WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Juara All England Pernah Malu dari Mantan Pelatnas

BAHAYA: Liu Xiaolong/Qiu Zihan (foto: badmintonlink)
LIU Xiaolong/Qiu Zihan baru saja sukses meraih prestasi. Pasangan Tiongkok tersebut mampu menjadi juara ganda putra All England 2013.
 Dalam final yang dilaksanakan di National Indoor Arena (NIA), Birmingham, Inggris, Minggu (10/3), keduanya menundukkan pasangan Jepang yang menjadi unggulan keempat Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa dua game langsung 21-11, 21-9.
 Bahkan, dalam semifinal, pasangan yang dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 7 Maret duduk di peringkat 12 tersebut mengalahkan ganda Indonesia terkuat saat ini M. Ahsan/Hendra Setiawan, yang baru saja menjuarai Malaysia Super Series, dengan rubber game 21-12, 13-21, 21-17.
 Tapi, siapa sangka, Liu/Qiu pernah punya pengalaman pahit di Indonesia Super  Series Premier 2012. Keduanya kalah dalam penampilan perdananya dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada 13 Juni tersebut.
 Tahu siapa yang mempermalukan Liu/Qiu? Jangan kaget, pasangan Christopher Rusdianto/Andrei Adistia. Saat itu, Christopher/Andrei menang dua game langsung 19-21, 25-23.
 Sayang, pada babak kedua, keduanya gagal mengulangi hasil manis tersebut karena dihentikan langkahnya oleh ganda Malaysia Thien How Hoon/Wee Kiong Tan dengan straight game 17-21, 13-21. Kini, Christopher/Andrei sudah berpisah karena keduanya sudah tak lagi berada di pelatnas Cipayung.
 ‘’Kenapa itu tak dijadikan patokan saat promosi-degradasi lalu? Secara peringkat, Christopher/Andrei juga masih bagus,’’ kata pengamat bulu tangkis nasional Ferry Stewart.
 Untuk itu, dia kembali menegaskan agar sistem promosi-degradasi bisa ditinjau lagi. Tujuannya, agar kasus pemulangan Christopher/Andrei tak terjadi lagi. (*)

Prestasi Liu Xiaolong/Qiu Zihan
2013:
-Juara All England
-Posisi II Jerman Grand Prix Gold
-Perempat Final Korea Super Series Premier

2012
-Semifinalis Hongkong Super Series
-Juara Thailand Grand Prix Gold
-Perempat Final Kejuaraan Asia


Tahu dari Twitter, Belum Punya SK

Christopher Rusdianto sudah tak lagi jadi penghuni Pelatnas Cipayung. Sejak Januari lalu, dia bersama pasangannya, Andrei Adistia, dikembalikan ke klubnya masing-masing.
 Untung bagi Christopher, hal itu tak membuatnya patah semangat. Sebaliknya, dia ingin membuktikan bahwa keputusan PB PBSI tersebut salah.
 Saat ditemui di GOR Suryanaga di kawasan Dharmahusada, Surabaya, lelaki 22 tahun itu dengan didampingi pasangannya sekarang, Trikusuma Wardhana, berbincang  tentang keberadaannya di Cipayung.


SURYANAGA: Christopher (kiri) dan Trikusuma (foto: sidiq)

Helo Christopher. Bagaimana kabarnya?
-Baik. Saya sudah lama menunggu. Tapi, bukan masalah. Yang penting kita bisa bertemu.

Rutin latihan terus?
-Ya. Sehari dua kali. Saya harus bisa menjaga kondisi karena setelah ini ada beberapa turnamen yang saya ikuti di Eropa. (fisik Christopher terlihat kekar dibandingkan saat berlaga di Superliga Badminton Indonesia awal Februari lalu).

Sekarang kan sudah tak di pelatnas. Bagaimana perasaannya?
-Awalnya sih agak beda. Tapi lama-kelamaan akan terbisa. Wajar karena sejak 2008 saya sudah berada di pelatnas Cipayung meski sempat enam bulan digembleng di Akademi Militer Magelang.

Bagaimana tahunya Christopher sudah tak berada di pelatnas
-Awalnya dari Andrei yang baca di twitter. Saya tetap belum percaya karena kan belum ada suratnya. Saya kemudian tanya ke Kok Chris (sapaan karib Kasubid Pelatnas PBSI). Tapi, dia melemparkannya ke pelatih. Jadi, saya pun tak mendapat jawaban pasti. Tanya ke Kak Rexy (Rexy Mainaky, Kabidbinpres PBSI) dia tak di Indonesia.

Terus jawaban yang diterima?
-Sampai sekarang pun saya belum menerima alasan apa saya tak di pelatnas lagi. Bahkan, SK (Surat Keputusan) pun sampai sekarang, saya belum tahu.

Apakah ada hubungannya dengan status Bapak Christopher (ayahnya adalah Yacob Rusdianto) yang tak lagi menjabat sebagai Sekjen?
-Saya kira tidak ada dan saya tak berpikiran seperti itu. Jabatan Bapak kan sekarang malah lebih tinggi (Ketua Dewan Penasihat PB PBSI).

Kecewa?
Kecewa pasti ada. Mekanisme saya masuk ke pelatnas kan pakai SK. Tapi, kok saat tak lagi di sana, SK nya tak dikasihkan ke saya. Kini konsentrasi saya hanya berlatih dan mengikuti turnamen guna mengangkat kembali peringkat saya.
 Hanya dengan prestasi dan peringkat yang baik, saya bisa menunjukkan bahwa saya juga mampu meraih prestasi di luar pelatnas.
(Saat ini, pasangan Christopher/Trikusuma duduk di 334 dunia. Dengan pasangan lamanya, Andrei, keduanya masih tercatat di peringkat 45). (*) 

