WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Pelan tapi Pasti, Vito Beri Bukti

Shesar Hiren Rustavito menembus babak II France Open(foto: bwf)
NAMANYA sempat terpental dari Pelatnas Cipayung. Cedera membuat seorang Shesar Hiren Rustavito dikembalikan ke klub asalnya, Djarum Kudus.

 Padahal, dia sempat digadang-gadang akan menjadi penerus bagi generasi Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso. Untung, kembali ke klub tak membuat pebulu tangkis kelahiran 3 Maret 1994 tersebut patah semangat.

Dia mulai menunjukan kualitas dengan menjuarai beberapa seri sirkuit nasional (sirnas). Begitu juga ketika dipercaya oleh klubnya ke beberapa ajang internasional.

Ini membuat PP PBSI kembali meliriknya. Vito, sapaan karib Shesar Hiren Rustavito, untuk balik menjadi penghuni Cipayung. Kepercayaan itu dibayar dengan baik.Salah satunya dengan menjadi juara di Rusia Masters pada Juli 2019. Pada babak final, Vito menang 21-17, 21-19 atas Loh Kean Yew dari Singapura. Hasil tersebut juga menjadi pengobat kegagalannya di beberapa turnamen sebelumnya selama 2019.

Gelar tersebut membuat kepercayaan diri Vito meningkat. Dia tercatat membuat kejutan di China Open. Salah satu unggulan juara yang juga rekannya di Cipayung, Jonatan Christie, ditumbangkan di babak pertama dengan 23-21, 18-21, 21-10.Sayang di babak kedua atau 16 besar, Vito dihentikan Angus Ng Ka Long (Hongkong).

Oktober 2019, PBSI mengirim Vito ke dua turnamen Super 750, Denmark Open dan France Open. Di Odensen, host Denmark Open, dia tumbang oleh Chou Tien Chen (Taiwan) di babak 16 besar atau babak kedua, dengan 17-21, 14-21.

Tien Chen memang momok baginya. Dalam tiga kali perjumpaan, yang kebetulan semuanya di 2019, Vito selalu kalah. Itu terjadi di Taipei Open, Korea Open, dan Denmark Open.

Di France, perjalanan Vito lebih jauh. Langkahnya sudah sampai perempat final. Di babak I, dia menundukkan Sittikhom Thammasin (Thailand) 23-21, 21-18 dan selanjutkan melibas Subhankar Dey (India) 21-6, 21-13. Hanya untuk menembus semifinal, Vito butuh perjuangan ekstrakeras.

Dia menantang mantan juara dunia dan peraih emas Olimpiade Rio 2016, Chen Long. Meski belum pernah bertemu, Vito tentu tak diunggulkan. Selain pengalaman, rankingnya, 25, jauh diu bawah Chen Long, yang kini, berada di posisi 4.  Langkah Vito menembus babak III ini juga diikuti Jojo, sapaan Jonatan Christie, dan Anthony Sinisuka Ginting. (*)Pela

Sang Jagoan yang Tak Lagi Menakutkan

Lee Yong-dae setahun kembali ke lapangan.
NAMANYA pernah ditakuti di nomor ganda, baik putra maupun campuran. Bahkan, emas Olimpiade Beijing 2008 disabet dari nomor ganda campuran.

Berpasangan dengan Lee Hyo-jung, mereka mempermalukan wakil Indonesia Nova Widianto/Liliyana Natsir. Padahal, ketika itu, mereka tak diunggulkan. Sedangkan ganda merah putih adalah unggulan teratas.

Di nomor ganda putra, capaian Yong-dae tak kalah mentereng. Peringkat nomor satu dunia pernah diduduki dengan pasangan yang berbeda. Bersama Jung Jae-sung, mereka juga membawa pulang medali perunggu Olimpiade London 2012. Lima kali juara Asia pun pernah direngkuh yakni pada 2008 di Malaysia, 2009 (Korea Selatan), 2013 (Taiwan), 2015 dan 2016 (keduanya di Tiongkok).

Sayang, tiada angin dan hujan, usai menjadi juara Korea Masters 2016, pebulu tangkis kelahiran 11 Maret 1988 tersebut memutuskan mundur dari ajang internasional. Tapi, sebagaimana dia mundur, tiba-tiba tahun lalu Yong-dae ingin kembali mengayunkan raket.

Hasilnya memang tak mengecawakan. Bersama Kim Gi-jung, keduanya sudah menyabut dua juara. Memang bukan ajang bergengsi karena mereka hanya menjadi juara di Spain Masters dan Macau Open.

Hanya, sampai Oktober ini, Yong-dae/Gi-jung belum sekalipun menjadi juara. Permainan keduanya yang sudah tak seperti beberapa tahun menjadi faktor utama.

Tumbang di babak-babak awal sudah menjadi langganan bagi ganda Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut. Seperti di ajang pekan lalu, Denmark Open 2019. Yong-dae/Gi-jung langsung menyerah di babak I oleh wakil India Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty dengan dua game 22-24, 11-21. (*)

Kebiasaan Hasil Buruk di Depan Mata

 Fitriani sempat memberi harapan di awal musim (foto: PBSI)
DI awal penampilan 2019, Fitriani mampu memberikan harapan. Dia menjadi juara tunggal putri dalam Thailand Masters 2019.

Pada babak final  yang dilaksanakan 13 Januari, pebulu tangkis 20 tahun tersebut mempermaluan jagoan tuan rumah Busanan Ongbamrungphan dengan dua game mudah 21-12, 21-14. Ini membuat PP PBSI sempat menaruh harapan tinggi. Sejak kali pertama dilaksanakan 2016, Fitri merupakan wakil Indonesia di tunggal putri yang mampu naik ke podium terhormat.

Sayang, setelah dari Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, gadis asal Garut tersebut tak konsisten. Kekalahan demi kekalahan  menjadi langganan. Ironisnya, itu dialami di babak-babak awal.

Bahkan kegagalan itu harus ditelan Fitriani hingga turnamen ke-20 yang diikutinya yakni Denmark Open. di turnamen kategori Super 750 tersebut, dia langsung tersingjir di babak I. Tunggal putri terbaik Indonesia saat ini dipermalukan Cai Yan Yan (Tiongkok) dengan 15-21, 15-21.

Kini, penampilannya kembali ditunggu di France Open. Langkahnya di ajang yang juga masuk Super 750 tersebut dia menembus babak II. Pada babak sebelumnya, Fitriani menundukkan wakil Turki Neslihan Yigit dengan dua game langsung 21-17, 21-12.

