WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Sitthikom Permalukan Si Yu Qi

Sitthikom di atas podium Macau Open 2019 (foto: pictame)
SHI Yu Qi pernah menduduki posisi ketiga dunia. Hanya di pekan lalu, peringkat tunggal putranya melorot tiga setrip.

Tapi, itu tak membuat lawan-lawannya meremehkan dia. Bahkan, Yu Qi menjadi salah satu pebulu tangkis yang sering mengganjal ambisi wakil Indonesia.

Namun, Minggu (3/11/2019), dia menjadi lawan yang tak menakutkan bagi pebulu tangkis Thailand Sitthikom Thammasin. Dia menumbangkan Yu Qi dalam Macau Open 2019 dalam pertandingan tiga game 12-21, 21-14, 21-7. Partai final ini memakan waktu 54 menit.

Saat ini, Sitthikom hanya berada di ranking 22. Di lapangan, semangat dan mental juara membuat ranking tak berarti.

Kemenangan atas Yu Qi ini juga membuat lelaki 24 tahun tersebut meraih gelar perdana selama 2019. Selama tahun ini, dia lebih sering kalah di babak-babak awal.

Sitthikom juga menjadi satu-satunya pebulu tangkis Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, yang naik ke podium terhormat tunggal putra di pulau bekas koloni Portugal tersebut.

Khusus di Macau Open 2019, selain Sitthikom, Thailand juga  membawa gelar dari nomor ganda campuran melalui pasangan Dechapol Puavarannukroh/Sapsiree Taerattanachai yang mengalahkan Wang Chi-lin/Cheng Chi Ya (Taiwan) dengan 21-11, 21-8. (*)

Michelle Li, Si Pembuat Sejarah Kanada

10 BESAR DUNIA: Michelle Li (foto: BWF)
SIAPA bilang tunggal putri milik Asia. Juga bukan lagi dikuasai oleh Denmark di Benua Eropa.

Carolina Marin sudah membuktikan. Berasal dari Spanyol, dia membuat kejutan dengan meraih emas Olimpiade Rio 2016 Brasil.

Selain itu, belahan benua yang berbeda juga ada. Dia adalah MIchelle Li.

Gadis 28 tahun tersebut membuktikan bahwa dia tak boleh dipandang sebelah mata. Ranking BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) teakhir per 30 Oktober 2019 menjadi fakta.

Michelle Li mampu bertahan di posisi 10 besar. Dia ada di ranking delapan dunia. Di atas dua pebulu tangkis putri tangguh, Saina Nehwal dari India dan Marin.

Bahkan, pada pekan ini, Minggu (3/11/2019), Michelle mampu menjadi juara diu Macau Open. Dalam final, unggulan teratas ini menghentikan perlawanan Han Yue , unggulan ketiga dari Tiongkok, dengan dua game langsung 21-18, 21-8 hanya dalam waktu 39 menit.

Siapa Michelle Li? Dikutip dari situs olympic.ca, disebutkan bahwa dia adalah pebulu tangkis putri tersukses di Kanada. Kesuksesannya meraih perak dalam Commonwealth Youth Games 2008 mampu mengubah pandangan tentang bulu tangkis di negara yang berbatasan dengan Amerika Serikat (AS) tersebut.

Dia juga melakukan yang belum pernah orang lakukan di Kanada yakni menjadi juara nasional dua kali beruntun yakni 2007 dan 2011 di dua nomor yang berbeda, tunggal dan ganda campuran.

Pasangannya di ganda campuran adalah Alex Bruce. Keduanya mengukir sejarah dengan menduduki posisi keempat di Olimpiade London 2012. Sebuah capaian tertinggi yang diraih Kanada di pesta olahraga terakbar di dunia tersebut.

Dua tahun kemudian, MIchelle Li kembali mengharumkan nama negaranya. Dia meraih emas di Commonwealth Games.

Pada tahun yang sama, 2014, dia menembus perempat final turnamen paling bergengsi di muka bumi ini, All England. Langkahnya itu membuat Michelle menduduki posisi 11 dunia.

Michelle Li juga sukses mempertahankan emas tunggal putri di Pan Am Games 2015. Dia juga meraih medali perunggu ganda bersama Rachael Honderich.

Setelah berlaga di Olimpiade Rio dengan menduduki posisi 17, dia istirahat lama untuk menyembuhkan cedera. Setelah pulih, Michelle Li kembali membuktikan siapa dirinya. (*)Olympic Games: 2016 ­– 17th (singles); 2012 – 17th (singles), 4th (doubles)

KIPRAH MICHELLE LI
KEJUARAAN DUNIA
2018 : Babak 32 Besar
2017: Babak 32 Besar
2015: Babak 16 Besar
201 : Babak 16 Besar
2013: Babak 64 Besar
2011: Babak 32 Besar

PAN AMERICAN GAMES
2015 : Emas (tunggal), Perunggu (Ganda)
2011: Emas (tunggal dan ganda)

COMMONWEALTH GAMES
2018 : Semifinalis
2014 : Emas
2010: Posisi 5

Pensiun, Andre Kurniawan Tekuni Bisnis Peralatan Bulu Tangkis

LUAR ARENA: Andre Kurniawan Tedjono saat di Karanganyar.
HIDUP Andre Kurniawan Tedjono tak bisa lepas dari bulu tangkis. Kini, dia bergelut dengan jual beli peralatan olahraga tepok bulu itu.

