WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Masih Bertahan meski dari Kualifikasi

Firman Abdul Kholik

SABETAN Firman Abdul Kholik masih memakan korban. Kali ini, giliran Ng Ka Long yang dibuatnya tak berdaya.

Firman mempermalukan pebulu tangkis asal Hongkong tersebut dengan dua game tanpa balas 21-12, 22-20 dalam pertandingan babak kedua Jerman Grand Prix Gold 2015 yang dilaksanakan di Mulheim an der Ruhr pada Rabu waktu setempat (26/2). Kemenangan ini cukup mengejutkan.

Alasannya, secara ranking, Firman kalah jauh. Dia ada di posisi 160 sedangkan Ka Long di ranking 33 dunia. Selain itu, di Jerman Grand Prix Gold 2015, lelaki binaan Mutiara Bandung tersebut merangkak dari babak kualifikasi.

Namun, untuk kembali melaju juga bukan pekerjaan mudah bagi Firman. Pada babak ketiga turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut, coba dihadang wakil Hongkong lainnya, Wong Wing Ki.

Ini akan menjadi pertemuan perdana bagi Firman dengan lelaki yang berdarah Indonesia dari kedua orang tuanya tersebut. Wing Ki sendiri di babak pertama mempermalukan mantan tunggal putra terbaik Indonesia yang juga senior Firman di Pelatnas Cipayung Simon Santoso.

Selain Firman, di babak ketiga tunggal putra Jerman Grand Prix Gold 2015, Indonesia juga menempatkan Dionysius Hayom Rumbaka dan Andre Kurniawan Tedjono. Langkah keduanya ke perempat final terbuka lebar.

Lawan yang dihadapi di babak ketiga termasuk ringan. Hayom, yang di babak kedua menundukkan Valeriy Atrashchenkov (Ukraina) 21-10, 21-13, ditantang Lucas Corvee asal Prancis. Wakil Negeri Anggur, julukan Prancis, juga akan menjadi lawan Andre.

Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut bersua dengan Thomas Rouxel. (*)

Tak Ada Nama Lee Chong Wei

ABSEN DI KANDANG: Lee Chong Wei 

KEINGINAN menyaksikan Lee Chong Wei tampil di kandang sendiri sirna. Namanya tak masuk dalam peserta sementara turnamen Malaysia Super Series Premier yang dilaksanakan di Kuala Lumpur pada 31 Maret-5 April 2015.

Padahal, semula, Chong Wei diharapkan bisa turun ke lapangan lagi. Apalagi, kehadirannya bisa menyedot animo penonton menyaksikan pertandingan turnamen yang menyediakan hadiah total USD 500 ribu tersebut.

Chong Wei sendiri juga menjadi pemegang rekor juara di Malaysia Open, nama titel turnamen di negeri jiran itu.Lelaki 32 tahun tersebut sudah mengoleksi gelar tunggal putra sebanyak 10 kali.

Sayang, asa itu tinggal mimpi. BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) belum memberikan izin kepadanya untuk mengayunkan raket di turnamen resmi. Ini tak lepas dari sanksi tanpa batas yang dikeluarkan terkait doping yang dilakukan dalam Kejuaraan Dunia di Kopenhagen, Denmark, Agustus 2015.

Dengan absennya Chong Wei, Malaysia tak punya wakil yang langsung bertengger di babak utama. Empat pebulu tangkis yang dimiliki, Chong Wei Feng, Mohammad Arif Abdul Latif,Zulkifli Zulfadli,dan Liew Daren,harus merangkak dari babak kualifikasi.  (*)

Koleksi Gelar Lee Chong Wei
2004, 2005, 2006, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014

Febri Belum Banyak Berkeringat

Febri (kanan) bersama Roy Danu

LANGKAH Febriyan Irvannaldy begitu ringan dalam Sirkuit Nasional Seri I. Dia menang mudah 21-14, 21-15 atas Yayan Yuliardana (Legends Palembang) pada babak pertama yang dilaksanakan di GOR Dempo, Palembang, pada Selasa waktu setempat (24/2).

''Alhamdulillah, saya bisa lolos babak kedua,'' jelas Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy.

Bahkan, hal yang sama juga bakal terulang di babak kedua. Pebulu tangkis yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut akan dijajal Moch Revindra (Djarum Kudus), yang sebelumnya menang 21-8, 21-10 atas M. Andika (PON Sumsel). Toh, kalau menang lagi, Febri, yang diunggulkan di posisi kedua, bisa bersua dengan rekannya berlatih di Tim PON Jawa Timur Roy Putu Danu.

Febri  sendiri berharap bisa tampil lebih bagus lagi dibandingkan Sirnas 2014. Tahun lalu, lelaki binaan Wima, Surabaya, itu menggondol dua gelar di Seri Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah. (*)

Simon Langsung Tersingkir

MUSICA: Simon Santoso (foto:djarum)

TAHUN 2015 sudah menembus bulan kedua alias Februari. Namun, Simon Santoso juga belum turun ke lapangan dalam kalender resmi turnamen BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).

Memang, Simon menjadi salah satu aktor keberhasilan Musica Champions mempertahankan gelar dalam Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2015. Di Purple League yang merupakan kompetisi bulu tangkis antarklub di Malaysia, dia juga turun dengan membela bendera Klang United.

