WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Jalan Lapang Menembus Final

KANS: Greysia Polii/Nitya Krishinda (foto:PBSI)
TIKET ke  babak final Jerman Grand Prix Gold 2016 tinggal menunggu waktu bagi Greysia Polii/Nitya Krishinda. Di babak empat besar, pasangan unggulan teratas ganda putri tersebut ''hanya'' menghadapi Sapsiree Taerattanachai/Puttita Supajirakul dari Thailand dalam pertandingan yang dilaksanakan di Mulheim an der Ruhr pada Sabtu waktu setempat (5/3/2016).

Dalam tiga kali pertemuan sebelumnya, Greysia/Nitya selalu menang. Itu dilakukan di SEA Games 2013, Thailand Grand Prix 2014, dan Indonesia Super Series Premier 2015. Semuanya dibukukan dengan dua game langsung.

Di Jerman Grand Prix Gold 2016, tiket semifinal diperoleh Greysia/Nitya usai menang straight game 21-17, 21-10 atas wakil Bulgaria  Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva.Ini menjadi pertemuan pertama pasangan merah putih tersebut atas ganda kakak beradik tersebut.

Sedangkan Sapsiree/Puttita, yang berstatus nonunggulan, harus bekerja keras selama tiga game 16-21, 21-16, 21-18 untuk menyingkirkan Chen Qingchen/Jia Yifan (Tiongkok). Saat ini, pasangan Thailand tersebut ada di posisi ke-22.

Selama 2016, Jerman Grand Prix Gold 2016 merupakan turnamen perorangan yang kali pertama diikuti oleh Nitya/Krishinda. Memang, pada Februari lalu, keduanya turun dalam Kejuaraan Asia 2016. Hanya, ketika itu, ajang tersebut mempertandingkan nomor beregu.

Mampu menembus semifinal menjadi torehan tersendiri bagi Greysia/Nitya di Jerman Grand Prix Gold. Pada 2015, pasangan yang sama-sama berasal dari klub Jaya Raya tersebut terhenti di babak kedua usai dipermalukan Chae Yoo-jung/Jung Kyun-eun dari Korea Selatan dengan 17-21, 16-21.

Ajang berhadiah total USD 120 ribu tersebut juga menjadi pemanasan bagi Greysia/Nitya sebelum unjuk kebolehan dalam turnamen paling bergengsi di dunia All England pekan depan. (*)

Hanya Chen Long yang Bisa Menahan

BISA: Lee Chong Wei masih bertaji (foto: fourthofficial)
TAHUN lalu, Lee Chong Wei tak bisa tampil di All England. Padahal, pada 2014, dia merupakan pemegang juara nomor tunggal putra.

Lelaki asal Malaysia tersebut tak bisa mempertahankan gelar karena masih menjalani sanksi dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Ini akibat dari kasus doping yang menjerat pada Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark.

Dalam final 2014, Chong Wei mampu mengalahkan Chen Long asal Tiongkok dengan 21-13, 21-18. Kemenangan itu membuat bapak 34 tahun tersebut mengulang sukses 2010 dan 2011 dalam turnamen paling bergengsi di muka bumi tersebut.

Setelah absen, kini Chong Wei datang dengan status unggulan kedua. Posisinya masih di bawah Chen Long.

Di babak awal, dia tak banyak mengalami lawan berarti. Dalam penampilan perdana, Chong Wei akan ditantang Kashyap Parupali.

Bagi mantan tunggal putra nomor satu dunia tersebut, lelaki India itu sudah empat kali dikalahkannya. Begitu juga di babak kedua.

Besar kemungkinan, dia akan berjumpa dengan Wang Zhengming asal Tiongkok. Ironis sekali. Wang selalu kalah dalam 11 kali pertemuan dengan Chong Wei.

Hanya Chen Long yang bisa membuat dia memeras keringat lebih banyak. Hanya, Chong Wei memang sudah siap ke All England 2016.

Terbukti, dia disimpan dalam Kejuaraan Beregu Asia 2016 di Hyderabad, India. Tanpa dua kali finalis olimpiade, Beijing 2008 dan London 2016, Malaysia tak berdaya. Untung, mereka masih bisa lolos karena ranking skuadnya yang masih tinggi. (*)

Tim Uber Indonesia Akhirnya Lolos

TUNGGAL: Lindaweni Fanetri (foto;PBSI)
TRAUMA Tim Uber 2006 gagal terulang. Indonesia akhirnya bisa berlaga dalam kejuaraan beregu putri yang dilaksanakan di Kunshan, Tiongkok, pada 15-21 Mei mendatang tersebut.

Ini setelah Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengumumkan perhitungan ranking dunia yang jadi acuan lolos. Greysia Polii dkk menempati peringkat keenam dari 16 slot yang tersedia. Penentuan tim yang lolos ke putaran final dilihat dari hasil di Kualifikasi Piala Thomas dan Uber 2016 atau yang disebut Continental Team Event yang digelar di lima zona yaitu Asia, Eropa, Oseania, Pan Amerika dan Afrika.

