WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Jerman Masih Memikat Andre Tedjono


JERMAN masih menjadi tempat favorit bagi Andre Kurniawan Tedjono. Pada 2015, dia tetap akan kembali ke negeri yang pernah terpisah oleh tembok di Kota Berlin tersebut.
 ‘’Saya 2015 kembali ke Jerman lagi. Kompetisi baru dilaksanakan Februari,’’ jelas Andre kepada smashyes.
 Ini berarti sudah empat musim, lelaki asal Magelang, Jawa Tengah, tersebut berada di Jerman. Dua tahun pertama dihabiskan di Bonn Beuel.
 ‘’Sekarang dan tahun lalu ikut Ludinghausen. Tahun lalu, kami mampu menjadi juara Bundesliga,’’ ungkap pemuda 28 tahun tersebut.
 Di Ludinghausen, Andre bergabung dengan pebulu tangkis Belgia yang punya darah Indonesia Yuhan Tan. Selain itu, ada juga Karin Schnasse, Heather Over,dan Matthew Notttingham.
Selain itu, klub juga memberinya kebebasan untuk tampil di berbagai turnamen. Ini membuat pebulu tangkis yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut kemampuannya tetap terasah.
 Buktinya, pekan lalu, Andre mampu menjadi juara dalam Italia Challenge 2014. Dalam final yang dilaksanakan 12 Desember di Roma, dia mengalahkan pebulu tangkis Indonesia yang membela bendera Italia Indra Bagus Ade Candra.15-21, 21-18, 21-18. Ini sekaligus menjadi pembalas baginya setelah tahun lalu di event yang sama Andre dipaksa kalah.
Sayang, gelar dari Negeri Pizza, julukan Italia, itu tak banyak mendongkrak rankingnya. Dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Amdre hanya naik satu setrip ke posisi 46 dunia. (*)

Mimpi Sony Kembali Masuk 10 Besar


SEMANGAT pantang menyerah diusung Sony Dwi Kuncoro. Lelaki asal Surabaya itu berharap bisa menembus kembali ranking 10 besar dunia pada 2015.
 ‘’Mau seperti itu. Meski, juga bukan pekerjaan mudah untuk mencapainya,’’ kata Sony kepada smashyes.
 Namun, jika kembali dalam peak performance-nya, sebenarnya itu bukan hal yang susah bagi Sony. Apalagi, cedera yang sempat membekapnya sudah mulai pulih.
 Buktinya, bapak dua anak tersebut dalam penampilan terakhir masih mampu menembus babak delapan besar Makau Grand Prix Gold 2014.Sayang, langkahnya dihentikan oleh unggulan ketiga asal India HS Prannoy 19-21. 17-21.
 Ini jauh lebih bagus dibandingkan turnamen-turnamen yang diikutinya pada 2014. Dalam dua turnamen super series premier, All England dan Indonesia Open, Sony langsung angkat koper di babak pertama. Begitu juga di Hongkong Super Series atau sepekan sebelum Makau Grand Prix Gold.
 Di All England, peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu dikalahkan Wang Zhengming dari Tiongkok 10-21, 10-21. Kemudian di kandang sendiri di Jakarta, Sony takluk 7-21, 11-21 kepada Lee Chong Wei dari Malaysia. Di Hongkong, bapak dua putri menyerah tiga game 21-17,15-21, 14-21.
 Imbasnya, ranking Sony pun merosot drastis.Di awal tahun masih di posisi 14, kini dalam rilis terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) Sony ada di tangga ke-134. Tentu, ini menjadi tempat yang tidak pas bukan Sony.
 Memang, cedera yang dialaminya dalam Super Series Final 2013, membuat Sony lama absen dan ketika kembali ke lapangan, dia belum fit 100 persen.
 Sony pernah menjadi pebulu tangkis yang disegani dunia. Lelaki 30 tahun itu pernah menjadi runner-up Kejuaraan Dunia 2007 sebelum dikalahkan Lin Dan dari Tiongkok.Dua tahun kemudian, Sony menjadi semifinal dalam event yang sama.
 Gelar Indonesia Super Series Premier pernah disandangnya pada 2008 dan juga Jepang Super Series.Sebelum cedera, tahun lalu, dia mampu menembus dua babak final super series, Malaysia dan Hongkong. (*)

Duh, Terburuk selama 2014

PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berada dalam fase terburuk. Dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (18/12), mereka duduk di posisi kelima.
 Ini berarti Hendra/Ahsan melorot tiga peringkah setelah sebelumnya ada di ranking kedua. Posisi ini termasuk mengejutkan.
 Alasannya, dalam penampilan terakhirnya, Hendra/Ahsan mampu menjadi juara Hongkong Super Series 2014. Dalam babak final yang dilaksanakan pada 23 November, mereka menundukkan pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan.
 Selain itu, sejak Januari 2014, ranking terburuk Hendra/Ahsan adalah turun ke posisi ketiga pada Novenber lalu. Namun, itu hanya bertahan selama dua minggu.
 Setelah itu, pasangan yang tahun ini juga mengoleksi gelar juara  All England Super Series Premier tersebut kembali ke posisi kedua.  Mereka belum bisa menggeser tempat pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.
 Turunnya Hendra/Ahsan ke posisi kelima membuat para rivalnya naik yakni Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark) ke posisi kedua atau melonjak satu setrip dan ganda Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa ke posisi ketiga serta Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan) di tangga keempat.
 Melorotnya posisi ini seakan menambah duka bagi Hendra/Ahsan. Dalam Super Series Finals yang tengah berlangsung di Dunai, Uni Emirate Arab. Mereka mundur dari event  tersebut karena Ahsan mengalami cedera. Ini membuat mereka pun gagal mempertahankan gelar.  (*)