Tapi, kedua ajang tersebut bukan turnamen BWF. Kesempatan berlaga dalam Malaysia Grand Prix Gold 2015 pun dilewatkannya. Alasannya, kondisinya belum fit untuk ikut ambil bagian dalam turnamen yang dilaksanakan di Kuching, Sarawak, Januari lalu.

Nah, Jerman Grand Prix Gold 2015 yang kini tengah berlangsung menjadi penampilan perdananya. Tapi, hasil yang diraih sungguh sangat mengecewakan.

Simon langsung tersingkir di babak pertama. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di An den Sportstatten 645468 Mulheim an der Ruhr Selasa waktu setempat (24/2), mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut kalah oleh pebulu tangkis Hongkong yang menempati unggulan ke-16 Wong Wing Ki dengan dua game langsung 17-21, 16-21.

Yang lebih menyakitkan lagi. Kekalahan ini merupakan pil pahit pertama Simon dari lekaki yang mempunyai darah Indonesia dari kedua orang tuanya tersebut.
Dalam empat kali pertemuan sebelumnya, Simon selalu memetik kemenangan.

Dengan tumbangnya Simon, Indonesia tinggal menyisakan tiga wakil di babak kedua Jerman Grand Prix Gold 2015 yakni Dionysius Hayom Rumbaka, Andre Kurniawan Tedjono, dan Firman Abdul Kholik. Di babak pertama, Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, memulangkan unggulan ketiga asal Taiwan Hsu Jen Hao 21-10, 10-21, 21-18.

Langkahnya menuju babak ketiga akan semakin lapang. Di babak kedua yang dilaksanakan Rabu waktu setempat (25/2), mantan penghuni Pelatnas Cipayung tesebut berhadapan dengan wakil dari babak kualifikasi Valeriy Atrashchenkov (Ukraina) yang menundukkan Vladimir Malkov (Rusia) 8-21, 21-19, 22-20.

Di atas kertas, Hayom bakal tak mengalami kesulitan. Ranking yang dimilinya sekarang, 31, masih 100 setrip di atas lawan. (*)

Dari Petaling Berlanjut ke Sirnas

BARU:Ardiansyah

RIZKY  Hidayat punya pasangan baru. Sebelumnya, pebulu tangkis asal Wima Surabaya tersebut berpartner dengan satu klubnya, Riyo Arief.

Namun, pasangan ini susah untuk bermain bersama lagi setelah Riyo bekerja di sebuah bank swasta. Dia tak bisa bepergian ke mana--mana untuk mengikuti rangkaian turnamen, termasuk ajang sirkuit nasional (sirnas).

Nah, dalam Sirnas I yang dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, Rizky berpasangan dengan Ardiansyah Putra yang berbendera Berkat Abadi Banjarmasin. Sebernarnya, penampilan di sirnas ini bukan kali pertama bagi mereka.

Rizky/Ardiansyah sudah tampil kompak dalam Purple League. Dalam ajang yang merupakan kompetisi bulu tangkis antarklub Malaysia tersebut, keduanya membela Petaling.

Kolaborasi Rizky/Ardiansyah mampu membawa Petaling melewati babak penyisihan. Sayang, mereka gagal meloloskkan klubnya hingga babak semifinal.

Dalam Sirnas Palembang, Rizky/Ardiansyah diunggulkan di posisi kedelapan. Pada babak pertama, mereka memperoleh bye. Di babak kedua, Rizky/Ardiansyah ditantang ganda asal klub Exist Jakarta Alwi Mahardika/Willian Astan.

Di Kota Empek-Empek ini, unggulan teratas ganda putra ditempati pasangan asal Suryanaga Surabaya Christopher Rusdianto/Tri Kusuma Wardhana. (*)

Pernah 10 Besar, Kini Merangka dari Kualifikasi

MERANGKAK:Rian Agung Saputro (foto;PBSI)

BERADA di zona 10 besar dunia ganda putra pernah dirasakan Rian Agung Saputro. Saat itu, dia berpasangan dengan Angga Pratama.

Ini membuat Rian/Angga digadang-gadang bakal menjadi ganda andalan Indonesia di masa depan. Mereka diharapkan mampu menggantikan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Sayang, harapan tersebut sirna. Rian/Angga penampilannya labil. Usai menjadi juara Indonesia Grand Prix 2013, penampilan keduanya seperti terjun bebas.

Kekalahan demi kekalahan ditelan pasangan asal Suryanaga/Jaya Raya tersebut di babak-babak awal. Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, menjadi penampilan pemungkasnya.

Dalam event yang digelar Agustus itu, Rian/Angga menyerah di babak ketiga kepada Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korea Selatan) dengan 14-21, 13-21. PBSI pun resmi menceraikannya.

Rian pun dipasangkan dengan Berry Anggriawan. Sudah dua kali turnamen yang diikuti yakni Makau Grand Prix 2014 dan Austria Challenge 2015.

Hasilnya pun jeblok. di Makau, Rian/Berry, yang diunggulkan di posisi keenam, tersingkir di babak kedua usai dipermalukan Marcus Ellis/Chris Langridge 16-21, 21-23. Pekan lalu di Austria Challenge, perjalanan keduanya juga hanya sampai babak ketiga.Rian/Berry menyerah kepada rekannya sendiri, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto 16-21, 21-19, 19-21.