Hanya, untuk ke perempat final, dia butuh perjuangan ektraskeras. Fitriani tak pernah  menang melawan He Bing Jiao selama empat pertemuan, termasuk di France Open tahun lalu. (*)

PERJALANAN SELAMA 2019 (SAMPAI OKTOBER)

1. Thailand Masters            : Juara
2. Malaysia Masters           : Babak II
3. Indonesia Masters          : Babak II
4. Spain Masters                : Babak II
5. German Open                : Babak II
6. All England                   : Babak I
7. Tong Yun Kai Cup        : Babak II
8. Malaysia Open              :Babak I
9.Singapore Open             : Babak I
10. Kejuaraan Asia           : Babak I
11. New Zealand Open    : Babak II
12. Australia Open           : Babak I
13. Indonesia Open          : Babak I
14. Japan Open                 : Babak I
15. Thailand Open            : Perempat Final
16. Kejuaraan Dunia        : Babak I
17. Taipei Open               : Perempat Final
18. China Open               : Babak I
19. Korea Open               : Babak II
20. Denmark Open          : Babak I 

Raih Posisi Terbaik Ganda Campuran

MELONJAK: Praveen dan Melati berpelukan usai memastikan juara (foto: PBSI)
GELAR juara di Denmark Open 2019 memberikan banyak hal manis bagi pasangan ganda campuran Indonesia Praveen ''Ucok'' Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Selain menjadi gelar perdana, pertandingan final yang dilaksanakan di Odensen pada Minggu (20/9/2019) juga merupakan kemenangan pertama atas wakil Tiongkok Wang Li Lyu/Huang Dong Ping selama tujuh kali perjumpaan.

Kini, dampak positif itu kembali diterima Ucok/Melati. Ranking keduanya terdongkrak dua setrip.Dari situs BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 23 Oktober 2019, ganda yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut berada di posisi kelima.

Ucok/Melati mengoleksi 70.687 poin. Mereka melewati pasangan Malaysia Cheng Peng Soon/Goh Liu Ying dan Seo Seung-jae/Chae Yu-jung (Korea Selatan).

Berada di posisi kelima juga menjadi capaian terbaik bagi pasangan yang mulai digandengkan setahun terakhir tersebut. Ucok/Melati juga menjadi ganda campuran terbaik Indonesia. Di bawah mereka ada Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja yang bertahan di posisi kesembilan. Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow menjadi ganda ketiga terbaik Indonesia karena berada di posisi ke-16. (*)

Bisa Samai Capaian 28 Tahun Lalu

KUASAI: Kevin, Sinyo, Hendra, dan Ahsan (foto: PBSI)
INDONESIA boleh menepuk dada di Denmark Open 2019. Dalam ajang yang  masuk kategori level 3 tersebut, lagu Indonesia Raya berkumandang dua kali yakni di nomor ganda campuran dan ganda putra.

Di ganda campuran, wakil Indonesia, Praveen Jordan/ Melati Daeva Oktavianti secara mengejutkan naik ke podium terhormat. Mengejutkan? Ya, ini karena selama 2019 yang sudah masuk bulan kesepuluh, keduanya belum pernah menjadi juara.

Dalam final yang dilaksanakan di Odense Sportspark pada Minggu (20/10/2019), Praveen/Melati, yang hanya diunggulkan di posisi keenam, mempermalukan unggulan kedua asal Tiongkok Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping dalam pertandingan ketat tiga game 21-18, 18-21, 21-19.

Sedangkan Sinyo, sapaan karib Marcus Fernaldi/Kevin menghentikan asa seniornya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, dengan dua game  yang tak terlalu memeras keringat dengan 21-14, 21-13. Hasil ini membuat mereka mampu mempertahankan gelar yang diraih pada 2018. Tahun lalu, pasangan yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut menundukan Keigo Sonoda/Takeshi Komura (Jepang) dengan 21-15, 21-16.

Ini menjadi gelar keenam bagi Sinyo/Kevin selama perjalanan 2019. Sebelumnya, pasangan nomor satu dunia tersebut menjadi pemenang di ajang bergengsi di Malaysia Masters, Indonesia Masters, Indonesia Open, Japan Open, dan China Open.

Sayang, tumpukan gelar itu serasa kurang. Ini karena Sinyo/Kevin tak merasakan manisnya gelar juara dunia.

Dalam ajang yang dilaksanakan di Basel, Swiss, tersebut keduanya langsung tersingkir di babak kedua atau penampilan perdana. Sebab, di babak I, Sinyo/Kevin memperoleh bye.

Menempati unggulan teratas, mereka dipermalukan pasangan Korea Selatan Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae dengan 21-16, 14-21, 21-23. Untung, gelar juara dunia tetap bisa dibawa pulang ke Indonesia melalui Hendra/Ahsan.

Di Denmark Open sendiri,  menggondol dua gelar ini mengulangi capaian 28 tahun lalu atau pada 1991. Ketika itu,juara diraih Hermawan Susanto di tunggal putra dan Susi Susanti di tunggal putra. (*)

HASIL DENMARK OPEN 2019


TUNGGAL PUTRI    :
Tai Tzu Ying (Taiwan x4) v Nozomi Okuhara (Jepang x3) 21-17, 21-14

GANDA CAMPURAN:
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (Indonesia x6) v Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping (Tiongkok x2) 21-18, 18-21, 21-19

GANDA PUTRI        :
Baek Ha-na/Jung Kyung-Eun (Korsel) v Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (Tiongkok x4) 9-21, 21-19, 21-15

GANDA PUTRA    :
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya (Indonesia x1) v Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x2) 21-14, 21-13

TUNGGAL PUTRA
Kento Momota (Jepang x1) v Chen Long (Tiongkok x5) 21-14, 21-12

X=unggulan

PIkiran Rakyat Juara KBAM 2019

REVANS: Tim Pikiran Rakyat di podium juara KBAM 2019
TIM Pikiran Rakyat Bandung, Jawa Barat, memastikan diri sebagai juara di ajang Kejuaraan Bulu Tangkis Antar Media (KBAM)2019. Sukses ini diraih setelah di laga puncak yang digelar di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (17/10) mereka mengalahkan juara bertahan tim TVRI Pusat dengan skor tipis 2-1.

Tim Pikiran Rakyat dan Tim TVRI Pusat saling bentrok di laga pemuncak event bulutangkis yang digagas oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation setelah menyisihkan dua pesaing lainnya Tim TVRI Jateng dan Petisi.co di babak penyisihan. Di partai pertama, yang memainkan partai ganda, pasangan Ade Jaenal/Cecep menyerah dari pasangan andalan TVRI Pusat, Pascal/Risdianto, dengan skor telak 7-21, 6-21.

