tiongkok, pada 2013. Sedangkan bagi Liliyana, gelar ini merupakan gelar keempat. Dua gelar sebelumnya diraih Liliyana pada tahun 2005 dan 2007 bersama Nova Widianto.

“Kami tidak mau memikirkan soal memenangkan gelar juara dunia lagi. Kami hanya bermain, mengikuti strategi dari pelatih, walaupun di awal permainan kami sempat goyang,” kata Liliyana

Mereka, ungkapnya, bermain seperti biasa. Cuma, lanjut Liliyana,  kelebihannya, punya rasa percaya diri yang lebih besar karena sudah memenangkan medali emas olimpiade.

''Kami memanfaatkan pengalaman kami, lawan lebih muda, tetapi kami bermain lebih tenang,” jelas Liliyana yang bersama Tontowi meraih medali emas ganda campuran di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Tontowi/Liliyana juga mempersembahkan gelar ini untuk kado hari kemerdekaan RI ke 72 yang jatuh pada 17 Agustus lalu.

“Tahun lalu, kami memberikan medali emas olimpiade sebagai kado terindah untuk Indonesia tepat di 17 Agustus. Tahun ini walaupun tidak pas di tanggal 17, tetapi bulannya masih bulan Agustus. Jadi gelar juara dunia ini kami persembahkan untuk kado kemerdekaan Indonesia,” ujar Liliyana.

Dalam kejuaraan dunia kali ini, Indonesia juga meraih medali perak lewat pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro. Di laga final, Ahsan/Rian dikalahkan unggulan delapan asal Tiongkok, Zhang Nan/Liu Cheng, dengan skor 10-21, 17-21.(*)

Ahsan Mengejar Yang Ketiga

 SABETAN raket Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro di World Championships 2017 terus memakan korban. Kini, langkah keduanya sudah sampai ke babak final. Artinya, satu kemenangan lagi akan membuat Ahsan/Rian akan naik ke podium juara.

Ahsan/Rian menembus babak pemungkas usai mempermalukan unggulan keempat dari Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, dengan dua game langsung 21-12, 21-15  dalam pertandingan di Glasgow, Skotlandia, pada Sabtu waktu setempat (26/8/2017). Kemenangan ini sekaligus membalas kekalahan di pertemuan sebelumnya.

“Kami bersyukur kepada Allah SWT bisa melaju sejauh ini, senang dan bangga bisa ke final, ini tidak mudah. Kami memulai dari bawah, berkat kerja keras kami, pelatih dan tim, kami bisa,” ujar Ahsan usai pertandingan seperti dikutip media PBSI.

Kunci kemenangan, ungkap Ahsan, mereka memberi pressure kepada Kamura/Sonoda. Sehingga, mereka tidak dapat mengembangkan permainan .

 Ini adalah final ketiga Ahsan di ajang kejuaraan dunia. Hanya, dalam dua epidode sebelumnya dilakukan bersama Hendra Setiawan di Guangzhou tahun 2013 dan di Jakarta tahun 2015. Kali ini dipasangkan dengan pemain yang lebih muda darinya, Ahsan membawa Rian ke final dan perjuangan mereka tinggal selangkah lagi.

 Namun dalam duet kali ini, Ahsan bertukar peran menjadi playmaker dan lebih banyak mengontrol permainan di depan net. Sementara Rian sebagai finisher atau tukang gebuk di belakang.

“Awalnya kami sama-sama pemain belakang, tetapi sekarang saya kan yang lebih tua, jadi lebih mengontrol di depan. Rian lebih muda dari saya, jadi dia yang lebih banyak mengeluarkan tenaga,” ungkap Ahsan.

 Dua wakil di kejuaraan dunia mengingatkan kita akan raihan di Guangzhou, Tiongkok, pada 2013 lalu. Kala itu, dua gelar juara dunia sekaligus dibawa pulang oleh Tontowi/Liliyana dan Hendra/Ahsan. Masih terbayang di ingatan bagaimana mereka mempersembahkan kado manis bagi Indonesia yang merayakan hari kemerdekaan sepekan setelahnya. (*)

Ingin Beri Kado Lagi di HUT RI

RAIHAN emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 tak membuat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir puas. Pasangan ganda campuran ranking delapan dunia ini justru semakin haus akan gelar.


Setelah olimpiade, keduanya masih terus berburu titel dan sederet gelar bergengsi berhasil di raih di China Open Super Series Premier 2016, Hongkong Open Super Series 2016, mereka juga akhirnya berhasil menaklukkan ketatnya persaingan di BCA Indonesia Open Super Series Premier 2017 setelah tujuh kali gagal. Kali ini, Tontowi/Liliyana ingin mengulang sukses di Guangzhou, Tiongkok, pada 2013, saat mereka berhasil menjadi juara dunia.


Dalam laga semifinal World Champiobships yang berlangsung di Emirates Arena, Tontowi/Liliyana rebut tiket final dengan mengalahkan wakil Hongkong, Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah, dalam dua game langsung, 21-16, 21-13. Empat kemenangan dari enam pertemuan dengan Lee/Chau tampaknya cukup buat Tontowi/Liliyana dalam mengetahui letak kelebihan dan kekurangan lawan.