“Tim Uber Indonesia bisa berlaga di final Piala Uber 2016. Bukan cuma sekedar lolos jadi partisipan, Tim Uber kita juga masuk daftar unggulan 5/8 hasil dari penghitungan poin di ganda putri dan tunggal putri,” ujar Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI sekaligus Manajer Tim Kualifikasi Piala Thomas dan Uber Indonesia 2016, seperti dikutip dari situs PBSI.

Berdasarkan data tim Uber yang lolos ke putaran final, Tiongkok menempati posisi pertama karena tim raksasa ini merupakan juara Kejuaraan Beregu Asia 2016 yang dilaksanakan di Hyderabad, India, pada Fenruari lalu. Selain itu, mereka yang lolos langsung adalah Denmark dengan status juara Eropa. Begitu juga Australia di Zona Osceania, Mauritius (Afrika), serta Amerika Serikat (Pan Amerika).

Mereka diikuti tiga semifinalis di kualifikasi Piala Uber Zona Asia dan Eropa, yaitu Jepang, Korea, Thailand, Bulgaria, Spanyol dan Jerman. Lima slot tersisa dihitung dari total rangking dunia berdasarkan daftar rangking BWF per 3 Maret 2016. Lima negara tersebut adalah India, Indonesia, Taiwan, Malaysia, dan Hongkong.

Pada Kualifikasi Piala Uber, tim Indonesia terhenti di babak perempat final dari Tiongkok dengan skor 0-3. Sedangkan di babak penyisihan grup, Indonesia juga tak kuasa menahan laju tim Korea, 1-4. Satu kemenangan dikantongi Tim Uber Indonesia atas Maladewa dengan skor 5-0.

“Sebetulnya sih kami sudah yakin tim Uber lolos ke putaran final, karena tim ofisial sudah melakukan penghitungan poin sebelum BWF mengumumkan. Dengan lolos ke perempat final waktu kualifikasi kemarin, sebetulnya cukup baik, kalau tidak lolos itu yang susah peluangnya,” tutur Rexy. (*)

Daftar unggulan tim Piala Thomas dan Uber 2016:

Tim Thomas
1.     Tiongkok

2.     Denmark

3.     Korea

4.     Indonesia

5.     Jepang

6.     Malaysia

7.     India

8.     Taiwan

9.     Hong Kong

10.  Thailand

11.  Inggris

12.  Jerman

13.  Prancis

14.  Meksiko

15.  Afrika Selatan

16.  Selandia Baru

Tim Uber
1.     Tiongkok

2.     Jepang

3.     Korea

4.     Thailand

5.     India

6.     Indonesia

7.     Taiwan

8.     Denmark

9.     Jerman

10.  Malaysia

11.  Spanyol

12.  Hong Kong

13.  Amerika Serikat

14.  Bulgaria

15.  Australia

16.  Mauritius

Sumber: BWF

Sudah Saling Jegal di Kualifikasi

REKAN:Ihsan saat ditemui fans beratnya, Kunto, di Malang
TRIO masa depan Indonesia harus berjuang keras di All England Super Series Premier 2016. Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Ginting, dan Jonatan Christie harus berjuang dari babak kualifikasi dalam ajang yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada 8-13 Maret tersebut.

Ini disebabkan ranking ketiganya belum mampu untuk menembus babak elite. Saat batas akhie ranking untuk bisa berlaga di All England pada Februari lalu, ketiganya masih terdampar di 30-an besar dunia.

Ironisnya, jika berjalan mulus, ketiganya tak bisa sama-sama berlaga di babak utama. Ihsan dan Jonatan harus saling jegal di babak final kualifikasi.

Di babak pertama, Ihsan, yang diunggulkan di posisi kedua, akan menjajal ketangguhan mantan tunggalo putra terbaik Jepang Kenichi Tago. Di Korea Super Series 2015, Ihsan mengalahkan Tago dengan dua game langsung 21-19, 21-17.

Sedang Jonatan bersua dengan wakil Malaysia Zulfadli Zulkifli. Liss Grelaki asal negeri jiran tersebut pernah dikalahkan Jonatan di Swiss Grand Prix Gold 2015 dengan 16-21, 21-18, 21-13.

Meski hampir setiap kali berlatih bersama di Pelatnas Cipayung, tapi baru tiga kali Ihsan dan Jonatan berjumpa di ajang resmi internasional. Hasilnya, Jonatan unggul di Maladewa Challenge 2013 dan Vietnam Grand Prix 2013. Tapi, di laga terakhir di Belanda Grand Prix, Ihsan memperkecil ketinggalannya.

Satu wakil lagi, Anthony, di babak I kualifikasi berjumpa dengan Sameer Verma dari India. Ini menjadi pertemuan pertama kedua pebulu tangkis.

Di babak utama tunggal putra, Indonesia hanya menempatkan Tommy Sugiarto.Di babak pertama, dia langsung bentrok dengan unggulan ketujuh Chou Tien Chen dari Taiwan.

Sejak 1994, Indonesia belum pernah lagi menempatkan wakilnya menjadi juara tunggal putra All England. Saat itu, Haryanto Arbi naik ke podium terhormat. (*)

Bisa Dua Kali Jajal Lin Dan

TANTANG: Raul Must (foto:BWF)
ASALNYA dari Estonia. Negara di Eropa tersebut bukan sebuah negeri yang kuat di bulu tangkis.