Namun, di partai kedua yang memainkan nomor tunggal, andalan Pikiran Rakyat, Deni mampu menyamakan kedudukan 1-1 setelah mencatat kemenangan mudah melawan Pipit dua game langsung 21-7, 21-4. Kemenangan Pikiran Rakyat akhirnya ditentukan di laga terakhir yang kembali memainkan nomor ganda. Pasangan Sumarjo/Wahyu gagal menyelamatkan TVRI Pusat dari kekalahan setelah dipaksa menyerah dari pasangan Pikiran Rakyat, Andri/Fahri dalam laga dua game 15-21, 13-21.

Babak Grand Final meloloskan empat kontestan yang merupakan jawara di babak penyisihan zona yang telah dilaksanakan sebelumnya di tiga kota. TVRI Jateng lolos ke Kudus setelah menjadi jawara di babak penyisihan Zona Tengah yang digelar di GOR Djarum, Magelang, 9-10 Oktober. Petisi.com juga meraih tiket ke grand final usai berjaya di penyisihan Zona Timur yang digelar di GOR Sudirman, Surabaya, 2-3 Oktober.Pikiran Rakyat sebelumnya sudah lebih dulu berjaya di penyisihan Zona Barat yang digelar di GOR Kec.Tanah Abang, Jakarta, 25-27 September. Sedangkan Tim TVRI Pusat mendapatkan tiket khusus ke Kudus berdasarkan penilaian panitia sebagai runner-up terbaik dari ketiga zona.

Keempat tim yang lolos ke babak grand final di Kudus tersebut sebelumnya menjalani pertandingan dengan sistem setengah kompetisi. Tim TVRI Pusat sempat mengejutkan setelah memenangkan tiga laga penyisihan, masing-masing mengalahkan tim Pikiran Rakyat 2-1, menang atas tim Petisi.co 3-0, serta membungkam tim TVRI Jateng 2-1. Sedangkan tim Pikiran Rakyat harus puas berada di posisi runner-up berkat dua kemenangan melawan tim TVRI Jateng 3-0 dan melawan tim Petisi.co 3-0, serta kalah 1-2 dari TVRI Pusat.

Sesuai ketentuan peringkat 1 klasemen yang ditempati tim TVRI Pusat dan peringkat 2 klasemen yang diduduki tim Pikiran Rakyat dipertemukan kembali di laga puncak.  Pertemuan Pikiran Rakyat melawan TVRI Pusat memang sudah diprediksi sebelumnya.

Kedua tim dari Zona Barat ini memang memiliki materi pemain dengan kemampuan yang relatif merata. Pertarungan kedua tim pun menjadi laga ulangan di babak final penyisihan Zona Barat yang dimenangkan Pikiran Rakyat dengan skor 2-0.

Penyelenggaraan Kejuaraan Bulu Tangkis Antar Media 2019 ini merupakan yang ke-13 kalinya sejak kali pertama digelar pada 2007. Langgengnya event ini pun merupakan salah bentuk konsistensi Bakti Olahraga Djarum Foundation dalam perkembangan bulu tangkis Indonesia.

Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin dalam keterangannya kepada wartawan pun mengungkapkan dengan digelarnya event ini diharapkan makin mendekatkan para insan media dengan olahraga bulu tangkis."Jadi teman-teman wartawan kami harapkan tidak hanya bisa menulis tapi juga merasakan bagaimana beratnya perjuangan seorang atlet untuk bisa meraih juara," ujar Yoppy.

HASIL PERTANDINGAN

BABAK PENYISIHAN

I. TVRI Pusat vs Petisi.co (3-0)
1. Osdi/Pascal vs Tatang/Alfie 21-13, 21-8
2. Sumarjo vs Eka 21-2, ret
3. Pipit/Risdiyanto vs Hari/Nurwito 21-11. 21-14

II. Pikiran Rakyat vs TVRI Jateng (3-0)
1. Andri/Fahri vs Budiyanto/Supaidi 21-13, 21-9
2. Deni vs Fentri 21-9, 21-8
3. Cecep/Ade Jaenal vs Hargo/Mardi 21-18, 18-21, 21-10

III. TVRI Jateng vs Petisi.co (3-0)
1. Fentri/Mardi vs Tatang/Nurwito 21-13, 21-11
2. Hargo Widagdo vs Alfie S 21-16, 21-19
3. Budiyanto/Supardi vs Hari C/Eka 21-2, 21-1

IV.TVRI Pusat vs Pikiran Rakyat (2-1)
1. Sumarjo/Risdiyanto vs Deni/Fahri 10-21, 11-21
2. Pascal vs Ade Zaenal 21-19, 21-17
3. Wahyu/Pipit vs Erick/Andri 21-17, 21-15

V. TVRI Pusat vs TVRI Jateng
1.Sumarjo/Pascal vs Fentri/Budiyanto 21-17, 21-14
2. Wahyu vs Hargo 20-22, 6-21
3. Pipit/Risdiyanto vs Pardi/Mardi 21-12, 21-8

VI.Pikiran Rakyat vs Petisi.co
1. Andri/Fahri vs Tatang/Nurwito 21-10, 21-12
2. Ade Jaenal vs Alfie 21-13, 21-6
3. Erick/Deni vs Hary/Eka 21-12, 21-3


FINAL
Pikiran Rakyat vs TVRI Pusat
1. Cecep/Ade Jaenal vs Pascal/Risdianto 7-21, 6-21
2. Deni vs Pipit 21-7, 21-4
3. Andri/Fahri vs Sumarjo/Wahyu 21-15, 21-13

Dari Audisi Djarum di GOR Sudirman, Surabaya

LOLOS: Legenda dan pelatih PB Djarum bersama pemegang tiket

Mengajari Anak-Anak Legawa Menerima Kekalahan


Sejak 2006, Djarum Foundation menggelar Audisi Umum. Ajang ini digelar untuk merekrut bibit-bibit pebulu tangkis yang akan dibina PB Djarum.
--
PARA legenda bulu tangkis Indonesia dan pelatih PB Djarum tengah berada di GOR Sudirman, Surabaya. Tapi, mereka bukan untuk bertanding di salah satu gedung bulu tangkis legendaris di Indonesia tersebut.

Usia yang sudah tak muda lagi menjadi pertimbangan utama. Tapi, ada hal lain yang membuat mereka tak mengayunkan raket. Ternyata, para legenda dan pelatih PB Djarum itu tengah mencari penerusnya. Agenda yang diikuti mereka adalah Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis. 

Sebenarnya, para legenda dan pelatih itu tak hanya melakukannya di Surabaya. Tapi, itu juga di beberapa daerah di penjuru Indonesia.

Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin mengatakan, Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis mendorong anak untuk berkompetisi dan mengenal nilai-nilai sportivitas di dalamnya sejak usia dini. Dengan berkompetisi, ujar dia, anak-anak akan belajar menerima kekalahan dan kemenangan.

"Tidak hanya untuk menjadi seorang atlet, namun nilai-nilai universal ini kelak bermanfaat ketika mereka dewasa nanti," ujarnya.

Tim Pencari Bakat, yang terdiri dari legenda dan pelatih PB Djarum, ungkap Yoppy, selalu memotivasi dan memberikan inspirasi bagi para peserta untuk tidak patah semangat ketika kalah dan tidak jumawa jika menang. Kehadiran para legenda bulutangkis di Audisi Umum seperti Christian Hadinata, Hastomo Arbi, Sigit Budiarto, hingga Liliyana Natsir, jelasny, akan memberikan pengalaman dan motivasi yang tak ternilai bagi anak-anak yang mencintai bulu tangkis

26 Atlet Raih Super Tiket ke Kudus

U-13: Legenda ganda Sigit Budiarto bersama pemegang super tiket
AUDISI Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 yang digelar di GOR Sudirman, Surabaya, Jawa Timur, akhirnya menghasilkan 26 atlet belia berbakat yang melaju ke Tahap Final Audisi di Kudus. Di hari terakhir ini, Selasa (22/10/2019), sejak pagi, 48 atlet telah berjuang mengeluarkan kemampuan terbaiknya guna meraih Super Tiket dan kesempatan meraih beasiswa bulutangkis.

Para peserta yang lolos dan mendapat Super Tiket merupakan atlet belia putra dan putri dari kelompok U-11 (di bawah usia 11 tahun) dan kelompok U-13 (di bawah usia 13 tahun). Mereka mampu melampaui Tahap Screening dan menyudahi pertandingan-pertandingan dengan hasil kemenangan di Tahap Turnamen.

Selain itu, ada pula yang mendapatkan Super Tiket Pilihan Tim Pencari Bakat, yakni pebulu tangkis pilihan bertalenta istimewa berdasarkan pengamatan Tim Pencari Bakat. Mereka terdiri dari Christian Hadinata, Sigit Budiarto, Hastomo Arbi, Luluk Hadiyanto, Alvent Yulianto, Denny Kantono, Fung Permadi, Liliyana Natsir, Engga Setiawan, Yudha Wiratama, Reni, Juniar Setioko Tenggono, Ronald Sanduan, dan Imam Tohari.

Hastomo menyatakan, para atlet muda hasil Audisi Umum di Kota Pahlawan ini memiliki waktu sekitar sebulan berlatih guna menghadapi Final Audisi di Kudus. "Bagi adik-adik yang berhasil mendapatkan Super Tiket, kita akan bertemu lagi nanti di Final Audisi di Kudus. Kembali berlatih, tingkatkan skill, dan persiapkan mental, karena lawan-lawan yang kalian hadapi nanti adalah yang terbaik dari kota-kota lain Audisi Umum," kata si sulung trio kakak-beradik keluarga Arbi ini.

Ucapan terima kasih, ujar dia, juga diucapkan kepada para orangtua. Mereka, jelas Hastomo, telah menyalurkan bakat anak-anaknya melalui bulu tangkis.

''Pacu terus semangat anak-anak untuk tetap berlatih. Jangan cepat kecewa lantas menganggap diri sudah gagal. Ingat, jatuh bangun adalah bagian dari perjalanan juara-juara bulu tangkis Indonesia, guna meraih prestasi yang lebih baik," tambah Hastomo, yang tercatat sebagai atlet anak-anak kedua yang masuk PB Djarum setelah Liem Swie King.

Peserta yang lolos ke Final Audisi Kudus

U11 Putri - Nur Hafidzah Afifah (Kabupaten Kotawaringin Timur)
U11 Putri - Nathania Prasetya (Kota Kediri)
U13 Putri - Karina Puteri Ramadhani (Kota Malang)
U13 Putri - Vivi Silvia Mufarokhah (Kota Surabaya)
U11 Putra - Erfan Al Bariy (Kabupaten Bangkalan)
U11 Putra - Alfindo (Kabupaten Kotawaringin Barat)
U11 Putra - Aldyansyah Farid Yahya (Kabupaten Ngawi)
U11 Putra - Jesen Junior Gerson (Kabupaten Tuban)
U13 Putra - Mochammad Denta Fajar Saputra (Kabupaten Sleman)
U13 Putra - Raihan Daffa Edsel P (Kabupaten Sidoarjo)
U13 Putra - Achmad Rangga Maulana (Kabupaten Sidoarjo)
U13 Putra - Muhammad Ryoichi Kobayashi (Kabupaten Lumajang)
  
Super Tiket Pilihan  
U11 Putri - Dhiva Violya Marante (Kota Manado)
U11 Putri - Frisca Adelia Arifah (Kota Banjar Baru)
U11 Putri - Riska Melani Putri (Kabupaten Bojonegoro)
U13 Putri - Yasintha Ristyna Putri (Kabupaten Jember)
U13 Putri - Eka Puspita Anggraini (Kabupaten Nganjuk)
U13 Putri - Dian Ramadhani Mukti (Kabupaten Aceh Barat)
U11 Putra - Afiq Amali Bintang Pratama (Kabupaten Jember)
U11 Putra - Alif Sigit Budiarto Sangaji (Kota Makassar)
U11 Putra - Ang Key On Akbar (Kota Surabaya)
U11 Putra - Jose Marcello Lippi (Kota Palembang)
U11 Putra - Fransiskus Valentinus Siallagan (Kabupaten Tuban)
U13 Putra - Erlangga Elang Saputra (Kota Surabaya)
U13 Putra - Yudha Rendra Wijaya (Kota Lubuklinggau)
U13 Putra - Yuga Gustisyah (Kabupaten Aceh Barat)

Gelar Pertama dengan Kemenangan Perdana


PODIUM: Praveen/Melati dengan medali dan trofi juara (foto: bwf)
SELAMA 2019, kemampuan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti diragukan. Ini wajar karena taka da satu pun gelar yang mampu disumbangkan ganda campuran yang diharapkan mampu menjadi
penerus Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tersebut.
 
Bahkan, untuk naik ke podium terhormat, Ucok, sapaan karib Praveen/Melati butuh 17 turnamen. Meski, ada empat kali kesempatan untuk menjadi juara yakni di India Open, New Zealand Open, Australia Open, dan Japan Open. Sayang, semuanya kandas di kaki lawan.
  
Saat berlaga di Denmark Open    yang dilaksanakan di Odense 15-20 Oktober 2019, keduanya pun tak diprediksi bisa membawa pulang gelar. Tapi siapa sangka, dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 775.000 tersebut, Ucok/Melati mampu mendampingi Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya menjadi juara.
  