 “Kami ingin juara dunia lagi, tadi di lapangan, kami ingin usaha yang terbaik. Kami tidak berpikir soal menang atau kalah, yang penting keluarkan kemampuan terbaik,” ujar Tontowi dalam konferensi pers usai laga seperti dikutip dari media PBSI.


Dia mengakui pasangan dari negara bekas koloni Inggris itu adalah pasangan yang bagus. Buktinya mereka bisa mengalahkan pasangan Tiongkok di perempat final.

''Hari ini kami benar-benar tidak mau lengah walaupun kami lebih diunggulkan, tadi berpikir bagaimana caranya main bersih dan komunikasi baik dengan Owi (sapaan akrab Tontowi),” ucap Liliyana.


Meskipun perayaan hari kemerdekaan RI sudah berlalu, namun di suasana kemerdekaan ini Tontowi/Liliyana berharap dapat mengulang momen membanggakan seperti di olimpiade. Ketika itu, mereka mempersembahkan medali emas tepat di 17 Agustus.

“Keinginan itu pasti ada, tetapi kami tidak mau terbeban harus emas, nanti malah tidak lepas mainnya. Yang penting kami bisa menikmati permainan, tantangan terberat itu ada di diri kita sendiri, kalau kita bisa mengontrol, fokus, pasti bisa,” jelas Liliyana. (*)

Kembali Pertahankan Dominasi

DOMINASI Indonesia di beregu putra SEA Games belum tergoyahkan. Sejak 2007, medali emas ajang multievent tersebut selalu diraih merah putih.

Kali ini, di Kuala Lumpur, kembali terjadi. Indonesia mempermalukan tuan rumah dengan skor 3-0 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Axiata Arena pada Kamis waktu setempat (24/8/2017).

Jonatan Christie membuka jalan kemenangan Indonesia dengan mengalahkan Iskandar Zulkarnain. Dalam laga berdurasi 47 menit, Jonatan menang dua game langsung, 21-18, 21-17.

Pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menambah keunggulan Indonesia dengan merebut partai kedua atas Ong Yew Sin/Teo Ee Yi, 21-12, 16-21, 21-14.

Ihsan Maulana Mustofa mengulang suksesnya di SEA Games Singapura 2015 dan kembali menjadi pahlawan tim dengan merebut angka ketiga untuk Indonesia. Ihsan menundukkan Lee Zii Jia dengan skor 21-11, 21-11.

 “Sepertinya lawan saya tegang dan tidak bisa menikmati permainan. Mungkin karena dia posisinya lagi ketinggalan. Melihat ini, saya jadi lebih yakin dan tampil percaya diri,” kata Ihsan seperti dikutip dari media PBSI.

Dia mengakui tanding di nomor beregu itu berbeda dari perorangan. Menurut Ihsan, ada kepuasan tersendiri kalau bisa menyumbang kemenangan untuk tim dan untuk negara.

“Kami bersyukur bisa meraih emas di beregu putra, memang ini target kami. Hari ini anak-anak tampil luar biasa, begitu bersemangat. Semua bisa tampil normal dan mengeluarkan semua kemampuan mereka,” kata Susy Susanti, Manajer Tim Bulu Tangkis Indonesia di SEA Games 2017.

Dia menyebut kuncinya ada di Jonatan. Dia, ungkap Susy, bisa membuka jalan buat teman-temannya.

''Sebagai ujung tombak, Jonatan bisa tampil luar biasa dan membawa semangat luar biasa ke tim,” tambah Susy.

Peraih emas nomor tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 itu tidak menyangka bisa menang 3-0.

Indonesia v Malaysia

Jonatan Christie vs Iskandar Zulkarnain 21-18, 21-17

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Ong Yew Sin/Teo Ee Yi 21-12, 16-21, 21-14

Ihsan Maulana Mustofa vs Lee Zii Jia 21-11, 21-11

Berry Angriawan/Hardianto vs Goh Sze Fei/Izzuddin Nur tidak dimainkan

Firman Abdul Kholik vs Lim Chi Wing tidak dimainkan

Pulangkan Unggulan I Ganda Putra

MOHAMMAD Ahsan/Rian Agung Saputra belum genap setahun dipasangkan. Mereka pun lolos di detik-detik akhir World Championships 2017 ditutup.

Di ajang super series dan super series premier, Ahsan/Rian pun tak terlalu bersinar. Wajar kalau mereka diprediksi bakal langsung angkat koper dari World Championships 2017.

Apalagi,  pasangan yang dihadapi adalah Li Junhui/Liu Yuchen. Wakil Tiongkok ini merupakan unggulan teratas.Tapi, di lapangan, hasil berkata lain.

