WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Raja di Divisi II

BEDA di Divisi I, di Divisi II Jatim merajai. Bahkan di sektor paling bergengsi, tunggal putra, dua wakilnya, Nur Yahya Ady Velani dan Aldo Purnomo, sukses menembus babak semifinal dalam ajang yang dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, tersebut.

Yahya, sapaan karib Nur Yahya, lolos empat besar usai menghentikan perlawanan Dwiki Arsyi dari Kalimantan Selatan dengan dua game langsung 23-21, 21-8. Sementara Aldo dipaksa bekerja keras tiga game 21-16, 10-21, 21-18 atas Ferneel Hazael (Sulawesi Utara) .

Untuk bisa terjadi all Jatim finals, Yahya dan Aldo harus bisa mengalahkan lawan-lawannya. Yahya,  yang menjadi unggulan teratas, ditantang Surya Purnamasidi dari Kalimantan Timur. Sementara Aldo dijajal atlet tuan rumah Wahyu Triansyah.

Di atas kertas, kedua lawan-lawannya tersebut bisa dikalahkan. Alasannya, pebulu tangkis dari Jatim kualitasnya tetap lebih bagus.

Apalagi, levelnya Divisi II. Pada Kejurnas PBSI 2019 ini, Jatim tak berada di Divisi I seperti biasanya. ''Atlet Jatim di Pelatnas Cipayung kurang dari lima. Jadi, kami harus main di Divisi II,'' ungkap Wakil Ketua Pengprov PBSI Jatim Martinus Rudianto. (*)

Tak Ada Lagi Wakil di Divisi I

PUPUS sudah asa Jawa Timur mencuri gelar di Divisi I Kejurnas PBSI 2019. Wakil-wakil yang berlaga di kelas elite tersebut sudah bertumbangan dan tanpa menyisakan duta.

Winda Puji Hastuti di sektor tunggal putri dan pasangan ganda putra Syahrizal Dafandi Arafixqli/Syahrozi Dafandi Arafixqli kalah. Winda, yang berasal dari klub FIFA Sidoarjo, kalah oleh unggulan teratas dari DKI Jakarta Sri Patmawati dengan dua game langsung 21-14, 21-16.

Sebelumnya, di babak I, Winda lolos tanpa harus memeras keringat alias memperoleh bye. Di babak II, gadis kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, tersebut lolos tanpa harus tampil sampai dua game. Winda menang 21-18 dan di game kedua Aurum Oktavia Winata tak bisa melanjutkan pertandingan.

Sementara, Syahrizal/Syahrozi secara mengejutkan tumbang dua game yang mudah 14-21, 15-21 kepada wakil DKI Jakarta Amri Syahnawi/M. Fachrikar. Di babak, si kembar memperoleh bye.

Sebenarnya, oleh Pengprov PBSI Jatim, pasangan yang berasal dari PB Pratama Surabaya tersebut menjadi andalan menjadi juara. Alasannya, keduanya pernah merasakan ditempa di Pelatnas Cipayung. Posisi itu diperoleh setelah keduanya menjadi juara ganda taruna.

Atas keberhasilan itu, Syahrizal/Syahrozi  memperoleh apresiasi. Ini karena sudah 19 tahun Jatim tak pernah merasakan menjadi juara. (*)

Belum Bisa Lewati Mantan Cipayung

PERJALANAN Aldo Oktviano Purnomo terhenti. Langkah pebulu tangkis binaan Sakura, Surabaya, tersebut hanya sampai babak III Sirkuit Nasional (Sirnas) Jatim Premier 2019.

Aldo dipaksa harus mengakui ketangguhan Riyanto Subagja dari Pertamina Fastron Jakarta dengan dua game langsung 21-17, 21-11 pada Kamis (14/11/2019).Dari pengalaman, Aldo memang kalah dibandingkan lawannya.

Riyanto pernah digembleng di klub besar Djarum Kudus dan merasakan berlatih di Pelatnas Cipayung. Beda dengan Aldo.

Lelaki asal Tuban ini masih berkutat di level daerah. Di Jatim, Aldo adalah jagonya.

Emas Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2019 dan Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) 2019 sudah menjadi bukti tangguhnya  pemuda 21 tahun tersebut di Jatim. Hanya, untuk lebih jauh lagi, Aldo masih butuh waktu.

Hanya, dengan semangat dan dukungan yang diberikan dari pihak Sakura sudah membuat Aldo diperhitungkan. Dia sudah beberapa kali mengikuti ajang internasional.