Bahkan, keduanya lebih dahulu memastikan. Sebab, Ucok/Melati tampil lebih dulu. Hanya, mereka harus berjuang susah payah. Pasangan yang ditempatkan hanya sebagai unggulan keenam tiga kali harus berhadapan dengan waki Tiongkok dan semuanya dilalui dengan pertarungan tiga game.
  
Di babak II, Ucok/Melati menyingkirkan Lu Kai/Chen Lu dengan 18-21, 21-15, 21-13. Kemudian di babak berikut atau perempat final, mereka menghentikan perlawanan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong melalui 18-21, 21-16, 22-20, dan puncaknya di babak final dengan melibas Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping 21-18, 18-21, 21-19.
  
Kemenangan atas Wang/Huang juga punya arti tersendiri. Ini merupakan kemenangan perdana setelah tujuh kali pertemuan.
  
Sebelumnya, Ucok/Melati menyerah di tangan ganda nomor dunia tersebut di Japan Open 2019, Australia Open 2019, India Open 2019, Hongkong Open 2018, China Open 2018, dan France Open 2018.
  
Hanya, kemenangan di Denmark tetap tak boleh membuat Ucok/Melati jumawa. Penampilan keduanya masih dianggap labil dan puncaknya tetap diharapkan di Olimpiode Tokyo 2020, meneruskan tradisi emas. Apalagi empat tahun lalu bendera merah putih berkibar melalui Tontowi/Liliyana. (*)
  

Hasil selama 2019 (sampai Oktober)
1.Malaysia Masters                   : Perempat Final
2.Indonesia Masters                  : Babak II
3.German Open                        : Babak I
4.All England                            : Semifinal
5.India Open                             : Final
6.Malaysia Open                       : Babak I
7.Singapore Open                      : Babak II
8.Kejuaraan Asia                       : Babak II
9.New Zealand Open                 : Final
10.Australia Open                      : Final
11.Indonesia Open                     : Babak I
12. Japan Open                          : Final
13. Thailand Open                     : Babak II
14.Kejuaraan Dunia                   : Perempat Final
15. China Open                          : Babak I
16.Korea Open                           : Perempat Final
17. Denmark Open                     : Juara

Bertemu di Final dalam Duel Ke-12

KOMPAK: Kevin melakukan smash (foto: PBSI)
KABAR gembira datang dari Odense. Satu gelar sudah dipastikan dibawa pulang ke Indonesia dari Denmark Open atau Denmark Terbuka.

Ini setelah dua pasangan ganda putra merah putih, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, bentrok di babak final dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 775.000 tersebut.

Pada babak semifinal  yang dilaksanakan Sabtu waktu setempat (19/10/2019), Sinyo, sapaan karib Marcus/Kevin menundukkan wakil Taiwan Lu Ching Yao/Yang Po Han dengan dua game langsung 21-16, 21-11. Ini menjadi kemenangan kedua dalam dua kali pertemuan yang dilakoni pasangan nomor satu dunia tersebut. Sebelumnya, Sinyo/Kevin menang 21-16, 21-17 di Malaysia Open 2018.

Tak lama berselang, seniornya, Hendra/Ahsan, melibas Takeshi Komura/Keigo Sonoda (Jepang) dengan rubber game 21-19, 19-21, 21-15. Hasil ini membuat The Daddies, julukan Hnedra/Ahsan, memenangi lima kali laga dalam tujuh kali pertemuan.

Bagi kedua pasangan, Sinyo/Kevin dan Hendra/Ahsan, pertemuan di negara Skandinavia ini bukan yang pertama. Mereka sudah bertemu 11 kali. Hasilnya, Sinyo/Kevin menang sembilan kali. Bahkan, dalam delapan kali perjumpaan terakhir selalu memetik hasil manis.

Hanya, bisa jadi kali ini, semuanya bisa berubah. Pengalaman segudang dari Hendra/Ahsan bisa membalikan prediksi.

Namun, siapa pun pemenangnya, ini akan memantapkan posisi keduanya untuk mengamankan tiket menembus Olimpiade Tokyo 2020. (*)


Head to Head

Sinyo/Kevin v Hendra/Ahsan
1. China Open 2019              21-18, 17-21, 21-15
2. Japan Open 2019              21-18, 23-21
3. Indonesia Open 2019        21-19, 21-16
4. Indonesia Masters 2019    21-17, 21-11
5. Hongkong Open 2018       21-14, 18-21, 21-9
6. Denmark Open 2018        21-18, 24-22
7. Indonesia Open 2018       21-16, 18-21, 21-10
8.India Open 2018                21-11, 21-16
9. Malaysia Open 2016       14-21, 19-21
10. Taiwan Open 2015         21-19, 21-17
11. Indonesia Open 2015     17-21, 15-21

Sumber: bwf

Ulangi Sukses 28 Tahun Lalu

INDONESIA boleh menepuk dada di Denmark Open 2019. Dalam ajang yang  masuk kategori level 3 tersebut, lagu Indonesia Raya berkumandang dua kali yakni di nomor ganda campuran dan ganda putra.

    Di ganda campuran, wakil Indonesia, Praveen Jordan/ Melati Daeva Oktavianti secara mengejutkan naik ke podium terhormat. Mengejutkan? Ya, ini karena selama 2019 yang sudah masuk bulan kesepuluh, keduanya belum pernah menjadi juara.

    Dalam final yang dilaksanakan di Odense Sportspark pada Minggu (20/10/2019), Praveen/Melati, yang hanya diunggulkan di posisi keenam, mempermalukan unggulan kedua asal Tiongkok Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping dalam pertandingan ketat tiga game 21-18, 18-21, 21-19.

    Sedangkan Sinyo, sapaan karib Marcus Fernaldi/Kevin menghentikan asa seniornya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, dengan dua game  yang tak terlalu memeras keringat dengan 21-14, 21-13. Hasil ini membuat mereka mampu mempertahankan gelar yang diraih pada 2018. Tahun lalu, pasangan yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut menundukan Keigo Sonoda/Takeshi Komura (Jepang) dengan 21-15, 21-16.

    Ini menjadi gelar keenam bagi Sinyo/Kevin selama perjalanan 2019. Sebelumnya, pasangan nomor satu dunia tersebut menjadi pemenang di ajang bergengsi di Malaysia Masters, Indonesia Masters, Indonesia Open, Japan Open, dan China Open.

    Sayang, tumpukan gelar itu serasa kurang. Ini karena Sinyo/Kevin tak merasakan manisnya gelar juara dunia.

