WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Habis Juara AG, Langsung Tersingkir

Jonatan Christie saat tampil di babak I Japan Open 2018. (foto;PBSI)
PERJALANAN Jonatan Christie seperti rolling coster. Kok bisa? Setelah membuat kejutan dengan meraih emas di Asian Games 2018, dia langsung tersungkur di babak I Japan Open 2018.

Padahal, peserta yang ikut dalam ajang di Negeri Sakura, julukan Jepang, tak banyak berubah. Ironisnya, Jojo, sapaan karib Jonatan Christie, kalah oleh pebulu tangkis nonunggulan H.S. Pranoy dari India dengan dua game langsung 18-21, 17-21 di Tokyo pada Selasa waktu setempat (11/9/2018).

 Ini menjadi kekalahan kedua beruntun bagi Jojo. Di Asian Games pada nomor beregu, dia juga kalah oleh lawannya yang berperingkat 13 atau satu setrip di bawah Jojo.

"Sebenarnya di awal game, mainnya cukup enak, saya bisa keluarkan stroke nya dengan baik. Di akhir game, saya dua-tiga kali buang kesempatan di saat krusial. Harusnya berani adu di depan net. Di game kedua, saya masih terpikir soal game pertama. Sayang sekali di game pertama sudah unggul tapi tidak bisa menyelesaikan, " ujar Jonatan yang ditemui usai pertandingan.

"Kecewa itu pasti, saya belum bisa menunjukkan yang terbaik di turnamen BWF Tour dalam beberapa turnamen terakhir. Apalagi di Jepang ini saya kurang beruntung,'' kata Jojo seperti dikutip dari media PBSI.

Dia mengakui persiapan yang mepet, hanya seminggu, memberikan pengaruh. Ini, ucap dia, dijadikan pelajaran harus lebih mempersiapkan diri lebih matang.

Sementara itu, Kepala Pelatih Tunggal Putra PBSI Hendry Saputra menjelaskan bahwa anak asuhnya itu memang tak tampil semaksimal di Asian Games 2018. Terutama dari segi fokus di pertandingan.

"Kalau saya lihat dari tingkat kesegaran ototnya, ini terlihat di pertandingan. Selain itu fokus pikirannnya pun nggak seperti kemarin (di Asian Games). Jonatan juga kalah dari Prannoy di Asian Games tapi menurut saya penampilan Jonatan kali ini lebih baik, sudah ketemu formulanya. Tapi di sini serangannya tidak bisa tembus. Saya optimis dia bisa atasi di pertandingan selanjutnya," jelas Hendry. (*)

Bongkar meski Peringkat 11 Dunia

PISAH:Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Haris (foto;PBSI)
PEROMBAKAN pasangan kembali terjadi di sektor putri. Della Destiara Haris yang biasa berpasangan dengan Rizki Amelia Pradipta, kali ini akan dimainkan bersama Anggia Shitta Awanda. Sementara Rizki bersama Ni Ketut Mahadewi Istarani yang merupakan pasangan main Anggia.

Ini dilakukan Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI Eng Hian untuk mencari kombinasi ganda kedua Olimpiade Tokyo 2020. Kandidat terkuat sebagai ganda pertama masih ditempati pasangan rangking empat dunia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

Pasangan anyar inu akan diturunkan di turnamen Denmark Open 2018 BWF World Tour Super 750. "Pasangan utama ke olimpiade tetap Greysia/Apriyani, selama ini penampilan mereka cukup baik. Greysia sudah komitmen sama saya untuk bertahan, dia mau cari medali di olimpiade terakhirnya sebelum pensiun," ungkap Eng kepada situs PBSI.

Sementara itu, pasangan rangking 11 dunia, Rizki/Della yang selama ini menjadi ganda kedua di sejumlah event penting seperti Piala Uber 2018 dan Asian Games 2018, dinilainya masih belum memberikan hasil yang menggembirakan. "Memang sengaja dibongkar pasang karena hasil di beberapa turnamen selama ini tidak sesuai harapan, saya coba formula baru. Kenapa mereka? Karena untuk level yang di atas memang yang ada cuma mereka," ujar Didi, sapaan karib Eng Hian.

Baginya, ranking yang bagus bukan menjadi jaminan kalau belum pernah merasakan menjadi juara. Sehingga, wajar kalau dibongkar.