Hasilnya ranking dunia sudah dipunyai. Terakhir, Aldo berada di ranking 831.(*)

Agar Gelar Tunggal Putra Tak Semakin Panjang

21 tahun bukan waktu yang sebentar. Bila anak manusia, dia bisa jadi sudah mempunyai anak. Kalau di bidang pendidikan, dia sudah lulus strata 1 (S1).

Rentang selama itu pula Indonesia tak pernah lagi merasakan manisnya juara tunggal putra di Hongkong Open. Padahal, semua tahu, di sektor tersebut, merah putih selalu melahirkan pebulu tangkis hebat. Mulai Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, hingga kini Jonatan Christie.

Tercatat Budi Santoso yang naik ke podium terhormat. Itu dilakukannya pada 1998. Budi sendiri sudah pensiun sebagai atlet dan kini menekuni dunia kepelatihan.

Harapan mengakhiri paceklik gelar itu pun terus coba diakhiri. Pada 2019, asa itu ada di pundak Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting.

Langkah keduanya sudah sampai perempat final. Artinya tiga kali kemenangan bisa membuat penantian 21 tahun berakhir. Hanya, itu tak semudah membalikan telapak tangan.

Jojo, sapaan karib Jonatan, pada babak II yang dilaksanakan di Kowloon menang 21-12, 21-19 atas wakil India H.S. Pranoy dan Anthony bekerja keras selama tiga game 21-16, 17-21, 21-11 untuk menundukkan Ng Ka Long (Hongkong).

Di perempat final, Jojo bersua Anders Antonsen (Denmark) dan Anthony menjajal unggulan kedua Chou Tien Chen.
Bukan hal yang mudah bagi Jojo menghadapi Antonsen. Pada pertemuan terakhir di China Open 2019 pekan lalu, dia kalah mudah 16-21, 11-21. Hasil  yang membuat skor keduanya menjadi 2-2.

Begitu juga dengan Anthony. Lawan yang dihadapi adalah unggulan kedua Chou Tien Chen (Taiwan). Hanya, dalam pertemuan terakhir di Singapore Open April lalu, dia memenangkan pertandingan. (*)

Seharusnya Bisa Menang Lagi

SABETAN raket Ruselli Hartawan kembali memakan korban. Kamis (14/11/2019), dia menundukkan An Se Young dari Korea Selatan dengan 21-18, 21-19 dalam pertandingan babak II Hongkong Open di Kowloon.

Sebelumnya, Ruselli menghentikan perlawanan Han Yue (Tiongkok) dengan 21-18, 21-17. Dua kemenangan itu membawa gadis 21 tahun tersebut menantang Zhang Beiwen (Amerika Serikat) yang di babak kedua melibas Cai Yan Yan (Tiongkok) 21-8, 21-17.

Meski ranking Ruselli, 35, jauh di bawah lawannya, 17, tapi kansnya menang terbuka. Alasannya, bulan lalu dia mampu mempermalukan Beiwen saat bertemu di Macau Open 2019 dengan 21-19, 21-18. Kemenangan yang membuat Ruselli membalas kekalahan yang dialami di Thailand Open 2017.

Ruselli bisa langsung lolos ke babak utama karena unggulan teratas, Tai Tzu Ying (Taiwan) mengundurkan diri. Dia juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia di nomor tunggal putri. Sejak kali pertama dilaksanakan, belum ada tunggal putri Indonesia yang menjadi juara.

Ruselli sendiri juga tak tampil apik selama 2019. Dia lebih banyak tumbang di babak I atau kedua. Capaian terbaiknya adalah melaju ke perempat final Indonesia Masters. (*)

Jatim Juara Umum Peparpenas

Koko Pambudi (kiri) membawa Jatim berjaya
JAWA Timur (Jatim) terus mengukir prestasi di bulu tangkis. Usai lolos ke Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020, kabar terbaru adalah kesuksesan menjadi juara Pekan Paralympic Pelajar Nasional.

''Kejuaraan ini bagi pelajar yang difabel. Kami keluar sebagai juara umum,'' kata Pelatih Jatim Koko Pambudi pada Senin (11/11/2019).

Posisi teratas itu, ungkap dia, diperoleh berkat koleksi tiga emas yang diraih. Mereka yang menyumbang emas adalah
Dian Gusti asal Banyuwangi yang juara tunggal putra, Eka Puspita (Nganjuk) di tunggal putri, dan Dian G/Eka P dari ganda campuran.