Ranking ganda putra per 18 November 2014 (10 besar)
1Lee Yong-dae/Yoon Yeon-seong (Korea Selatan)
2.Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark)
3. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang)
4. Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan)
5.Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia)
6.Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korea Selatan)
7.Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok)
8. Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok)
9.Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok)
10. Markis Kido/Markus Fernaldi (Indonesia) 

Cedera, Menyerah sebelum Laga Usai

INDONESIA kehilangan dua wakil dalam Super Series Finals 2014. Mereka adalah pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan ganda putri Nitya Krishinda Maheswari.
 Ini menyusul cedera yang dialami dalam pertandingan pertama yang dilaksanakan di Dubai, Uni Emirat Arab, pada Rabu waktu setempat (17/12).
 Hendra/Ahsan harus mengundurkan diri saat menghadapi pasangan Tiongkok Chai Biao/Hong Wei di game pertama. Saat itu, kedudukan 11-7 buat ganda Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok.
‘’Saya sakit di pinggang,’’ kata Ahsan seperti dikutip situs federasi bulu tangkis dunia (BWF).
 Sakit itu, jelasnya, sudah dirasakan sehari sebelum pertandingan. Ketika itu, Hendra/Ahsan tengah menjalani latihan.
‘’Saya sempat sulit bernafas. Hanya, saya merasa, sebelum pertandingan kondisi sudah bagus kembali,’’ ungkap Ahsan.
 Kalau tidak mengalami cedera, Hendra/Ahsan diunggulkan bisa memetik kemenangan dalam pertandingan Grup A. Pasangan merah putih tersebut pernah mengalahkan Chai/Hong di All England Super Series Premier 2013 dengan dua game langsung 22-20, 21-16. Selain itu, dalam Super Series Finals, Hendra/Ahsan menyandang status juara bertahan. Selain Hendra/Ahsan dan Chai/Hong, di Grup A juga dihuni oleh Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korea Selatan) dan Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel yang juga dari Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan. 
 Hal yang sama juga dialami pasangan Nitya/Gresyia. Mereka gagal menuntaskan pertandingan saat kedudukan unggul 8-6. Di game pertama, mereka  menang 21-18. Namun, di game berikutnya menyerah 20-22 pada pertandingan yang masuk Grup B itu.
‘’Nitya mengalami masalah di akhir game kekdua. Saya bertanya kepadanya apakah dia mau melanjutkan pertandingan,’’ ungkap Greysia.
 Namun, Nitya siap melanjutkan pertandingan. Dia tak mau menyerah.
 ‘’Tapi, saat di lapangan ketika game ketiga, cederanya kambuh dan tak ada pilihan selain menghentikan pertandingan,’’ ucap Greysia. Di Grup B ini,  juga dihuni duo pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, Tian Qing/Zhao Yunlei dan Luo Ying/Luo Yu.
 Kekalahan Hendra/Ahsan dan Nitya/Gresysia ini membuat semua wakil Indonesia gagal memetik kemenangan. Di tunggal putra, Tommy Sugiarto, yang menghuni Grup B, menyerah dua game langsung 15-21, 9-21 kepada Jan O Jorgensen (Denmark) dan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dipermalukan Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok) 10-21, 21-12, 15-21. (*) 

Kido/Sinyo Tak Akan Berpasangan Lagi

PADA 2015, tak ada lagi pasangan Markis Kido/Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi. Itu setelah Kido memutuskan menggandeng pasangan baru, Agripina Prima Rahmanto.
 ‘’Saya ingin mencari pasangan yang  benar-benar pas. Saya sudah lagi dengan Sinyo,’’ kata Kido.
 Hanya, dia enggan menjelaskan secara pasti alasan tak lagi menggandeng pebulu tangkis yang juga putra pelatih Kurnia Hu tersebut. Kini, dia ingin fokus mengkompakan diri dengan pasangan barunya.
 Meski, sebenarnya, dia mengaku targetnya selama berpasangan dengan Sinyo terpenuhi. Apa itu? ‘’Saya masih bisa masuk 10 besar dunia. Ini sebuah hal yang sangat bagus,’’ ucap Kido.
 Selain itu, berpasangan dengan Agripina juga bakal tak mengalami banyak kendala. Alasannya, dia satu klub dengannya di Jaya Raya.
 ‘’Untuk pelatih, kami percayakan kepada Sigit Pamungkas,’’ ucap Kido.
 Nah, target yang dibidik pun tak sembarangan. Kido/Agripina berharap bisa menembus Olimpiade Brasil 2016 dengan menjadi duta Indonesia.
 Kido mulai berpasangan dengan Sinyo usai Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok. Dia sempat tampil di Negeri Panda, julukan Tiongkok, berpasangan dengan Alvent Yulianto. Bersama Sinyo, Kido merasakan manisnya juara Prancis Super Series 2013. Tahun ini, keduanya menjadi juara dalam Indonesia Grand Prix Gold 2014.
 Hanya, dalam beberapa turnamen terakhir, pamor Kido/Sinyo redup. Kegagalan selalu mengiringi penampilan keduanya.  Terakhir, Kido/Sinyo hanya mampu bertahan hingga babak kedua Hongkong Super Series. Selain itu, di ajang Prancis Super Series 2014, mereka hanya mampu sampai perempat final. Padahal, mereka datang dengan status juara bertahan.
 Nama Kido sangat diperhitungkan saat berpasangan dengan Hendra Setiawan. Keduanya mampu merajai berbagai turnamen pada pertengahan era 2000-an. Bahkan, dua gelar bergengsi, juara dunia dan olimpiade, mampu digapai. Juara dunia dipetik pada 2007 dan setahun kemudian, Kido/Hendra meraih emas Olimpiade Beijing 2008.
 Sayang, keduanya memutuskan untuk keluar dari Pelatnas pada 2010. Tiket mempertahankan gelar olimpiade pun tak diambil pada 2012.
 Pada 2013, Hendra memutuskan kembali ke Pelatnas Cipayung. Dia dipasangkan dengan Mohammad Ahsan. Gelar juara dunia diraih pada tahun yang sama.
 Sedangkan Agripina kali terakhir berpasangan dengan Fran Kurniawan. Mereka hanya berjaya di turnamen-turnamen kecil. Salah satunya menjadi juara Bulgaria International 2014. (*) 