''Produk Jepang sih. Tapi, saya mengambilnya dari Singapura baru saya tawarkan ke toko-toko,'' ungkap mantan penghuni Pelatnas Cipayung 2003-2006 itu.

Hebatnya, distribusi peralatan bulu tangkis yang dijalani itu tak hanya di Jakarta, tempat tinggal Andre sekarang. Tapi, itu sudah menembus sampau ke provinsi lain.

Sejak 2016 atau ketika itunya sudah 30 tahun, lelaki kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 6 Desember tersebut sudah memutuskan pensiun sebaga atlet. Selain usia, cedera yang selalu membekapnya membuat Andre gantung raket.

''Saya sejak 2016 juga sudah menikah. Istri saya bernama  Michelly Wijaya,'' terang Andre yang dibesarkan di klub Djarum Kudus tersebut.

Dia mengaku sudah berat kembali ke lapangan bulu tangkis dengan status sebagai atlet. Jarang atau bahkan lama tak berlatih intensif.

''Badan saya juga sudah gemuk he he,'' ungkap Andre.

Ini pula yang membuat nama dan peringkat Andre di BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) sudah tak ada lagi. Padahal, semasa aktif, Andre pernah masuk 20 besar dunia tepanya di ranking 18.

Bahkan, beberapa turnamen mampu dijuarai Andre. Antara lain Dutch International 2012 dan Belgian International 2012-2013.

Andre pun pernah membawa klub yang dibelanya di Jerman, Ludinghausen, sebuah kota dekat Dourtmund. Selain di sana, dia juga ikut berlaga di Liga Malaysia. (*)

Thailand Bisa Ukir Sejarah

PUNCAK: Sittikhom Thammasin.(foto: BWF)
KEKUATAN Thailand semakin tak boleh diremehkan. Itu terbukti di Macau Open 2019.

Meski bukan turnamen papan atas, tapi wakil Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, mengungguli Indonesia. Mereka mampu menempatkan wakilnya di babak final turnamen BWF World Super 300 tersebut. Sementara merah putih tak bisa menempatkan satu pun dutanya ke babak pemungkas.

Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta yang menjadi tumpuan terakhir terhenti langkahnya di babak semifinal.

Thailand meloloskan pebulu tangkisnya di tiga nomor yakni tunggal putra, ganda putri, dan ganda campuran. Di tunggal putra, mereka meloloskan Sittikhom Thammasin. Kemudian Jongkophan Kititharukal/Rawinda Prajongjai di ganda putri, dan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taeraatanachai (ganda campuran).

Kans menjadi juara pun terbuka lebar. Jika itu terjadi ini akan menjadi sejarah di pulau yang kini masuk dalam wilayah Tiongkok tersebut.

Sejak Macau Open dilaksanakan pada 2006, tak pernah sekalipun pebulu tangkis Thailand naik ke podium terhormat.Selama ini hanya Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang yang bergantian menjadi juara. (*)

AGENDA FINAL MACAU OPEN 2019
GANDA CAMPURAN
Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand x1) v

TUNGGAL PUTRI
Michelle Li (Kanada x1) v Han Yue (Tiongkok x3)

GANDA PUTRI
Du Yue/Li Yun Hui (Tiongkok x1) v Jongkophan Kititharukal/Rawinda Prajongjai (Thailand x 2)

TUNGGAL PUTRA
Shi Yu Qi (Tiongkok x1) v Sittikhom Thammasin (Thailand x5)

GANDA PUTRA
Li Jun Hui/Liu Yu Chen (Tiongkok x1) v Huang Kai Xiang/Liu Cheng (Tiongkok x8)

Tak Bisa Bawa Gelar dari Macau Open

Della/Rizki gagal menembus final Macau Open (foto: BWF)
PUPUS sudah harapan Indonesia membawa gelar dari Macau Open 2019. Meski itu pun hanya sebiji.

Penyebabnya, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta kalah di babak semifinal yang dilaksanakan di Makao Sabtu waktu setempat (2/11/2019). Di nomor  ganda putri  itu, unggulan keempat tersebut harus mengakui ketangguhan Du Yue/Li Yin Hui dari Tiongkok dengan dua game langsung 21-19, 21-16.
   
Ini menjadi kekalahan kedua selama dua pertemuan. Sebelumnya, Della/Rizky menyerah di Japan Open Juli lalu dengan 18-21, 21-15, 20-22.

Kekalahan itu mengulangi hasil kelam tahun lalu. Pada 2017, merah putih masih bisa berkibar melalui pasangan ganda putra Ade Yusuf/Wahyu Nayaka.

Saat itu, mereka juga mengakhiri paceklik gelar selama tiga tahun.Di Macau Open sendiri, Indonesia belum pernah menempatkan wakilnya bisa menjadi juara.