Ia juga tak khawatir soal sempitnya waktu jelang kualifikasi olimpiade yang akan dimulai pada awal tahun depan. Dituturkan Didi, di sektor ganda putri persaingannya tak seberat sektor tunggal putra, jika penampilan ganda racikan baru ini memang punya kualitas, peluang untuk masuk top delapan dunia dan lolos ke olimpiade cukup terbuka.

"Saya lebih mementingkan kualitas, kalau pasangan baru tapi bisa menembus, masih ada kesempatan untuk mengejar ke olimpiade. Kalau kualitas penampilannya bagus, ikut 12-14 turnamen setahun misalnya masuk semifinal atau bahkan juara setidaknya dapat tiga gelar, saya tetap optimis bisa tembus delapan besar, peluangnya cukup terbuka," tutur  pelatih  asal Solo ini.

Didi memberikan kesempatan kepada para pasangan ganda putri baru ini untuk unjuk gigi di sisa turnamen yang akan mereka ikuti hingga akhir tahun. Ia berharap anak-anak didiknya dapat menunjukkan perjuangan maksimal di lapangan, diikuti dengan catatan prestasi yang baik.

 "Saya mau lihat progres mereka di tiga turnamen ini (Jepang, Tiongkok dan Korea), nanti ditambah lagi tiga turnamen sampai akhir tahun dengan pasangan yang berbeda. Kalau masih tidak ada gelar juga ya lebih baik saya naikkan yang junior. Bisa dengan dipasangkan dengan pemain senior, atau benar-benar junior semua yang akan main di level lebih tinggi," ucap Didi. (*)

Mundur tapi Datang ke Tokyo

Tontowi/Liliyana saat berlaga di Asian Games 2018 (foto PBSI)


TONTOWI Ahmad/Liliyana Natsir batal tampil di Japan Open 2018. kondisi Liliyana tak memungkinkan untuk bertanding  ajang yang masuk Tour Super 750 tersebut.

"Butet (Liliyana) saat ini tidak dalam kondisi fit untuk bertanding. Tapi bukan cedera kok, kondisi lututnya tidak apa-apa. Dia sedang tidak enak badan, badannya panas," kata Kepala Pelatih Ganda Campuran PBSI Richard Mainaky seperti dikutip dari media PBSI. 

Japan Open 2018 BWF World Tour Super 750 akan dilangsungkan pada 11-16 September 2018 di Musashino Forest Sport Plaza. Namun, Richard memperkirakan kondisi Tontowi/Liliyana akan pulih sebelum gelaran China Open 2018 BWF World Tour Super 1000 yang akan dilangsungkan setelah Japan Open 2018. Hingga saat ini, Richard masih optimis keduanya tetap bisa berlaga di China Open.

"Saya rasa mereka bisa bertanding di China Open 2018, mudah-mudahan recovery dan persiapannya bisa kami maksimalkan," tambah Richard.

Tontowi rencananya tetap bertolak ke Tokyo pada Jumat (14/9) untuk hadir memenuhi peryaratan dari BWF (Badminton World Federation) guna menghindari denda. Berdasarkan regulasi federasi bulutangkis dunia, pemain ranking 10 besar dunia wajib untuk bertanding di turnamen level Super 750 dan level Super 1000. Kecuali jika sedang cedera atau sakit. Oleh karenanya, Tontowi tetap harus hadir.

"Iya, Tontowi akan ke Tokyo , kalau tidak kan bisa kena denda. Memang sudah peraturan dari BWF. Dari Jepang, dia akan langsung terbang ke Tiongkok," sebut Richard.

 Dengan mundurnya Tontowi/Liliyana, maka sektor ganda campuran Indonesia di Japan Open 2018 akan diwakilkan oleh tiga pasangan. Mereka adalah Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, dan Ricky Karanda Suwardi/Debby Susanto. (*)


Jadi Unggulan I, Tumbang di Babak II

TERSINGKIR: Dinar Dyah Ayustine (foto;PBSI)
KANS Indonesia meraih gelar tunggal putri dalam Hyderabad Open 2018 sebenarnya terbuka. Wakil merah putih Dinar Dyah Ayustine ditempatkan sebagai unggulan teratas dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 75 ribu tersebut.

Sayang, langkah Dinar sudah terhenti. Bukannya di babak final tapi baru di babak II. Secara mengejutkan gadis asal Karanganyar, Jawa Tengah, tersebut menyerah dua game langsung 15-21, 15-21 kepada Yeo Jia Min dari Singapura pada Kamis waktu setempat (6/9/2018).