Kini, Rian/Berry pun mengejar poin lagi di Jerman Grand Prix Gold 2015. Hanya, dengan ranking yang dimiliki sekarang,220, mereka hanya melalui babak kualifikasi.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Mulheim an der Ruhr pada Selasa waktu setempat (24/2), Rian/Berry akan dijajal pasangan gado-gado Prancis dan Indonesia, Viki Indra/Florent Riancho. Dari ranking dunia yang dimiliki, Rian/Berry kalah. Lawannya ada di posisi 136.
Jika menang, mereka harus berhadapan dengan pemenang duel Jurgen Koch/Christian Lind Thomsen (Austria/Denmark) dengan Lucas Corvee/Brice Laverdez (Prancis).

Di babak kualifikasi ini, ada satu pasangan Indonesia yang merangkak dari babak kualifikasi yakni Fran Kurniawan/Arya Maulana. Mereka akan menjajal ketangguhan Joshua Magee/Sam Magee. (*)

Ulangi Capaian Austria Open 2010

JUARA: Fajar Alfian/M. Rian Ardianto

INDONESIA berpesta di Austria Challenge 2015. Pebulu tangkis merah putih membawa pulang tiga gelar dalam event yang menyediakan hadiah total USD 15 ribu tersebut.

Tiga gelar itu disumbangkan oleh Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dari ganda putra, Suci Rizky Andini/Maretha Dea Geovani (ganda putri), dan Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja (ganda campuran). Mereka mampu mengalahkan lawan-lawannya dalam babak final yang dilaksanakan di Wina pada Sabtu waktu setempat (21/2) atau MInggu WIB (22/2).

Fajar/Rian, sapaan karib Muhammad Rian Ardianto, menghentikan perlawanan Peter Briggs/Tom Wolfenden dari Inggris melalui rubber game 23-21, 18-21,21-19. Ini menjadi pertemuan perdana dari kedua pasangan.

Di ganda putri, Suci Rizky Andini/Maretha Dea Giovani, yang diunggulkan di posisi kedelapan,unggul dua game 21-14, 23-21 atas wakil Inggris Heather Olver/Lauren Smith (Inggris). Bagi pasangan Pelatnas Cipayung ini, hasil tersebut membuat mereka langsung merasakan manisnya naik ke podium terhormat dalam penampilan perdana.

Sebelumnya, Suci dipasangkan dengan Tiara Rosalia Nuraidah. Sedangkan Maretha berpartner dengan Rosyita Eka Putri.

Gelar ketiga disumbangkan Edi/Gloria yang menundukkan rekannya sendiri di pelatna, Ronald Alexander/Melati Daeva Oktaviani dalam pertarungan tiga game 15-21, 22-20, 21-18 yang memakan waktu 56 menit. Bagi Edi/Gloria, lawannya tersebut bukan seteru yang asing.

Kedua pasangan sudah dua kali bertemu sebelumnya di Indonesia Grand Prix Gold 2014 dan Belanda Grand Prix. Hasilnya, Edi/Gloria selalu memetik kemenangan.

Koleksi tiga gelar ini juga mengulangi hasil di Austria Open, titel resmi turnamen, pada 2010.Saat itu, Indonesia juga menggondol tiga juara melalui Andre Kurniawan Tedjono (tunggal putra), Fransisca Ratnasari (tunggal putri), dan Viki Indra/Ardiansyah Putra (ganda campuran). (*)






Hasil final Austria Challenge 2015

Tunggal putra:Ng Ka Long (Hongkong x1) v Iskandar Zulkarnaik (Malaysia) 14-21, 21-18, 21-19

Tunggal putri: Cheung Ngan Yi (Hongkong) v Petya Nedelcheva (Bulgaria x3) 22-20, 21-18

Ganda putra:Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (Indonesia x8) v Peter Briggs/Tom Wolfenden (Inggris) 23-21, 18-21,21-19

Ganda putri:Suci Rizky Andini/Maretha Dea Giovani (Indonesia x8) v Heather Olver/Lauren Smith (Inggris) 21-14, 23-21

Ganda campuran:Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja (Indonesia x3) v Ronald Alexander/Melati Daeva (Indonesia x4) 15-21, 22-20, 21-18

Surabaya Tutup Rangkaian Sirnas 2015

VENUE: GOR Sudirman,Surabaya (foto:victor)

SURABAYA masih dianggap sebagai kota bulu tangkis. Kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta tersebut kembali dipercaya menjadi host Sirkuit Nasional (Sirnas) 2015.

Bahkan, seperti tahun lalu, Kota Pahlawan, julukan Surabaya, menjadi seri pemungkas. Dari daftar yang sudah dirilis pihak Djarum, Seri Surabaya akan menjadi Seri X yang dilaksanakan di GOR Sudirman pada 9-14 November.

Sedangkan Palembang, Sumatera Selatan, mendapat amanah menjadi seri pembuka.Ajang yang diikuti para pebulu tangkis papan atas tanah air tersebut akan dilaksanakan di GOR Dempo dan GOR Ranau,Jakabaring.

Ini tentunya bisa menjadi pengobat dahaga publik bulu tangkis Surabaya. Sebelumnya, pada 2014 dan awal 2015, dua event bergengsi yang biasanya dilaksanakan di laksanakan di ibu kota Provinsi Jawa Timur tersebut raib. Ajang itu adalah Axiata Cup 2014 dan Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2015.