Sukses ini, ujar Koko, tak lepas dari persiapan matang yang sudah dilakukan. Mereka, ujar dia, berlatih bersama dengan Tim Pelatprov atau PPLPD Jatim.

Koko menganggap untuk yg berkebutuhan khusus juga harus ada perhatian.Pertimbangannya, DKI , Jabar, dan Jateng memberikan perhatian khusus.

Ajang yang dikenal dengan sebutan Peparpenas sendiri dilaksanakan 7 - 13 November di jakarta. Para pebulu tangkis bertanding di GOR Remaja Rawangmangun.

''Saya mengucapkan terima kasih kepada PBSI Jatim memberikan kesempatan kepada atlet berlatih di Pelatprov / PPLP,'' tandas Koko. (*)

Juara Jatim Lewati Hadangan Perdana

Aldo Purnomo lolos babak II
AWAL manis bagi Aldo Oktaviano Nugroho di Sirkuit Nasional (Sirnas) Premier Seri Jatim 2019. Pebulu tangkis Sakura, Surabaya, itu memenangi laga perda dengan mengalahkan Rizky Doka Putra dari Berkat Abadi Sukabumi dengan 21-17, 21-16 di Madiun Senin (11/11/2019).

''Permainan Aldo dengan lawannya cukup berimbang. Pola permainan keduanya sama-sama ulet,'' kata Manajer Sakura Management yang membawahi Aldo, Ade.

Di game awal, Aldo, terang dia, mencoba menekan. Namun, pebulu tangkis asal Tuban, Jawa Timur, tersebut mengalami kesulitan.

''Akhirnya, Aldo mencoba bermain sabar. Strategi itu ternyata berhasil,'' ungkap Ade.

Pada babak kedua, Aldo akan bersua dengan Rivaldi Susilawan. Atlet asal Banda Baru, Batam, Kepulauan Riau, tersebut lolos usai memperoleh bye.

 Penampilan Aldo tengah mendapat sorotan. Dia baru saja menjadi juara juara Jawa Timur di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) dan Kejuaraan Provinsi.

Di ajang internasional, dia juga sudah mendapat ranking. Tepatnya di 824 dunia. (*)

Menunggu Owi Kembali Disegani

Tontowi/Winny belum memuaskan penampilannya (foto: PBSI)
NAMA Tontowi Ahmad begitu ditakuti di ganda campuran. Itu ketika dia berpasangan dengan Liliyana Natsir.

Semua gelar bergengsi di muka bumi ini pernah diraih. Bahkan, juara dunia dan emas olimpiade menjadi milik Owi, sapaan karib Tontowi/Butet,sapaan karib LIliyana.

Tapi, pensiunnya Butet membuat kegarangan Owi hilang. Awal tahun ini, Butet meninggalkan arena bulu tangkis karena faktor usia.

Berpasangan dengan Winny Oktavina Kandow, lelaki 32 kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, tersebut harus sering menerima kekalahan dan kegagalan. Bahkan, hasil tersebut dialami menghadapi lawan yang bukan pasangan papan atas dunia. Sebuah hal yang rasanya tak pernah dialami ketika Owi bertandem dengan Butet.

Capaian terbaik yang diraih Owi/Winny ''hanya'' sampai perempat final. Yang lebih ironis terjadi di dua ajang terakhir yang diikuti yakni Denmark Open dan France Open 2019. Owi/Winny langsung tersingkir di babak I. Di Denmark, pasangan yang kini berada di ranking 16 dunia tersebut menyerah 17-21, 22-20, 17-21 dari Takura Hoki/Wakana Nagahara (Jepang) dan sepekan kemudian di Paris, host France Open, mereka dihentikan Mathias Christiansen/Alexandra Boje (Denmark) 14-21, 18-21.

Pekan ini, Owi/Winny kembali diberi kesempatan. Mereka turun di Hongkong Open 2019. Di babak perdana, keduanya menjajal kembali Takura/Wakana. Apakah Owi/Winny mampu membalas kekalahan atau malah sebaliknya. Kekalahan kedua beruntun harus dtelan?

Secara ranking, seharusnya pasangan yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut bisa unggul. Saat ini, Owi/Winny lima setrip di atas  ganda Negeri Sakura, julukan Jepang, tersebut. Tapi di atas lapangan, ranking tak berlaku. (*)

Juara tanpa Perlawanan Seperti Biasanya

Sinyo dan Kevin di podium Fuzhou China Open 2019 (foto: PBSI)
KETANGGUHAN Marcus ''Sinyo'' Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya belum terbendung. Mereka memperoleh gelar kesembilan selama 2019.