Tapi, itu tak membuat Raul Must minim pengalaman. Buktinya, dia pernah menghadapi sesorang Lin Dan, legenda hidup olahraga tepok bulu tersebut.

Bahkan, itu bukan hanya sekali. Must pernah menantang Lin Dan di Denmark Super Series Premier 2015.

Saat itu, dia menyerah dengan skor yang layak dapat apresiasi 15 dan 18. Nah, kini, Must pun mendapat kesempatan kedua.

Lelaki dengan peringkat tunggal 45 dunia tersebut bersua kembali dengan Lin Dan. Kali ini di babak ketiga Jerman Grand Prix Gold 2016.

Ini setelah Must menundukkan Thomas Rouxel dari Prancis dengan rubber game 19-21, 21-10, 21-9 dalam pertandingan kedua yang dilaksanakan di Mulheim an der Ruhr pada Rabu waktu setempat (2/3/2016). Sedangkan Lin Dan, yang diunggulkan di posisi kedua,sempat dibuat kerepotan di game pertama sebelum menundukkan wakil Denmark Rasmus Fladberg dengan 22-20,21-11.

Bagi Lin Dan, Jerman Grand Prix Gold 2016 menjadi ajang pemanasan sebelum lelaki asal Tiongkok tersebut turun di ajang bergengsi All England pekan depan.

Selama ini,dia tak pernah berlaga di Jerman. Hanya, karena pentingnya All England membuat Lin Dan harus unjuk kebolehan dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut.

Di partai lainnya, satu-satunya wakil Indonesia di babak kedua, Adi Pratama, tersingkir. Lelaki yang kini menjadi lawan tanding pebulu tangkis Austria tersebut menyerah mudah 11-21, 15-21 kepada unggulan kesembilan Hu Yun dari Hongkong.

Begitu juga dengan pebulu tangkis Belgia berdarah Indonesia Yuhan Tan. Penakluk Tommy Sugiarto di babak I itu kandas oleh Emil Holst (Denmark) dengan 16-21, 16-21. (*) 

Bukan Lawan Sepadan Greysia/Nitya

MELAJU: Greysia Polii/Nitya Krishinda (foto;PBSI)
GREYSIA Polii/Nitya Krishnda melangkah mulus di babak I Jerman Grand Prix Gold 2016. Tanpa mengalami berarti, keduanya menundukkan wakil Amerika Serikat Eva Lee/Paula Lyn Obanana dengan 21-16 21-5 di Mulheim an der Ruhr pada Rabu waktu setempat (2/3/2/2016).

Ini menjadi kemenangan keempat Greysia/Nitya atas pasangan Negeri Paman Sam, julukan Amerika Serikat, tersebut. Sebelumnya, pasangan nomor dua dunia tersebut menang di Tiongkok Super Series Premier 2013,Indonesia Super Series Premier 2015, dan Korea Super Series 2015.

Namun, di babak kedua, Greysia/Nitya tak boleh lengah.Mereka akan ditantang Eom Hye-won/Kim Ha-na dari Korea Selatan. Pasangan peringkat 79 dunia tersebut lolos ke babak kedua berkat kemenangan tiga game 15-21, 21-16, 21-17 atas Anastasia Chervyakova/Olga Morozova.

Pertemuan nanti akan menjadi perjumpaan kedua. Greysia/Nitya pernah menundukkan pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut di Jepang Super Series 2015 dengan 22-20, 21-15.

Jerman Grand Prix Gold 2016 yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut merupakan ajang perdana Greysia/Nitya di 2016. Memang, keduanya pernah berlaga di kualifikasi Piala Uber di India. Hanya, event tersebut merupakan laga beregu bukan perorangan.

Jerman Grand Prix Gold 2016 juga menjadi pema nasan bagi Greysia/Nitya sebelum berlaga di turnamen paling bergengsi di dunia, All England. (*)

Duh, Tommy Langsung Tersingkir

Yuhan Tan mempermalukan Tommy Sugiarto (foto:BWF)
INKONSISTENSI kembali ditunjukkan Tommy Sugiarto. Dia langsung tersingkir di babak I Jerman Grand Prix Gold 2016.

Tunggal putra terbaik Indonesia saat ini tersebut menyerah rubber game 21-12, 17-21, 19-21 kepada Yuhan Tan dari Belgia dalam pertandingan yang dilaksanakan di Mulheim an der Ruhr pada Selasa waktu setempat (1/3/2016) atau Rabu dini hari WIB (2/3/2016). Dalam Jerman Grand Prix Gold 2016, Tommy menduduki unggulan ketujuh.

Sebenarnya, Yuhan juga bukan pebulu tangkis papan atas dunia. Saat ini, lelaki yang mempunyai darah Indonesia tersebut hanya berada di ranking 57 atau jauh di bawah Tommy yang sudah menembus ranking sembilan dunia.

Bahkan, dari rekor pertemuan, putra legenda bulu tangkis dunia,Icuk Sugiarto, tersebut masih unggul. Tommy mengalahkan Yuhan Tan di Selandia Baru Challenge 2011 (sekarang ajang tersebut menjadi grand prix) dengan 21-11, 11-21, 21-11.