    Dalam ajang yang dilaksanakan di Basel, Swiss, tersebut keduanya langsung tersingkir di babak kedua atau penampilan perdana. Sebab, di babak I, Sinyo/Kevin memperoleh bye.

    Menempati unggulan teratas, mereka dipermalukan pasangan Korea Selatan Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae dengan 21-16, 14-21, 21-23. Untung, gelar juara dunia tetap bisa dibawa pulang ke Indonesia melalui Hendra/Ahsan.
   
    Di Denmark Open sendiri,  menggondol dua gelar ini mengulangi capaian 28 tahun lalu atau pada 1991. Ketika itu,juara diraih Hermawan Susanto di tunggal putra dan Susi Susanti di tunggal putra. (*)
   


HASIL DENMARK OPEN 2019

TUNGGAL PUTRI    :
Tai Tzu Ying (Taiwan x4) v Nozomi Okuhara (Jepang x3) 21-17, 21-14

GANDA CAMPURAN:
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (Indonesia x6) v Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping (Tiongkok x2) 21-18, 18-21, 21-19

GANDA PUTRI        :
Baek Ha-na/Jung Kyung-Eun (Korsel) v Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (Tiongkok x4) 9-21, 21-19, 21-15

GANDA PUTRA    :
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya (Indonesia x1) v Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x2) 21-14, 21-13

TUNGGAL PUTRA
Kento Momota (Jepang x1) v Chen Long (Tiongkok x5) 21-14, 21-12

X=unggulan

Pertemuan Ke-12 di Babak Final Denmark

KABAR gembira datang dari Odense. Satu gelar sudah dipastikan dibawa pulang ke Indonesia dari Danish Open atau Denmark Terbuka.

Ini setelah dua pasangan ganda putra merah putih, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, bentrok di babak final dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 775.000 tersebut.

Pada babak semifinal  yang dilaksanakan Sabtu waktu setempat (19/10/2019), Sinyo, sapaan karib Marcus/Kevin menundukkan wakil Taiwan Lu Ching Yao/Yang Po Han dengan dua game langsung 21-16, 21-11. Ini menjadi kemenangan kedua dalam dua kali pertemuan yang dilakoni pasangan nomor satu dunia tersebut. Sebelumnya, Sinyo/Kevin menang 21-16, 21-17 di Malaysia Open 2018.

Tak lama berselang, seniornya, Hendra/Ahsan, melibas Takeshi Komura/Keigo Sonoda (Jepang) dengan rubber game 21-19, 19-21, 21-15. Hasil ini membuat The Daddies, julukan Hnedra/Ahsan, memenangi lima kali laga dalam tujuh kali pertemuan.

Bagi kedua pasangan, Sinyo/Kevin dan Hendra/Ahsan, pertemuan di negara Skandinavia ini bukan yang pertama. Mereka sudah bertemu 11 kali. Hasilnya, Sinyo/Kevin menang sembilan kali. Bahkan, dalam delapan kali perjumpaan terakhir selalu memetik hasil manis.

Hanya, bisa jadi kali ini, semuanya bisa berubah. Pengalaman segudang dari Hendra/Ahsan bisa membalikan prediksi.

Namun, siapa pun pemenangnya, ini akan memantapkan posisi keduanya untuk mengamankan tiket menembus Olimpiade Tokyo 2020. (*)


Head to Head

Sinyo/Kevin v Hendra/Ahsan
1. China Open 2019        21-18, 17-21, 21-15
2. Japan Open 2019     21-18, 23-21
3. Indonesia Open 2019    21-19, 21-16
4. Indonesia Masters 2019    21-17, 21-11
5. Hongkong Open 2018    21-14, 18-21, 21-9
6. Denmark Open 2018    21-18, 24-22
7. Indonesia Open 2018    21-16, 18-21, 21-10
8.India Open 2018        21-11, 21-16
9. Malaysia Open 2016    14-21, 19-21
10. Taiwan Open 2015    21-19, 21-17
11. Indonesia Open 2015    17-21, 15-21

Sumber: bwf


Syahrozi Dafandi Arafixqli /Syahrizal Dafandi Arafixqli, Pasangan Kembar Pertama di Pelatnas Cipayung

Masih Sering Grogi tapi Bisa Saling Menutupi
Masih Sering Grogi tapi Bisa Saling Menutupi

Januari ini Pelatnas Cipayung mengumumkan penghuninya. Yang menarik, dari 98 atlet, ada dua lelaki kembar.
---
SEKILAS susah membedakan Syahrozi Dafandi Arafixqli /Syahrizal Dafandi Arafixqli. Wajar karena keduanya memang kembar.

Namun, kalau lebih jeli, di antara keduanya ada perbedaan. Syahrizal mempunyai tahi lalat di dagu sebelah kiri.

 ''Syahrizal kakak, sedangkan saya adik. Sejak kecil kami memang sudah dilatih bulu tangkis,'' kata Syahroni di GOR Sudirman, Surabaya, pada Minggu siang (6/1/2018).

 Oleh orang tuanya, pasangan Budi Santoso-Dari Eko Purwani, pada usia  sembilan tahun keduanya dimasukan ke PB Dasa Didgaya, Kota Blitar, asal keduanya. Saat itu, lelaki kelahiran 9 Desember 2000 tersebut masuk duduk di kelas 1 Sekolah Dasar (SD) Kepanjen Lor.

 Guna mengepakan pretasinya, pada 2015, mereka  meninggalkan Kota Blitar.  Mereka bergabung dengan PB Semen Gresik. ''Kami mulai dipasangkan dan di sana kami bertahan hingga 2018,''  tambah Syahrizal.

 Ketika PB Semen Gresik tutup, keduanya menjadi incaran banyak klub. Beruntung PB Pratama, Surabaya,mendapatkan.

 Di tempat tersebut, kemampuan keduanya terus berkembang. Bahkan, pada 2018, Syahrozi/Syahrizal semakin menunjukkan kegarangan di atas lapangan.

 ''Kami mampu lolos final di tiga sirkuit nasional yakni Balikpapan, Bali, dan Surabaya.  Kami mampu menjadi juara di  Balikpapan dan Bali,'' ucap Syahrizal.

 Padahal, ungkap dia, kalau mampu menjadi tiga kali beruntun, tiket menembus Pelatnas Cipayung langsung berada dalam genggaman. Mereka tidak perlu bertarung dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PBSI 2018 di Jakarta dan harus menjadi juara.

 Di Syahrozi/Syarizal menundukkan pasangan Bernadus Bagas Kusuma Wardana/Dwiki Rafian Restu di final dengan skor 17-21, 22-20, 21-18, Minggu (22/12/18). Bahkan, di game ketiga, keduanya sempat tertinggal jauh.