Ini menjadi pertemuan perdana bagi Dinar dan Yeo. Hanya, di atas kertas, sebenarnya, wakil Indonesia bisa memetik kemenangan.

Alasannya, ranking Dinar lebih baik dibandingkan lawan. Saat ini, Dinar ada di posisi 45 sementara lawannya 74.

Kekalahan ini juga menular kepada rekan-rekannya. Choirunnisa dan Ruseli Hartawan menyerah kepada lawan-lawannya. Hyderabad Open baru kali pertama dilaksanakan. (*)

Chong Wei Come Back Akhir Tahun

TERAPI : Lee Chong Wei (foto:indianexpress)
KABAR gembira bagi publik bulu tangkis Malaysia. Atlet andalannya di sektor tunggal putra Lee Chong Wei bakal kembali ke latihan sebelum akhir tahun. Legenda berusia 35 tahun itu menunjukan perkembangan bagus selama menjalani terapi masalah pernafasan di Taiwan.

Ketua Komite Kepelatihan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) Datuk Ng Chin Chai menerangkan bahwa Chong Wei selalu melaporkan perkembangan terapi. Peraih tiga kali medali perunggu itu, ucap dia, juga merasa senang.

''Chong Wei mengabarkan perkembangan terakhir terapinya akan dilanjutkan hingga bulan depan,'' ujar Chin Chai seperti dikutip dari media Malaysia.

Pihak BAM, lanjut dia, mendukung langkah yang dilakukan Chong Wei. Mereka berharap Chong Wei segera melewati masa perawatan dan kembali berlatih serta turun di kompetisi.

“Kita tahu Chong Wei seorang petarung. Dia tengah turun tapi biasanya segera kembali fit tanpa gagal,'' ucap Chin Chai.

Chong Wei sakit bulan lalu. Ini mengakibatkan mantan pebulu tangkis nomor satu dunia itu kehilangan kesempatan bertanding di Kejuaraan Dunia 2018 di Nanjing, Tiongkok, dan Asian Games 2018 di Indonesia.

Terakhir sebelum sakit, Chong Wei mampu menjadi juara Malaysia Open 2018 dengan mengalahkan juara dunia asal Jepang Kento Momota. Gelar itu menjadi kali ke-12 baginya. (*)

Malaysia Mencari Direktur Kepelatihan

Morten Frost Hansen dan Lee Chong Wei (foto:badmintonplanet)
BAM mulai menatap Olimpiade Tokyo 2020. Salah satu pokok utamanya adalah mencari sosok untuk posisi direktur teknik.

Direktur Kepelatihan BAM sekarang Morten Frost Hansen bakal mengakhiri masa jabatannya akhir September. Saat ini ada lima nama yang jadi pelatih  kepala di timnas Malaysia.

Mereka adalah Datuk Misbun Sidek (tunggal putra), Datuk Tey Seu Bock (tunggal putri), Paulus Firman (ganda putra), Rosman Razak (ganda putri), dan Pang Cheh Chang (ganda campuran).

Ketua Komisi Kepelatihan BAM Datuk Ng Chin Chai besar kemungkinan jabatan direktur kepelatihan akan diisi muka baru. ''

''Direktur kepelatihan yang kami butuhkan harus membawa tim nasional lebih maju,'' kata Chin Chai seperti dikutip media Malaysia Kamis (6/9/2018).

Direktur kepelatihan nanti harus bisa menangani skuad tim nasional dari pelatih senior hingga pemain-pemain junior dan punya waktu penuh.

''Tugasnya beda dengan Morten,'' pungkasnya. (*)

Raja-Ratu Tetap Bertakhta

KEJUARAAN Dunia 2018 memberikan dampak.  Banyak perubahan yang terjadi dalam ranking yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (9/8/2018).

Di tunggal putra, posisi teratas masih ditempati oleh Viktor Axelsen dari Denmark. Ini masih wajar karena dia mampu menembus babaj final sebelum ditundukkan oleh Kento Momota, yang kini naik tiga setrip di posisi keempat.

Lee Chong Wei turun satu setrip ke posisi ketiga. Ini dampak dari absennya lelaki asal Malaysia tersebut pada kejuaraan yang dilaksnakan di Nanjing, Tiongkok, pekan lalu itu. Posisinya diduduki Shi Yuqi (Tiongkok).