Jerman Grand Prix Gold merupakan turnamen kedua yang diikuti oleh Tommy. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut sudah berlaga di Malaysia Grand Prix Gold pada Januari 2016.

Langkahnya terhenti di babak semifinal. Dia harus mengakui andalan Malaysia Lee Chong Wei, yang akhirnya keluar sebagai juara.

Dengan tumbangnya Tommy, di nomor tunggal putra Jerman Grand Prix Gold 2016, Indonesia hanya menyisakan Adi Pratama.

Hanya, susah untuk berharap dia menjadi juara. Alasannya, rankingnya masih jauh di bawah para kandidat juara yang berlaga dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut. (*)

Adi Tantang Unggulan di Babak II

Adi Pratama melaju ke babak II Jerman GPG (foto:BWF)
STATUS Adi Pratama sudah bukan lagi skuad Pelatnas Cipayung. Dia pun hanya menjadi lawan tanding pebulu tangkis Austria.

Tapi, itu tak membuat kemampuannya merosot drastis.Buktinya, Adi masih mampu menembus babak II Jerman Grand Prix Gold 2016.

Lawan yang dikalahkannya pun bukan pebulu tangkis kacangan. Adi yang kini terdampar di ranking 163 mempermalukan Vladimir Malkov dari Rusia dengan dua game langsung 21-16 21-17 dalam pertandingan babak I yang dilaksanakan di Mulheim an der Ruhr pada Rabu waktu setempat (1/3/2015).

Ini merupakan pertemuan perdana antara Adi dengan Malkov. Menembus babak utama di turnamen level grand prix gold jadi capaian tersendiri bagi pebulu tangkis Jaya Raya tersebut.
Bulan lalu saja di ajang challenge, Adi gagal menembus babak utama. 

Di babak kedua, dia sudah ditunggu unggulan kesembilan Hu Yun. Lelaki asal Hongkong tersebut di babak pertama tak mengalami kesulitan berarti untuk menundukkan Kim Bruuun (Denmark) dengan 22-20, 21-15.

Adi belum pernah berhadapan dengan Hu Yun. Hanya, di atas kertas, dia kalah jauh,

Secara skill, Adi layak diacungi jempol. Dia pernah menembus babak perempat final Kejuaraan Dunia Junior 2007. Dia seangkatan dengan juara dunia 2014 asal Tiongkok Chen Long dan andalan Jepang Kenichi Tago.
 Tahun 2014, Adi masih menancapkan kualitasnya dengan menjadi juara pada Piala Wali Kota Surabaya. (*)

Andre Sudah Tak Balik ke Jerman

PETUALANGAN Andre Kurniawan Tedjono di Eropa segera berakhir. Dia memutuskan tak akan kembali ke Benua Putih, julukan Eropa, tepatnya di Jerman.

''Saya sudah nggak balik lagi. Badan sudah tak bisa diajak kompromi karena sudah sering cedera,'' kata Andre kepada smashyes pada Senin (29/2/2016).

Meski, dia mengakui, usianya belum tergolong uzur. Tahun ini, Andre baru genap 29 tahun.

Hanya, cedera yang sering mendera membuat dia terpaksa meninggalkan olahraga yang telah membesarkan namanya itu. Rencananya, setelah pensiun, Andre akan menekuni bisnis.

''Sesekali jadi pelatih. Itu untuk menularkan ilmu,'' ungkap lelaki binaan Djarum Kudus yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut.

Tentu, pilihan Andre ini beda dengan rekan-rekannya yang lain. Mayoritas mereka usai gantung raket memilih menjadi pela

Lelaki asal Mageleng Jawa Tengah, ini telah empat musim berada di Jerman. Dua tahun pertama dihabiskan di Bonn Beuel.

Setelah itu, Andre membela Ludinghausen. Tahun 2013, dia sukses membawa klubnya menjadi juara Bundesliga.

Di Ludinghausen, Andre bergabung dengan pebulu tangkis Belgia yang punya darah Indonesia Yuhan Tan. Selain itu, ada juga Karin Schnasse, Heather Over,dan Matthew Notttingham. (*)

Lin Dan Butuh Pemanasan Juga

UZUR: Lin Dan jadi unggulan kedua di Jerman (foto:ndtv)
ALL England 2016 punya arti penting bagi seorang Lin Dan. Tak seperti biasanya, tunggal putra asal Tiongkok tersebut butuh turnamen pemanasan.

Namanya masuk dalam daftar peserta Jerman Grand Prix Gold 2016. Bahkan,dalam turnamen yang diadakan di Mulheim an der Ruhr pada 1-6 Maret tersebut, Lin diunggulkan di posisi kedua.

Tahun lalu, mantan tunggal nomor satu dunia tersebut langsung berlaga ke All England. Langkahnya terhenti di babak semifinal usai dikalahkan rekan senegaranya sendiri, Chen Long.

Di ajang All England, Lin Dan sudah lima kali mengukirkan namanya di deretan juara. Itu dilakukan pebulu tangkis berjuluk Super Dan tersebut pada 2004,2006, 2007,2009, dan 2012.

Pada babak I Jerman Grand Prix Gold 2016, Lin Dan dijajal Rasmus Fladberg dari Denmark.Ini menjadi pertemuan pertama bagi kedua pebulu tangkis.