 Meski sudah beberapa kali memetik prestasi, bukan berarti keduanya punya kelemahan. Mereka, tambah Syahrizal, masih sering grogi dan tegang.

 ''Untungnya, kami bisa saling menutupi,'' terang dia.

 Dengan status magang di Pelatnas Cipayung, Syahrozi/Syahrizal tak mau berpuas diri. Mereka tertantang untuk bisa menjadi penghuni tetap kawah candradimuka pebulu tangkis Indonesia tersebut.

 ''Ingin jadi penghuni tetap. Untuk itu, kami harus berlatih keras dan bisa menunjukkan prestasi,'' ucap Syahrozi. (*)


Guyuran Bonus buat si Kembar

Wijanarko (kanan) bersama kembar
PASANGAN Syahrozi Dafandi Arafixqli /Syahrizal Dafandi Arafixqli panen apresiasi. keduanya mendapat guyuran uang dari Pengprov PBSI Jatim, Pengkot PBSI Surabaya, dan Kapolres Probolinggo AKBP Eddwi Kurniyanto.
 Hanya dari ketiganya, PBSI Jatim yang terang-terangan menyebutkan nominalnya, yakni Rp 10 juta. Sedangkan PBSI Surabaya Rp 3 juta, dan Eddwi merahasiakan apresiasi yang diberikan.
 Syahrozi/Syahrizal yang digembleng di PB Pratama Surabaya tersebut mendapat penghargaan atas upaya yang diraih. Keduanya mampu menjadi juara nomor ganda taruna putra dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) 2018 yang dilaksanakan di Jakarta pada Desember.
 Gelar yang diraih pasangan kembar kelahiran 9 Desember 2000 tersebut juga menjadi obat dahaga gelar Jatim yang cukup lama di ajang kejurnas junior. Sejak Hendrawan pada 1990, Jatim tak pernah menempatkan wakilnya menjadi juara di kelompok usia di bawah 19 tahun tersebut.
 ''Jadi, wajar kalau Kembar dapat apresiasi dari PBSI Jatim. Jangan dihitung nominalnya, tapi ini sebagai bentuk penghargaan kami kepada atlet yang mengharumkan Jatim,'' kata Ketua Pengprov PBSI Jatim Wijanarko usai menyerahkan penghargaan  di GOR Sudirman, Surabaya, kemarin.
 Dia ingin agar langkah yang dilakukan organisasi yang dipimpin bisa memacu  pebulu tangkis Jatim lain untuk berprestasi di ajang nasional maupun internasional.
 Atas keberhasilan menjadi juara  Kejurnas 2018, Syahrozi/Syahrizal mendapat kesempatan magang selama enam bulan di Pelatnas Cipayung. Keduanya berusaha memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik mungkin.
 ''Kalau bisa, kami ingin terus di sana. Bukan lagi  dengan status magang tapi penghuni tetap,'' ucap Syahrizal. (*)

Tulisan ini dibuat di Harian Jawa Pos Edisi 6 Januari 2019

Keenam bagi Kevin/Marcus

GELAR keenam diraih Pasangan ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Ini setelah mereka sukses mempertahankan gelar juara  Japan Open 2018.

Dalam ajang yang masuk BWF World Tour Super 750, Kevin/Marcus mengalahkan Li Junhui/Liu Yuchen (Tiongkok), dengan 21-11, 21-13 dalam final yang dilaksanakan di Tokyo Minggu (16/9/2018). Di di Musashino Forest Sport Plaza, Kevin/Marcus tampil solid.
Pasangan ranking satu dunia itu memberikan kesempatan kepada Li/Liu untuk mengembangkan permainan. Namun dituturkan Kevin/Marcus, Li/Liu mengubah taktik permainan mereka dari biasanya.

"Kami senang bisa mempertahankan gelar kami. Apalagi ini turnamennya di Jepang, kami bisa memberikan hasil yang terbaik untuk sponsor kami," kata Kevin usai pertandingan seperti dikutip media PBSI.

Li/Liu, ujar lelaki asal Banyuwangi itu, lebih banyak main bertahan. Tapi, dia dan Marcus  sudah siap dengan semua strategi mereka, jadi kami lebih yakin.

Marcus juga mengiyakan pernyataan Kevin. Meskipun lawan mengubah strategi, mereka sudah mengantisipasi hal ini. Terbukti perolehan skor cukup jauh di penutup game pertama maupun game kedua.

"Mereka banyak mengarahkan bola ke atas, mungkin karena bolanya berat. Tapi kami sudah mempersiapkan tenaga, kami tahu ini pasti akan terjadi. Kami sudah mempelajari penampilan mereka waktu melawan Fajar (Alfian)/Rian (Ardianto). Model mainnya mirip, jadi kami sudah bisa memprediksi," beber Marcus.

Stadion yang digunakan di Japan Open 2018 merupakan stadion yang akan digunakan untuk Olimpiade Tokyo 2020. Untuk itu, Kevin/Marcus mengaku optimis dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan di stadion ini.

"Suasananya enak, kami cukup nyaman bermain di sini. Walaupun bolanya berat. Tapi kami bisa mengatasi," ujar Kevin.

Hasil Final Japan Open 2018:
Tunggal Putra: Kento Momota (Jepang/x3) s Khosit Phetpradab (Thailand) 21-14, 21-11

Ganda Putri: Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang x11) v Chen Qingchen/Jia Yifan (3/CHN) 21-15, 21-12

Ganda Campuran: Zheng Siwei/Huang Yaqiong (Tiongkok x1) v Wang Yilyu/Huang Dongping (Tiongkok x2) 21-19, 21-8

Tunggal Putri
Carolina Marin (Spanyol x 6) v Nozomi Okuhara (Jepang x8) 21-19, 17-21, 21-11

Ganda Putra
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (Indonesia x1) v Li Junhui/Liu Yuchen (Tiongkok x2) 21-11, 21-13

Gintin Ketemu Unggulan Teratas


DENDAM Anthony Ginting kepada Prannoy H.S. terbalas tuntas. Dia mampu mengalahkan wakil India itu di babak kedua Japan Open dengan dua game langsung 21-14, 21-17.

 Sebelumnya, Prannoy mempermalukan Ginting di Indonesia Open 2018. Ketika itu, dia menang 21-13, 21-18. Selain itu, di babak I, Prannoy menang atas peraih emas Asian Games 2018 asal Indonesia Jonatan Christie.