Begitu juga di tunggal putri. Meski gagal juara, Tai Tzu Ying (Taiwan) tetap sebagai ratu. Hanya, Carolina Marin  yang mengalami lonjakan dua setrip ke posisi keenam.

Kegagalan juara ganda putra juga tak mempengaruhi Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon di tempat pertama. Namun, posisinya dibayangi rival asal Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen, yang mampu menjadi juara dalam event papan atas dunia tersebut. (*)

Baru Marin Yang Bisa

INDONESIA pernah punya Susy Susanti. Tiongkok juga banyak melahirkan juara dunia tunggal putri. Bahkan, Negeri Panda, julukan Tiongkok, sudah 15 kali melahirkan pemenang dalam kejuaraan bergengsi tersebut.

Hanya, Susy dan pebulu tangkis Tiongkok belum bisa menyaingi Carolina Marin. Kok bisa? Ini karena atlet Spanyol tersebut mampu tiga kali menjadi juara.

Gelar pertama diraih pada 2014, kemudian 2015, dan terakhir tahun ini. Kejuaraan Dunia 2016 tidak dilaksanakan karena bersamaan dengan Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil. Pada 2017, Marin terhenti di babak perempat final.

Pada 2018 atau gelar ketiga diraih setelah mengalahkan P.V. Sindhu dengan dua game langsung 21-19, 21-10 dalam final yang dilaksanakan di Nanjing, Tiongkok, pada Minggu waktu setempat (5/8).

''Saya tidak bisa mendiskripsikan emosi saya sekarang. Saya sangat emosional,'' kata Marin seperti dikutip dari media BWF.

Baginya, juara kali ini diraih dengan tidak mudah. Andalan Negeri Matador, julukan Spanyol, tersebut mempersiapkan diri cukup lama.

''Yang pasti, tanpa kerja tim itu semua akan menjadi tidak mungkin. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka,'' lanjut Marin. (*)

Kento, Jepang yang Pertama

KEJUARAAN Dunia 2018 punya arti penting bagi Jepang. Untuk kali pertama wakil Negeri Sakura, julukan Jepang, mampu menjadi juara di nomo bergengsi,tunggal putra.
Pahlawan bagi Jepang tersebut adalah Kento Momota.Dalam final yang dilaksanakan di Nanjing, Tiongkok, Minggu (5/8/2018), dia menundukkan wakil Tiongkok Shi Yuqi dengan dua game yang mudah 21-11, 21-13.

Sebelumnya, nomor tunggal putra selalu didominasi tiga negara, Tiongkok, Indonesia, dan Denmark. Bahkan, Malaysia yang selama satu dekade mempunyai Lee Chong Wei pun tak pernah juara.

Gelar juara ini seakan menjadi penebus masa kelamnya. Pada 2016, lelaki yang diunggulkan di posisi keenam dalam Kejuaraan Dunia 2018 tersebut tersandung masalah kriminal. Dia terlibat dalam judi gelap di sebuah kasino.

Dia pun dilarang tampil dalam semua kejuaraan dalam waktu tertentu. Imbasnya, ranking dunia yang dimiliki turun drastis.

Saat comeback, Kento harus tampil di babak kualifikasi atau di kejuaraan-kejuaraan kecil. Tujuannya untuk mendongkrak kembali ranking. Hingga akhirnya, dia sudah menempati ranking tujuh dunia sekarang.

Shi sendiri merupakan bintang baru bulu tangkis Tiongkok. Dengan usia masih 22 tahun, dia diharapkan mampu meneruskan kejayaam Lin Dan dan Chen Long yang sudah dimakan usia dan performanya tak stabil lagi. (*)


Sekilas Tentang
Nama: Kento Momota
Lahir: Kagawa, 1 September 1994
Ranking Terbaik: 2 (7 April 2016)
Ranking Sekarang: 7


Prestasi:
Juara Junior Asia 2012
Juara Dunia Junior 2012
Semifinalis Kejuaraan Dunia 2015
Juara Dunia 2018

Lin Dan yang Tak Lagi Super

Shi Yuqi singkirkan Lin Dan (foto: xinhua)
NAMA Lin Dan sempat membuat gentar semua lawan. Lima kali juara dunia dan dua kali emas olimpiade nomo tunggal putra sudah menjadi garansi.