Tommy Langsung Menyerah

START buruk bagi Tommy Sugiarto. Dia langsung menelan kekalahan dalam pertandingan perdana Super Series Finals 2014.
 Tunggal putra terbaik Indonesia saat ini tersebut menyerah cepat 15-21, 9-21 kepada Jan O Jorgensen dari Denmark pada laga Grup B yang dilaksanakan di Dubai, Uni Emirate Arab (UEA) pada Rabu waktu setempat (17/12).Ini menjadi pertemuan perdana bagi Tommy dan Jorgensen.
 Dari sisi ranking, Tommy masih kalah. Dia dua setrip di bawah lawannya yang ada di posisi ketiga dunia.
 Kekalahan ini juga membuktikan Tommy masih labil. Dia tak pernah konsisten dari satu turnamen ke turnamen yang lain.
 Selama 2014, putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut belum pernah menjadi juara. Capaian terbaiknya adalah menembus babak final Malaysia Super Series. Langkahnya dihentikan andalan tuan rumah Lee Chong Wei.
 Tumbang di babak pertama pun sudah lima kali dialaminya yakni di Korea Super Series,  All England Super Series Premier, Indonesia Super Series Premier, Denmark Super Series Premier, dan Hongkong Super Series. Di tahun ini, sebenarnya Tommy juga pernah duduk di posisi ketiga. Di Grup B ini, selain Tommy dan Jorgensen juga dihuni oleh K. Srikanth (india) dan Kento Momota (Jepang).
 Melawan Srikanth, Tommy punya kenangan manis. Dia pernah menang di Malaysia Super Series Premier 2014 dengan dua game 21-10, 21-15. Begitu juga dengan Momota.
 Lelaki asal Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, itu dikalahkannya dua kali yakni di Australia Super Series 2014 dengan 21-18, 21-7 dan Denmark Super Series Premier dengan 21-18, 21-8. Tommy hanya kalah dalam pertemuan pertama di Tiongkok Masters dengan 17-21, 14-21.
 Dalam ajang Super Series Finals 2014, selain Tommy di tunggal putra, Indonesia juga meloloskan Nitya Krishinda/Greysia Polii (ganda putri) dan pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, yang juga menyandang status juara bertahan. (*)

Chen Long, Atlet Putra Terbaik 2014

PAMOR Indonesia di pentas bulu tangkis dunia kembali diragukan. Merah putih tak mampu menempatkan wakilnya sebagai pebulu tangkis terbaik dunia.
 Sebaliknya, Tiongkok kembali mendominasi dengan meraih dua gelar terbaik, atlet putra dan putri. Di sektor putra, Chen Long dinobatkan menjadi the best atas capaiannya selama 2014 termasuk menjadi juara dunia tunggal putra. Sementara, Zhao Yunlei mempereoleh apresiasi karena dua gelarnya dalam Kejuaraan Dunia dari nomor ganda putri serta ganda campuran. Sedangkan Akane Yamaguchi sebagai pebulu tangkis dengan lompatan terbaik. Sebagai pebulu tangkis yang baru masuk tahap senior, perempuan asal Jepang ini mampu menembus final Tiongkok Super Series 2014. Penganugerahan ini dilaksanakan di Dubai, Uni Emirate Arab, pada Selasa malam (16/12).   
Chen Long memulai 2014 dengan sempurna. Dia memenangi Korea Super Series. Setelah itu  menjadi runner-up All England dan India Super Series. Dia menyerah kepada Lee Chong Wei asal Malaysia.
 Chen Long membalas kegagalannya dengan mengalahkan lawan yang sama dalam Kejuarana Dunia yang digeber di Kopenhagen, Denmark. Lelaki yang masuk duduk di ranking kedua dunia itu naik ke podium terhormat dalam Asian Games 2014.
Dalam perebutan atlet putra terbaik, Chen Long mengalahkan kompatriot (rekan senegaranya) Lin Dan dan Zhang Nan, serta atlet Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeong-seong.
 ‘’Saya sangat gembira dengan penghargaan ini,’’ kata Chen Long seperti dikutip dari situs BWF. (*)

Ketemu Rival di Babak Penyisihan Grup

HENDRA Setiawan/Mohammad Ahsan ketemu musuh bebuyutan. Pasangan ganda putra terbaik Indonesia itu bakal bentrok dengan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dari Korea Selatan dalam Super Series Finals 2014.
 Sayangnya, mereka sudah saling jegal dalam babak penyisihan. Itu setelah Hendra/Ahsan  dan Yong-dae/Yeon-seong sama-sama menghuni grup A dalam event yang dilaksanakan di Dubai, Uni Enirate Arab, tersebut.
 Selain Hendra/Ahsan dan Yong-dae/Yeon-seong, di grup A juga terdapat nama Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok) dan Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korea Selatan).
 Bagi Hendra/Ahsan, Yong-dae/Yeon-seong merupakan momok yang menakutkan. Dari enam kali pertemuan, pasangan merah putih hanya sekali menang yakni di ajang putaran final Piala Thomas 2014 di New Delhi, India. Namun, dalam pertemuan terakhir di kandang sendiri dalam Indonesia Super Series Premier 2014, Hendra/Ahsan dipermalukan Yong-dae/Yeon-seong di babak final dengan dua game langsung 15-21, 17-21.
 Sementara, berhadapan dengan Chai Biao/Hong Wei juga bukan kali pertama. Hendra/Ahsan pernah mengalahkan ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, itu dengan dua game langsung 22-20, 21-16 dalam Jepang Super Series 2013.
 Namun, beda dengan Shin Ko Sung-hyun/Baek-choel. Hendra/Ahsan, yang kini kembali menduduki ranking kedua, belum sekalipun bersua.
 Dalam ajang Super Series Finals yang mulai dilaksanakan 17 Desember itu, Indonesia juga menempatkan Tommy Sugiarto di tunggal putra dan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di ganda campuran.
 Sejak 2008, Indonesia hanya sekali menempatkan wakilnya menjadi juara melalui Hendra/Ahsan tahun lalu. (*) 