Usai dari pulau bekas koloni Portugal ini, Della/Rizki akan melanjutkan perjuangannya di China Open dan Hongkong Open. Dua turnamen yang gengsinya lebih tinggi dibandingkan Macau Open.

Selama 2019, keduanya baru sekali menjadi juara yakni di Vietnam Open. Hanya levelnya memang tak tinggi karena ''hanya'' Super 100. Masih di bawah Macau Open (Super 300), China Open (Super 750), dan Hongkong (Super 500). (*)
   

Final Kepagian di Tunggal Putri

FINAL dini terjadi di sektor tunggal putri dalam Tiongkok Open 2019. Dua mantan ratu dunia, Tai Tzu Ting dari Taiwan berjumpa dengan Carolina Marin di babak pertama turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu

Saat drawing, Tzu Ying menduduki peringkat satu dunia. Sementara Marin  masih terseok-seok usai dibekap cedera.
   
Dalam daftar ranking yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir per 30 Oktober 2019, Tzu Ying turun satu setrip ke posisi kedua dan Marin sudah kembali menembus posisi 10 besar.
   
Dengan kondisi terakhir, Marin bisa memetik kemenangan. Pertimbangannya, kondisinya sudah mendekati puncak.
   
Memang, dalam head to head, Tzu masih unggul 7-6. Hanya, dalam dua kali pertemuan terakhir, Marin yang memetik kemenangan.
   
Tak menutup kemungkinan, pemenang pertandingan ini akan menjadi juara di Tiongkok Open 2019. (*)

Hanya Tersisa Della/Rizki

Rizki melepaskan smash dengan didepannya ada Della (foto; BWF)
SATU demi satu wakil Indonesia bertumbangan di Macau Open 2019. Sampai babak perempat final, merah putih hanya menyisakan pasangan ganda putri Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta.
   
Sementara Chico Aura Wardoyo di tunggal putra, Ruselli Hartawan (tunggal putri), Siti Fadia/Ribka Sugiarto (ganda putri), dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (ganda campuran) semuanya tumbang di tangan lawan-lawannya.
   
Chico dihentikan oleh Sun Fei Xiang dari Tiongkok dengan dua game mudah 10-21, 17-21. Kemudian Ruselli, yang di babak II membuat kejutan, menyerah 23-21, 9-21, 6-21 kepada unggulan kedelapan Kim Ga-Eun (Korea Selatan). Sementara Siti Fadia/Ribka kalah oleh rekannya sendiri, Della/Rizki, dengan 18-21, 11-21. Yang mengejutkan andalan membawa pulang yakni Hafiz/Gloria dipermalukan 20-22, 26-28 dari Wang Chi-Lin/Cheng Chi Ya.
   
Hanya, untuk menembus babak final, Della/Rizki harus kerja ekstrakeras. Unggulan keempat itu berjumpa dengan kandidat juara asal Tiongkok Du Yue/Lin Yin Hui.
   
Kedua pasangan baru sekali bertemu yakni di Japan Open 2019. Hasilnya, Della/Rizki kalah 18-21, 21-15, 22-20. Melihat skor yang ketat, tak menutup kemungkinan ganda yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut memetik kemenangan.
   
Meski secara ranking, Della/Rizki kalah. Saat ini mereka ada di posisi 18 sedangkan pasangan Negeri Tirai Bambu, julukan Tiongkok, ada di posisi ketujuh. (*)

Rian Agung Memilih Jalan Yang Lain

Rian Agung(kanan) dan Kenas di podium Vietnam Challenge 2019
DIA pernah menjadi andalan Indonesia di nomor ganda putra. Bahkan, digadang-gadang sebagai penerus kejayaan merah putih di nomor tersebut.

Asa tersebut sempat menjadi kenyataan. Bersama Angga Pratama, keduanya mampu menembus 10 besar dunia, tepatnya di ranking kedelapan.

Sayang, penampilan yang kurang konsisten membuat posisi Rian/Angga melorot. Hingga akhirnya, keduanya dipisahkan.

Puncaknya, pada awal 2019, vonis dijatuhkan PP PBSI kepada Rian. Dia harus meninggalkan Pelatnas Cipayung.


''Sebenarnya saya masih di Cipayung. Hanya, status saya sebagai sparring ganda campuran,'' ungkap Rian kepada Smashyess.

Keputusan itu, ungkap dia, tentu sangat mengejutkan. Ini, ucap lelaki 29 tahun tersebut, Rian sudah dipasangkan dengan Ni Ketut Mahadewi.

''Akhirnya, saya memilih jalan lain. Saya keluar dari Pelatnas Cipayung dan memilih jadi pebulu tangkis mandiri,''ujar pebulu tangkis asal Karanganyar, Jawa Tengah, tersebut.