Prestasi itu mereka ukir di Fuzhou China Open. Dakam final yang dilaksanakan Minggu waktu setempat (10/11/2019), Sinyo/Kevin menang dua game langsung 21-17, 21-9 atas pasangan Jepang Keigo Sonoda/Takeshi Kamura.

Kemenangan ini termasuk mengejutkan. Bukan karena hasil akhir tapi durasi waktunya dan skor. Tak seperti biasanya Keigo/Takeshi begitu mudah menyerah. Apalagi, keduanya sudah lima kali pernah mempermalukan Sinyo/Kevin.

Dengan kemenangan ini pula, mereka sudah juara sembilan kali. Itu diukir di Malaysia Masters pada Januari, Indonesia Masters (Januari), Indonesia Open (Juli), Japan Open (Juli), Victor China Open (September), Denmark Open (Oktober), dan France Open (Oktober). Sayangm di ajang Kejuaraan Asia dan Dunia, keduanya belum pernah merasakan.

Di Kejuaraan Asia yang dilaksanakan April, Sinyo/Kevin terhenti di babak final. Pasangan nomor satu dunia tersebut dikalahkan wakil Jepang lainnya, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe, dengan dua game langsung 18-21, 13-21.

Dalam Kejuaraan Dunia Agustus, mereka pulang lebih awal. Sinyo/Kevin tumbang di babak kedua dengan dipermalukan wakil Korea Selatan Choi Sol Gyu/Seo Seung Jae 21-16, 14-21, 21-23. (*)

Rayakan Lolos dengan Nikmati Keindahan Bromo

Skuad Jatim di laut pasir Gunung Bromo (foto: wijanarko)
SATU tiket ke Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua sudah di tangan Jawa Timur. Kemenangan atas Banten di Babak Kualifikasi Wilayah 3 sudah cukup.
 
Kebahagian pebulu tangkis provinsi paling timur Pulau Jawa itu pun berlipat. Mereka mendapat apresiasi.

Tim putra dan putrinya diajak ke Gunung Bromo yang berada di Kabupaten Probolinggo.Kebetulan, Wakil Ketua Pengprov PBSI Jatim Eddwi Kurniyanto adalah kapolres di sana. Di Tim PON Jatim, lelaki dengan pangkat AKBP tersebut juga adalah manajer.

''Kami sudah janji kalau lolos PON membawa mereka ke Bromo,'' ungkap Ketua Pengprov PBSI Jatim Wijanarko Adi Mulya.

Mereka berangkat Jumat (8/11/2019) siang dari Surabaya. Di kawasan Bromo, atlet, pelatih, dan ofisial menikmati lautan pasir.

Di Kualifikasi PON 2020 Wilayah 3 Jatim lolos dengan status juara, baik putra dan putri. Tim putra lolos dengan tanpa tersentuh kehilangan satu pun partai yang kalah. Yakni melawan D.I. Jogjakatta dan Banten. Beda dengan sektor putri.

Di sektor hawa ini, Jatim kehilangan satu angka ketika bethadapan dengan Banten. Ironisnya, itu terjadi di sektor tunggal pertama yang dihuni Sri Patmawati. (*)

Legenda Datang untuk Damping sang Putra

Marleve mendampingi Alden
NAMANYA pernah disegani di kancah bulu tangkis dunia. Dia adalah salah satu dari keluarga bulu tangkis yang melegenda, Marleve Mainaky. Nama lengkapnya Marleve Mario Mainaky.

Marleve termasuk dalam jajaran skuad Indonesia ketika menjadi juara tiga kali beruntun Piala Thomas yakni 1998, 2000, dan 2002. Runner-up Asia juga pernah dibukukan lelaki kelahiran Ternate, Maluku Utara, 26 Maret 1972 tersebut.

Wajar kalau Marleve masuk dalam sebutan legenda bulu tangkis Indonesia. Lama tak terdengar kabarnya setelah tak lagi menjadi pelatih di Pelatnas PBSI, dia muncul di GOR Sudirman, Surabaya, dalam beberapa hari di awal November 2019.

Tapi, dia tak membawa raket. Dengan celana jeans dan kaos polo merah, Marleve berada di pinggir lapangan.

''Saya mendampingi anak-anak yang turun membela Maluku Utara di Kualifikasi Wilayah PON (Pekan Olahraga Nasional) 2020. Ada dua anak saya yang turun,'' ungkap Marleve.