Peraih juara Super Series Finals 2013
Tunggal putra: Lee Chong Wei (Malaysia)
Tunggal putri: Li Xuerui (Tiongkok)
Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia)
Ganda putri: Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark)
Ganda campuran: Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen

Jaya Raya Hentikan Ambisi Djarum Kudus

TAMPIL dengan materi juara dunia belum jaminan Djarum Kudus juara. Buktinya, mereka menyerah 2-3 kepada Jaya Raya Jakarta dalam final Kejuaraan Nasional Beregu Campuran Antarklub 2014 di Cirebon, Jawa Barat, pada Minggu (14/12).
 Memang, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang merupakan juara nomor gamda campuran 2013, sukses menyumbangkan kemenangan. Keduanya tak mengalami kesulisan saat menundukkan Markis Kido/Greysia Polii dengan 22-20, 21-10.
 Raihan ini pun membuat Dionysius Hayom Rumbaka pun terpacu semangatnya. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut melibas tunggal putra Jaya Raya Hermansyah dengan dua game langsung 21-14, 21-15.
 Ini membuat Djarum Kudus tunggal butuh satu kemenangan dari tiga partai yang tersisa. Namun, Jaya Raya tak mau menyerahkan gelar juaranya begitu saja.
 Klub ibu kota itu membuka harapan dari ganda putra. Pasangan dadakan Hendra Setiawan/Angga Pratama tak mengalami kesulitan untuk menghentikan perlawanan duet Djarum Kudus Kevin Sanjaya/Praveen Jordan 21-15, 21-17.
 Jaya Raya mampu menyamakan kedudukan lewat tunggal putri andalannya, Bellaeterix Manuputty. Dia menghentikan perlawanan mantan rekannya di pelatnas Maria Febe Kusumastuti dengan 21-10, 21-15.
 Nah, poin juara dipastikan melalui pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda. Peraih emas Asian Games 2014 itu menjinakkan Liliyana Natsir/Vita Marissa 22-20, 21-15. (*)
 

Lepas dari Posisi Juru Kunci

MAIN: Fauzi Adnan
JAYA Raya Suryanaga lepas dari malu. Klub asal Surabaya tersebut duduk di posisi ketiga Divisi I Grup B Kejuaraan Nasional  Beregu Campuran Antarklub 2014.
 Itu setelah Suryanaga memetik kemenangan 5-0 atas USM dalam pertandingan yang dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, pada Jumat (12/12). Kemenangan ini membuat tim asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, duduk di posisi ketiga.
 Kemenangan Suryanaga diawali oleh pasangan ganda campuran Tri KusumaWardhana/Ni Ketut Mahadewi yang menang 21-19, 21-11 atas Fuad Alfaris/Alfa Vivianita. Fauzi Adnan yang kembali dipercaya di nomor tunggal putra tak mengalami kesulitan untuk menjinakkan wakil USM Rendy Rontulalo 21-10, 21-10.
Suryanaga memastikan terhindar dari juru kunci berkat kemenangan yang dipetik Afni Fadilah dari nomor ganda putri. Dia melibas Rina Andriani 13-21, 21-12, 21-10.
 Christopher Rusdianto/Rian Agung Saputro di nomor ganda putra memantapkan kemenangan Suryanaga berkat kemenangan 21-8, 21-14 atas Raymond Bimo Prakoso/Rendy Rontualo. Hasil manis klub yang diketuai mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto itu ditutup oleh Meirisa Cindy/Ni Ketut Mahadewi yang melibas Arinda Sari Sinaga/Rina Andriani 21-15, 21-16.
 Dalam dua laga sebelumnya, Suryanaga menelan kekalahan telak 0-5. Masing-masing dari SGS Bandung dan Jaya Raya Jakarta.(*)

Sukses Revans, Andre Raih Gelar Perdana

AKHIRNYA: Andre Kurniawan Tedjono
TUNTAS sudah dendam Andre Kurniawan Tedjono. Dia mampu mengalahkan Indra Bagus Ade Candra 15-21, 21-18, 21-18 dalam pertandingan final tunggal putra Italia Challenge 2014 di Roma pada Jumat waktu setempat (12/12).  Tahun lalu, dalam event yang sama Andre dipermalukan 21-19, 15-21, 12-21.
 Meski sama-sama pernah digembleng di Pelatnas Cipayung, tapi kini kedua pebulu tangkis membela bendera yang berbeda. Andre masih setia dengan tulisan Indonesia di punggung. Sementara, Indra membela tuan rumah.
 Kemenanan ini juga membuat Andre memperbesar rekor kemenangan atas Indra. Kini, dia tiga kali memetik kemenangan dalam empat pertemuan. Dua kemenangan sebelumnya dipetik dalam Indonesia Challenge 2010 dan JPGG Challenge 2008. Menariknya, dalam dua perjumpaan itu, Indra membela bendera yang berbeda.
 Pada 2008, dia masih memakai merah putih di dada. Sedangkan dalam 2010, dia memperkuat Spanyol.
 Dari sisi ranking, Andre memang lebih layak diunggulkan. Dalam rilis peringkat terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Andre berada di posisi 47 sementara Indra di ranking 94. Di Indonesia, Andre berasal dari Djarum Kudus sedangkan Indra dari Tangkas. 
 Saat ini, kedua pebulu tangkis sama-sama mengais rezeki di Eropa. Andre banyak berkutat dalam kompetisi bulu tangkis Jerman (Bundesliga) dan Indra kini di Italia setelah sebelumnya di Negeri Matador, julukan Spanyol.
 Kemenangan atas Indra juga membuat Andre mampu meraih gelar selama 2014. Sebelumnya, dari 16 turnamen yang diikutinya, dia selalu gagal. Poin tertinggi di dapatnya di Belanda Grand Prix. Dengan menembus babak semifinal, Andre membawa pulang 3.850.
 Selain revans yang sukses dilakukan Andre, kejutan terjadi di sektor tunggal putri. Unggulan teratas Beatriz Corrales asal Spanyol dipermalukan Sashina Vignes Waran dari Prancis dengan 21-16, 17-21, 17-21. (*)