Kini, Rian bersama Kenas Adi Haryanto. Satu gelar sudah diraih keduanya yakni di Vietnam International Challenge 9-14 April lalu. Selain di ganda putra, Rian juga berlaga di ganda campuran berpasangan dengan Tiara Rosalia Nuraidah. (*)   

Ruselli Pulangkan Unggulan Keempat

Ruselli Hartawan sukses revans (foto: BWF)
PERJALANAN Ruselli Hartawan di Macau Open 2019 berlanjut. KIni, gadis 22 tahun tersebut mampu menenbus babak perempat final turnamen yang masuk BWF World Tour Super 300 tersebut.
   
Pada babak kedua, Ruselli membuat kejutan dengan memulangkan unggulan keempat Zhang Biewen dari Amerika Serikat dengan dua game langsung 21-19, 21-18 pada Kamis waktu setempat (31/10/2019).  Kemenangan ini membalas kekalahan yang pernah dialaminya di Thailand Open 2017. Saat itu, dia kalah straight game 17-21, 15-21
  
Lolos ke perempat final merupakan capaian terbaik Ruselli selama 2019. Perjalanannya tak pernah menembus semifinal.
  
Sebelumnya, capaian yang sama diraih atlet binaan Jaya Raya Jakarta tersebut di Yonex Akita Masters dan Yuzu Indonesia Masters. Di Akita Masters, yang merupakan turnamen super 100, dia kalah 17-21, 14-21 oleh An Se-young (Korsel) dan di Indonesia Masters, yang juga Super 100, Ruselli menyerah 20-22, 16-21 kepada Li Yun (Tiongkok).
  
Selebihnya, dia tumbang di babak-babak awal. Ini yang membuat Ruselli peringkatnya masih tertahan di ranking 37 dunia.
Posisi itu membuat dia hanya menjadi terbaik ketiga di sektor tunggal putri Indonesia. Ruselli kalah oleh Gregoria Mariska Tunjung yang ada di ranking 27 dan Fitriani satu setrip di bawahnya. (*)


Sony pun Pantang Menyerah

Sony Dwi Kuncoro (foto: BWF)
USIA tak bisa dipungkiri seorang Sony Dwi Kuncoro. Tahun ini, bapak tiga anak tersebut sudah menginjak 35 tahun. Usia yang sudah tak muda lagi bagi seorang pebulu tangkis.
   
Itu terbukti ketika dia menembus babak final Indonesia International Challenge 2019. Sony harus berhadapan dengan Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, yang masih 20 tahun.

Di final yang dilaksanakan di Magelang, Jawa Tengah, mantan tunggal putra terbaik Indonesia itu pun menyerah. Sony kalah dua game langsung 13-21, 15-21.

Meski gagal juara tapi publik tetap layak memberikan apresiasi kepada tiga kali juara Asia tersebut. Dia masih belum mau meninggalkan dunia bulu tangkis.

Sony masih ingin berjuang hingga dia sudah tak kuat lagi. Hanya dia mungkin susah bersaing untuk level atas.

Selama 2019, Sony tak banyak berlaga di ajang internasional. Dia lebih banyak berlaga di turnamen Asia Tenggara. Bahkan, sebagian besar di Indonesia seperti Indonesia  Masters Super 100 dan Indonesia Masters Super 500.

Sejak keluar dari Pelatnas Cipayung empat tahun lalu, Sony sudah jarang berlaga di ajang bergengsi. Hanya,  suami Gading Safitri ini pernah membuat kejutan dengan menjadi juara di Singapore Open.
(*)

India Pertama yang Masuk 10 Besar Dunia

Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (foto: BWF)
Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty bukan lagi pasangan kacangan. Buktinya, dalam ranking terbaru BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 30 Oktober 2019, keduanya masuk 10 besar dunia.

Capaian itu tak lepas dari hasil France Open. Dalam ajang yang dilaksanakan di Paris pekan lalu, Rankireddy/Shetty mampu menembus babak final.

Memang, keduanya gagal menjadi juara karena dihentikan pasangan Indonesia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya. Hanya poin yang diraih Rankireddy/Shetty cukup besar karena France Open masuk dalam kategori turnamen level tinggi yakni World Super Series 750.

Bahkan, poin yang digapai lebih besar dibandingkan ketika mereka menjadi juara Thailand Open pada Agustus lalu. Turnamen di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut ''hanya'' BWF World Super Series 500.

Untuk menembus babak final di France Open 2019 bukan langkah yang mudah. Rankireddy/Shetty harus menundukkan pasangan-pasangan tangguh dunia. Salah satunya juara dunia asal Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang dikalahkan 21-18, 18-21, 21-13.

“Perasaan yang bahagia  karena kami bisa masuk 10 besar dunia. Memang, sebelumnya, kami juga pernah masuk saat menjadi juara di Thailand,'' ujar Shetty.

Hanya, posisi itu dirasakan selama sepekan saja. Setelah itu, Rankireddy/Shetty kembali terlempar dari 10 besar.

''Tujuan kami sekarang adalah menjaga tetap berada di 10 besar hingga akhir tahun dan masuk lima besar tahun depan,'' ucap Shetty.

Capaian Rankireddy/Shetty menembus 10 besar dunia sudah menjadi rekor bagi India. Selama ini belum ada wakil negara beribukota New Delhi tersebut yang mampu melakukannya.