Pemanasan Menuju Ajang Super Series Premier

BERGENGSI: Sydney Convention and Exhibition Centre(foto: afr.com)
AUSTRALIA bakal diserbu wabah demam bulu tangkis. Negeri Kanguru itu akan menggelar turnamen Australia Grand Prix Gold 2013 yang dilaksanakan di Sydney Convention and Exhibition Centre (SCEC) pada 2-7 April mendatang.
Beberapa pebulu tangkis papan atas dunia siap mengikuti turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 tersebut. Ini juga menjadi turnamen yang menyediakan hadiah terbesar di kawasan Oceania.
Saat ini, selain Australia Grand Prix Gold, di kawasan tersebut juga ada Selandia Baru Grand Prix, yang menyediakan hadiah USD 50 ribu, serta Tahiti International (USD 15 ribu). Tahun, Australia Grand Prix Gold akan diikuti kurang lebih 300 pebulu tangkis dari 30 negara dan dihadiri oleh 2 ribu penonton.
 Yang lebih hebat lagi, turnamen tahun lalu yang dilaksanakan 3-8 April 2012, lebih 100 juta pasang mata di seluruh dunia pandangannya tertuju dalam event tersebut. Harapannya, pada 2013, penonton yang menonton acara tersebut ikut bertambah.
‘’Kami mencoba menyajikan turnamen berkelas dunia di Sydney. Ini sudah menjadi tahun kedua,’’ terang Direktur Turnamen Bulu Tangkis Australia Loke Poh Wong.
 Turnamen tahun ini juga akan menjadi pemanasan bagi Australia karena tahun depan gengsinya semakin naik dengan menjadi turnamen super series premier. Hadiah yang disediakannya pun sangat menggiurkan USD 750 ribu. Ini juga menjadi kali pertama turnamen super series premier dilaksanakan di luar Asia dan Eropa. (*) 

Juara Australia Grand Prix Gold 2012
Tunggal Putra:Chen Jing (Tiongkok)
Tunggal Putri: Han Li (Tiongkok)
Ganda Putra:Markis Kido/Hendra Setiawan (Indonesia)
Ganda Putri: Luo Ying/Luo Yu (Tiongkok)
Ganda Campuran: Chen Hun-ling/Chen Wen-hsing (Taiwan)

Susah Payah Kejar Lee Chong Wei

TEKANAN: Chong Wei Feng (foto: bwfbadminton)

LEE Chong Wei sukses menjadi pebulu tangkis papan atas dunia. Bahkan, kini,lelaki berusia 30 tahun tersebut duduk di peringkat 1 BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).
 Tapi, siapa sangka, posisi itu memberikan tekanan kepada rekan-rekannya sesame pebulu tangkis negeri jiran. Mereka dituntut harus bisa mengikuti jejak Chong Wei.
 Imbasnya, penampilan mereka pun menjadi sorotan dan kadang hasilnya pun tak maksimal. Ini dialami Chong Wei Feng dalam All England Super Series 2013.
 Dia tak kuat menahan beban yang membuatnya langsung tersingkir dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 400 ribu tersebut setelah menyerah dari pebulu tangkis Jerman Jan O Jorgensen.
Hasil tersebut mengulangi capaiannya dalam Malaysia Super Series. Padahal, sepekan sebelumnya, pebulu tangkis yang kini duduk di posisi 16 tersebut mampu melaju hingga babak perempat final.
 ‘’Saya merasa dalam tekanan setelah kalah di All England,’’ katanya kepada media Malaysia.
 Dia pun dibandingkan dengan pebulu tangkis negara lain yang usianya setara dengan Wei Feng. Pebulu tangkis Hongkong Wong Wing Ki, P. Kashyap India),  Chou Tien Chen (Taiwan), dan  Tanongsak Saensomboonsuk (Thailand) dianggap berkembang lebih cepat darinya.
 Hanya, Wei Feng yakin dirinya bisa kembali bangkit dan memenuhi harapan publik bulu tangkis negerinya. Sasaran terdekat untuk bisa menunjukan kemampuannya adalah di Swiss Grand Prix Gold yang dilaksanakan di Basel pada 12-17 Maret. (*)

Capaian Chong Wei Feng selama 2013
Korea Super Series Premier
Babak I: Henri Kurskainen (Finlandia) 24-22, 21-16
Babak II: Gao Huan (Tiongkok) 14-21, 18-21, 21-15
Perempat final: Wong Wing Ki (Hongkong) 5-21,21-17, 15-21

Malaysia Super Series
Babak I: Kenichi Tago (Jepang x2) 15-21, 8-21

All England Super Series Premier
Babak I: Jan O Jorgensen (Denmark) 11-21, 14-21

Sony Mundur dari Swiss Grand Prix Gold

ABSEN: Sony Dwi Kuncoro (foto: badzine)

TAK ada nama Sony Dwi Kuncoro di Swiss Grand Prix  Gold 2013. Sempat muncul lama di situs turnamen, pada hari H ternyata, pebulu tangkis peringkat empat dunia tersebut batal berlaga dalam event berhadiah total USD 120 ribu tersebut.
 Posisinya digantikan Hafiz Shaharudin dari Swiss. Bahkan, dia sudah tampil pada babak pertama tunggal putra yang dilaksanakan di Basel pada Selasa (12/3). Hasilnya, Hafiz mampu menundukkan pebulu tangkis tuan rumah Manuel Heumann dua game langsung 21-18, 21-12.
 Sebenarnya, kondisi Sony sudah diragukan untuk bisa berlaga dalam turnamen yang levelnya satu setrip di bawah super series tersebut. Hanya, namanya belum terhapus dalam situs.
 Arek Suroboyo tersebut mengalami cedera saat menghadapi Jan O Jorgensen dari Denmark pada babak kedua All England Super Series Premier di National Indoor Arena (NIA), Birmingham, Inggris.   Otot pahanya tertarik saat dia ketinggalan 7-11. Padahal, dalam turnamen bergengsi tersebut, peraih perunggu Olimpiade Athena  2004 tersebut diunggulkan di posisi keempat.
 Cedera itu pula yang membuat Sony pun diragukan bisa berlaga dalam Axiata Cup yang dilaksanakan di Surabaya, Indonesia, dan Kuala Lumpur, Malaysia, 21 Maret-14 April mendatang. (*)