Suryanaga Makin Terpuruk

GAEK:Jeffer Rosobin (foto:djarum)
JAYA Raya Suryanaga babak belur. Dalam dua kali penampilannya dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Beregu Campuran Antarklub 2014, klub asal Surabaya itu selalu kalah.
 Bahkan, kekalahan yang ditelan cukup telak, 0-5. Setelah dihancurkan oleh SGS Bandung (10/12), mereka dipermalukan Jaya Raya Jakarta dengan skor yang sama dalam pertandingan Divisi I Grup A yang dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, pada Kamis WIB (11/12).
 Kekalahan Suryanaga diawali oleh pasangan ganda campuran Ronald Alexander/Ni Ketut Mahadewi yang menyerah 17-21, 14-21 kepada Alfian Eko/Greysia Polii. Kemudian, pebulu tangkis senior Jeffer Rosobin tak berdaya saat menghadapi wakil Jaya Raya Jakarta Eka Fajar Kusuma. Dia kalah 19-21, 13-21.
 Skor menjadi 0-3 ketika Rian Agung Saputra/Trikusuma Wardhana takluk dalam pertandingan tiga game 21-15, 18-21, 19-21 kepada pasangan juara dunia 2007 Markis Kido/Hendra Setiawan. Dalam partai keempat yang mempertandingkan tunggal putri, Tike Arieda Ningrum dilibas Bellaetrix Manuputty 22-20, 12-21, 18-21.
 Nesta klub asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, semakin lengkap dengan kekalahan mudah Afni Fadilah/Meirisa Cindy 13-21, 8-21 kepada Greysia Polii/Rizky Amelia Pradipta.
 Suryanaga masih bisa terhindar dari aib juru kunci. Syaratnya, mereka mampu mengalahkan USM Semarang dalam pertandingan Jumat (12/12). Di atas kertas, Suryanaga masih bisa memenangkan pertandingan.
 Dalam Kejurnas Beregu Campuran Antarklub 2014 ini, Suryanaga kehilangan tunggal putra andalannya, Sony Dwi Kuncoro. Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu telah berganti kostum Tjakrindo Masters yang juga berasal dari Surabaya.
 Sebaliknya, bagi Jaya Raya, kemenangan atas Suryanaga membuat tim asal ibu kota tersebut memimpin klasemen Grup B. (*)

Asa Tinggal di Pundak Andre

BERTAHAN:Andre Kurniawan Tedjono (foto:djarum)

ASA Indonesia juara di Italia Challenge 2014 ada di pundak Andre Kurniawan Tedjono. Dia menjadi satu-satunya duta merah putih yang masih bertahan di nomor tunggal putra.
 Bahkan, kini, langkah pebulu tangkis binaan Djarum Kudus tersebut sudah sampai perempat final. Ini setelah dia mengalahkan Shih Kuei  Chun dari Taiwan dengan dua game langsung 23-21, 21-13 pada pertandingan yang dilaksanakan di Roma pada Rabu waktu setempat (10/12) atau Kamis dini hari WIB (11/12).
 Untuk bisa menembus semifinal, Andre harus bisa mengalahkan Thomas Rouxel dari Prancis.  Kedua pebulu tangkis pernah bertemu sekali di Skotlandia Grand Prix 2013.
 Hasilnya, Andre menang dua game langsung 21-6, 21-17.Dari sisi ranking, Andre juga masih unggul. Dari ranking terakhir yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut duduk di posisi 47 sementara Rouxel di posisi 78.
 Sayang, langkah Andre menembus perempat final gagal diikuti oleh wakil Indonesia lainnya, Adi Pratama, Lelaki yang kini jadi sparring partner di Austria tersebut menyerah 16-21, 14-21 kepada unggulan ketiga asal Spanyol Pablo Abian.
 Sebenarnya, masih ada wakil Indonesia di babak perempat final yakni Indra Bagus Ade Candra. Hanya, dia tampil dengan bendera tuan rumah. Di baba kedua, Indra melibas unggulan keempat Wang Tzu Wei dari Taiwan dengan 21-17, 22-24, 21-15.
 Tahun lalu, Indra bersua dengan Andre di babak final. Dengan kemenangan di tangan Indra lewat rubber game 19-21, 21-15,21-12. (*)