Ahsan/Rian berhasil menumbangkan  Li Junhui/Liu Yuchen dengan 19-21, 21-18, 21-18 di babak I ganda putra di Glasgow, Skotlandia, pada Rabu waktu setempat (23/8/2017).  Ini adalah kemenangan pertama Ahsan/Rian atas pasangan muda Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut. Dalam pertemuan sebelumnya di Singapore Open Super Series 2017, Ahsan/Rian kalah dua game langsung dengan skor 13-21, 15-21.

Meskipun sebelumnya menderita kekalahan atas Li/Liu, Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI, Herry Iman Pierngadi, pernah memberi isyarat bahwa Ahsan/Rian telah mengantongi strategi jitu untuk menghadang Li/Liu.

“Pastinya kami bersyukur bisa menang hari ini. Kami berusaha bermain lepas dan enjoy saja, menikmati pertandingan kami di lapangan,” kata Ahsan seperti dikutip media PBSI.


“Kami lebih berani menyerang lawan, karena mungkin kami sudah sama-sama terkuras tenaganya,” tambahnya.

Selain Ahsan/Rian, dua wakil ganda putra Indonesia juga melaju. Mereka adalah pasangan andalan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi.(*)

Mengejar Emas Kelima Beruntun

JALAN tim beregu putra dan putri Indonesia di cabang olahraga (cabor) bulu tangkis di SEA Games 2017 berbeda. Jika tim putri terhenti di semifinal, Jonatan Christie dkk sukses menembus babak final.

 Indonesia menembus babak pemungkas final setelah menaklukkan Thailand dengan skor 3-1. Pasangan ganda putra Berry Angriawan/Hardianto menjadi penentu kemenangan dengan membungkam Kittinupong Kedren/Dechapol Puavaranukroh dengan dua game 27-25, 21-9.

Pertandingan partai keempat berlangsung begitu seru. Dalam kedudukan game point 20-19, pasangan Thailand tak mampu menutup game dengan kemenangan, Berry/Hardi menyamakan kedudukan menjadi 20-20 hingga terpaksa terjadi setting.

Berry/Hardi tampil lebih tenang dalam adu setting, sedangkan Kedren/Puavaranukroh justru berada di bawah tekanan saat skor mereka berhasil dilewati pasangan Indonesia. Pada game kedua, Berry/Hardi semakin tak terbendung.

Kemenangan dari duel sengit di game pertama mengobarkan semangat Berry/Hardi di game kedua. Selain itu, Berry/Hardi pun sudah menemukan titik lemah lawan.

“Ini pertama kalinya kami turun, kemarin kan nggak main. Jadi di awal game pertama kami masih meraba-raba kondisi lapangan. Banyak ragu-ragu, harusnya yakin bisa mematikan lawan, malah tidak yakin,” kata Berry seperti dikutip dari media PBSI.

Awalnyam ujar Hardi, ada rasa tegang. Tapi, lanjutnya, mereka bisa mengatasi game pertama.

''Di game kedua kami menang mudah karena sudah tahu pola permainan yang tepat untuk mengalahkan mereka,” tambah Hardi.

Dia dan Berry bersyukur bisa lolos ke final.Mereka berharap bisa kembali menyumbangkan angka dan menjadi bagian dari tim saat mengalahkan Malaysia besok.

Tim Malaysia lolos ke final setelah mengalahkan Singapura dengan skor 3-0. Laga final akan berlangsung Kamis (24/8/2017) pada pukul 15.00 waktu setempat. Sedangkan final beregu putri yang mempertemukan Malaysia dan Thailand, akan berlangsung pagi harinya, pukul 09.00 waktu Kuala Lumpur.

Sejak 2007, nomor beregu putra di SEA Games selalu diraih Indonesia. Hanya pada 2013, tidak dipertandingan nomor beregu. (*)

Indonesia v Thailand 3-1
-Jonatan Christie v Khosit Phetpradab 21-6, 21-18

-Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto v Bodin Issara/Nipitphon Phuangphuapet 21-13, 15-21, 16-21

-Ihsan Maulana Mustofa v Suppanyu Avihingsanon 21-15, 21-14

-Berry Angriawan/Hardianto v Kittinupong Kedren/Dechapol Puavaranukroh 27-25, 21-9

-Firman Abdul Kholik v Kantaphon Wangcharoen tidak dimainkan

Sepuluh Tahun tanpa Emas Beregu Putri

GENAP sepuluh tahun Indonesia gagal meraih emas dari nomor beregu putri di SEA Games. Itu setelah di tahun ini, srikandi-srikandi merah putih terhenti langkahnya di babak semifinal.

Secara menyakitkan, Indonesia kalah telak 0-3 dari tuan rumah dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Rabu waktu setempat (23/8/2017). Merah Putih langsung tertinggal setelah di partai pertama, Fitriani, menyerah dua game langsung 17-21, 17-21 kepada Soniia Cheah.

Perbedaan skor semakin menganga setelah pasangan ganda Rosyita Eka Putri Sari/Ni Ketut Mahadewi Istarani mundur saat menghadapi Vivian Hoo/Woon Khe Wei. Padahal saat itu game pertama baru berjalan dengan skor sementara 5-7. 