Meski rankingnya hanya 79 tapi Lin Dan tak boleh lengah. Baginya, sekarang wakil Negeri Skandinavia tersebut selalu menghadirkan mimpi buruk baginya.

Dua wakil Denmark, Jan O Jorgensen dan Viktor Axelsen, pada 2015 mampu mempermalukannya. Padahal, sebelumnya, hanya Lee Chong Wei maupun rekan senegaranya sendiri yang bisa membuat Lin Dan keok dan jatuh bangun. (*)

Cara Obati Luka Musim Lalu

UNGGULAN:Greysia Polii/Nitya Krishinda (foto:PBSI)
JERMAN Grand Prix Gold 2015 bukan turnamen yang memuaskan bagi Greysia Polii/Nitya Krishinda. Diharapkan mampu menyumbangkan  hasil maksimal, keduanya sudah tersingkir di babak kedua nomor ganda putri.

Pil pahit tersebut coba ditebus tahun ini. Kans tersebut terbuka lebar.

Dalam ajang yang dilaksanakan pekan ini tersebut, Greysia/Nitya diunggulkan di posisi teratas. Tentu, ini menjadi keuntungan dalam ajang yang berhadiah total USD 120 ribu tersebut.

Di babak pertama, pasangan peringkat dua dunia tersebut akan dijajal wakil Amerika Serikat Eva Lee/Paula Lyn Obanana. Di atas kertas, pasangan dari klub yang sama, Jaya Raya, tersebut bakal menang mudah.

Dari ranking, wakil Indonesia tersebut unggul jauh. Eva/Paula hanya ada di posisi ke-28.

Selain itu, dalam tiga laga sebelumnya, Greysia/Nitya selalu memetik kemenangan. Yakni di Tiongkok Open 2013, Indonesia Super Series Premier 2015, dan Korea Super Series 2015.

Greysia/Nitya menjadi satu-satunya wakil merah putih di ganda putri. Sebenarnya sempat tercatat Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi. Namun masalah administrasi membuat keduanya urung berlaga.

Turnamen Jerman Grand Prix Gold 2015 juga menjadi ajang pemanasan bagi Greysia/Nitya sebelum berlaga di turnamen paling bergengsi di dunia, All England 2016 di Inggris pekan depan. (*)

Ada yang Sengaja Tak Diundang Mukerprov Jatim

DI SURABAYA:Jajaran pimpinan Musprov PBSI Jatim
MUYAWARAH Kerja Pengurus Provinsi  (Mukerprov) PBSI Jatim cetak rekor. Pada agenda yang dilaksanakan di Hotel Royal Regal, Surabaya, pada Sabtu (27/2/2016) tersebut dihadiri oleh 34 Pengkab/Pemkot yang ada di provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut.

‘’Biasanya tak sampai 30 daerah. Ini cukup membanggakan karena ada 34 daerah,’’ kata Sekum Pengprov PBSI Jatim Edy Prayitno.

Empat daerah yang tak datang itu, ungkapnya, karena alasan yang  berbeda. Ada yang karena ketuanya tengah tugas luar kota, demisioner, hingga sengaja tak diundang.

‘’Yang sengaja tak diundang adalah Kabupaten Kediri. Ada alasan tertentu yang membuat kami tak mengundang Kabupaten Kediri,’’ ujar Edy.

Dalam kegiatan yang mulai dilaksanakan pukul 10.00 WIB tersebut, tambahnya, dipimpin oleh M. Ilyas. Lelaki tersebut merupakan monitoring dan evaluasi (Monev) cabor Bulu Tangkis KONI Jatim.

Dia mampu memimpin sidang Mukerprov PBSI Jatimm2015 itu tanpa banyak mengalami hambatan. Ini, tambah Edy, membuat acara berlangsung sukses.

Memang, ada beberapa wilayah yang sempat memberikan catatan kepada PBSI Jatim yang kini dikendalikan oleh Wijanarko Adi Mulya tersebut. Tapi, semuanya dijawab dengan tuntas oleh lelaki yang akrab disapa Wijar tersebut. (*)

Wisnu Gantikan Posisi Alamsyah

JUARA: Wisnu Yuli bertarung tiga game di final (foto:djarum)
RAJA sirkuit nasional (sirnas) telah muncul. Bukan lagi Alamsyah Yunus.

Pebulu tangkis JR Enkei tersebut pamornya telah pudar. Ini seiring dengan semakin bertambah usia yang membuat kelebihannya banyak yang sudah menurun.

Lalu siapa? Dia adalah Wisnu Yuli Prasetyo. Sejak kembali terjun di sirnas, dia selalu juara.

Kali ini, prestasi tersebut dibuatnya dalam Sirnas Seri Kalimantan 2016. Dalam final yang dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dia menang rubber game 21-19, 18-21, 21-13 atas unggulan kedua Rifan Fauzin dari  ISTC Sukabumi.

Wisnu sendiri dalam sirnas pembuka tersbut ditempatkan sebagai unggulan teratas. Dia pun membela bendera Djarum Kudus, bukan lagi Surya Baja, Surabaya.

Sebelumnya, di seri pemungkas 2015 di Surabaya, Wisnu juga naik ke podium terhormat. Lawan yang dikalahkannya adalah rekannya sesama wakil Djarum Shesar Hiren Rustavito.