Dulu Sumeeth Reddy/Manu Attri hanya mampu berada di ranking 17 pada 2016 serta Rupesh Kumar/Sanave Thomas di posisi 13.

Semua pasangan tangguh dunia pernah dikalahkan Rankireddy/Shetty, kecuali Marcus/Kevin dan wakil Jepang Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Hanya, mengalahkan Hendra/Ahsan, bagi mereka, sudah sangat bagus. (*)

Di Babak II Sudah Harus Sendirian

Chico Aura Wardoyo (foto;PBSI)
CHICO Aura Wardoyo harus berjuang sendirian di nomor tunggal Macao Open 2019. Gara-garanya, rekannya di Pelatnas Cipayung dan lebih senior, Firman Abdul Kholiq, langsung tersingkir di babak I turnamen yang masuk kategori World Tour Super 300 tersebut.
   
Firman dipaksa menyerah dua game mudah 10-21, 6-21 oleh pebulu tangkis Tiongkok yang merangkak dari babak kualifikasi Ren Peng Bo. Sedangkan Chico membuat kejutan dengan memulangkan unggulan kedelapan asal Singapura Daren Liew dengan straight game 21-16, 21-18.
   
Ini menjadi pertemuan perdana kedua atlet. Hanya, secara ranking, Chico harusnya juga menyusul jejak Firman. Dia ada di ranking 67. Sementara Daren di posisi 32.
   
Untuk menembus perempat final, atlet yang direkrut dari Exist tersebut akan berjumpa dengan wakil Taiwan Lin Chun-Yi yang mempermalukan atlet Hongkong yang punya darah Indonesia Wong Wing-Ki dengan 21-15, 21-8.
   
Di atas kertas, Chiko bisa menang. Alasannya, sang lawan hanya berperingkat 93.
    
Penampilan Chico sendiri selama 2019 ini tengah mendapat sorotan. Dia tak pernah naik ke podium juara dari semua ajang yang diikuti.
   
Langkah terjauhnya adalah menembus babak final Vietnam International Challenge. Sayang, dia menyerah di tangan Firman. (*)

Hore, Vito Masuk 20 Besar Dunia

BERI HARAPAN: Shesar Hiren Rustavito (foto: BWF)

LOMPATAN berarti dilakukan Shesar Hiren Rustavito. Untuk kali pertama, pebulu tangkis 25 tahun tersebut menembus posisi 20 besar dunia.

    Dalam ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 30 Oktober 2019, Vito, sapaan karib Shesar Hiren Rustavito, ada di posisi 19 atau naik lima setrip. Menariknya, tempat dia persis satu setrip di bawah legenda hidup bulu tangkis dunia asal Tiongkok Lin Dan.

    Capaian itu tak lepas dari apa yang sudah diraih pemuda kelahiran 3 Maret 1999 tersebut. Dalam dua ajang bergengsi, Denmark Open dan France Open. Di Odense, host Denmark Open, dia melaju hingga babak II sebelum dihentikan unggulan kedua asal Taiwan Chou Tien Chen 17-21, 14-21. Sepekan kemudian, atlet binaan Djarum Kudus tersebut melangkah lebih jauh.

    Vito menembus babak perempat final. Dia menyerah 19-21, 12-21 kepada Chen Long. Ini menjadi pertemuan perdana. Atlet Tiongkok ini akhirnya menjadi juara ajang yang masuk  BWF World Tour Super 750 tersebut.

    Tak menutup kemungkinan ranking dia akan kembali naik. Di Tiongkok Open yang dilaksanakan di Fuzhou pada 5-10 November, Vito berjumpa dengan rekannya sendiri, Jonatan Christie.

    Dari rekor pertemuan, Vito masih kalah 1-2. Hanya, satu kemenangan tersebut dipetik dalam pertemuan terakhir yang kebetulan dilaksanakan di Negeri Panda, julukan Tiongkok. (*)    

Ranking Tunggal Putra Indonesia (5 Besar)
1. Jonatan Christie             7
2. Antony Ginting            8
3. Tommy Sugiarto            16
4. Shesar Hiren Rustavito    19
5.Firman Abdul Kholik        60

Dulu dengan Kido, Kini bersama Kevin

Sinyo/Kevin usai penyerahan hadiah (foto: PBSI)
BAGI Marcus ''Sinyo'' Fernaldi Gideon, France Open punya kenangan tersendiri. Di ajang tersebut, untuk kali pertama, dia merasakan manisnya menjadi juara turnamen bergengsi.
 
Itu dilakukannya pada 2013. Saat itu, dia berpasangan dengan pebulu tangkis legenda Indonesia di nomor ganda, Markis Kido.

Hebatnya,  itu diraih saat posisinya sudah terpental dari Pelatnas Cipayung. Dia dianggap kalah bersaing.


Enam tahun lalu, Sinyo/Kido memupus ambisi ganda terkuat Malaysia Tan Book Heong/Koo Kien Keat  dengan dua game langsung 21-16, 21-18. Kemenangan itu membuat PP PBSI kembali meliriknya dan dipanggil ke Cipayung, markas Pelatnas PP PBSI.