Pertaruhan Gengsi Denmark

DOMINASI Denmark di pentas bulu tangkis Eropa kembali diuji. Kehormatan negeri di skandinavia tersebut akan dipertaruhkan dalam level junior.
 Itu setelah di senior, Denmark telah kehilangan juara di nomor beregu campuran. Dalam event yang dilaksanakan di Moskow, Rusia, pada Februari lalu, Denmark harus mengakui ketangguhan Jerman.
 Padahal, selama 17 tahun, Denmark selalu menjadi juara dan belum pernah diselingi negara lain.  Nah, kini di level  junior, dominasi Denmark pun bisa terpatahkan.
 Jerman tetap menjadi penantang utama dalam Kejuaraan Junior Eropa yang dilaksanakan di Ankara, Turki, 22-31 Maret 2013. Apalagi, dua tahun lalu di Vantaa, Finlandia, mereka mampu mempermalukan Denmark di laga final. Nomor beregu akan dilaksanakan 22-26 Maret.
 Tapi, untuk tahun ini, Denmark diperkirakan bakal kembali bangkit dengan mengandalkan Line Kjaersfeldt. Dia baru saja menjadi juara di level senior putri dalam Irlandia dan Estonia International. Bahkan, kemampuannya dianggap setara dengan para seniornya.
 Kjaersfeldt yang ikut merasakan pahitnya menelan kekalahan di final, mengatakan bahwa hanya ada satu dalam pikirannya.
 "Kami akan melakukan segalanya agar bisa memenangkan gelar di Turki. Kami seharusnya menang di Finlandia dan itu sangat mengecewakan,’’ tegasnya seperti dikutip situs asosiasi bulu tangkis Eropa.
 Hanya, dia menambahkan bahwa Denmark tetap tak boleh lemah. Alasannya, sekarang sudah banyak negara yang kuat di cabang olahraga tepok bulu tersebut.
 Ya, selain Jerman, Denmark memang layak memperhitungkan Prancis, Belanda, Inggris, dan Rusia. Di Prancis, mereka mempunyai Delphine Lansac, Marie Batomene, dan pasangan ganda putra  Maio/Lodiot. (*)

ANDALAN: Line Kjaersfeldt(foto: badmintonfotos.de)








Juara Junior Eropa 2011
Tunggal Putra: Viktor Axelsen (Denmark)
Tunggal Putri: Carolina Marin (Spanyol)
Ganda Putra:Christopher Coles/Matthew Notthingam (Inggris)
Ganda Putri:Mette Poulsen/Ditte Strunge Larsen (Denmark)
Ganda Campuran: Kim Astrup Sorensen/Line Kjaersfeldt (Denmark)

Rekomendasi Chun Seang Kembali


BALIK: Tan Chun Seang (foto: nst.my)
TAN Chun Seang tak masuk dalam timnas Malaysia. Ini imbas dari sanksi yang dijatuhkan Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) karena dia dianggap melakukan indisipliner karena menolak masuk pemusatan latihan. Chun Seang memilih menjadi pebulu tangkis profesional.
  Tapi, kesempatan masuk timnas kembali terbuka. Dia dianggap mampu menunjukkan kemajuan dengan didukung skill yang tinggi.
 Itu terlihat saat pebulu tangkis kelahiran 22 September 1096 tersebut menghadapi Nguyen Tien Minh. Unggulan kedelapan tersebut harus susah payah mengalahkan Chun Seang dan hanya mampu menang dengan rubber game 21-12, 15-21, 21-15. Tien Minh sendiri akhirnya terhenti pada babak perempat final usai dikalahkan unggulan teratas asal Malaysia Lee Chong Wei.
  Pengurus Bidang Kepelatihan BAM Ng Chin Chai mengatakan dia akan sangat senang kalau Chun Seang kembali ke timnas. Chin Chai sendiri termasuk yang mengambil keputusan saat menghukum pebulu tangkis yang mempersembahkan perunggu bagi Malaysia di SEA Games 2007 itu pada dua tahun lalu. Hukuman yang dijatuhkan kepada Chin Chai berupa larangan tampil di turnamen di Asia selama dua tahun.
 Setelah hukuman tersebut, Chun Seang tetap  menjadi pebulu tangkis profesional serta bergabung menjadi di tim bulu tangkis Austria dengan status asisten pelatih. Hanya, tugas tersebut dijalani hingga Piala Sudirman yang kebetulan dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 19-26 Mei mendatang.
  “Chun Seang akan kembali setelah Piala Sudirman. Saya akan membuat rekomendasi untuk dia bisa kembali ke tim elite. Dia pun sudah bebas dari hukuman,’’ ungkap Chin Chai.
  Dia pun merasa pilihannya tersebut tak akan salah. Buktinya, tambah dia, Chun Seang mampu berada di peringkat 35 dunia.
  Apalagi, dia, ungkap Chin Chai, telah merebut tiga gelar sejak menjadi pebulu tangkis profesional,, Tahun lalu, Chun Seang meraih posisi terhormat di Peru International, Tahiti International, dan Bulgaria Terbuka. (*)

Peringkat Pebulu Tangkis Tunggal Putra Malaysia (5 Besar per 7 Maret 2013)