Juara Dunia Tampil di Kejurnas

BEDA LEVEL: Tontowi (kanan) dan Liliyana (foto:PBSI)
KEJUARAAN nasional beregu antarklub 2014 bertabur bintang. Hampir semua pebulu tangkis papan atas dunia yang berasal dari Indonesia turun ke lapangan dalam event yang dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, 10-14 Desember tersebut.
 Pasangan sekaliber Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pun turun gunung. Juara dunia 2013 itu membela klub asalnya, Djarum Kudus.
 Tentu saja, mereka tak mengalami kesulitan saat mengalahkan wakil Pertamina Fastron Jakarta Iksawan Indra/Nadya Melati dengan dua game langsung 21-7, 21-13. Kemenangan ini menjadi modal berharga bagi Djarum untuk bisa memetik kemenangan 4-1 dalam pertandingan Divisi 1 Grup 3.
 Tiga poin lain disumbangkan Dionysius Hayom Rumbaka di tunggal putra, Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya (ganda putra), dan Vita Marissa/Rosyita Eka Putri Sari (ganda putri).
 Hayom,sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, menang mudah 21-7, 21-10 atas Indra Setiawan, Ahsan/Kevin melibas Muhammad Imam Sholeh/M. Khadafi 21-13, 21-17. Sementara Vita/Rosyita bertarung tiga game 19-21, 21-10, 21-12 atas Nadya Melati/Dian Fitriani.
 Satu-satunya partai yang lepas adalah sektor tunggal putri. Wakil Djarum Dinar Dyah Ayustine menyerah 16-21, 21-14, 13-21 kepada Ganis Nurrahmanadani. Di grup yang sama, Mutiara Bandung menumbangkan Tangkas Jakarta dengan skor ketat 3-2. 
 Di grup lainnya, Grup A, Jaya Raya menang besar 5-0 atas USM Semarang. Lima wakil klub ibu kota tersebut, Hermansyah (tunggal putra), Ruselli Hartawan (tunggal putri), Angga Pratama/Agripina Putra Rahmanto (ganda putra), Anggia Shitta/Rizky Amalia Pradipta(ganda putri), dan Alfian Eko/Greysia Polii tak terkalahkan. (*)

Unggulan Teratas Langsung Tersingkir

TUMBANG: Brice Leverdez (foto:franceolympique)
BRICE LEVERDEZ sempat membuat kejutan. Di Hongkong Super Series 2014, lelaki asal Prancis itu mempermalukan mantan pebulu tangkis terbaik Indonesia Simon Santoso di babak pertama dengan 14-21, 21-19, 21-19 (19/11).
 Sayang, langkahnya di turnamen kasta kedua BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) itu terhenti di babak kedua. Brice dipaksa mengakui ketangguhan Viktor Axelsen asal Denmark 7-21, 14-21 (20/11).
 Setelah itu, Brice terbang ke Jakarta untuk membela Europe All-Stars dalam ajang Axiata Cup 2014. Pebulu tangkis 28 tahun tersebut selalu tampil dalam tujuh pertandingan.
 Nah, usai berlaga di Axiata Cup 2014, Brice pun terbang ke Roma, Italia. Dia berlaga dalam ajang Italia Challenge 2014.
 Dengan ranking 25-nya, Brice diunggulkan di posisi teratas kandidat juara tunggal putra. Namun, faktor kelelahan tampaknya membuatnya tak bisa optimal.
 Dia langsung tersingkir dalam penampilan pertama. Brice menyerah straight game 15-21, 21-23 kepada Artem Pochtarev dari Ukraina di Roma pada Rabu waktu setempat (10/12). Secara ranking, sebenarnya Brice jauh lebih unggul. Lelaki asal negara pecahan Uni Soviet tersebut hanya nangkring di posisi 121.
 Di Italia Challenge 2014, Indonesia menempatkan Andre Kurniawan Tedjono sebagai unggulan kedua. Dalam pertandingan pertama, dia dipaksa tampil tiga game 21-19, 18-21, 21-19 oleh Jan Frohlich dari Rep Ceko.
 Selain itu, ada juga Adi Pratama. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung yang kini menjadi sparring partner timnas Austria tersebut unggul 21-9, 21-14 atas Patrick Kaemnitz. (*) 

Tanpa Chong Wei, Malaysia Tak Punya Wakil

TERSANDUNG: Lee Chong Wei (foto:thestar)
KETERGANTUNGAN kepada Lee Chong Wei membuat Malaysia gigit jari. Untuk kali pertama, negeri jiran tak mempunyain wakil dalam Super Series Finals 2014 yang dilaksanakan di Dubai, Uni Emirate Arab (UEA) pada 17-21 Desember mendatang.
 Direktur Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) Morten Frost Hansen mengatakan kejadian serupa bakal tak terulang tahun depan. Untuk itu, lelaki asal Denmark yang baru mulai bekerja Maret mendatang tersebut bakal menyusun program awal dan mendisksikannya bersama para pelatih yang ada di BAM.
 Deputi Presiden BAM Datuk Norza Zakaria menambahkan absennya wakil Malaysia di Dubai karena adanya tiga kelemahan. Yakni terlalu bergantungnya kepada Lee Chong Wei, kurangnya perencanaan, dan gagalnya pembibitan.
 Chong Wei gagal berlaga di Dubai karena kasus doping yang menimpanya pada Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, Agustus lalu. Ini membuatnya sejak 2007 tak bisa berlaga dalam Super Series Finals.
  Padahal, tahun ini, bapak satu anak itu mengukir juara di Malaysia Super Series Premier, All England Super Series Premier, India Super Series, dan Jepang Super Series. orza is clearly disappointed.
 “Kami terlalu bergantung kepada Chong Wei. Saya kecewa dua penerusnya, 
Chong Wei Feng dan Liew Daren, yang gagal mendekati Chong Wei,’’ujar Norza.
 Untuk itu, dia berharap Morten bisa segara membenahi kelemahan yang ada dan membuat Malaysia kembali disegani.
 Sejak 2007, Malaysia selalu melahirkan juara di ajang Super Series Finals melalui Chong Wei (tunggal putra 2008, 2009, 2010, 2013), Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (ganda putra 2008), Wong Mew Choo (tunggal putri 2009) serta Wong Pei Tty/Chin Eei Hui (ganda putri 2008 dan 2009). (*)