Tahun lalu, Axiata dilaksanakan di Jakarta. Sementara, SBI digeber di Denpasar, Bali. Axiata merupaakan ajang beregu yang diikuti oleh negara-negara Asia Tengggara plus Eropa All-Star dan Asia All-Star.

SBI sendiri merupakan pertandingan antarklub bergengsi yang diikuti oleh klub-klub dalam dan luar negeri. Salah satu bintang yang hadir dalam SBI 2015 yang dilaksanakan di Pulau Dewata, julukan Bali, adalah Lee Yong-dae asal Korea Selatan. (*)

Agenda Sirnas 2015

Seri I: Palembang (Sumatera Selatan)  23-28 Februari

Seri II: Manado (Sulawesi Utara) 27 April-2 Mei

Seri III:Jakarta (DKI Jakarta) 11-16 Mei

Seri IV: Bandung (Jawa Barat) 18-23 Mei

Seri V: Jogjakarta (DI Jogjakarta)  18-22 Agustus

Seri VI: Magelang (Jawa Tengah) 24-29 Agustus

Seri VII: Pontianak (Kalimantan Barat) 28 September - 3 Oktober

Seri VIII: Pekanbaru (Riau) 11-17 Oktober

Seri IX: Mataram (Nusa Tenggara Barat) 26-31 Oktober

Seri X: Surabaya (Jawa Timur) 9-14 Novenber

Edi/Gloria Meretas Jalan Obati Luka

KUAT:Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja (foto:djarum)

GELAR di level grand prix sudah diigapai pasangan ganda campuran Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja. Mereka menggapainya dalam Makau Open 2014.

Dalam pertandingan final pada 30 November 2014, Edi/Gloria menghentikan langkah pasangan Singapura Danny Bawa Chrisnanta/Yu Yan 21-15, 29-30, 22-20 . Bahkan, tahun ini, mereka nyaris sudah meraih posisi terhormat.

Edi/Gloria mampu menembus final Malaysia Grand Prix Gold 2015. Namun, di laga pemungkas, pasangan yang sama-sama berasal dari Djarum Kudus tersebut harus mengakui ketangguhan seniornya di Pelatnas Cipayung Praveen Jordan/Debby Susanto 21-19, 10-21, 18-21.

Tapi, kini, Edi/Gloria punya asa kembali menambah koleksi. Di Austria Challenge 2015, langkahnya sudah sampai di semifinal.

Slot itu diraih usai menang 21-17, 21-18 atas wakil Swedia Jonathan Nord/Emelie Fabbeke. Untuk bisa lolos final, pasangan yang diunggulkan di posisi ketiga tersebut menantang unggulan ketiga Evgenij Dremin/Evgenia Dimova.  Ganda Rusia itu lolos ke semifinal usai menghentikan perlawanan Gao Xiangcheng/Wu Qianqian (Tiongkok) 21-15, 12-21, 21-11.

Edi/Gloria belum pernah bersua ganda Negeri Beruang Merah, julukan Rusia, itu. Meski kalah peringkat, namun mereka punya asa menang. Ranking keduanya tak jauh berbeda. Edi/Gloria ada di posisi 36 atau tiga setrip di bawah lawannya. (*)

Gelar Tunggal Putra Lepas

MENYERAH: Setyaldi Putra Wibowo (foto:djarum)

KANS Indonesia meraih gelar juara di nomor bergengsi, tunggal putra, di Austria Challenge 2015 kandas. Ini setelah satu-satunya wakil yang tersisa hingga perempat final, Setyaldi Putra Wibowo, menyerah.

Dia dipaksa harus mengakui ketangguhan Iskandar Zulkarnain dari Malaysia dalam pertarungan rubber game 14-21, 21-13, 13-21 di Wina pada Jumat waktu setempat (20/2). Stamina tampaknya mempengaruhi penampilannya. Sebelum menembus perempat final, Setyaldi juga memeras keringat tiga game sebelum menyingkirkan unggulan ketiga Rasmus Fladberg dari Denmark dengan 21-16, 18-21, 21-17.

Meski mengirim banyak tunggal putra, tapi hingga babak kedua, Indonesia tinggal menyisakan dua duta. Selain Setyaldi, ada Thomi Azizan Mahbub. Sayang, dia gagal melaju ke perempat final usai disikat unggulan teratas asal Hongkong Ng Ka Long 12-21, 15-21.

Malaysia sendiri di nomor tunggal putra ini sudah memastikan satu tiket di babak final. Iskandar akan ditantang rekan senegaranya sendiri, Goh Soon Huat. Di perempat final, Soon Huat mengatasi perlawanan Gabriel Ulldahl (Swedia) dengan 21-18, 21-15. Sedangkan semifnal lainnya mempertemukan Ka Long dengan Eric Pang (Belanda).

Sebenarnya, beban juara diberikan kepada Andre Kurniawan Tedjono. Tapi, langkah pebulu tangkis senior yang kenyang berlaga di Eropa ini langsung terhenti di babak pertama. Andre menyerah kepada sahabatnya asal Belgia yang berdarah Indonesia Yuhan Tan. (*)

Masih Mimpi Ikuti Jejak Susi

MASA JAYA: Susi Susanti saat masih aktif,

KESEDIHAN Indonesia di nomor tunggal putri All England bakal terus berlanjut. Masih susah mengharapkan srikandi-srikandi merah putih pulang berkalung medali dalam turnamen perorangan paling bergengsi di muka bumi itu.