Hanna Ramadini yang menjadi tumpuan tak tak berhasil mengulang sukses di SEA Games Singapura 2015. Ketika itu, dia mampu menumbangkan Goh Jin Wei, tunggal putri harapan Malaysia. Kini, giliran Hanna ditaklukkan Goh dengan 16-21, 13-21.

 Dengan demikian, tim putri Indonesia belum berhasil melaju ke final dan dipastikan merebut medali perunggu.

“Goh bermain lebih tenang dari saya, saya terlalu banyak mikir. Beban itu pasti ada, saya ingin menyumbangkan angka untuk tim Indonesia yang sedang ketinggalan,” kata Hanna kepada media PBSI.

Dia dan rekan-rekannya minta maaf. Mereka, ujarnya, sudah memberikan yang terbaik.

''Kami nggak mau kalah tetapi memang lawan tampil lebih baik,” tambah Hanna.

Indonesia v Malaysia

-Fitriani v Soniia Cheah 17-21, 17-21

-Rosyita Eka Putri Sari/Ni Ketut Mahadewi Istarani v Vivian Hoo/Woon Khe Wei 5-7 mundur

-Hanna Ramadini v Goh Jin Wei 16-21, 13-21

-Greysia Polii/Apriani Rahayu v Chow Mei Kuan/Lee Meng Yan tidak dimainkan

-Gregoria Mariska Tunjung v Lee Ying Ying tidak dimainkan

Chong Wei Langsung Tumbang

LEE Chong Wei harus  memendam mimpi menjadi juara dunia. Alih-alih naik ke podiu, pebulu tangkis 34 tahun tersebut malah harus pulang dini dalam World Championships 2017.

Secara mengejutkan, Chong Wei kalah rubber game 19-21, 24-22, 17-21 dari Brice Leverdez di Emirates Arena, Glasgow, Skotlandia, pada Selasa sore waktu setempat (22/8/2017). Pertandingan nomor tunggal putra tersebut memakan waktu 1 jam 15 menit.

Ini menjadi kekalahan kedua Chong Wei atas wakil Prancis tersebut. Pil pahit perdana ditelan tiga kali runner-up World Championships tersebut dari Laverdez di Denmark Open tahun lalu. 

Sebenarnya, di Glasgow ini, Chong Wei diharapkan menjadi juara. Bahkan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) sudah melakukan perubahan.

Mereka memanggil Misbun Sidek untuk menangani Chong Wei. Dia dibantu oleh asisten sebelumnya, Hendrawan.

Sayang, upaya tersebut kembali gagal membuahkan hasil. Bisa jadi, World Championships 2017 ini menjadi yang terakhir bagi Chong Wei. (*)

Perang Mental Menantang Tuan Rumah

Tim putri Indonesia bakal dapat tantangan. Srikandi merah putih berjumpa dengan tuan rumah Malaysia di babak semifinal beregu putri cabang olahraga (cabor) bulu tangkis pada SEA Games 2017.

 Malaysia lolos ke semifinal setelah mengalahkan Myanmar dengan skor 3-0. Sedangkan Indonesia mendapat bye karena tim putri Laos mengundurkan diri.

Sektor ganda putri menjadi sektor yang diandalkan negeri jiran. Dua ganda putri Malaysia, Vivian Hoo/Woon Khe Wei dan Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean, memang cukup kuat.

Ini adalah tantangan bagi dua ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu dan Rosyita Eka Putri Sari/Ni Ketut Mahadewi Istarani.

Sedangkan di sektor tunggal, nama Goh Jin Wei menjadi sorotan. Pebulu tangkis muda Malaysia itu merupakan juara World Junior Championships 2015. Tentunya Fitriani dkk perlu kerja keras untuk mendulang poin dari sektor tunggal.

“Pertarungan Indonesia melawan Malaysia akan berlangsung ketat. Malaysia secara rangking ada diatas kami. Dari head to head pemain, memang banyak yang akan ramai, baik di tunggal atau ganda,” kata Susy Susanti, Manajer Tim Indonesia, seperti dikutip media PBSI.

Menghadapi tuan rumah memang bukanlah hal yang mudah. Tentunya tim Malaysia akan mendapat dukungan penuh dari penonton di Axiata Arena.

“Berhadapan dengan tuan rumah, ada suatu hal yang harus diperhatikan yaitu perang mental. Memang perang mental itu sudah ada dari awal kami tiba di sini. Tapi kami tetap positive thinking saja. Mudah-mudahan ini jadi berkat buat kami. Namanya pertandingan, sportivitas itu diatas segalanya. Jadi dalam perang mental seperti itu, kalau memang kita mau juara, kita harus hadapi,” pungkas Susy. (*)

Tiga Tunggal Bawa Tim Putra ke Semifinal

LANGKAH tim putra Indonesia di SEA Games 2017 sudah sampai semifinal. Ini setelah Jonatan Christie dkk menang atas Kamboja dengan skor 3-0 dalam pertandinga perempat final yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa waktu setempat (22/8/2017).