Peserta Super Series Finals
Tunggal putra: 1. Chen Long (Tiongkok); 2. Jan O Jorgensen (Denmark), 3. Son Wan-ho (Korsel), 4. K. Srikanth (India), 5. Kento Momota (Jepang), 6. Hans-Kristian Vittinghus (Denmark), 7. Tommy Sugiarto (Indonesia), 8. Kenichi Tago (Jepang).
Tungal putri: 1. Wang Shixian (Tiongkok), 2. Wang Yihan (Tiongkok), 3. Saina Nehwal (India), 4. Ratchanok Intanon (Thailand), 5. Sung Ji-hyun (Korsel), 6. Tai Tzu-ying (Taiwan), 7. Bae Yeon-ju (Korsel), 8. Akane Yamaguchi (Jepang).
Ganda putra: 1. Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel), 2. Lee Sheng-mu/Tsai Chia-hsin (Taiwan), 3. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang), 4. Mohd Ahsan/Hendra Setiawan (Indonesia), 5. Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok), 6. Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok), 7. Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark), 8. Ko Sung-hyun/Shin Baek-cheol (Korsel).
Ganda putri: 1. Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang), 2. Reika Kakiiwa/Miyuki Maeda (Jepang), 3. Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok), 4. Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark), 5. Luo Ying/Luo Yu (Tiongkok), 6. Chang Ye-na/Kim So-yeong (Korsel), 7. Jung Kyung-eun/Kim Ha-na (Korsel), 8. Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (Indonesia). 
Ganda campuran: 1. Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok), 2. Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok), 3. Tantowi Ahmad-Lilyana Natsir (Indonesia), 4. Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korsel), 5. Sudket Prapakamol/T. Saralee (Thailand), 6. Chris Adcock/Gabrielle Adcock (Inggris), 7. Joachim Fischer Neilsen/Christinna Pedersen (Denmark), 8. Michael Fuchs/Birgit Michels (Jerman).

Sehari Tampil dalam Dua Ajang Berbeda

MEMERAS TENAGA:Tommy Sugiarto
INDONESIA gagal menjadi juara Axiata Cup 2014. Dalam babak final yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (7/12), merah putih bermain imbang 2-2 melawan Thailand.
 Namun, dalam total game yang menjadi acuan, skor Indonesia kalah 138-140. Salah satu poin yang lepas adalah di nomor tunggal putra.
 Pebulu tangkis nomor satu Indonesia Tommy Sugiarto secara mengejutkan menyerah dua game langsung 20-22, 13-21 kepada Tanongsak Saensomboonsok. Memang, dalam dua kali pertemuan terakhir, putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut selalu kalah.
 Namun, sebenarnya, ada fakta lain yang terungkap dari kekalahan terebut. Pagi harinya, Tommy sudah turun ke lapangan. Bukan di ajang Axiata tapi di liga bulu tangkis Malaysia atau yang akrab disebut Purple League. Final Axiata sendiri dilaksanakan malam hari waktu setempat.
 Pagi harinya, Tommy bertanding membela Puchong United. Turun sebagai tunggal putra pertama, pebulu tangkis nomor lima dunia itu tak mengalami kesulitan untuk mengalahkan wakil Klang United Puah Chen Hao dengan 2-11, 4-11, 1-11.
 Meski tak terlalu memeras keringat, namun tampil sehari dua kali dalam dua ajang yang berbeda tentu perlu mendapat sorotan. Alangkah lebih bagusnya jika Tommy hanya membela Indonesia di ajang Axiata Cup. Apalagi, di event yang menyediakan totaln hadiah USD 1 miliar tersebut, Indonesia gagal menjadin juara tahun lalu.
 Sebelumnya, Tommy juga telat bergabung dengan Tim Indonesia di Axiata Cup 2014. Alasannya juga sama, dia berlaga di Purple League.
 Tommy baru membela Indonesia saat berhadapan dengan Filipina pada 30 November di Jakarta. Padahal, Axiata Cup sudah dimulai sejak 27 November. Tanpa Tommy, tunggal putra pertama diisi oleh Dionysius Hayom Rumbaka dan Simon Santoso. (*)

Duh, Axiata Cup pun Gagal Diraih

CHAMPION:Thailand menjadi juara Axiata Cup 2014 (foto:axiata)

KEGAGALAN demi kegagalan terus dialami tim bulu tangkis Indonesia. Bukan hanya di ajang Piala Thomas dan Piala Uber serta Piala Sudirman, di event Axiata Cup pun, lagu Indonesia Raya gagal berkumandang.
 Itu setelah Indonesia bermain imbang 2-2 melawan Thailand dalam final Axiata Cup 2014 yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Minggu waktu setempat (7/12).
 Skor bisa terjadi 2-2 karena dalam Axiata Cup hanya menggelar empat partai yakni tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran. Artinya, nomor ganda putri tidak dipertandingkan. Jika skor sama, maka hitungan menang kalah poin dalam empat pertandingan dihitung.
 Pada babak final, Indonesia memetik dua kali kemenangan di nomor ganda putra dan ganda campuran. Di ganda putra, pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan menang dua game langsung 21-16, 21-12 atas Wannawat Ampunsuwan/Patiphat Chalardchaleam. Kemudian, Riky Widianto/Richi Dili Puspita unggul 21-17, 21-10 atas pasangan ganda campuran Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, Maneepong Jongjit/Sapsiree Taerattanachai.
 Sayang, di dua nomor tunggal, Tommy Sugiarto di sektor putra dan Hanna Ramadhini di putri, gagal menyumbangkan kemenangan. Tommy dipermalukan Tanongsak Saensomboonsuk straight game 20-22, 13-21.
 Bagi Tommy, Tanongsak memang menjadi lawan yang memberikan mimpi buruk. Dalam tiga pertandingan sebelumnya, Tommy dua kalah kalah. Ironisnya, dua kekalahan tersebut ditelannya dalam dua pertemuan terakhir di All England Super Series Premier 2013 dan Jepang Super Series 2013. Tommy hanya sekali menang di Taiwan Grand Prix 2011.
 Sedangkan Hanna masih kalah kelas dengan Ratchanok Intanon. Juara dunia 2013 itu menang 21-9, 21-12.   Secara total,Thailand unggul 140-38. Tahun lalu, Axiata Cup dimenangkan oleh Malaysia. (*)