Sebenarnya, Alamsyah dan Shesar pun ikut ambil bagian di Seri Kalimantan 2016. Sayang, langkah keduanya sudah tersungkur sebelum menapak babak final. (*)

Distribusi gelar Sirnas Seri Kalimantan (kelompok dewas)

Tunggal putra: Wisnu Yuli Prasetyo (Djarum Kudus) v Rifan Fauzin (SITC Sukabumi) 21-19, 18-1, 21-13

Tunggal putri: Hera Desi (Mutiara Bandung) v Aprilia Yuswandari (Semen Gresik) 21-10, 23-21

Ganda putra: Hendra Aprida Gunawan/Markis Kido (Djarum/Jaya Raya) v Fran Kurniawan/Trikusuma Wardhana (Djarum/Exist) WO

Ganda putri: Suci Rizki Andini/Zulfira Barkah (Mutiara Bandung) v Dian Fitriani/Nadya Melati (Pertamina) 21-19, 21-14

Ganda campuran: Ardiansyah/Devi Tika (Berkat Abadi Banjarmasin) v Irfan Fadilah/Weni Anggraeini (Jaya Raya Jakarta) 21-18, 21-16

PPLP Jatim Mulai Buahkan Hasil

BERLATIH: utra, salah satu skuad PPLP Jatim
JATIM sudah pumya wadah untuk regenerasi. Ini disebabkan sejak empat tahun terakhir, provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut wadah Pusat Pendidikan dan Pelatihan  Pelajar (PPLP).

Kali pertama berdiri, wadah tersebut berada di Gresik. Setelah itu, PPLP sempat berpindah ke Sidoarjo.

Nah, mulai 2016, PPLP khusus olahraga bulu tepok tersebut ditempatkan di Surabaya, khususnya di GOR Sudirman. Meski berpindah-pindah tempat, tapi nakhodanya tak berubah, Koko Pambudi.

Hanya, kini, tak ada lagi nama M. Nadib. Posisinya diganti oleh Edy Junaedi bersama Ariel.

‘’Kami punya 12 atlet dari berbagai daerah. Mereka kami pantau dari Junior Masters lalu,’’ terang Ariel.

Meski belum lama digembleng, tapi hasilnya pun sudah terasa. Dalam Piala Gubernur di Kediri pada awal Februari lalu, PPLP mampu meraih  tiga emas.

‘’Bahkan, di sektor tunggal putri, PPLP Jatim mampu menempatkan tiga wakil. Kami akhirnya juara di tunggal putri itu dan juga tunggal putra,’’ ungkap Ariel yang juga menjadi pelatih di Puslatda Senior Jatim tersebut.

Dia berharap para pebulu tangkis yang ada di PPLP bisa menjadi penerus kejayaan olahraga tepok bulu Jatim. Alasannya, selama ini, Jatim dikenal sebagai salah satu kiblat bulu tangkis Indonesia. (*)

Balik karena Kontrak Habis

Aprilia (foto:djarum)
SEBENARNYA, penampilan Aprilia Yuswandari di Sirnas Seri Kalimantan termasuk mengejutkan. Alasannya, hingga akhir tahun, dia masih berada di Eropa.

Ya, usai dari Indonesia Challenge 2015 yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur, pada September lalu, Aprilia terbang ke Eropa. Dia diikat untuk menjadi lawan tanding klub di Swiss.

Bahkan, Aprilia sudah mengikuti beberapa kejuaraan di Benua Putih, julukan Eropa. Hasilnya, pebulu tangkis yang dibesarkan oleh PB Semen Gresik tersebut sempat menjadi juara di Hungaria International 2015.

Selain itu, di Eropa, Aprilia bukan hanya berlaga di tunggal. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut juga berlaga di ganda. Sebuah pertandingan yang tak pernah dilakoni selama dia di Indonesia.

Sayang, ketika coba dikonfirmasi perihal kembalinya ke tanah air, tak ada respon dari Aprilia. Hanya tanda satu centang di sosial media yang dimilikinya.

Hanya, pelatih yang mendidiknya di Semen Gresik, Koko Pambudi mau angkat bicara. ‘’Aprilia memang sudah balik. Kontraknya kalau gak salah sudah habis,’’ ungkap lelaki yang kini jadi Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengprov PBSI Jatim tersebut. (*)

Aprilia Tantang Unggulan I

CALON:Hera Desi (foto:PBSI)
APRILIA Yuswandari hanya diunggulkan di posisi ketiga nomor tunggal dewasa putri dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Kalimantan 2016. Artinya, diskenario, dia hanya mampu bertahan hingga babak semifinal.

Tapi, fakta di lapangan berkata lain. Aprilia mampu menembus babak final yang dilaksanakan Sabtu (27/2/2016).

Pada babak semifinal yang dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Sabtu (26/2/2016), perempuan yang membela bendera Semen Gresik tersebut hanya butuh 35 menit untuik mengalahkan Yosephine Sutanto dengan dua game langsung 21-11, 21-11. Yosephine sendiri juga bukan unggulan.