Kali terakhir, tunggal putri Indonesia yang naik ke podium terhormat adalah Susi Susanti. Dia melakukannya pada 1994.

Dalam pertandingan final, perempuan yang kini menjadi istri Alan Budikusuma tersebut menundukkan Ye Zhaoying dari Tiongkok dengan 11-5, 11-9 (saat itu pertandingan masih memakai game 11). Gelar itu juga menjadi yang keempat di All England bagi Susi.

Tiga kalungan medali lainnya diberikan pada 1990, 1991, dan 1993. Gelar perdana bagi Susi pada 1990 diraihnya berkat kemenangan atas Huang Hua (Tiongkok) 12-11, 11-1. Setahun kemudian, gadis asal Jawa Barat tersebut rekannya sendiri asal Indonesia Sarwendah Kusumardhani 0-11, 11-2, 11-6.  Sedangkan pada 1993, dia  mengalahkan Bang So-hyun (Korea Selatan) 4-11, 11-4, 11-1.

Setelah itu, gelar juara seakan jauh dari genggaman. Ini juga bakal terjadi pada 2015 ini.

Indonesia hanya menurunkan tiga tunggal putrinya. Dari ketiganya, hanya Lindaweni yang langsung ke babak utama. Sedangkan Millicent Wiranto dan Bellaetrix Manuputty harus berjuang dari babak kualifikasi.

Bahkan, jika sama-sama memetik kemenangan di pertandingan pertama kualifikasi, keduanya bakal bentrok berebut tiket ke babak utama. Untuk Lindaweni, dia langsung berhadapan dengan lawan berat asal Thailand Porntip Buranaprasertsuk.

Meski mampu menang dua kali dalam tiga kali pertemuan, tapi ranking Lindaweni jauh dari Porntip. Pebulu tangkis Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, itu ada di posisi 22 sedang Lindaweni 20 setrip di bawahnya.

Toh kalau pun menang, lawan lebih berat sudah menantang. Lindaweni sudah ditunggu pemenang partai PV Sindhu asal India versus juara dunia 2014 asal Spanyol Carolina Marin.

Ini artinya, masih berat untuk bisa meneruskan jejak Susi. Tapi, semua masih bisa terjadi di lapangan. (*)

Dapat Visa, Sony Tantang Unggulan

TERTUNDA: Sony Dwi Kuncoro (foto:djarum)

NAMA Sony Dwi Kuncoro sempat tertulis di Jerman Grand Prix Gold 2015. Namun, ketika undian (drawing) turnamen berhadiah total USD 120 tersebut dimuncul, mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut tak terdaftar.

Ada apa? ''Saya mundur bukannya cederanya kambuh. Visa yang buat ke Jerman belum keluar,'' ujar Sony kepada smashyes.

Namun, itu tak mengurangi semangatnya berburu poin di Eropa. Sebagai gantinya, Sony berlaga di Swiss Open. Labelnya pun sama dengan Jerman yakni Grand Prix Gold.

Dalam kejuaraan yang dilaksanakan di Basel pada 10-15 Maret itu, bapak dua putri ini langsung ketemu yang tak ringan. Sony berhadapan dengan unggulan ke-13 asal Taiwan Tzu Wei Wang.

Sepanjang karir Sony, dia belum pernah berhadapan dengan lawannya yang kini duduk di posisi 39 dunia itu. Selama 2015 ini, mantan tunggal putra terbaik Indonesia itu hanya tampil sekali yakni di Malaysia Grand Prix Gold.

Sayang, langkahnya langsung terhenti di babak pertama. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Sarawak 14 Januari itu, Sony menyerah tiga game 21-14, 15-21, 16-21.

Usai keluar dari Cipayung, Sony memang ingin tetap eksis ke papan atas bulu tangkis dunia. Salah satunya, dia bakal rajin tampil dalam berbagai kejuaraan internasional.

Di Swiss Grand Prix 2015 di tunggal putra, selain Sony juga terdapat nama Andre Kurniawan Tedjono, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, dan Tommy Sugiarto. Kali terakhir Indonesia menjadi juara di Swiss melalui Marleve Mainaky pada 2002.

Tahun lalu, gelar juara jatuh ke tangan Viktor Axelsen asal Denmark.Di final, dia menang 21-7, 16-21, 25-23 atas Tian Houwei asal Tiongkok. (*)

Tak Mau Kalah Lagi di Babak I

KEJAR SEMI: Riky Widianto (foto;PBSI)

RIKY Widianto dengan ke All England 2015 dengan optimistis. Turun di nomor ganda campuran bersama Richi Puspita Dili, dia berharap bisa menembus babak semifinal turnamen yang dilaksanakan National Indoor Arena, Birmingham, Inggris, pada 3-8 Maret mendatang.

‘’Inginnya bisa sampai semifinal,’’ kata Riky kepada smashyes.

Apalagi, mereka punya modal berharga. Riky/Richi mampu menjadi juara India Grand Prix 2015.Dalam final yang dilaksanakan di New Delhi pada 25 Januari, keduanya mengandaskan wakil tuan rumah, Manu Attri/K. Maneesha, dengan skor 21-12, 21-17.

Hanya, dalam dua All England terakhir, 2013 dan 2014, Riky/Richi punya pengalaman buruk. Mereka langsung tersingkir dalam pertandingan perdana.