1. Lee Chong Wei   1

2. Liew Daren        10

3. Chong Wei Feng 15

4. Tan Chun Seang 35

5. Mohd Arif Abdul Latif  36

Liliyana Natsir Membagi Konsentrasi

TUGAS semakin berat bagi pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Bukan saja karena statusnya sebagai juara dua kali All England 2012 dan 2013.
 Tapi, kini Liliyana tak hanya konsentrasi berlaga di nomor ganda campuran. Perempuan yang akrab disapa Butet tersebut juga bakal berlaga di nomor ganda putri.
 Dia akan berpasangan dengan Meiliana Jauhari. Tampil di ganda putri sebenarnya bukan hal yang baru baginya.
 Sebelumnya, dia pernah berpasangan dengan Eny Erlangga ataupun juga dengan Vita Marissa. Hasilnya pun juga tak mengecewakan.
 Dengan Eny, pebulu tangkis kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 9 September 1985 tersebut mampu meraih medali perak SEA Games 2003. Bahkan, berpasangan dengan Vita Marissa, kolaborasi ini mampu meraih emas SEA Games 2007 serta juara Tiongkok Masters Super Series 2007, dan juara Indonesia Super Series setahun berikutnya.
 Namun, setelah itu, dia lebih banyak dikonsentrasikan ke ganda campuran berpasangan dengan Nova Widianto. Pasangan ini pernah duduk sebagai pasangan ganda campuran nomor satu dunia pada 2010. Hebatnya, saat merangkap di ganda putri, Nova/Liliyana dua kali merasakan menjadi juara dunia 2005 dan 2007. Perak di olimpiade pun disabet di Beijing 2008.
 ‘’Berat bagi Tontowi/Liliyana karena konsentrasi Liliyana sekarang terbagi. Tapi, kita semua berharap agar dia tetap bisa menjaga penampilannya,’’ kata salah satu sumber.
 Penampilan perdana Liliyana/Meliana akan dilakoni di Swiss Grand Prix yang dilaksanakan 12-17 Maret 2013. Dalam turnamen yang dilaksanakan di Basel dan menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut, Liliyana/Meiliana langsung bertemu unggulan kelima asal Tiongkok Bao Yixin/Wang Xiaoli.
 Sebelumnya, Meliana berpasangan dengan Gresyia Polii. Pasangan ini sempat mendapat sanksi dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) dan PB PBSI karena dianggap menodai sportivitas dalam Olimpiade London 2012. Kini, Gresyia berpasangan dengan Anggia Shitta Awanda dan sudah tampil pada All England 2013. Sayang, langkahnya terhenti pada babak kedua oleh Ma Jin/Tang Jinhua dari Tiongkok. (*)

Ancam Ceraikan Koo Kien Keat/Tan Boon Heong


POSISI Koo Kien Keat/Tan Boon Heong dalam bahaya. Ganda putra terbaik Malaysia tersebut terancam dipecah.
 Itu menyusul kegagalan meraih juara dalam turnamen All England Super Series 2013. Jangankan juara, unggulan kedua tersebut sudah tumbang pada babak kedua turnamen yang menyediakan hadiah total USD 400 ribu tersebut.

MENURUN: Koo/Tan (foto: thestar.my)

  Koo/Tan gagal melangkah ke perempat final setelah tumbang dua game langsung 17-21, 18-21 oleh pasangan nonunggulan asal Thailand Maneepong Jongjit/Nipithon Puangpech.
 ‘’Jika mereka tak bisa meraih prestasi di Kejuaraan Dunia, kami akan memisahkan mereka dan memadukannya dengan pebulu tangkis muda,’’ tegas Pengurus Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia Bidang Kepelatihan Ng Chin Chai seperti dikutip salah satu media Malaysia.
 Pihaknya mengakui  pasangan Ko/Tan sudah tak seperti dulu. Apalagi, seperti saat menjadi juara All England pada 2007.
 ‘’Fisik yang dimiliki mereka tidak cukup. Akibatnya, Koo/Tan tak punya kecepatan dan kekuatan,’’ ungkap Chin Chai.
  Nah, tak dibenahi, tambahnya, pasangan yang duduk di peringkat kedua BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) tersebut bakal semakin kedodoran. Chin Chai berharap agar Koo/Tan bisa meniru pasangan Tiongkok Cai Yun/Fu Haifeng.
 ‘’Meski usianya hampir sama dengan Koo/Tan, tapi mereka mampu menjaga kebugaran. Sehingga masih bisa bermain di level atas,’’ pujinya. 
  Untuk itu, pihak BAM akan menggenjot  Koo/Tan dengan banyak latihan lari cepat, smash, dan jogging. Selain itu, Koo pola bermainnya sudah berubah menjadi bertahan. (*)



Prestasi Koo Kien Keat/Tan Boon Heong

Kejuaraan Dunia: Runner-up 2010, Semifinalis 2009, 2005

Asian Games: Emas 2006, Perak 2010

Pesta Persemakmuran: Emas 2006, 2010

Bukan Hanya Lin Dan Yang Ditakuti

PERDANA: Chen Long (foto: xinhua.net)
LEE Chong Wei punya musuh baru. Dia tak lagi hanya mewaspadai pebulu tangkis Tiongkok Lin Dan.
 Kini, pebulu tangkis Malaysia itu melihat kompatriot (rekan senegara) Lin Dan, Chen Long, juga bisa mengancam kekuatannya di olahraga tepok bulu tersebut. Itu setelah Chong Wei dipermalukan Chen Long dua game langsung 17-21, 18-21 dalam final All England 2013 yang dilaksakan di National Indoor Arena (NIA), Birmingham, Inggris, pada Minggu  (10/3/2013) waktu setempat. 
‘’Bukan hanya Lin Dan yang jadi rival saya. Chen Long masih muda dan agresif dan berkembang dari hari ke hari,’’ kata Chong Wei seperti dikutip sebuah media Malaysia.
 Bahkan, dia menganggap Chen Long bisa menjegal ambisi dirinya menjadi juara dunia dalam event yang dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok, pada Agustus mendatang. Meski, pada kejuaraan tersebut, Chong Wei menduduki unggulan pertama seperti di All England.
 Pebulu tangkis berusia 30 tahun itu menganggap kekalahannya dari Chen Long bukan akhir dari segalanya. Malah, dia merasa lawannya itu memberikan banyak pelajaran berharga. Tahun lalu, Chong Wei juga gagal menjadi juara All England karena mengalami cedera saat berhadapan dengan Lin Dan, yang tahun ini absen karena baru saja berlatih setelah memilih berlibur usai juara Olimpiade London 2012.
Sementara bagi Chen Long, gelar di All England ini merupakan kali pertama baginya. (*)

Juara Tunggal Putra All England (10 Tahun Terakhir)
2004: Lin Dan (Tiongkok)
2005: Chen Hong (Tiongkok)
2006: Lin Dan (Tiongkok)
2007: Lin Dan (Tiongkok)
2008: Chen Jin (Tiongkok)
2009: Lin Dan (Tiongkok)
2010: Lee Chong Wei (Malaysia)
2011: Lee Chong Wei (Malaysia)
2012: Lin Dan (Tiongkok)
 2013: Chen Long (Tiongkok)