Di perempat final, dia membuat kejutan.Pebulu tangkis Shamrock tersebut menumbangkan unggulan kedua Febby Angguni (Tjakrindo Masters Surabaya) dengan 21-15, 21-12. Sebelumnya, Febby dikenal sebagai ratu sirnas karena sudah menjalani langganan ajang yang disponsori perusahaan rokok raksasa tersebut.

Di babak final, Aprilia akan menantang unggulan teratas Hera Desi. Di semifinal, wakil Mutiara Cardinal, Bandung, tersebut menghentikan laju wakil Shamrock lainnya, Jesica Muljati, dengan straight game 21-12, 21-8.

Seri Kalimantan merupakan seri perdana dari delapan seri yang rencananya dilaksanakan selama 2016. Usai dari Banjarmasin, sirnas berikutnya dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 14-19 Maret mendatang. (*)

Mantan 10 Besar Dunia Turun di Sirnas

TERJAL: Ardiansyah/Devi Tika calon lawan Kido/Pia
POSISI 10 besar dunia pernah ditempati pasangan ganda campuran Markis Kido/Pia Zebadiah. Sayang, capaian tersebut urung dipertahankan.

Kini, dalam rilis terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), pasangan kakak beradik tersebut terlempar hingga ke posisi 37 dunia. Ini imbas dari capaian yang kurang memuaskan Kido/Pia dalam beberapa turnamen.

Tapi, dengan ranking tersebut, keduanya masih menjadi pasangan ganda campuran terbaik Indonesia di luar wakil Pelatnas Cipayung. Tapi, semua itu tak membuat Kido/Pia gengsi.

Keduanya pun kini mau terjun di turnamen dengan level nasional yakni Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Kalimantan yang dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 22-27 Februari ini.

Di babak kedua, Kido/Pia pun tak menemui hambatan berarti. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di GOR Hasanuddin pada Rabu (24/2/2016), mereka menang dua game langsung 21-10, 21-15 atas wakil Semen Gresik Ragawa Tamasuta/Aprilia Yuswandari dari Semen Gresik. Di babak pertama, unggulan pertama tersebut memperoleh bye. Kido/Pia di babak pertama memperoleh bye.

Di perempat final, Kido/Pia akan ditantang juniornya dari klub yang sama Eka Fajar Kusuma/Ery Oktaviani. Mereka di babak kedua bertarung tiga game 21-16, 20-22, 21-15 untuk mengatasi perlawanan unggulan kelima Akbar Bintang/Ristya Ayu (Djarum Kudus).

Jika menang, diperkirakan Kido/Pia akan melawan pasangan tangguh yang membela klub tuan rumah Berkat Abadi, Ardiansyah/Devo Tika. Selama ini, keduanya dikenal sebagai raja sirnas. (*)

Tommy Diare, Simpan Hendra/Ahsan

STRATEGI: Hendra/Ahsan absen di laga final
POSISI Indonesia jadi underdog saat menghadapi Jepang. Banyak yang memperkirakan Negeri Sakura, julukan Jepang, akan mampu menyandingkan gelar Piala Thomas dan Asia.

Jepang merupakan unggulan teratas dalam Kejuaraan Beregu Asia 2016 yang dilaksanakan di Hyderabad, India, tersebut. Kumpulan ranking pebulu tangkisnya lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Ini semakin diperkuat dengan komposisi yang diturunkan di babak final yang dilaksanakan Minggu (212/2016).Jepang turun dengan kekuatan terbaik.

Di tunggal ada Kento Momota dan Sho Sasaki. Selain itu, pasangan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa menjadi ganda pertama.

Indonesia? Sebaliknya, tak ada Tommy Sugiarto dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Kemana mereka? ''Tommy mendadak sakit diare menjelang turun ke lapangan,'' ungkap Chief de Mission Tim Thomas-Uber Indonesia Ahmad Budiarto.

Imbasnya, Ihsan Maulana Mustofa yang rankingnya terbaik kedua di bawah Tommy pun naik menjadi tunggal pertama. Dia pun tak berdaya menghadapi Momota.

''Kalau Hendra/Ahsan memang kami simpan. Ini untuk memberikan kesempatan kepada ganda muda lainnya untuk turun,'' lanjut Budi, sapaan karib Ahmad Budiarto.

Posisi Hendra/Ahsan digantikan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. Ternyata, pasangan nomor 10 dunia tersebut menjawabnya dengan menyumbangkan satu poin sekaligus membuat Indonesia bangkit dan menyamakan kedudukan.

Budi menolak kalau perubahan komposisi itu disebabkan Indonesia sudah pesimitis bakal menang. Dasarnya, sang lawan menurunkan skuad terkuat.

''Kami selalu optimistis dalam setiap pertandingab. Termasuk final menghadapi Jepang,'' pungkas Budi. (*)

Denmark Belum Tergoyahkan

SANDING: Denmark juara beregu putra dan putri Eropa
DOMINASI Denmark dalam Kejuaraan Beregu Eropa belum terpatahkan. Negara di kawasan Skandinaviaa tersebut mampu mengawinkan gelar putra dan putri di musim 2016.

Dalam final yang dilaksanakan di Kazan, Rusia, pada Minggu (21/2/2016) waktu setempat, di sektor putra, Denmark mengalahkan Prancis dengan skor 3-1. Sedangkan di kelompok hawa, mereka menang dengan skor yang sama, 3-1, atas  Bulgaria.