Sony Masih Punya Arti

Sony Dwi Kuncoro (foto;PBSI)
USIA boleh semakin uzur. Kemampuannya pun dianggap sudah tak seperti dulu.
 Namun, itu tetap tak membuat nilai jual Sony Dwi Kuncoro pudar. Buktinya, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut masih diminati klub Malaysia.
 Dalam liga bulu tangkis negeri jiran itu atau yang akrab dinamakan Purple League, Sony membela klub Ampang Jaya. Dia hanya tampil sejak babak utama.
 Meski klub tersebut, harus berjuang dari babak kualifikasi. Selama perebutan tiket ke babak bergengsi, posisi tunggal putra di Ampang Jaya mengandalkan Kelvin Ng. Dalam dua kali penampilannya, dia selalu kalah.
 Saat berhadapan Bangsar Hawks, dia dipermalukan Ahmad Maziri 11-6, 6-11, 6-11, 7-11 (22/11). Ini membuat Ampang Jaya takluk 1-2.
 Di hari yang sama saat berhadapan dengan Puchong United, Kelvin kembali menyerah 5-11, 11-7, 6-11, 4-11 kepada Vincenth Puah pada (22/11).  Hanya, kekalahan itu tak membuat klubnya kembali tumbang. Ampang Jaya unggul 2-1.
 Hasil tersebut sudah cukup membuat klub tersebut menembus babak utama. Dalam penampilan di babak bergengsi, posisi tunggal sudah tak lagi dipercayakan kepada Kelvin.
 Sebagai gantinya, ada dua pebulu tangkis Goh Giap Chin dan Andrew Liw dipercaya turun ke lapangan ketika Ampang Jaya menang 5-1 atas Bangsar Hawks (27/11). Ini sekaligus membalas kekalahan di kualifikasi. Di babak ini, nomor tunggal putri, mereka mengandalkan pebulu tangkis Indonesia Aprilia Yuswandari yang ikut menyumbangkan angka.
 Pada 30 November, Ampang Jaya kembali memetik kemenangan. Kali ini, Kajang yang dikalahkan 4-2. Goh Giap Chin ikut menyumbangkan poin, sementara Kelvin yang kembali tampil, harus menelan kekalahan. Di Kajang,  ada nama pebulu tangkis senior spesialis ganda Hendra Setiawan, yang ikut memetik kemenangan ketika berhadapan dengan Ong Soon Hock.
 Nah, saat berhadapan dengan Klang United (3/12), Sony baru turun ke lapangan. Dia baru bisa tampil karena berlaga di Hongkong Grand Prix dan Makau Grand Prix Gold.
 Dalam debutnya di Purple League, Sony dipaksa memeras keringkat oleh pebulu tangkis Singapura Derek Wong 6-11, 11-6, 11-10, 8-11, 11-3.
 Kemenangan ini membuat Sony mambalas kekalahan yang ditelannya dalam Kejuaraan Dunia di Tiongkok 2013. Saat itu, dia dipermalukan 22-24, 16-21. Donasi Sony ini ikut memberi andil kepada Ampang Jaya untuk bisa mengalahkan Klang United 4-2. Aprilia juga kembali mendonasikan poin.
 Dengan tiga kali kemenangan, Ampang Jaya pun berada di posisi ketiga. Klub itu hanya kalah poin menang kalah di tiga partai oleh Muar City dan Puchong United. (*)

Kembali ke Posisi Terbaik

YESS:Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja
LOMPATAN berarti dilakukan pasangan Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja. Pasangan muda Pelatnas Cipayung tersebut kini duduk di posisi 33 dunia.
 Artinya, dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 4 Desember 2014,Edi/Gloria melonjak 18 setrip dari pekan sebelumnya. Capaian ini tak lepas dari hasil yang dipetik dari Makau Grand Prix Gold 2014.
 Dalam turnamen yang dilaksanakan pekan lalu itu, pasangan yang sama-sama berasal dari Djarum Kudus tersebut mampu naik ke podium juara. Dalam final yang dilaksanakan Minggu (30/11) tersebut, Edi/Glorioa mengalahkan unggulan kedua asal Singapura Danny Bawa Chrisnanta/Vanessa Neo dengan tiga game yang seru 21-15, 29-30, 22-20.
 Hasil dari pulau yang pernah menjadi koloni Portugal tersebut membuat pebulu tangkis yang pernah sama-sama menyandang gelar juara dunia tersebut membawa pulang 7000 poin. Berada di posisi 33 dunia juga menjadi capaian terbaik Edi/Gloria. Menariknya, posisi yang sama pernah ditempati mereka 6 November lalu.
 Selama 2014, mereka sudah tampil dalam sembilan turnamen. Hasilnya, paling mentok hanya mampu menembus babak semifinal. Itu dilakukan di empat turnamen yakni Malaysia Grand Prix Gold, Indonesia Grand Prix Gold, dan Belanda Grand Prix. Satu lagi adalah Bulgaria Internasional.
 Posisi Edi/Gloria ini juga membuat mereka  di bawah Tontowi Ahmad/Liliyana Narsir (keempat), Riky Widianto/Richi Dili Puspita (10), Praveen Jordan/Debby Susanto (12), Markis Kido/Pia Zebadiah (16), dan Muhammad Rijal/Vita Marissa (17).
 Ranking tertinggi dunia masih ditempati pasangan Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei. (*)