Dua buah hatinya tersebut adalah Alweyn Jantje Putra Mainaky dan Alden Lefilson Putra Mainaky. Dari keduanya, Alden yang masih berusia 17 tahun lebih memberikan harapan untuk meneruskan tradisi nama besar Mainaky.

Sayang, kehadiran Marleve sebagai pelatih masih belum mampu membuat Maluku Utara memenuhi ambisi menembus PON. Kalah 2-3 dari Papua Barat memaksa mereka melalui babak playoff sebelum dikalahkan Banten 1-4. (*)

Tak Ada Mainaky di Papua 2020

KELUARGA Mainaky banyak memberikan konstribusi pada perbulu tangkisan. Bukan hanya Indonesia tapi juga bagi dunia.

Nama Mainaky mampu mengharumkan setiap negara yang dibela atau ditangani. Dulu ada Marleve di tunggal dan Rexy Mainaky di ganda. Mereka membuat nama Indonesia di segenai saat masih menjadi atlet.

Ketika menjadi pelatih, Rexy sudah melanglang buana ke berbagai negara. Mulai dari Inggris, Malaysi, dan kini Thailand. Saudaranya yang lain, Richard Mainaky, menjadi pelatih ganda campuran terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Di tangannya, untuk kali pertama merah putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang di nomor ganda campuran pada olimpiade tepatnya Olimpiade Rio 2016.

Sudah? Belum. Masih ada Reony Mainaky. Si bungsu ini disebut-sebut sebagai salah satu peletak pondasi tangguhnya bulu tangkis Jepang.

Tapi, semua itu ternyata belum jadi jaminan ketika menyebut nama daerah asal keluarga itu yakni Maluku Utara. Bahkan, pada tahun ini, provinsi yang beribukota di Ternate tersebut gagal menembus ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020.

Langkah Maluku Utara terjegal Banten dalam babak playoff kualifikasi yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya. Pada pertandingan yang dilaksanakan Sabtu (9/11/2019), Maluku Utara menyerah telak 1-4.

Pupus sudah harapan untuk menempatkan keluarga Mainaky dalam pesta olahraga empat tahunan yang akan dilaksanakan di Papua tersebut. Meski sebenarnya, kans lolos sempat terbuka lebar tanpa melalui babak playoff.

Bergabung di Wilayah 5, Maluku Utara secara mengejutkan kalah 2-3 dari Papua Barat. Padahal, dalam pertandingan yang dilaksanakan Kamis (7/11/2019), tersebut Maluku Utara unggul dulu 2-0.

Salah satu putra Mainaky yakni Aldin Lefilson Putra Mainaky, yang merupakan putra Marleve, menyumbangkan angka di tunggal pertama. Poin kedua didonasikan Joverian Mahesa Akni.

Kekalahan ini membuat Maluku Utara harus melalui babak playoff bersama dua runner up wilayah lainnya, Nusa Tenggara Barat dan Banten. Jumat (8/11/2019), mereka melibas NTB 3-2 sebelum dihentikan Banten 1-4. (*)

Bisa Juara Dua Kali di Tiongkok dalam Setahun

Minion sukses menembus final China Open 2019 (foto: PBSI)
DELAPAN gelar sudah dikantongi Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya selama 2019. Tapi, itu belum membuat keduanya puas.

Sinyo, sapaan karib Marcus Fernaldi/Kevin memburu turnamen lain untuk dimenangi. Kini, pasangan nomor satu dunia ganda putra tersebut berpeluang menjadi juara di Fuzhou China Open 2019.

Kans tersebut terbentang di depan mata. Langkah Sinyo/Kevin sudah sampai babak final. Tiket tersebut diperoleh setelah menang dua game langsung 21-16, 22-20 atas Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty dari India pada Sabtu waktu setempat (9/11/2019). Kemenangan juga semakin mempertegas dominasi mereka atas pasangan yang kini berada di ranking sembilan dunia tersebut.Dalam delapan kali pertemuan, Sinyo/Kevin tak pernah tersentuh kekalahan alias selalu memenangkan pertandingan. 

Hanya di babak pemungkas, keduanya tak boleh lengah. Sinyo/Kevin akan berjumpa dengan musuh bebuyutannya, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dari Jepang yang di semifinal menghentikan kejutan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) dengan straight game 21-13, 21-14.