Kemenangan pertama diraih Jonatan Christie atas Chanmara Tep dengan straight game 21-13, 21-13. Ihsan Maulana Mustofa menambah keunggulan merah putih dengan mengalahkan Cheng Phrrom, juga dengan dua game langsung, 21-5, 21-3.

Kemenangan Indonesia ditentukan oleh Firman Abdul Kholik yang turun di partai ketiga. Firman juga menang straight game atas Sopheaktra Leng dengan skor 21-5, 21-6.

“Memang, di atas kertas, kami lebih unggul dari Kamboja. Namun dari awal sebelum bertanding kami sudah menekankan kepada atlet untuk fokus dan jangan anggap remeh lawan,” kata Susy Susanti, Manajer Tim Bulu Tangkis Indonesia di SEA Games 2017 seperti dikutip media PBSI.

Yang paling penting dari pertandingan perempat final, ungkapnya, adalah ini menjadi pemanasan untuk laga semifinal melawan Thailand pada Rabu (23/8/2017). ''Hari ini, para pemain tampil cukup baik. Semoga sampai selesai turnamen mereka kondisinya bagus dan fit,” tambah Susy.

Firman yang turun di ketiga memang mengakui kalau lawan belum terlalu berat untuknya. Namun, dia bersyukur dirinya diturunkan di pertandingan melawan Kamboja.

Thailand melenggang ke babak semifinal setelah mengalahkan Vietnam, dengan skor 3-0. Di grup bawah, Malaysia mengantongi kemenangan 3-0 atas Laos. (*)

Irfan/Weni yang Pertama Tersingkir

WAKIL Indonesia sudah ada yang angkat koper dalam World Championship 2017. Mereka adalah pasangan Irfan Fadilah/Weni Anggreni.

Keduanya menyerah tiga game 13-21, 21-11, 25-27 dari Ronan Labar/Audrey Fontaine dari Prancis pada babak I nomor ganda campuran di Glasgow, Skotlandia, pada Senin waktu setempat (21/8/2017). 

Sebenarnya, kekalahan ini tak terlalu mereduksi kekuatan merah putih. Alasannya, Irfan/Wenny memang bukan pasangan andalan Indonesia dalam ajang bergengsi tersebut.

Di nomor ini, Indonesia mengandalkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto. Dalam World Championship 2017, Tontowi/Liliyana ditempatkan sebagai unggulan ketiga.Sedang Praveen/Debby diunggulkan di posisi ketujuh.

Status unggulan tersebut juga membuat kedua pasangan yang sama-sama digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut tak perlu memeras keringat di babak I. Mereka langsung menembus babak II.

Tontowi/Liliyana pernah naik ke podium World Championship 2013. Ketika itu, mereka menundukkan pasangan Tiongkok Xu Chen/Ma Jin. (*)

Tersingkir di Penampilan Perdana

DAVID Wahyudi masih perlu jam terbang lebih. Kali pertama membawa bendera PB Sakura, dia langsung tersingkir di babak I Daihatsu-Astec Open Seri Semarang.

Pada pertandingan yang dilaksanakan pada Rabu (16/8/2017), David harus mengakui ketangguhan Ashila Anugrah dari Surya Tidar Magelang dengan straight game 18-21, 19-21. ''Iya David kalah. Dia masih grogi,'' kata Direktur Sakura Sport Management Ade Dharma yang juga menjadi manajer David.

Dia menyadari bahwa anak asuhnya tersebut masih butuh banyak bertanding. Berlaga di Kota Lumpia, julukan Semarang, memang menjadi debut pebulu tangkis 13 tahun tersebut.

''Mental bertandingnya masih perlu diasah. Tapi, dengan seiring bertanding pasti masalah itu akan diatasi,'' ujar Ade.

Terdekat, lanjutnya, David akan turun di Milo School Games di Malang pada September mendatang. Sebenarnya, Daihatsu-Astec Open Seri Semarang juga menjadi penilaian bagi David.

Jika sukses, dia akan dinaikkan ke kelas remaja. Sayang, David harus tersingkir awal. (*)

Diganjar Bonus Rp 60 Juta

REHAN Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti mendapat penghargaan khusus. Ini menyusul keberhasilan mereka merebut gelar di Asia Junior Championships 2017 pada Juli lalu.

Rehan/Fadia berhasil merebut medali emas usai menjegal wakil Korea Selatan, Sung Seung Na/Ah Yeong Seong, dengan 21-19, 19-21, dan 21-9. Gelar ini pun menjadi satu-satunya yang berhasil diraih oleh junior Indonesia pada kejuaraan tersebut.

Penghargaan kali ini diberikan oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation. Pasangan asal klub PB Djarum tersebut mendapatkan bonus sebesar Rp 60 juta rupiah dan TV LED Polytrom 43 inchi. Pemberian bonus ini disampaikan oleh Manajer Tim PB Djarum, Fung Permadi.