Tapi, beberapa tahun terakir seiring umur yang terus bertambah, tahun ini 35, prestasinya mulai labil. Banyak gelar yang lepas dari genggaman dari setiap turnamen yang diikuti.

Salah satunya adalah Kejuaraan Dunia 2018. Di babak III, Lin Dan dipermalukan juniornya, Shi Yuqi, dengan dua game langsung 15-21, 9-21.

Ironisnya, ini menjadi kekalahan kelima dalam enam kali pertemuan. Empat perjumpaan terakhir, Super Dan, julukan Lin Dan, tak pernah memetik kemenangan.

Lin Dan menjadi juara dunia pada 2006, 2007, 2009, 2011, dan 2013. Pada 2008 dan 2012 tidak dilaksanakan karena ada ajang olimpiade, Beijing dan London. Keduanya juga dimenangi suami dari mantan ratu bulu tangkis dunia, Xie Xinfang tersebut. (*)

Buru Juara untuk Kado Ultah

Kevin dan Marcus mampu tembus perempat final (foto;PBSI)
 LANGKAH Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon di Kejuaraan Dunia 2018 sudah sampai perempat final. Ini setelah keduanya menang dua game 21-19, 21-12 atas Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia) di Nanjing, Tiongkok,  pada Kamis waktu setempat (2/8/2018).

Kevin/Marcus merasa tampil lebih baik dari laga perdana mereka kemarin. Keduanya memang tampil lebih solid dan jarang membuat kesalahan sendiri.

"Hari ini kami mainnya lebih enak, kami sudah coba lapangan, jadi lebih mengerti situasi lapangannya seperti apa," kata Marcus seperti dikutip dari media PBSI.

 Di awal permainan, dia memang banyak mati-mati sendiri. Tetapi, dia dan Kevin, lanjutnya, bermain jauh lebih. baik dari kemarin.

''Lawan kemarin kan juga tidak jelek, bagus juga. Hari ini kami sudah menemukan ritme permainan kami, pertahanan kami lebih rapat," sebut Kevin.

Hari ini menjadi hari yang spesial bagi Kevin, ia tengah merayakan hari ulang tahunnya yang ke-23. Ia pun berharap mendapat kado manis yaitu gelar juara dunia yang tentu didambakannya dan Marcus.

"Semoga dapat kado ulang tahun di turnamen ini," ucap Kevin sambil melempar senyum. (*)

Kevin/Marcus Harus Tampil Tiga Game

Kevin/Marcus saat tampil di babak II (foto;PBSI)
 JALAN terjal menghadang pasangan nomor satu dunia asal Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Mereka dipaksa kerja keras di babak kedua Kejuaraan Dunia 2018.

Kevin/Marcus dipaksa memeras keringat lebih banyak oleh Han Chengkai/Zhou Haodong (Tiongkok) sebelum menang 18-21, 21-14, 21-18 di Nanjing, Tiongkok, pada Rabu waktu setempat (1/8/2018).

Laga ini merupakan pertemuan pertama bagi kedua pasangan. Di game pertama, Kevin/Marcus bermain di bawah tekanan karena masih mencari formula terbaik untuk mengatasi kecepatan dan serangan tajam bertubi-tubi yang dihujankan Han/Zhou.

"Lawannya tidak mudah dimatikan. Mereka fight-nya luar biasa. Selain itu mereka mainnya nothing to lose banget, jadi tadi dapat speed nya dan jarang membuat kesalahan sendiri," kata Marcus usai pertandingan seperti dikutip dari media PBSI.

Dia dan Kevin merasa tidak tampil maksimal. Sehingga, mereka, lanjut dia, belum bisa mengeluarkan seratus persen kemampuan .

''Tapi seharusnya besok kami main lebih baik karena hari ini sudah tanding cukup sengit," jelas Kevin.

 Kevin/Marcus, yang merupakan unggulan pertama, adalah ujung tombak Indonesia untuk meraih gelar. Kevin/Marcus tentunya juga mendambakan gelar juara dunia yang merupakan gelar bergengsi selain olimpiade.

"Tekanan pasti ada, namanya kan kejuaraan besar. Tetapi kami nggak mau memikirkan itu, jalani saja, nikmati permainan," tutur Marcus.