Pada 2013, Riky/Richi menyerah kepada seniornya yang pernah menjadi penghuni Pelatnas Cipayung Markis Kido/Pia Zebadiah 21-15, 14-21, 21-23. Setahun kemudian, giliran ganda Tiongkok Lu Kai/Huang melibas mereka dengan straight game 21-14, 21-14.

Nah, untuk menghindari kejadian terulang, Riky/Richi pun telah dipersiapkan secara matang. Usai dari India, keduanya langsung fokus ke All England Super Series 2015.

‘’Jadi,kami tak main di Jerman Grand Prix Gold 2014 yang dilaksanakan sebelum All England,’’ tambah Riky.

Di babak pertama, pasangan yang kini duduk di posisi delapan dunia tersebut ditantang Kenichi Hayakawa/Misaki Matsutomo. Ini merupakan pertemuan perdana bagi kedua pasangan.

Di atas kertas, Riky/Richi unggul jauh. Lawannya hanya berada di posisi 26 dunia.

Hanya, pasangan merah putih tersebut tak boleh lengah. Pasangan Negeri Sakura, julukan Jepang, selalu tampil ngotot di atas lapangan.

Dalam tiga tahun terakhir, gelar ganda campuran All England jatuh ke tangan pasangan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. (*)

Pasangan Adu Jotos Dipasangkan Lagi

FIGHT: Bodin (tengah) melepaskan bogem ke Maneepong

MASIH ingat perkelahian Bodin Issara dan Maneepong Jongjit? Ya, kedua pebulu tangkis Thailand tersebut adu jotos di final ganda putra Kanada Grand Prix 2013 yang dilaksanakan 22 Juli.

Panasnya Bodin dan Maneepong dipicu karena dulunya mereka merupakan pasangan. Tapi, karena sebuah persoalan, keduanya pun berpisah.  Bodin berpasangan dengan Pakkawat Villailak dan Maneepong dengan Nipithpon Puangpuapech.

Bodin dan Maneepong masih dianggap sebagai ganda terbaik Negeri Gajah Putih, julukan Thailand.Keduanya mampu menembus babak perempat final Olimpiade London 2012. Bodin/Maneepong juga pernah menembus posisi 10 besar dunia.

Akibat tragedi tinju itu, keduanya mendapat sanksi dari federasi bulu tangkis Thailand. Setelah itu, Bodin belum pernah lagi turun ke lapangan dalam berbagai turnamen resmi BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).

Sedangkan Maneepong bersama Nipitpon menjelajah di berbagai turnamen. Hasilnya, mereka menjadi juara di Amerika Serikat (AS) Grand Prix Gold 2014.

Kini, Bodin pun akan kembali turun lapangan usai sanksinya habis. Mau tahu dia akan berpasangan dengan siapa? Jawabannya sungguh mengejutkan.

Bodin berpasangan dengan Maneepong. Aksi perdana keduanya berlangsung di Swiss Grand Prix Gold yang dilaksanakan di Basel pada 10-15 Maret mendatang.Bahkan, dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut, Bodin/Maneepong langsung diunggulkan di posisi keempat babak kualifikasi.

Ini disebabkan ranking keduanya melorot jauh. Dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), mereka terpuruk di posisi 230. (*)

Harus Menang Tiga Kali Baru Lolos


TA NTANGAN: Wisnu Yuli Prasetyo (foto:djarum)

JALAN terjal harus dilewati Wisnu Yuli Prasetyo. Dia dua kali dipaksa tampil tiga game hanya untuk bisa tampil di babak final kualifikasi Austria Challenge 2015.

Pada laga perdana yang dilaksanakan di Wina pada Rabu pagi waktu setempat, WIsnu menjungkalkan unggulan ke-16 Nikita Khakimov dari Rusia dengan 21-16, 15-21, 21-13. Beberapa jam kemudian, mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut melibas wakil tuan rumah Wolfgang Gnedt dengan 19-21, 21-7, 21-6.

Meski menang dua kali, tapi Wisnu belum bisa berlaga di babak utama turnamen yang menyediakan hadiah total USD 15 ribu tersebut. Masih ada satu lagi pertandingan yang bakal dilakoni.

Lelaki yang akrab disapa Ucil ini menantang unggulan ketiga yang juga berasal dari Austria Matthias Almer. Ini menjadi pertemuan perdana bagi Wisnu dan Almer. Dari sisi ranking, Wisnu kalah. Dia di posisi 200 sedangkan lawannya di 101.

Di Austria Challenge ini, Wisnu sudah tak memakai bendera Pelatnas Cipayung. Juga bukan Surya Baja, Surabaya, klub tempatnya bernaung. Kini, dia berstatus sebagai pebulu tangkis Djarum Kudus.

Selain Wisnu, Indonesia juga menempatkan Adi Pratama, Setyaldi Putra Wibowo, Firman Abdul Kholik, Riyanto Sibagja, dan Thomi Azizan Mahbub di final kualifikasi. Di babak utama, merah putih baru menempatkan Andre Kurniawan Tedjono.

Di laga perdana, lelaki yang juga pernah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut ditantang pebulu tangkis Belgia yang punya darah Indonesia, Yuhan Tan asal Indonesia. (*)

Seminggu Timba Ilmu di Korea Selatan

EXIST:Prasetyo (tiga dari kanan)

PENGALAMAN berharga didapat pebulu tangkis muda Indonesia. Mereka menjalani latihan bersama di Pelatnas Junior Korea Selatan di Hwasun.