Kini, pada 2019, Sinyo kembali melakukan yang sama. Hanya, dia sudah tak bersama lagi dengan Kido yang sudah pensiun.

Putra mantan pebulu tangkis dan pelatih nasional Kurnia Hu itu bergandengan dengan Kevin Sanjaya. Pada babak final  yang dilaksanakan di Paris, Prancis, pada Minggu (27/10/2019), Sinyo/Kevin, yang diunggulkan di posisi teratas,  menang dua game langsung 21-18, 21-16. atas Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty dari India. Ini menjadi kemenangan ketujuh selama tujuh kali pertemuan dengan lawan yang kini berada di ranking 11 dunia tersebut. (*)
   
Gelar juara Sinyo/Kevin di 2019 (sampai Oktober)
1. Malaysia Masters
2.Indonesia Masters
3. Indonesia Open
4. China Open
5. Denmark Open
6. France Open

Bagi Rata Uang Hadiah Juara

Wijanarko bersama pelatih dan atlet junior Jatim
SURABAYA- Apresiasi diberikan kepada perjuangan pebulu tangkis Jawa Timur (Jatim) di Super Liga Junior 2019. Mereka mendapat guyuran jutaan rupiah atas keberhasilan menembus babak semifinal beregu putra dalam ajang yang dilaksanakan di GOR Djarum Magelang,Jawa Tengah, 15-20 Oktober lalu.

"Hadiah pemenang ketiga sebesar Rp 25 juta,kami tambahin Rp 2 juta. Total Rp 27 juta dibagi 12 anggota Tim Jatim United," kata Ketua Pengprov PBSI Jawa Timur Oei Wijanarko Adi Mulya usai penyerahan apresiasi di GOR Sudirman, Surabaya, kemarin.

Total,ungkap Wijar,sapaan karib Oei Wijanarko Adi Mulya, setiap atlet dan ofisial memperoleh Rp 2.250.000. Di Super Liga Junior 2019,ucap dia, Jawa Timur mengirim wakil di beregu putra dan putri. Di putra, ujar Wijar, diperkuat delapan atlet.
Sedang di putri ada tujuh pebulu tangkis. Sementara empat pelatih yang mendampingi  adalah Bagus Suprobo, Satya Kurniawan, Shendy Puspa Irawati, dan Rizal.

Hasil ini, ujar Wijar, cukup membuatnya puas. Alasanya,papar lelaki yang juga wasekjen PP PBSI, persiapan yang dilakukan sangat pendek yakni dua pekan.

"Tapi anak anak menutupinya dengan semangat. Tim putra kalah dari Djarum di semifinal," ujar dia.

Pembagian hadiah plus bonus dari PBSI Jatim ini disambut gembira atlet. Jesse Cahyadi tak bisa menutup kebahagiaan jerih payahnya dan rekan rekan dihargai.

""Semoga ini semakin memacu semangat kami dan pebulu tangkis lain untuk mengharumkan nama Jatim," ungkap atlet binaan Wima Surabaya tersebut.

Pesta tanpa Atlet Tuan Rumah

U-17: Muhammad Sultan Nurhabibu Mayang
PEBULU tangkis Jaya Raya mendapat perlawanan sengit. Mereka bersaing dengan rival abadinya, Djarum Kudus, dalam perburuan juara umum Astec Internasional 2019 yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur.

Sama-sama mengoleksi empat gelar, tapi klub asal ibu kota tersebut unggulan di posisi runner up. Jaya Raya menempatkan tiga wakilnya dalam ajang yang mempertandingkan U-13, U-15, dan U-17 tersebut. Sementara Djarum Kudus ''hanya'' menempatkan dua wakil.

Salah satu pelatih Djarum Kudus Roy Djojo mengakui senang dengan hasil yang diraih anak asuhnya meski gagal menjadi juara umum. Dia juga memberi apresiasi perjuangan mereka di lapangan. 

Bagi dia, bukan hanya sekadar juara yang diburu. Pengalaman bertanding, ungkap Roy, menjadi hal yang utama.

Dia menyatakan turnamen Daihatsu Astec Open ini cukup bagus. "Karena katakanlah pengalaman yang diraih bisa berkesinambungan. Sebelumnya kan dilaksanakan di Makassar," ujarnya.

Roy menjelaskan setelah di Surabaya, masih akan ada lagi turnamen lanjutan di Jakarta. Persaingan, tambah Roy, semakin lama semakin ketat.

"Sekarang semua klub bersaing. Tidak hanya yang besar,  klub yang kecil juga terbukti ada yang bisa jadi juara," bebernya.

Ke depan,  Roy, dia berharap bisa muncul atlet-atlet baru dari turnament ini. Yang muaranya akan menyumbangkan atlet terbaik bagi Indonesia di ajang internasional.

"Biasanya juga muncul atlet potensial dari klub kecil yang tujuannya bisa pindah ke klub besar," imbuhnya.