"Pemberian penghargaan ini adalah bentuk apresiasi kami terhadap atlet PB Djarum, Rehan dan Fadia. Hasil ini merupakan prestasi yang baik, karena mereka berhasil mengakhiri puasa gelar Indonesia di AJC setelah Edi Subaktiar/Arya Maulana Aldiartama pada 2012 lalu,'' ujar Fung.

Dia berharap penghargaan ini bisa memecut semangat Rehan/Fadia untuk terus berprestasi, semangat berlatih dan fokus dalam bertanding. Selain itu, lanjut Fung, apresiasi ini juga menjadi motivasi buat atlet lain untuk ikut berprestasi juga.

''Mudah-mudahan  Rehan/Fadia tidak hanya berprestasi di level junior tapi juga di level dunia mendatang,” ujar Fung dalam acara pemberian bonus yang berlangsung di Menara Peninsula Hotel Jakarta Selasa (15/8/2017) seperti dikutip dari media PBSI.

Fung menilai perjuangan dari Rehan/Fadia sangat luar biasa hingga akhirnya mampu menembus final dan merebut gelar juara. “Rehan ini sangat haus ilmu dan gelar juara. Dia memiliki motivasi yang tinggi sekali, ingin melebihi prestasi ayahnya dulu. Sementara Fadia juga luar biasa. Dia tetap tampil all out meskipun fisiknya sudah lelah karena main di dua nomor,” kata Fung.

Ayah Rehan adalah Tri Kusharjanto. Dia merupakan legenda hidup bulu tangkis Indonesia. 

Penghargaan ini pun disambut baik oleh kedua atlet tersebut. Rehan/Fadia mengaku senang dan berharap bisa mencetak prestasi yang lebih membanggakan lagi di kemudian hari.

“Alhamdulillah, rasanya tentu senang bisa diapresiasi seperti ini. Semoga kedepannya kami bisa lebih berprestasi. Masih banyak target yang ingin kami capai. Yang terdekat ada Kejuaraan Dunia Junior 2017,” ujar Fadia.

Rehan sendiri mengaku bangga dengan capaiannya. Dia berharap bisa konsisten dan tampil lebih baik lagi di turnamen-turnamen berikut. (*)

Menanti Debut Binaan PB Sakura

BINAAN: David Wahyudi
KIPRAH David Wahyudi dengan bendera PB Sakura dimulai. Dia akan unjuk kemampuan dalam Daihatsu-Astec Open Seri Semarang.

''Dia merupakan asli pebulu tangkis Sakura. Statusnya bukan dari klub lain,'' kata Direktur Sakura Sport Management.

Dia berkata seperti itu karena biasanya Sakura Sport Management mendukung pebulu tangkis klub lain. Meski sebenarnya, antara PB Sakura dan Sakura Sport Management ada sekat yang memisahkan.

Di Kota Lumpia, julukan Semarang, David akan didampingi pelatihnya, Yohanes. Menariknya, sang pelatih adalah kakak kandung dari David.

Di babak I, David, yang turun di kelompok pemula putra, akan menjajal ketangguhan wakil Surya Tidar Magelang, Ashila Anugrah. Ade berharap anak asuhnya tersebut bisa melewati lawan untuk bisa melaju ke babak II.

Sebelumnya, di Seri Malang, Jawa Timur, David belum bisa turun ke lapangan. Ini dikarenakan dia masih belum memiliki SI. (*)

Jonatan Melawan Beban

DUA tahun lalu, Jonatan Christie mengukir sukses. Dia mampu merebut emas di nomor tunggal putra dalam SEA Games 2015 Singapura.

Kini, Jonathan kembali berlaga di ajang sama. Tentu, dia menjadi salah satu ujung tombak di SEA Games 2017 yang kini dilaksanakan di Malaysia.

Pebulu tangkis binaan Tangkas Jakarta ini pun menanggung dua beban.Dia diharapkan mampu menjadi andalan di beregu putra dan tunggal putra.

Tak hanya mempersiapkan soal teknik, Jonatan juga mengasah ketahanan mentalnya. Dalam pertandingan uji coba di New Zealand Open Grand Prix Gold lalu, Jonatan terhenti di babak kedua setelah takluk di tangan pemain Hongkong, Lee Cheuk Yiu.

“Waktu di New Zealand, memang mental bertanding saya kena. Waktu itu, saya berstatus unggulan ketiga. Saya sudah berusaha untuk tidak terpengaruh, tetapi tidak bisa dibohongi, waktu di lapangan terasa,” ujar Jonatan seperti dikutip media PBSI.

Jonatan juga menuturkan bahwa sesi bersama psikolog yang difasilitasi Satlak Prima dirasa sangat bermanfaat untuknya. Setelah bertukar pikiran bersama sang psikolog, Jonatan mendapat banyak masukan tentang bagaimana ia mengatasi masalah di lapangan. Jonatan akan coba menerapkannya di sesi latihan dan jika berhasil, akan diterapkan di pertandingan.