"Pertama memang dari pikiran, sejak Asian Games kemarin, saya mainnya lebih rileks, saya bisa menikmati permainan. Kedua dari fokusnya, ini yang paling penting. Ketiga adalah dari segi fisik dan kekuatan tubuh secara keseluruhan," ujar Anthony seperti dikutip dari media PBSI.
 
Salah satu kunci kemenangannya adalah menonton video pertandingannya, dan menghafal kebiasaan lawan. Ini membuat Ginting berhasil menerapkan strategi yang sudah dirancang.

''Apalagi shuttlecock nya berat, saya harus lebih tenang, kalau buru-buru bisa jadi bumerang," tambah peraih medali perunggu Asian Games 2018 ini.
 
Anthony akan berjumpa dengan Viktor Axelsen. Pebulu tangkis Denmark ini melewati hadangan Kenta Nishimoto (Jepang) di babak pertama. Anthony sementara unggul 1-0 atas Axelsen.
 
"Viktor adalah pemain dengan tipe main reli balik serang. Dengan postur tubuhnya yang tinggi, saya harus wasapada dengan serangan-serangannya. Strateginya kurang lebih sama dengan pertandingan hari ini, yang penting fokusnya dan bisa merasa enjoy di lapangan," ujar Anthony. (*)
 

Cedera, Gagal Hadapi Pasangan Tiongkok

LANGKAH pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di Japan Open 2018.  Hanya,  mereka bukan kalah dua game langsung atau tiga game.
 Hendra/Ahsan tak bisa turun ke lapangan saat harus menghadapi Li Junhui/Liu Yuchen dari Tiongkok. Ahsan mengalami cedera pinggang.

Hendra/Ahsan melaju ke babak kedua Japan Open 2018 setelah melewati laga sengit melawan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe dengan 21-17, 20-22, 21-17. "Tadi pagi setelah sarapan terasa sakit di pinggang dan menjalar ke perut. Saya sudah minum obat tetapi masih terasa sakit sampai sekarang. Sepertinya ini cedera yang lama, tapi rasa sakitnya beda," kata Ahsan seperti dikutip media PBSI.

Sementara itu, Asisten Pelatih Ganda Putra PBSI Aryono Miranat mengatakan bahwa Hendra/Ahsan sejauh ini belum memastikan mundur dari Tiongkok Open 2018 yang akan berlangsung pekan depan.

"Sejauh ini keputusannya akan tetap berangkat, biasanya Ahsan kalau sakit seperti ini dan istirahat beberapa hari bisa pulih lagi. Mudah-mudahan saja kondisinya membaik dan bisa tanding di Tiongkok Open," ujar Aryono.

Indonesia mengirim dua wakil ganda putra ke babak perempat final Japan Open 2018 lewat pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Dengan mundurnya Hendra/Ahsan, maka Li/Liu akan langsung ke perempat final dan berjumpa dengan Fajar/Rian. (*)

Perombakan Bisa Semakin Cepat

TAK salah kalau pelatih ganda putri Pelatnas Cipayung Eng Hian akan melakukan perombakan. Parameternya tentu hasil yang diraih anak asuhnya.

Seperti yang terlihat di Japan Open 2018. Meski baru memasuki babak II, tetapi Indonesia hanya bisa menempatkan satu pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Sedang dua pasang lain, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta dan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi, langsung tersingkir.

Greysia/Apriyani lolos tanpa memeras keringat. Di babak I mereka memperoleh bye.

Della/Rizki dihentikan pasangan tuan rumah Ayako Sakuramoto/Yukiko Takahata 13-21, 21-15, 11-21. Anggia/Ketut juga kalah oleh wakil Jepang Misato Aratama/Akane Watanabe 16-21, 18-21.

Di Japan Open, sejak dilaksanakan 1977, Indonesia tak pernah menempatkan wakilnya menjadi juara. (*) 

Satu Pasangan Harus Pulang Dulu

INDONESIA sudah dipastikan kehilangan satu wakil di nomor ganda putra dalam Japan Open 2018. Dua wakil merah putih, Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon dan Ade Yusuf/Wahyu Nayaka, harus saling bertemu di babak II.

Ini setelah kedua pasangan mampu menundukkan lawan-lawannya dalam pertandingan yang dilaksanakan di Tokyo pada Rabu waktu setempat (12/9/2018). Kevin/Marcus, yang diunggulkan di posisi teratas, menang dua game langsung 21-15, 21-15 atas Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov. Ini menjadi kemenangan kelima dalam lima kali pertemuan bagi Kevin/Marcus atas wakil Rusia tersebut.Sementara, Ade/Wahyu menghentikan perlawanan Jason Anthony/Nyl Yakura (Kanada) dengan 21-17, 15-21, 21-18. 

Kevin/Marcus dan Ade/Wahyu sudah dua kali bertemu. Hasilnya, saling mengalahkan.

Tentu, jika tak waspada bisa jadi The Minons, julukan Kevin/Marcus, pulang awal. Hanya melihat  perkembangan permaian, mereka layak melaju ke perempat final.

Di Japan Open, Kevin/Marcus menyandang status juara bertahan. Di final 2017, mereka mengalahkan wakil tuan rumah Takuto Inoue/Yuki Kaneko 21-12, 21-15. (*)

Gregoria Tak Gentar

DI pentas bulu tangkis dunia, Gregoria Mariska dan Ratchanok Intanon dari Thailand punya status sama. Keduanya pernah sama-sama menjadi juara dunia junior.

Hanya, Gregoria baru sekali merasakan (2017). Sedangkan Ratchanok sudah tiga kali (2009, 2010, dan 2011).

Namun, ketika memasuki level senior, Gregoria jauh capaiannya dengan wakil Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut. Selepas dari junior, Ratchanok sukses menjadi juara dunia senior pada 2013.

Tapi, perbedaan itu tak membuat Gregoria keder. Dia siap menantang lawannya itu di babak kedua Japan Open 2018.

Itu setelah Gregoria dan Ratchanok sama-sama memetik kemenangan di babak I pada Selasa waktu setempat (11/9/2018) di Tokyo. Gregoria yang kini ada di ranking 23 dunia menang dua game langsung 21-18, 21-17 atas wakil Rusia Evgeniya Kosetkaya dan Ratchanok dipaksa bertarung tiga game 17-21, 21-9, 21-15 oleh Minatsu Mitani (Jepang) .

Selama ini, Gregoria baru sekali berjumpa dengan Ratchanok. Itu terjadi pada Indonesia Open 2018. Hasilnya, dia kalah 11-21, 21-17, 14-21.

Di babak kedua, Gregoria ingin membalas kekalahan dan berusaha mengeluarkan yang terbaik di pertandingan ."Kalau target, saya maunya bisa melewati Ratchanok dulu dan menembus babak delapan besar," tuturnya. (*)