Sementara itu Pelatih Jaya Raya Teguh Yudiarta menyatakan gembira keluar sebagai juara umum. Pihaknya juga mengaku cukup puas dengan bisa mengikuti turnament ini. Karena, ungkap dia, sebetulnya mereka juga belum bisa tampil full team.

Ketua Pengprov PBSI Jatim Oei Wijanarko Adi Mulya menambahkan turnamen level internasional ini sangat berarti bagi pebulu tangkis Indonesia. Mereka, ujar dia, yang biasanya harus keluar negeri butuh modal banyak, ternyata  bisa dilaksanakan di dalam negeri.

Ke depan, dia berharap Astec Daihatsu Internasional bisa berkelanjutan sampai proses regenerasi dan berprestasi. PBSI, terang Wijar, sapaan karib Oei Wijanarko Adi Mulya, berharap sponsor akan mengucurkan dana lebih untuk meningkatkan kualitas turnamen ini.

''Baik dari segi hadiah atau persiapan lain, sehingga turnamen ini bisa lebih mendatangkan atlet internasional ke Indonesia," bebernya.

Ketua Aspec Internasional 2019 Mimi Irawan bersyukur turnamen di Surabaya berlangsung sukses. Hanya, di sisi lain mengaku sedih. Kenapa?

''Tidak ada wakil dari klub Jawa Timur yang lolos ke final dan menjadi juara. Ini menjadi sebuah keprihatinan,'' ungkap dia.

Hanya dia menolak menjawab itu bisa terjadi. Baginya, itu urusan PBSI Jatim. (*)

HASIL FINAL ASTEC REGIONAL JUNIOR

TUNGGAL PUTRA U-13
Nazriel Ezy Diniola (Indonesia x3) v Afiq Dzakwan Arief (Indonesia x9) 21-16, 5-21, 21-5

TUNGGAL PUTRI U-13
Nisa Tanevagustin Alifenia (Indonesia) v Evelin Granada Parapat (Indonesia x9) 16-21, 21-16, 21-13

TUNGGAL PUTRA U-15
Bismo Raya Oktora (Indonesia) v Prahdiska Bagas (Indonesia x3) 21-19, 21-17

TUNGGAL PUTRI U-15
Natiqotul Wardah Filkaromah (Indonesia x7) v Dea Tri Wulandari (Indonesia) 21-13, 21-17

GANDA PUTRA U-15
Jonathan Farrel Gosal/Adrian Pratama (Indonesia x1) v Emanuel Joseph Surya Hartono/Yuke Gamareza Radjasa (Indonesia) 21-10, 20-22, 21-11

GANDA PUTRI U-15
Priskila Venus Elsadai/Valentine Dionny Mesdila (Indonesia x1) Isyana Syahira Meida/Bernadine Anindiya Wardana (Indonesia x3) 21-12, 21-14

TUNGGAL PUTRA U-17
Muhammad Sultan Nurhabibu Mayang (Indonesia x4) v Yohanes Saut Marcellyno (Indonesia x5) 21-14, 16-21, 21-17

TUNGGAL PUTRI U-17
Tasya Farahnailah (Indonesia x1) v Mutiara Ayu Puspitasari (Indonesia x2) 14-21, 21-19, 28-26

GANDA PUTRA U-17
Muhammad Rayhan Nur Fadilah/Marwan Faza (Indonesia x3) v Muhammad Putra Erwiansyah/Patra Harapan Rindorindo (Indonesia ) 21-15, 21-17

GANDA PUTRI
Sofy Al Muhsira Asharunissa/Ridya Aulia Fatasya (Indonesia) v Az-Azahra Putri Dania/Asiyah Salsabila Putri Pranata (Indonesia) 21-19. 21-7

GANDA CAMPURAN U-17
Rahmad Hidayat/Febi Setianingrum (Indonesia x1) v M. Fadilah/Sofy Al Mushira Asharunnisa (Indonesia x4) 21-17, 21-19

Distribusi Gelar Berdasar Klub
Klub                                   Emas        Perak   
1. Jaya Raya                           4            3
2. Djarum Kudus                    4            2
3. Exist                                   1            -
4. Candra Wijaya                    -             1                   


Bukan hanya Sekadar Kembali

Carolina Marin kembali untuk jadi nomor satu.(foto: bwf)
Carolin Marin is back. Itu banyak ditulis saat dia kembali tampil di lapangan hijau bulu tangkis.
  
Cedera membuat tunggal putri Eropa yang ditakuti wakil Asia tersebut banyak absen di berbagai ajang. Akibatnya, ranking teratas dunia yang pernah diduduki pun lepas.
  
Dalam daftar terakhir yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 23 Oktober 2019, gadis Spanyol itu ada di posisi 17 dunia. Namun, melihat penampilannya dalam dua turnamen terakhir, Denmark Open dan France Open, menembus 10 besar dan kembali merebut ranking satu hanya menunggu waktu.
  
Di Odense, host Denmark Open 2019, Marin, yang kini sudah berusia 25 tahun, menembus babak semifinal. Perjalanannya dihentikan wakil Korea Selatan Nozomi Okuhara 21-18, 12-21, 16-21.
  