Trofi Terakhir Tine Baun

YES: Tine Baun (foto: sporten.dk)
TINE Baun sukses meraih gelar tunggal putri ketiganya dalam All England 2013. Dalam final yang dilaksanakan National Indoor Arena (NIA), Birmingham, Inggris, pada Minggu (10/3/2013), pebulu tangkis Denmark tersebut menghentikan langkah Intanon Ratchanok asal Thailand yang diunggulkan di posisi kedelapan dengan rubber game  21-14, 16-21, 21-10.
 Hasil ini membuat perempuan berusia 33  tahun tersebut mampu menjadi juara turnamen tertua dalam sejarah bulu tangkis dunia itu sebanyak tiga kali. Dua posisi terhormatnya diraih pada 2008 dan 2010. Pada 2008, pebulu tangkis yang mempunyai nama lahir Tine Rasmussen tersebut mematahkan perlawanan Lu Lan dari Tiongkok dan dua tahun kemudian juga menghentikan ambisi pebulu tangkis Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya Wang Yihan.
 Tahun lalu, Tine hanya mampu menembus babak perempat final karena kalah oleh Wang Yihan. Sebelum turnamen bergulir, Tine sudah memutuskan pensiun. 
 Selain Tine, tunggal putri Denmark yang merasakan manisnya gelar juara adalah Kristen Larsen pada 1987 dan Camilla Martin 2002. (*)
 



Hasil Final All England Super Series 2013

Tunggal Putra:Lee Chong Wei (Malaysia x1) v Chen Long (Tiongkok x2) xx

Tunggal Putri: Tine Baun (Denmark x7) v Intanon Ratchanok (Thailand x8) 21-14, 16-21, 21-10

Ganda Putra: Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok) v Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang x4) 21-11, 21-9

Ganda Putri: Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x1) v Cheng Shu/Zhao Yunlei (Tiongkok) 21-18, 21-10

Ganda Campuran:Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x2) v Zhang Nan/Ma Jin (Tiongkok x5)

Indonesia Hanya Unggulan Ketujuh


TERTINGGI:Lindaweni Fanetri (foto: badzine)
INDONESIA juara Piala Sudirman pada 1989. Saat itu, event bulu tangkis beregu campuran tersebut baru kali pertama dilaksanakan.
 Kebetulan, pertandingan tersebut dilaksanakan di Jakarta. Dalam final, tuan rumah mampu mengalahkan Korsel dengan skor tipis 3-2.Kemenangan Indonesia disumbangkan Susi Susanti dari tunggal putri, Eddy Kurniawan (tunggal putra), dan pasangan ganda campuran Eddy Hartono/Verawaty Fajrin.
 Sayang, setelah itu, Indonesia tak pernah lagi menjadi juara dalam event yang didedikasikan untuk tokoh bulu tangkis asal Indonesia Sudirman tersebut. Bahkan, dua tahun lalu di Guangzhou, Tiongkok, Indonesia hanya mampu menembus babak semifinal.
 Simon Santoso dkk dipaksa menyerah 1-3 oleh Denmark. Satu-satunya kemenangan merah putih disumbangkan pasangan dadakan ganda putra M. Ahsan/Alvent Yulianto. Sedangkan tunggal putri Adriyanti Firdasari, Simon (tunggal putra), dan Fran Kurniawan/Pia Zebadiah (ganda campuran) tumbang oleh para pebulu tangkis negara di kawasan Skandinavia tersebut.
 Kini, kesempatan menjadi juara semakin tipis. Apalagi, pada Piala Sudirman 2013 yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, Indonesia hanya menempati unggulan ketujuh.
 Ini disebabkan dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 7 Maret, peringkat pebulu tangkis Indonesia di lima nomor yang dipertandingan tak terlalu bagus.
 Hanya di nomor tunggal putra dan ganda campuran, Indonesia mampu menempatkan pebulu tangkisnya di posisi lima besar. Di tunggal putra ada Sony Dwi Kuncoro yang duduk di posisi keempat sedangkan di ganda campuran ada Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di posisi kedua.
 Ya, sistem unggulan Piala Sudirman memang hanya mengambil pebulu tangkis tiap negara tertinggi di ranking BWF per 7 Maret. Di tiga nomor lainnya tunggal putri, ganda putra, dan ganda putri, peringkat wakil Indonesia di luar 10 besar.
 Di ganda putra peringkat tertinggi wakil Indonesia adalah Angga Pratama/Ryan Agung Saputra (13), Lindaweni di tunggal putri (20), serta Pia Zebadiah/Rizki Amelia Pradipta (ganda putri, 11). (*)
 


Daftar unggulan Piala Sudirman 2013


1.Tiongkok      401986 Poin
2. Denmark     334934
3.Malaysia       305182
4.Thailand       282090
5. Jepang        281002
6. Korsel          273917
7. Indonesia     273125
8. Jerman        228318
9. Taiwan        210116
10.India          208760
11. Singapura 174590
12. Hongkong  164580


Status WNI, Pakai Bendera Jerman

KESULITAN: Ari Trisnanto (foto: badmintonfotos).
ALL England 2013 berakhir 10 Maret. Setelah itu, beberapa pesertanya langsung terbang ke Basel.
 Tentu, mereka bukan untuk berwisata tapi tampil dalam turnamen yang dilaksanakan 12-17 Maret mendatang tersebut. Dalam daftar yang ada, Indonesia nyaris turun dengan kekuatan terbaik. Bahkan, di beberapa sektor menambah kekuatan.
 Namun, ada hal yang menarik di kelompok tunggal putra. Ada dua nama berbau Indonesia tapi membela Jerman. Mereka adalah Ari Trisnanto dan Yoga Pratama. Di Indonesia, keduanya tercatat membela Tangkas, Jakarta.
 ‘’Saat ini, keduanya berada di Jerman sehingga membela Jerman,’’ kata pengurus PB Tangkas Yuniarto Suhandinata.
 Namun, lanjut dia, keduanya masih berstatus Warga Negara Indonesia (WNI). Bahkan, saat kembali ke Indonesia, keduanya memperkuar Tangkas kembali.
 Sebenarnya, Aris dan Yoga, tambah Yuniarto, bakal berlaga di ajang bulu tangkis Jerman, Bundesliga. Hanya, mereka masih mengalami kesulitan dalam izin tinggal.
 ‘’Mereka hanya punya izin tinggal. Sayang, nama klubnya saya lupa,’’ terang Yuniarto.
  Ya, banyak pebulu tangkis Indonesia yang berlaga membela negara lain meski masih berstatus WNI. (*)