 Sementara itu, pasangan Tiongkok mengaku cukup kaget mereka bisa memberikan perlawanan sengit kepada pasangan ranking satu dunia. Hanya,  di saat-saat kritis, mereka tegang.

''Jadi banyak membuat kesalahan. Jika kami bertemu lagi dengan mereka, kami yakin bisa tampil lebih baik," ujar Zhou. (*)

Gregoria Ikut Terhenti

 LANGKAH Gregoria Mariska Tunjung di Kejuaraan Dunia 2018 terhenti. Dia harus mengakui keunggulan Chen Yufei (Tiongkok) dengan skor 17-21, 20-22 di babak kedua Kejuaraan Dunia 2018 di Nanjing, Tiongkok, Rabu waktu setempat (1/8).

Di game kedua, Gregoria punya peluang besar saat unggul jauh 17-10. Sayang, dia belum mampu memanfaatkan keunggulan tersebut.

Enam poin berturut-turut diraih Chen. Dia pun balik memberikan tekanan pada Gregoria saat berhasil menyamakan kedudukan 18-18.

 Peluang kembali terbuka saat Gregoria menyamakan kedudukan 20-20 dan memaksakan terjadinya setting. Sayangnya saat tertinggal 20-21, pengembalian Gregoria yang gagal melewati net, membuat pertandingan berakhir.

 "Waktu unggul 17-10, saya berpikir bahwa saya punya kesempatan karena Chen fisiknya kurang bagus kalau main sampai tiga game. Saat tersusul dan saya membuat kesalahan, saya nggak mikir poinnya masih jauh, justru saya mikir jangan sampai terkejar," jawab Gregoria seperti dikutip dari media PBSI.

Dia mengaku banyak ragu-ragu dan terlalu memikirkan jaga keunggulan. Bukannya mikir pola main.

''Lawan mengubah pola main, awalnya dia menyerang dan ini lebih enak buat saya mengatur permainan. Tapi dia ubah jadi reli dan saya terlalu lama beradaptasi, dia berkembang, saya masih di situ-situ saja," ujarnya.

Ini membuat  Gregoria kalah dua kali dalam tiga pertemuan. Menariknya, keduanya merupakan mantan juara dunia junior. Gregoria menjadi pemenang pada 2017 sedang Chen setahun sebelumnya alias 2016. (*)

Sudah Tak Ada Wakil Tunggal Putra

KEJUARAAN Dunia 2018 baru memasuki babak II. Tapi, Indonesia sudah dipastikan gagal menjadi juara di tunggal putra.

Kok bisa? Ini karena semua wakilnya sudah bertumbangan. Setelah Jonatan Christie di babak I, kali ini Anthony Sinisuka Ginting dan Tommy Sugiarto yang kalah di babak II.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Nanjing, Tiongkok, Rabu waktu setempat (1/8), Anthony, yang diunggulkan di posisi ke-12, secara mengejutkan takluk dua game langsung 17-21, 13-21 kepada Kanta Tsuneyama dari Jepang.

Ini menjadi kekalahan kedua dari Anthonya dari lawan yang sama. Hanya, di atas kertas, seharusnya dia bisa memetik kemenangan. Rankingnya, 12, jauh di atas lawannya yang hanya 27.

Pil pahit juga ditelan Tommy. Putra mantan juara dunia Icuk Sugiarto tersebut dihentikan wakil Denmark Hans Kristian Vittinghus dengan straight game 14-21, 15-21. Sebenarnya, posisi Tommy lebih diunggulkan. Dalam tiga kali pertemuan sebelumnya, dia selalu memetik kemenangan.

Kegagalan ini membuat puasa gelar Indonesia di sektor tunggal putra semakin panjang. Kali terakhir wakil merah putih yang menjadi juara adalah Taufik Hidayat pada 2005 di Amerika Serikat (AS). (*)

Minta Maaf Lewat Video Durasi 51 Detik

KEPUTUSAN mengejutkan sudah diambil Lee Chong Wei. Tunggal putra terbaik Malaysia tersebut sudah memutuskan mundur dari Kejuaraan Dunia 2018 dan Asian Games 2018.

Alasannya, pebulu tangkis 35 tahun tersebut mengalami masalah kesehatan, khususnya pernafasan. Namun, itu tak membuat Chong Wei segera gantung raket.

Melalui tayangan video, dia memastikan akan segera kembali dalam keadaan sehat. Saat ini, atlet nomor dunia dunia tersebut tengah menjalani terapi di Taiwan.