Di France 2019, perjalanannya lebih jauh. Dia mampu menembus babak final.

Kans Chen Long Akhiri Paceklik

Chen Long menembus final France 2019. (foto: BWF)
NAMA Chen Long pernah ditakuti. Seabrek gelar sudah pernah diraih pebulu tangkis Tiongkok.
  
Mulai dari juara dunia junior kemudian juara Asia, juara dunia, serta emas Olimpiade Rio 2016. Naik podium terhormat di turnamen-turnamen bergengsi sudah langganan bagi lelaki yang kini berusia 30 tahun tersebut.

Tapi, di 2019, capaian itu seret. Chen Long belum pernah menjadi juara dari 14 turnamen yang diikuti. Langkah terbaiknya adalah menembus babak final di Malaysia Masters, Malaysia Open, dan pekan lalu di Denmark Open.

Kini, kesempatan mengakhiri dahaga gelar selama setahun sudah di depan mata lagi. Juara dunia dua kali tersebut lolos ke final France Open 2019.

Di babak semifinal yang dilaksanakan di Paris pada Sabtu siang waktu setempat, Chen menghentikan wakil Indonesia Anthony Sinisuka Ginting dengan straight game 21-19, 21-18. Ini menjadi kemenangan keeempat Chen Long dalam sepuluh kali pertemuan.

Di babak final, dia bakal berjumpa pebulu tangkis merah putih lainnya, Jonatan Christie, yang di semifinal menghentikan  Viktor Axelsen (Denmark) dengan rubber game 9-21, 22-20, 21-19. Peluang Chen Long memenangi duel melawan Jojo, sapaan karib Jonatan Christie, tak perlu diragukan. Lelaki kelahiran 18 Januari 1989 itu selalu menang dalam tujuh kali pertemuan. (*)

Tambah Optimistis setelah Jadi Tuan Rumah

TANTANGAN: Wijanarko Adi Mulya
KANS Jawa Timur menembus Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 terbuka lebar. Selain materi yang diprediksi lebih unggul dibandingkan  dua rivalnya, D.I Jogjakarta dan Banten, Jawa Timur dipercaya menjadi tuan rumah babak kualifikasi yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada awal November.

''Dalam rapatnya, PP PBSI sudah memutuskan babak kualifikasi tak lagi dilaksanakan di Jakarta. Tapi, tempatnya sudah dipindahkan ke GOR Sudirman,'' ungkap Ketua Umum Pengprov PBSI Jawa Timur Oei Wijanarjo Adi Mulya.

Pertimbangannya, ungkap Wijar, sapaan karib Oei Wijanarjo, adalah gedung yang dipakai , GOR Sudirman, dinilai representatif. Yang utama, ujar dia, lokasi Kota Pahlawan, julukan Surabaya, mudah dijangkau peserta lain.

''Selain kualifikasi wilayah tengah, nanti juga ada babak kualifikasi wilayah lain yang diikuti Nusa Tenggara dan Bali,'' terang dia.

Dia mengakui menjadi tuan rumah memberikan keuntungan bagi Jawa Timur. Anak asuhnya, ujar Wijar, sudah sangat hapal dengan kondisi lapangan.

''Kami optimistis bisa menembus PON. Materi yang kami miliki bagus dan mereka juga semangat,'' puji lelaki yang sudah dua periode memimpin PBSI Jawa Timur tersebut.(*)

Waspada di Ganda Putri

Penampilan Greysia Polii/Apriyani  tengah labil (foto: bwf)
TUMBANG di babak II France Open 2019 menjadi hasil yang menyesakan bagi Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Ini menjadi kegagalan kali kesekian bagi ganda putri terbaik Indonesia tersebut.

Dalam turnamen yang masuk kategori Super 750 tersebut. Greysia/Aproyani dipaksa harus mengakui ketangguhan Liu Xuan Xuan/Xia Yu Ting dari Tiongkok dengan straight game 19-21, 12-21. Sebenarnya, kekalahan ini cukup mengejutkan.

Sebab, secara ranking Greysia/Apriyani jauh lebih unggul. Keduanya ada di posisi keenam sedangkan lawannya 28.

Sayang, di lapangan, ranking bukan jaminan. Permainan Greysia/Apriyani tampaknya sudah dipahami oleh lawan.

Kegagalan ini semakin memperpanjang daftar kegagalan keduanya selama 2019. Mereka hanya mampu menjadi juara di India Open. Selain itu, kegagalan demi kegagalan kerap menghampiri Greysia/Apriyani.

Bahkan, kekalahan ini bukan tak menutup kemungkinan membuat posisi mereka melotot dari enam besar. Sepekan sebelumnya, hasil buruk juga dialami di Denmark Open 2019.

Menjadi salah satu kandidat juara, langkah terhenti di babak II. Pasangan senior/junior tersebut menyerah 21-23, 16-21 kepada wakil Korea Selatan Chang Ye-na/Kim Hye-rin. (*)