“Menurut saya ini penting sekali ya, pikiran dan mental itu punya bobot 60 persen. Kalau teknik, kami sudah persiapkan matang sekali. Tetapi kalau mental di lapangan sudah kena, percuma saja persiapan tekniknya,” ucap Jonatan.

Tim Bulu Tangkis SEA Games 2017 rencananya bertolak ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada 20 Agustus 2017 menggunakan maskapai Garuda Indonesia, pukul 08.35 WIB. Sedangkan rencana kepulangan pada 30 Agustus 2017, pukul 12.30 waktu Kuala Lumpur. Pertandingan cabang olahraga bulutangkis akan dilangsungkan pada 22-29 Agustus 2017. (*)

Target Turun Satu Emas

Komposisi pebulu tangkis di SEA Games 2017
INDONESIA pernah berjaya di cabang olahraga bulu tangkis pada ajang SEA Games. Sapu bersih emas pernah dilakukan dalam ajang pesta olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut.

Namun kini, dominasi tersebut sudah goyah. Realistis, Indonesia pun hanya berani memasang target tiga emas dalam SEA Games 2017 yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 22 – 29 Agustus 2017.Pertadingan beregu akan dilaksanakan pada 22-24 Agustus dilanjutkan dengan pertandingan perorangan pada 26-29 Agustus 2017.

Target tiga medali diutarakan Manajer Tim SEA Games 2017, Susy Susanti. Mantan tunggal putri nomor satu dunia ini ini mengatakan bahwa tiga nomor yang diandalkan untuk meraih medali emas adalah beregu putra, ganda putra, dan tunggal putra.

Tim beregu putra Indonesia pada dua tahun silam berhasil meraih medali emas. Tahun ini, tim yang dimotori oleh Jonatan Christie ini pun berpeluang mempertahankan gelar. Jonatan memang memikul tugas yang cukup berat di ajang pesta olahraga se Asia Tenggara ini, di perorangan, Jonatan juga diharapkan dapat meraih emas.

Disebutkan Susy, nomor ganda putri juga sebetulnya punya peluang. Apalagi dengan masuknya nama Greysia Polii ke tim putri.

Greysia merupakan pebulu tangkis senior yang tentunya dapat menambah kekuatan tim putri, khususnya di nomor ganda putri. Meskipun baru berpasangan dengan pebulu tangkis yang lebih muda, Apriani Rahayu, namun duet keduanya sudah mampu menelurkan gelar di Thailand Open Grand Prix Gold 2017. Tak heran jika keduanya juga menjadi tumpuan.

“Kans kami memang besar di beregu putra, dan memang target emas salah satunya dari nomor ini. Untuk beregu putri, kami fokus dulu sampai ke semifinal, di ganda putri ada pasangan Greysia/Apriani yang saya rasa bisa diandalkan,” kata Susy seperti dikutip media PBSI.

Pada SEA Games 2015 di Singapura, Indonesia menjadi juara umum dengan raihan medali terbanyak yaitu sembilan medali. Medali emas dipersembahkan tim beregu putra, pasangan ganda putra Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi serta pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto.
Sedangkan medali perak datang dari Hanna Ramadini dan pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Dua pasangan ganda putri, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani dan Suci Rizki Andini/Maretha Dea Giovani, membawa pulang medali perunggu. Dua medali perunggu juga disumbangkan tim beregu putri dan pasangan ganda campuran Riky Widianto/Richi Puspita Dili.

“Kami tidak memikirkan soal juara umum, yang paling penting target tiga emas terpenuhi dulu. Tetapi ini kan gengsi negara, siapapun pasti ingin jadi juara umum, kami pun ingin,” ucap Susy. (*)

Berharap dari Ganda Putra dan Campuran


Susy Susanti (kiri) dalam jumpa pers di Cipayung
PELATNAS PBSI Cipayung bersiap menghadapi dua tugas pentingnya di Agustus. Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, induk organisasi bulu tangkis di Indonesia tersebut harus membagi kekuatan untuk berebut gelar di World Championships 2017 dan SEA Games Malaysia 2017.
BWF World Championships akan berlangsung mulai pekan depan, yaitu pada 21-27 Agustus 2017 di Glasgow, Skotlandia. Sebanyak dua belas wakil Indonesia siap diturunkan untuk beradu kekuatan dengan pemain terbaik dari berbagi negara.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mengatakan, timnya membidik satu gelar juara dari kejuaraan dunia kali ini. Peluang terbesar, dikatakan Susy, terbuka dari sektor ganda putra dan ganda campuran.

“Target PBSI kali ini satu gelar juara. Sektor yang kami harapkan yaitu dari ganda putra dan ganda campuran. Kesiapan atlet sendiri cukup baik. Semoga kondisi terbaik ini bisa terus dipertahankan. Semangat dan kerja keras juga kami harapkan agar target bisa dicapai,” kata Susy.

Senada dengan Susy, manajer tim Indonesia untuk World Championship 2017, Lius Pongoh, menjelaskan, kondisi atlet yang akan bertanding saat ini dalam posisi yang cukup baik. Mereka, ungkapnya, dinilai siap bertanding dan siap memberikan penampilan terbaik.