Penampilannya di video tersebut merupakan yang pertama setelah ada kabar kondisi kesehatannya terbanggu dan itu akan sangat mempengaruhi perjalanan karirnya ke depan. ''Saya akan kembali ke lapangan bulu tangkis segera,'' ucap Chong Wei. 

Dalam video berdurasi 15 menit tersebut, yang diperkirakan diambil di sebuah ruamhan di hotel, Chong Wei juga minta maaf kepada publik bulu tangkis Tiongkok karena tidak bisa bertemu dengan mereka yang akan mendukung dalam Kejuaraan Dunia 2018.Permintaan maaf juga disampikan Chong Wei kepada musuh dan yang juga sahabat baiknya, Lin Dan, yang akan meluncurkan produk baru di sela-sela Kejuaraan Dunia 2018.

Dua Juara Dunia Junior Bertemu di Babak II

GREGORIA Mariska Tunjung dan Chen Yu Fei tak jauh beda usianya. Keduanya sama-sama menyandang status juara dunia junior.

Hanya, tahun saat memenangi berbeda. Gregoria naik ke podium terhormat pada 2017 di Jakarta. Sementara Chen yang berasal dari Tiongkok dinobatkan sebagai pemenang setahun sebelumnya di Bibao, Spanyol.

Keduanya pun saling bertemu dua kali. Dalam Kejuarana Dunia Junior 2016, Chen yang menang dengan dua game 23-25,14-21. Tapi, kekalahan itu mampu dibales Gregoria di Indonesia Open 2017 dengan kemenangan 17-21, 21-19, 21-19.

Kini, dua juara dunia junior tersebut kembali bertemu. Ajang pun lebih bergengsi, Kejuaraan Dunia 2018. Gregoria dan Chen akan adu kecerdikan di babak II.

Ini setelah di babak I, keduanya mampu mengalahkan lawan-lawannya di Nanjing, Tiongkok, pada Senin waktu setempat (30/7/2018). Gregoria menang 21-18, 18-21, 21-14 atas pebulu tangkis tangguh Eropa asal Skotlandia Kirsty Gilmour dan Chen memperoleh bye.

Dilihat dari ranking, Gregoria di atas kertas kalah. Saat ini, dia ada di posisi 22 dan Chen di posisi kelima. Hanya melihat grafik permainan, tak menutup kemungkinan wakil merah putih yang akan memetik kemenangan. (*)

Hanya Jojo yang Harus Pulang

Anthony Ginting saat melawan Suppanyu (foto;PBSI)
PENAMPILAN mengecewakan ditunjukan Jonatan Christie. Ditempatkan sebagai unggulan ke-13, pebulu tangkis spesialis tunggal tersebut kalah dua game langsung mudah 12-21, 16-21 dari Daren Liew di Babak I Kejuaraan Dunia 20198 di Nanjing, Tiongkok, pada Selasa waktu setempat (31/7/2018).

Pil pahit itu membuat tunggal putra nomor dunia Indonesia tersebut saling mengalahkan. Pada pertemuan sebelumnya yang juga terjadi pada tahun ini yakni di Malaysia Open, Jojo, sapaan karib Jonatan Christie, unggul straight game 21-18, 21-17.

 Ini membuat lelaki yang pernah membintangi film layar kaca itu menjadi satu-satunya tunggal putra merah putih yang langsung kalah di penampilan perdana. Dua rekannya, Anthony Sinisuka Ginting dan Tommy Sugiarto, sama-sama memetik kemenangan dan lolos ke babak II.

Anthony, yang diunggulkan di posisi 12, menang 21-19, 21-14 atas wakil Thailand Suppanyu Avihingsanon. Pertemuan di Nanjing ini menjadi yang pertama bagi kedua.

Sedangkan Tommy menghentikan perlawanna Kalle Koljonen (Finlandia) dengan 21-16, 21-14. Putra legenda bulu tangkis dunia Icuk Sugiarto tersebut merupakan satu-satunya wakil Indonesia yang bukan berasal dari Pelatnas PBSI Cipayung. (*)

Mantan Pelatnas Dobrak Dominasi Sirnas

JUARA: Pia (kanan) dan Tiara Rosalia (foto: djarum)
DOMINASI pasangan Nadiya Melati/Dian Fitriani di ajang sirkuit nasional (sirnas) mulai goyah. Setelah hampir selalu menjadi juara, kali ini langkah keduanya tersandung dalam Seri Jabar

Dalam final yang dilaksanakan di Sukabumi pada Sabtu (28/7/2018), Nadiya/Fitriani menyerah dua game langsung 16-21. 10-21 kepada Pia Zebadiah/Tiara Rosalia. Nadiya/Fitriani membela bendera Pertamina. Sementara Pia dan Tiara beda bendera. Pia tetap setia dengan Jaya Raya dan Tiara dengan panji-panji Mutiara Bandung.