Wakil Indonesia di Swiss Grand Prix Gold 2013

Tunggal Putra: Sony Dwi Kuncoro (x2), Dionysius Hayom Rumbaka (x14), Andre Kurniawan Tedjono

Tunggal Putri: Maria Febe Kusumastuti, Hera Desi, Andriyanti Firdasari

Ganda Putra: Angga Pratama/Ryan Agung Saputra (x4), M. Ahsan/Hendra Setiawan (x5),  Yonathan Suryatama Dasuki/Hendra Aprida Gunawan, Alvent Yulianto/Markis Kido,

Ganda Putri: Pia Zebadiah/Rizki Amelia Pradipta (x6), Anneka Feinya Agustin/Nitya Krishinda (x7), Suci Rizky Andini/Della Destiara Haris, Meiliana Jauhari/Liliyana Natsir

Ganda Campuran: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (x1), M. Rijal/Debby Susanto (x3), Markis Kido/Pia Zebadiah (x5), Indra Viki/Gustiani Megawati,

Tine Baun Cari Kado Manis

KEJAR: Tine Baun (foto: badzine)

TINE Baun memutuskan pensiun setelah All England 2013. Tapi, pebulu tangkis tunggal putri asal Denmark tersebut punya peluang menutupnya dengan manis.
 Itu setelah perempuan kelahiran 6 November 1979 tersebut lolos ke final turnamen yang menyediakan hadiah total USD 400 ribu tersebut. Tine Baun yang dulunya dikenal dengan nama Tine Rasmussen tersebut pada babak semifinal menghentikan laju unggulan kelima asal Korea Selatan (Korsel)  Sung Ji-hyun dalam pertandingan rubber yang ketat 24-22, 19-21, 21-19.
 Kemenangan ini memang sudah diduga sebelumnya. Alasannya, dalam enam kali pertemuan, Tine hanya sekali kalah. Hanya, dalam All England 2013, posisinya dalam unggulan dua setrip di bawah lawannya.
 Dalam pertandingan final yang dilaksanakan di National Indoor Arena (NIA), Birmingham, Inggris, pada Minggu (10/9/2013) waktu setempat, juara dua kali All England , 2008 dan 2010, tersebut akan dijajal  Intanon Ratchanok dari Thailand. Unggulan kedelapan tersebut lolos ke final setelah menumbangkan unggulan kedua Saina Nehwal (India) dengan dua game langsung 21-15, 21-19.
 Laga final ini juga membuat partai perebutan juara tunggal putri tanpa adanya wakil Tiongkok kali pertama selama 17 tahun. Sejak 1996, Negeri Panda, julukan Tiongkok, selalu meloloskan wakilnya partai pemungkas. (*)

Hasil Semifinal All England Super Series 2013
Tunggal Putra:Lee Chong Wei (Malaysia x1) v Tanongsak Saensomboonsuk (Thailand) 22-20, 21-18;Chen Long (Tiongkok x2) v Jan O Jorgensen (Denmark) 21-19, 22-20

Tunggal Putri:Tine Baun (Denmark x7) v Sung Ji-hyun (Korsel x5) 24-22,19-21, 21-19; Intanon Ratchanok (Thailand x8) v Saina Nehwal (India x2) 21-15, 21-19

Ganda Putra: Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok) v M. Ahsan/Hendra Setiawan (Indonesia x8) 21-12, 13-21, 21-17; Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang x4) v Maneepong Jongjit/Nipitphon  Puangpuapech (Thailand) 22-20, 21-15

Ganda Putri: Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x1) v Miyuki Maeda/Satoko Suetsuna (Jepang x6) 21-11, 21-16; Cheng Shu/Zhao Yunlei (Tiongkok) v Ma Jin/Tang Jinhua (Tiongkok x5) 21-18, 21-7

Ganda Campuran: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x2) v Markis Kido/Pia Zebadiah (Indonesia) 18-21, 21-15, 21-19; Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x5) v M. Rijal/Debby Susanto (Indonesia x7) 21-17, 21-16’

Ket: x=unggulan

Kans Tontowi/Liliyana Back to Back

LAWAN BERAT:Zhang Nan/Zhao Yunlei (foto: bbc)

INDONESIA gagal menciptakan final sesama pebulu tangkis Indonesia (all Indonesian final) di nomor ganda campuran All England Super Series Premier 2013. Pasangan M. Rijal/Debby Susanto harus mengakui ketangguhan Zhang Nan/Zhao Yunlei, unggulan kelima dari Tiongkok, dengan dua game langsung 17-21, 16-21 dalam babak semifinal yang dilaksanakan di National Indoor Arena (NIA), Birmingham, Inggris, Sabtu (9/3/2013) waktu setempat.
 Padahal, jika menang, Indonesia akan mengukir sejarah untuk kali pertama terjadi dalam sejarah bulu tangkis tanah air dan juga di All England.  Itu dikarenakan sebelumnya Indonesia sudah memastikan satu tiket ke laga pemungkas karena Tontowi Ahmad/Liliyana, sang juara bertahan, berjumpa rekannya sendiri pasangan kakak-beradik Markis Kido/Pia Zebadiah, pada babak semifinal. Partai ini akhirnya dimenangkan Tontowi/Liliyana dengan rubber game 18-21, 21-15, 21-19.
 Hasil ini membuat Tontowi/Liliyana, yang diunggulkan di posisi kedua, empat kali menang dalam empat kali pertemuan dengan Markis/Pia. Sedangkan melawan Zhang/Zhao, Tontowi/Liliyana hanya menang dua kali dalam enam kali pertemuan.
Hanya, dalam pertemuan terakhir pada Denmark Super Series Premier, semifinalis Olimpiade London 2013 tersebut menang dua game langsung. Lolosnya Tontowi/Liliyana juga membuat mereka punya kans back to back.  Tahun lalu, mereka juara setelah menundukkan pasangan Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl (Denmark). Sedangkan Zhang/Zhou pernah menjadi juara pada 2010 dengan memupus asa Liliyana Natsir yang saat itu masih berpasangan dengan Nova Widianto.
 Sayang, langkah Tontowi/Liliyana lolos ke laga pemungkas ini gagal diikuti oleh pasangan ganda putra M. Ahsan/Hendra Setiawan. Unggulan kedelapan ini takluk
Rubber game kepada Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok) 12-21,21-13, 17-21. (*)