‘’Kami berada di Korea Selatan selama hampir satu minggu dari 1-6 Februari. Kami berangkat 30 Januari dan sampai satu hari sesudahnya,’’ kata Prasetyo Restu Basuki, salah satu pelatih yang mendampingi pebulu tangkis junior Asia ke Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan.

Kota yang ditujunya, jelasnya, adalah Hwasun. Di sana tak ada pebulu tangkis senior.

‘’Beda kota dengan yang senior,’’ ungkap Prasetyo.

Menurutnya, ada 16 pebulu tangkis dan tiga pelatih. Para atlet tersebut terdiri dari delapan putra dan delapan putri.

‘’Atlet yang terpilih adalah mereka yang juara dan runner-up Junior Masters 2014. Usianya di bawah 19 tahun.’’ Ujar Prasetyo yang juga pelatih Exist Jakarta.

Sedangkan selain dirinya, pelatih yang ikut mendampingi adalah Rudy Gunawan dari Djarum Kudus dan Shaefuloh dari SGS Bandung.

Perjalanan ke negeri beribukota Seoul itu, paparnya, sesuai dengan tugas dari PP PBSI. Diharapkan, banyak ilmu yang bisa diserap dari negeri yang melahirkan banyak pebulu tangkis top dunia tersebut. (*)

Denmark Koleksi Gelar Ke-15

KEMBALI KE JALUR: Kubu Denmark di atas podium.

DENMARK kembali menjadi yang terkuat. Negara beribukota Kopenhagen tersebut mengalahkan Inggris dengan 3-0 dalam pertandingan final Kejuaraan Beregu Campuran Eropa 2015 yang dilaksanakan di Leuven, Belgia, pada Minggu waktu setempat (15/2).

Tiga kemenangan Denmark disumbangkan Line Kjaersfeldt  dari tunggal putri, Jan O Jorgensen (tunggal putra), dan pasangan ganda putri Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl. Menariknya, mereka menang straight game atau dua game langsung.

Poin pertama Denmark didonasikan Line yang memetik kemenangan 21-14, 21-11 atas Fontaine Mica Chapman.Sebenarnya, hasil ini di luar dugaan. Dalam pertemuan terakhir di Swedia Masters Januari lalu, Line menyerah 17-21, 16-21.

“Kekalahan dua tahun lalu sangat pahit. Kami datang untuk fokus menjadi juara,’’ kata Line usai pertandingan seperti yang dikirim Asosiasi Bulu Tangkis Eropa kepada smashyes.

Kemenangan Line membuat semangat rekan-rekannya melambung. Tunggal putra ranking kedua dunia Jan O Jorgensen melibas wakil Inggris Toby Penty 21-18, 21-14.  Ranking Penty jauh di bawah Jorgensen. Dia menduduki posisi 112 dunia.

‘’Saya mempersiapkan mental menghadapi Rajiv Ouseph. Tapi, setelah tahu yang turun Toby, saya yakin bakal menang dua game,’’ ungkap Jorgensen.

Gelar Denmark dipastikan melalui Christina/Kamilla yang menghentikan ambisi Heather Oliver/Lauren Smith 21-9,21-14.

Ini merupakan gelar ke-15 bagi Denmark di ajang yang mempertandingan lima nomor, tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putra, dan ganda campuran tersebut.

Menghadapi Inggris, sudah banyak yang memprediksi Denmark bakal tak akan mengalami kesulitan. Real final tersaji di babak semifinal.

Denmark dipaksa bekerja keras sebelum mengalahkan Jerman dengan skor 3-2 pada Sabtu (14/2). Sempat unggul 2-0, Denmark tertahan 2-2.
Untung, di laga terakhir, Kamilla/Christinna menjadi pahlawan negaranya. (*)

Koleksi Gelar Denmark
1976,1980,1986,1988,1990,1996, 1998, 2000, 2002,2004, 2006, 2008, 2009, 2011, 2015

Inggris Kembali Cicipi Rasa Final

POIN: Fontaine Mica Chapman

KEGAGALAN kembali menghampiri Rusia. Langkah negeri berjuluk Beruang Merah tersebut terhenti di babak semifinal Kejuaraan Beregu Campuran Eropa 2015.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Leuven, Belgia, Sabtu waktu setempat (14/2), Rusia dikalahkan Inggris 2-3. Dua tahun lalu di kandang sendiri, Moskow, Vladimir Ivanov dkk dipermalukan Jerman dengan skor 1-3.

Sebenarnya, asa Rusia melangkah ke final 2015 terbuka lebar. Di partai pertama yang mempertandingkan nomor ganda campuran, mereka mampu memetik kemenangan.

Secara mengejutkan, Ivan Sozonov/Evgeniya Kosetskaya, yang tak mempunyai peringkat dunia, menumbangkan pasangan Inggris yang berperingkat enam dunia Chris Adcock/Gabrielle Adcock dengan rubber game 21-17, 17-21, 21-13. Namun, Inggris mampu menyamakan kedudukan.

 Andalan tunggal putranya, Rajiv Ouseph, melibas Vladimir Malkov dengan tiga game 21-15, 11-21, 21-18.  Tunggal putri kembali menjadi titik lemah Rusia.