“Persiapan secara khusus tidak ada yang signifikan. Tetapi saya yakin pelatih sudah mempunyai rencana untuk para atlet. Apalagi atlet ganda putra sudah mengadakan training camp di PB Mutiara Bandung pada tanggal 24-27 Juli dan ganda campuran di PB Djarum Kudus tanggal 30 Juli-5 September lalu,” ujar Lius.

Pada World Championships 2015 , Indonesia berhasil membawa pulang satu gelar juara melalui pasangan ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Secara keseluruhan Indonesia meraih satu medali emas dan tiga medali perunggu lewat Linda Wenifanetri (tunggal putri), Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri), dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran). Sementara di 2016, kejuaraan ini tidak diadakan karena merupakan tahun penyelenggaraan Olimpiade.

Tahun ini, Indonesia mengirimkan tiga wakil di sektor tunggal putra, yaitu Anthony Sinisuka Ginting, Tommy Sugiarto, Sony Dwi Kuncoro. Anthony akan berhadapan dengan Mateusz Dubowski (Polandia), Tommy dengan wakil Hongkong (Hu Yun) sementra Sony menghadapi Milan Ludik (Republik Ceko) di babak pertama.

Jika lolos ke babak dua, Anthony kemungkinan akan berhadapan dengan Sai Praneeth dari India. Anthony berpeluang untuk kembali lolos dari babak dua, karena memiliki catatan kemenangan dari pertemuan sebelumnya dengan Praneeth pada Piala Thomas 2016 .

“Peluang Anthony besar sampai perempat final bahkan semifinal. Saya menargetkan Anthony bisa tembus semifinal,” kata Hendry Saputra, pelatih tunggal putra.

Selanjutnya di sektor ganda putra, Indonesia menurunkan tiga pasangan untuk bertanding di Glasgow. Mereka adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, dan Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro.

Kevin/Marcus menjadi pasangan terkuat dan paling diandalkan untuk memberikan penampilan terbaiknya. Mendapat bye di babak pertama, Kevin/Marcus berpeluang untuk terus menang di babak dua. Kevin/Marcus yang berada di paruh undian bawah, kemudian akan bersaing dengan Chai Biao/Hong Wei dan Liu Cheng/Zhang Nan wakil Tiongkok, Mathias Boe/Carsten Mogensen dan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen dari Denmark.

Angga/Ricky dan Ahsan/Rian di paruh undian atas, bersaing dengan unggulan pertama asal Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen, Goh V Shem/Tan Wee Kiong dari Malaysia, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dari Jepang dan wakil Denmark, Mads Conrad Petersen/ Mads Pieler Kolding.

Kemudian di sektor ganda campuran, Indonesia akan diperkuat oleh Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Praveen Jordan/Debby Susanto, Lukhi Apri Nugroho/Ririn Amelia, dan Irfan Fadhilah/Weni Angraini. Di babak pertama, Tontowi/Liliyana dan Jordan/Debby sama-sama mendapatkan bye. Masuk ke babak dua, Jordan/Debby kemungkinan akan berhadapan dengan sesama pemain Indonesia, Lukhi/Ririn. Namun sebelumnya Lukhi/Ririn harus berhadapan dengan Toby Ng/Rachel Honderich dari Kanada. Sedangkan Irfan/Weni akan berhadapan dengan Ronan Labar/Audrey Fontaine dari Perancis, di babak pertama.

Pada sektor tunggal putri dan ganda putri, Pelatnas PBSI tidak menurunkan wakilnya untuk bertanding. Namun Indonesia diwakili oleh pemain klub, yaitu Lyanny Alessandra Mainaky untuk tunggal putri dan duet Indonesia-Malaysia, Ririn Amelia/Anna Ching Yik, di sektor ganda putri. (*)

Apresiasi Menunggu Yahya

Luluk (kanan) dan Yahya
KABAR gembira buat Nur Yahya Ady Velandi. Dia akan memperoleh apresiasi atas keberhasilannya meraih emas dalam Asean School Games (ASG) di Singapura bulan lalu.

''Yahya akan memperoleh penghargaan. Bentuknya apa saya belum tahu,'' kata Luluk Hadiyanto, pelatih tim bulu tangkis pelajar Indonesia dalam ASG 2017.

Untuk memastikannya, Yahya, sapaan karib Nur Yahya, dipersilahkannya menghubungi orang Kemenpora. Luluk pun memberikan nomornya kepada peraih emas nomor tunggal putra tersebut.

''Masalah uang, saya nggak mau ikut-ikut. Biar Yahya yang berhubungan langsung,'' ujar Luluk.

Luluk bisa bertemu Yahya saat dia diminta datang ke GOR Sakura pada akhir pekan lalu. Mantan pebulu tangkis nomor satu dunia di nomor ganda putra bersama Alvent Yulianto pada 2003-2004 datang atas undangan pihak Sakura Sport Management. Kebetulan, Yahya merupakan atlet yang masuk dalam Sakura Sport Management. (*)