Sebelumnya, di semifinal, Pia/Tiara juga menghentikan laju pasangan ratu sirnas lainnya, Devi Tika/Keshya Nurvita Hanadia (Berkat Abadi Banjarmasin) dengan 21-12, 21-15.

Pia dan Tiara merupakan pebulu tangkis yang juga sama-sama pernah digembleng di Pelatnas Cipayung.Hanya, Pia lebih senior dibandingkan pasangannya.

Adik juara Olimpiade Beijing 2008 Markis Kido tersebut pernah menjadi ganda campyran 10 besar dunia saat berpasangan dengan Fran Kurniawan.

Sementara Tiara merupakan pebulu tangkis 25 tahun yang  pada 2018 ini baru terpental dari Pelatnas Cipayung. (*)

Duh, Ihsan Kalah Lagi dari Wakil Thailand

Sitthikom Thammasin tak alami kesulitan kalahkan Ihsan
PEBULU tangkis Thailand benar-benat jadi momok bagi Ihsan Maulana Mustofa. Tahun ini, dia tiga kali bertemu dengan tunggal Negeri Gajah Putih,julukan Thailand, tiga kali pemuda 22 tahun tersebut menelan kekalahan.

Terakhir yang mengalahkan Ihsan adalah Sitthikom Thammasin dengan dua game yang mudah 10-21, 13-21. Ironisnya, pil pahit tersebut ditelannya di babak final Akita Masters 2018 yang dilaksanakan di Akita, Jepang, pada Minggu (29/7/2018).

Pertemuan Ihsan dengan Sittihom ini merupakan kali ketiga. Sebelumnya, mereka saling mengalahkan. Kegagalan ini membuat Ihsan masih nihil gelar selama 2018.

Hasil yang sama juga dialami pasangan ganda campuran Alfian Eka Prasetyo/Angelica Wiratama. Di final, mereka dihentikan oleh wakil tuan rumah Kohei Gondo/Ayane Kurihara dengan 9-21, 23-21, 17-21.

Untung, dari tiga wakil  yang menembus babak pemungkas masih ada Akbar Bintang Cahyono/Moh Reza Pahlevi. Mereka membawa pulang nomor ganda putra usai melibas ganda Jepang Hirokatsu Hashimoto/Hiroyuki Saeki dengan dua game langsung 21-16, 21-6. (*)

Ranking Sony Kembali Naik

Sony sudah duduk di peringkat 50-an dunia
SONY Dwi Kuncoro memang sudah tak sehebat dulu. Tapi, dia belum pernah mau menyerah untuk tampil di ajang internasional.

 Bahkan, pebulu tangkis yang kini sudah berusia 34 tahun tersebut baru saja menembus semifinal Thailand Open serta lolos ke babak utama Singapore Open 2018.

 Imbasnya, poin yang dikumpulkan dari ajang tersebut cukup mendongkrak ranking bapak dua anak tersebut. Setelah sempat lama berkutat di kisaran 80-an dunia, Sony naik 25 peringkat usai dari Negeri Gajah Putih, julukan Thailand.

 Kemudian, pekan ini, dari rilis yang diluncurkan Kamis (26/7/2018), arek Suroboyo tersebut kembali mengalami lonjakan peringkat. Hanhya, itu tak banyak.

 Sony naik dua setrip ke posisi 53. Ranking terbaik yang diduduki selama 2018.

 Pada 2000-an, Sony merupakan salah satu tunggal putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Dia mampu menembus semifinal Olimpiade Athena 2004 dan akhirnya memberikan sumbangan medali perunggu. Juara Asia juga pernah dirasakannya tiga kali di era tersebut.

 Sayang, usia yang terus bertambah dan cedera yang susah diajak kompromi membuat Sony harus meninggalkan Pelatnas Cipayung pada 2013. (*)