 Ksenia Polikarpova menyerah dua game langsung 17-21, 15-21 kepada Fontaine Mica Chapman. Sebenarnya, Fontaine bukan lawan yang asing bagi Polikarpova.

Bahkan, kemenangan pun harusnya bisa dipetik. Alasannya, dalam pertemuan terakhir di Irlandia Internasional 2014, Polikarpova unggul 23-21, 21-15.

Harapan negara pecahan Uni Soviet tersebut terbuka kembali melalui Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov.Pasangan ranking 14 dunia itu unggul 22-20, 15-21, 21-13 atas Marcus Ellis/Chris Langridge.

Sayang, di partai kelima, pasangan ganda putri Ekaterina Bolotova/Evgeniya Kosetskaya menyerah 12-21, 21-15, 16-21 kepada Gabrielle Adcock/Lauren Smith. Secara ranking, pasangan Rusia sebenarnya lebih unggul. Bolotova/Kosetskaya di posisi 32 sedangkan lawannya 18 setrip di bawahnya.

Dua tahun lalu, langkah Inggris hanya sampai semifinal. Ini seperti pada 2011. Sementara, pada 2008 dan 2009, mereka mencicipi babak final sebelum dijinakkan Denmark. (*)

Malang Host Indonesia GPG

Daren Parks (kiri) dan Wijanarko

PENUNJUKKAN Kota Malang sebagai host Indonesia Grand Prix Gold 2015 semakin terbentang. Bahkan, mereka hanya tinggal menungu ketok palu dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).

‘’Tinggal pengesahan saja. Tapi, semuanya bakal berjalan lancar,’’ kata Ketua Pengprov PBSI Jatim Wijanarko Adi Mulya kepada smashyes.

Itu setelah event director BWF Darren Parks meninjau GOR Cakrawala, Malang, yang rencananya dijadikan venue. Dari jadwal BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Indonesia Grand Prix Gold 2015 akan dilaksanakan 1-6 Desember.

Dalam peninjauan itu, selain Wijanarko dan Darren ikut pula dua pengurus PP PBSI Basri Yusufn selaku Kabid Pengembangan serta Kabid Luar Negeri Bambang Roedyanto.

‘’Daren sudah menyetujui setelah melihat venue. Tinggal prosedur akan membuat laporan,’’ ujar Wijanarko.

Daren, tambahnya, juga akan memberitahu syarat apa saja yang membuat GOR Cakrawala disahkan menjadi venue. Ini, ungkap Wijanarko, berkaitan dengan lampu dan ruangan penunjang.

Memang, dibandingkan dua event yang masuk kalender BWF lainnya, Indonesia International Series dan Indonesia Super Series Premier, Indonesia Grand Prix 2015 belum mempunyai host. Indonesia Internasional Series akan dilaksanakan di Semarang, Jawa Tengah,pada 14-19 April. Sedangkan Indonesia Super Series Premier digeber d Jakarta pada 2-7 Juni. (*)

Host Indonesia Grand Prix

2010:Samarinda (Kalimantan Timur)

2011: Samarinda (Kalimantan Timur)

2012: Palembang (Sumatera Selatan)

2013: Jogjakarta (DI Jogjakarta)

2014:Palembang (Sumatera Selatan)

2015: Malang (Jawa Timur)?

Sudah Saling Bentrok di Babak Awal All England

KUALIFIKASI: Dionysius Hayom Rumbaka


UNDIAN All England Supe Series 2015 tak mengenakkan bagi sektor tunggal putra.Bisa dipastikan sampai babak kedua, wakil Indonesia hanya tersisa satu.

Kok bisa? Ya, di babak utama, Indonesia hanya mempunyai Tommy Sugiarto. Di laga perdana, pebulu tangkis yang memilih tak berada di Pelatnas Cipayung bakal bersua dengan lawan dari kualifikasi 1.

 Nah, di babak kualifikasi yang dilaksanakan 3 Maret 2015, besar kemungkinan dua wakil merah putih, Dionysius Hayom Rumbaka dan Simon Santoso, bakal bentrok di final slot 1.  Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, di partai pertama akan dijajal Mohamad Arif Abdul Lati dari Malaysia.

 Dari rekor pertemuan, Hayom unggul 2-0. Kemenangan dipetik pebulu tangkis Djarum Kudus tersebut di Indonesia Grand Prix Gold 2012 dengan 21-10, 8-21, 22-20 dan di Vietnam Grand Prix 2014 dengan 19-21, 21-13, 22-20.

 Sedangkan Simon di babak pertama kualifikasi dijajal Rasmus Fladberg dari Denmark. Simon, yang kini duduk di ranking 39, belum pernah bersua dengan lawannya yang berperingkat 44 dunia.  Jika menang, Hayom atau Simon akan menantang Tommy.

 Sejak 1994 atau 21 tahun lalu melalui Haryanto Arbi, Indonesia tak pernah lagi menjuarai nomor tunggal putra.

 Tahun lalu, Tommy, yang diunggulkan di posisi ketiga, langsung menyerah di babak pertama kepada Gao Huan (Tiongkok)13-21, 21-10,18-21.Sedang Hayom melangkah hingga babak kedua sebelum dihentikan Son Wan-ho (Korea Selatan) 16-21, 21-14, 10-21. Menariknya, tahun ini, Hayom dan Wan-ho satu tim di Djarum Kudus dalam Superliga Bulu Tangkis Indonesia. (*)