Juara Ganda Campuran All England
2008: Zheng Bo/Gao Ling (Tiongkok)
2009: He Hanbin/Yu Yang (Tiongkok)
2010: Zhang Nan/Zhou Yunlei (Tiongkok)
2011: Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok)
2012: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia)





Ikuti Empat Turnamen di Eropa

CHRISTOPHER Rusdianto/Trikusuma Wardhana kembali ke Eropa. Tentu, tujuannya tetap sama, memburu poin guna mendongkrak peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).
 Saat ini, pasangan yang masih tergolong baru tersebut duduk di peringkat 334 dengan koleksi 2200 poin. Itu diperolehnya setelah Christopher/Trikusuma mampu menembus babak perempat final Austria Challenge pada Februari lalu. Langkah pasangan pebulu tangkis asal Suryanaga, Surabaya, tersebut dihentikan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dari Jepang.
 Sebenarnya, di peringkat BWF terbaru per 7 Maret, Christopher juga berada di posisi 45. Hanya, pasangan putra mantan Sekjen PB PBSI Yacob Rusdianto tersebut adalah Andrei Adistia. Kini, pasangan tersebut berpisah setelah tak lagi menghuni Pelatnas Cipayung.
 ‘’Saat ini, saya dan Trikusuma sedang mengurus visa ke Eropa. Ada beberapa turnamen yang harus kami ikuti,’’ terang Christopher.
 Turnamen yang diikutinya adalah Prancis Internasional yang dilaksanakan 28-31 Maret, Finlandia Terbuka (4-7 April), Kroasia Internasional (11-14 April), dan Belanda Internasional (18-21 April).
Dia menambahkan, keikutsertaannya di empat turnamen itu karena waktunya sangat berdekatan.
 ‘’Jadi, sekalian saja sekaligus ,mencari poin sebanyak mungkin,’’ ungkapnya.
 Christopher pun mengakui bahwa peringkatnya bersama Trikusuma memang belum terlalu bagus. Untuk itu, setelah dari Eropa nanti, dia ingin ada lonjakan berarti. (*)

Nyaris All Indonesian Semifinal


JUARA BERTAHAN: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (foto;PBSI)
INDONESIA penah menguasai nomor tunggal putri. Itu sudah biasa saat negeri ini mempunyai Ardy B. Wiranata, Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, serta Joko Supriyanto di pertengahan 1990-an. Di era yang sama, Indonesia juga punya Susi Susanti dan Mia Audina yang berkuasa di tunggal putri.
 Hal yang sama juga di ganda putra dengan Rexy Mainaky/Ricky Subagdja. Tapi, kapan Indonesia Berjaya di ganda campuran, khususnya pada turnamen bergengsi All England. Tentu, ini tak pernah terbayangkan sebelumnya karena pasangan Eropa dan Tiongkok selalu mendominasi.
 Namun , pada All England 2013 itu benar terjadi. Tiga pasangan merah putih lolos ke babak semifinal dalam turnamen yang masuk kategori super series premier, kategori tertinggi dalam turnamen BW (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Tiga pasangan tersebut adalah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Markis Kido/Pia Zebadiah, serta M. Rijal/Debby Susanto. Bahkan, peluang menempatkan empat pasangan sebenarnya terbuka lebar.
 Sayang, pada perempat final, Fran Kurniawan/Shendy Puspa menyerah kepada pasangan Tiongkok
Yang diunggulkan di posisi kelima Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan rubber game 15-21, 22-20,16-21.
Sedangkan Tontowi/Liliyana, yang diunggulkan di posisi kedua sekaligus juara bertahan, menundukkan pasangan Polandia Robert Mateusiak/Nadiezda Zieba 12-21, 21-14, 21-18. Markis/Pia, yang merupasangan kakak-beradik, memupus ambisi unggulan keenam asal Thailand Sudket Praopakamol/Saralee Thoungthongkam 18-21,22-20, 22-20. Sedangkan Rijal/Debby membuat kejutan dengan menumbangkan unggulan teratas Xu Chen/Ma Jin asal Tiongkok 16-21, 21-13, 21-18.
 Pada semifinal, Tontowi/LIliyana akan berhadapan dengan Markis/Pia. Ini membuat satu tempat di final sudah menjadi milik pasangan Indonesia.
 Tahun lalu, Tontowi/Liliyana menundukkan Thomas Laybourn/Kamilla Rytter-Juhl dengan dua game langsung 21-17, 21-19.  Sebelumnya, di nomor ganda campuran, hanya pasangan Christian Hadinata/Imelda Gunawan yang bisa melakukannya pada 1979 setelah menundukkan Mike Tredget/Nora Perry. (*)