Prancis sempat menyengat Denmark di final putra. Brice Leverdez mempermalukan tunggal terbaik negeri beribukota Kopenhagen itu, Jan O Jorgensen, dengan rubber game 19-21, 21-16, 21-16. Kemenangan ini termasuk mengejutkan.

Dalam tiga pertemuan sebelumnya, Brice tak pernah memetik kemenangan. Dari sisi ranking, dia pun kalah jauh.

Saat ini, Brice ada di posisi 35. Sedangkan Jorgensen di rangking ketiga dunia di bawah Chen Long dan Lee Chong Wei.

Sayang, kemenangan Brice ini tak mampu diikuti oleh rekan-rekannya. Tiga partai berikutnya disapu bersih oleh wakil Denmark.

Bagi Denmark, khususnya di sektor putra, sejak 2006 atau kali pertama dilaksanakan Kejuaraan Beregu Eropa, mereka selalu naik ke podium juara. Sedangkan di putri, pada 2004 juara jatuh ke tangan Belanda dan 2012 di tangan Belanda.Selebihnya, Denmark selalu menjadi pemenang.(*)

Final Beregu Putra Denmark v Prancis

1. Jan O Jorgensen v Brice Leverdez 21-19, 16-21, 16-21

2.Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding v Bastian Kersaudy/Gaetan Mittelheisser 17-21, 21-11, 21-8

3.Viktor Axelsen v Thomas Rouxel 21-13 21-12

4. Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen v Ronan Labar/Julien Maio 21-10, 21-5

Kalahkan Juara Piala Thomas dengan Keberanian Strategi

Jonatan Christie dipeluk rekan-rekannya di lapangan
KEBERANIAN strategi tim putra membawa Indonesia membuahkan hasil dalam Kejuaraan Beregu Asia 2016. Angga Pratama dkk mampu mengalahkan Jepang dengan skor 3-2 dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Hyderabad, India, pada Minggu waktu setempat (21/2/2016).

Sebenarnya, dalam pertandingan tersebut, posisi Indonesia tak diunggulkan. Alasannya, Jepang merupakan unggulan teratas.

Selain itu, Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, turun dengan kekuatan penuh. Dua tunggal putra terbaiknya, Kento Momota dan Sho Sasaki turun ke lapangan. Begitu juga dengan pasangan Kenichi Hayakawa/Hiroyuki Endo.

Sebaliknya dengan Indonesia. Pasukan merah putih tampil pincang.

Tunggal putra dan ganda putra terbaiknya, Tommy Sugiarto dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, tak diturunkan. Di atas kertas, kekalahan langsung tiga partai sudah di depan mata.

Prediksi ini nyaris menjadi kenyataan. Di partai pertama, Ihsan Maulana Mustofa tak berdaya saat menghadapi Momota.

Pebulu tangkis muda Pelatnas Cipayung tersebut menyerah mudah dua game 17-21, 7-21.Ini merupakan pertemuan pertama Ihsan dengan lawannya yang duduk di posisi keempat dunia tersebut.

Namun, pasangan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, yang menggantikan tempat Hendra/Ahsan, kembali menghidupkan peluang. Mereka melibas Hayakawa/Endo dengan 22-20,14-21, 21-17. Sebelumnya, dalam dua pertemuan, kedua pasangan saling mengalahkan dan selalu berakhir dengan rubber game.

Kemenangan ini menambah semangat Anthony Ginting yang dipercaya sebagai tunggal kedua. Perbedaaan ranking yang lumayan jauh tak membuatnya keder kepada pebulu tangkis Jepang Sho Sasaki.Anthony, yang kini ada di posisi 34, menang mudah straight game 21-7, 21-6 atas Sasaki, yang menduduki ranking 22 dunia.

Sayang, pasangan Rian Agung Saputro/Berry Anggriawan membuat kubu Indonesia menahan nafas. Mereka menyerah 16-21, 15-21 kepada Takeshi Kamura/Keigo Sonoda.Skor imbang ini membuat partai kelima yang mempertandingkan tunggal ketiga menjadi penentu.

Beban itu ada di pundak Jonatan Christie. Pemuda 18 tahun tersebut menantang Kenta Nishimoto.

Sebenarnya bagi Jonathan, Nishimoto, yang kini duduk di posisi 46, bukan lawan yang asing. Keduanya sudah saling mengalahkan dalam dua pertemuan sebelumnya.

Hanya, saat bersua terakhir di Hongkong Super Series pada November 2015, Jonatan menyerah. Peluang Indonesia juara pun sempat menipis.

Di game pertama, Jonatan menyerah mudah 14-21. Di game kedua, dia nyaris kembali kalah dan menyerahkan mahkota juara Asia kepada Jepang.

Hanya, semangatnya yang tak kenal menyerah membuat dia bangkit dan unggul tipis 19-21. Kemenangan ini pun menambah kepercayaan diri di game ketiga. Hasilnya, Jonatan unggul 21-13 yang membuat merah putih berhak menyandang status sebagai juara Asia.

Di sektor putri, Tiongkok menang tipis 3-2 atas Jepang meski sempat tertinggal lebih dulu di dua partai awal. (*)