Sudah Menunggu 19 Tahun


GAGAL:Tommy Sugiarto (foto: badmintonlink)
DAHAGA gelar Indonesia di tunggal putra All England semakin panjang. Satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa di nomor bergengsi tersebut, Tommy Sugiarto, tersingkir pada babak perempat final.
 Putra juara dunia bulu tangkis 1983 Icuk Sugiarto tersebut harus menyerah dua game langsung 17-21, 11-21 oleh Tanongsak Saensomboonsuk dari Thailand pada babak perempat final yang dilaksanakan di National Indoor Arena (NIA),Birmingham, Inggris, 8 Maret 2013 waktu setempat.
 Padahal, di atas kertas, seharusnya Tommy bisa memetik kemenangan. Alasannya, peringkat pebulu tangkis yang kini kembali ke pelatnas Cipayung itu lebih baik. Dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir (7/3/2013), Tommy ada di posisi ke-23 sedangkan lawannya di posisi ke-37. Selain itu, keduanya sekali bertemu di Taiwan 2011 dan dimenangkan oleh pebulu tangkis yang sukses mengantarkan Musica  Champions, Kudus, menjadi juara Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013 tersebut.
Hasil ini membawa Tanongsak menantang unggulan pertama Lee Chong Wei, yang di babak perempat final menundukkan Nguyen Tien Minh (Vietnam) 21-17, 21-19. Semifinal lain mempertemukan Jan O Jorgensen (Denmark) melawan unggulan kedua asal Tiongkok Chen Long.
 Hingga babak perempat final, Tommy sudah tak ada rekan lagi dari Indonesia. Tiga wakil lainnya sudah tersingkir pada babak sebelumnya. Pebulu tangkis sekelas Taufik Hidayat  pun sudah tersingkir pada babak pertama, begitu juga dengan Dionysius Hayom Rumbaka. Sedangkan andalan Indonesia mengakhiri paceklik gelar, Sony Dwi Kuncoro, yang diunggulkan di posisi keempat, menyerah pada babak kedua karena mengalami cedera.
 Kali terakhir pebulu tangkis Indonesia yang juara di All England adalah Haryanto Arbi pada 1994 atau 19 tahun lalu. Haryanto meraih gelar setelah menundukkan rekannya sendiri Ardy B. Wiranata. Setahun sebelumnya, lelaki yang menjadi manajer Musica Champions tersebut juga mematahkan pebulu tangkis Indonesia lainnya, Joko Supriyanto.
 Sebenarnya, Taufik hampir mengikuti jejak Haryanto. Sayang, dua kali menembus final, dia harus mengakui ketangguhan lawan-lawannya.
 Pada 1999,Peter Gade (Denmark) memupus asanya dan setahun kemudian giliran Taufik menyerah dari Xia Xuanze (Tiongkok). Kedua lawan Taufik itu sudah pensiun dan memilih jadi pelatih. Taufik sendiri juga telah memutuskan tahun ini akan gantung raket. (*)

Ragukan Sony Berlaga di Axiata Cup 2013

CEDERA:Sony  Dwi Kuncoro (foto: badzine)

SONY Dwi Kuncoro diragukan tampil dalam Axiata Cup 2013. Gara-garanya cedera yang dialami saat tampil pada babak kedua All England Super Series Premier 2013 melawan Jan O Jorgensen dari Denmark.
 Ini membuat Sony menyerah pada game pertama saat kedudukan masih 7-11 bagi lawan. ‘’Otot Sony tertarik dari paha sampai pantat. Sangat riskan kalau dipaksakan main terus,’’ kata Wijanarko Adi Mulya, ketua harian PB Suryanaga, Surabaya, klub asal Sony.
 Dia memaklumi kalau Sony memilih mundur. Alasannya, tambah Wijar, sapaan karib Wijanarko Adi Mulya, karir Sony  masih panjang.
 ‘’Apalagi, sekarang ini, Sony sudah kembali ke peaknya,’’ ungkapnya.
  Sony, tambah dia, tentu tak ingin masa lalunya yang kelam saat cedera kembali terulang. Akibat cedera punggung, peringkat Sony sempat terpuruk. Berada di luar peringkat 100 besar dunia.
 Untung, perlahan tapi saat cederanya juga mulai membaik, peringkat Sony terus merangkak. Prestasi juara Indonesia Grand Prix Gold 2012 pun mampu digapainya. Bahkan, dalam dua turnamn awal 2013, arek Suroboyo tersebut  melangkah jauh.
 Pada Korea Super Series, dia mampu menembus semifinael dan di Malaysia Super Series, Sony lolos ke final. ‘’Kalau perkiraan saya, Sony akan absen di Axiata Cup nanti. Dia tentu tak mau memaksakan tampil kalau kondisinya belum fit 100 persen,’’ ungkap Wijar.
 Jika absen dalam event yang dilaksanakan pada 21 Maret-14 April tersebut, tentu akan menjadi kerugiaan besar bagi Indonesia. Ini dikarenakan tunggal putra merah putih lainnya,Simon Santoso, juga tengah menjalani masa recovery setelah lama istirahat karena cedera. Sementara, Taufik Hidayat penampilannya sudah menurun jauh seiring usianya yang sudah tak muda lagi. (*)

Belajarlah dari Wong Wing Ki

PEDE: Wong Wing Ki (foto:onetv.vn)

WONG Wing Ki sudah tersingkir pada babak pertama All England Super Series 2013.  Dia harus mengakui ketangguhan unggulan pertama tunggal putra asal Malaysia Lee Chong Wei.
 Namun , perjuangan pebulu tangkis asal Hongkong tersebut mendapat acungan jempol dari pelatih Malaysia Rashid Sidek. Dia menganggap Wing Ki mampu merepotkan Chong Wei meski akhirnya takluk 21-13, 6-21, 21-23.
 Nah, penampilan lelaki yang mempunyai darah Indonesia dari ibu asal Surabaya  dan ayah Sumedang tersebut penuh percaya diri. Dia tak mau menyerah begitu saja meski lawannya merupakan peringkat pertama dan dua kali menjadi juara All England 2010 dan 2011.
Rashid berharap penampilan Wing Ki bisa ditiru pebulu tangkis muda Malaysia. ‘’Dia tampil tanpa ada tekanan. Bahkan, dia tampil penuh percaya diri,’’ ucap Rashid seperti dikutip media Malaysia.
 Pebulu tangkis yang membela Suryanaga, Surabaya,pada Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013 tersebut pun tak jatuh mentalnya saat kalah telak 6-21 pada game kedua. Sebaliknya, dia kembali membuat Chong Wei kerepotan dan hanya bisa menang 23-21 pada game
Ini, tambah Rashid, beda dengan pebulu tangkis muda lainnya. Mereka tentu panic saat kalah telak. Pukulannya dianggap Rashid juga berkelas.
 Untuk itu, dia ingin pebulu tangkis muda Malaysia seperti Liew Daren, Chong Wei Feng, dan Mohd Arif Abdul Latif bisa meniru Wing Ki di lapangan. Padahal, selama berlatih mereka bisa melakukannya. ‘’Sayang, saat bertanding itu hanya keluar separo,’’ ungkap Rashid. (*)