Selama 14 kali pertemuan, pasangan merah putih pernah lima kali dipaksa menelan kekalahan dari wakil Negeri Sakura, julukan Jepang, tersebut. Kali terakhir, Sinyo/Kevin dipermalukan di Singapore Open 2019. Hanya, dalam dua pertemuan terakhir di Kejuaraan Asia 2019 dan Piala Sudirman 2019, mereka unggul.

Selain itu, mereka juga sudah memenangi gelar di Tiongkok pada September lalu. Bedanya ketika itu, Sinyo/Kevin di ajang yang berhadiah total USD 1 juta. Sementara turnamen yang diikuti sekarang berhadiah total ''hanya'' USD 700 ribu. (*)

Tunggal Thailand yang Bakal Jadi Ancaman

Kunlavut Vitidsarn (foto: BWF)

THAILAND tak pernah habis membikin rekor di level junior. Ratchanok Intanon sempat membuat dunia terhenyak.

Dia mampu tiga kali menjadi juara dunia junior di sektor tunggal putri yakni pada 2009, 2010, dan 2011. Saat ini, Racthanok menjadi tunggal putri papan atas dunia.

Kini, hal yang sama dilakukan Kunlavut Vitidsarn. Pebulu tangkis kelahiran Bangkok 11 Mei 2001 itu mampu tiga kali (hat-trick) juara. Hebatnya, itu dilakukannya di tunggal putra.

Kunvalut menjadi juara dunia pada 2017, 2018, dan 2019.  Lawan yang dikalahkannya pun berbeda-beda di tiap edisi.

Pada 2017 yang dilaksanakan di Jogjakarta, Kunvalut menang 17-21, 21-15, 21-9 atas Leong Jun Hao dari Malaysia. Setahun kemudian di Kanada, dia menghentikan perlawanan Kodai Naraoka (Jepang) dengan 21-9, 21-11 dan pada 2019 yang digelar di Rusia, Kunvalut melibas Christo Popov (Prancis) 21-8, 21-11.

Di level senior pun, Kunvalut juga turun di berbagai ajang. Bahkan, dia menjadi juara di Fjar International di Iran, Polish Open, dan Finis Open. Memang, ajang tersebut tak diikuti oleh pebulu tangkis papan dunia.

Namun, itu sudah menjadi bekal baginya yang berharga. Jadi, tunggal putra Indonesia bakal mendapat ancaman. (*)

Belum Bisa Ciptakan Hat-Trick

Ucok dan Melati gagal menembus semifinal. (foto: BWF)
PASANGAN ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti gagal cetak hat-trick. Usai menjadi juara di Denmark Open dan France Open, keduanya gagal mengulangi di China Open.

Ironisnya, kekalahan dialami Ucok, sapaan karib Praveen/Melati bukan di babak final. Mereka sudah angkat koper di babak perempat final turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut.

Ucok/Melati dipaksa harus mengakui ketangguhan pasangan Jepang Yuta Watanabe/Arisa Higashino dengan dua game langsung 15-21, 18-21 di Fuzhou pada Jumat waktu setempat (8/11/2019). Sebenarnya, kekalahan ini termasuk di luar dugaan.

Ini karena dalam dua kali pertemuan sebelumnya, Ucok/Melati selalu memetik kemenangan. Hasil itu terjadi di Malaysia Masters 2018 dan Australia Open 2019.

Sebenarnya, pasangan yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut punya bekal penting di China Open 2019. Ranking dunia ada di lima besar. Capaian yang belum pernah dilakukan oleh wakil Indonesia selain Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Usai dari China Open, Ucok/Melati akan dijajal dalam Hongkong Open 2019 pekan depan. Di babak pertama, keduanya memperoleh bye. (*)

Jatim Lolos ke PON 2020

Tim Putra Jatim usai mengalahkan Banten (foto: PBSI Jatim)
CABANG olahraga yang mewakil  Jawa Timur (Jatim) di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 bertambah. Ini seiring dengan lolosnya bulu tangkis ke pesta olahraga empat tahunan yang akan dilaksanakan di Papua tersebut.Tiket tersebut diperoleh setelah Jatim putra menang telak 5-0 atas Banten dalam pertandingan Pra PON 2020  Wilayah 3 di GOR Sudirman, Surabaya, kemarin. Sukses ini juga diikuti oleh tim putri yang dipaksa bekerja keras oleh Banten dengan skor 2-1.

''Target kami memang harus lolos ke PON. Sesuai yang saya harapkan, bukan hanya tim putra tapi juga tim putri,'' kata Ketua Pengprov PBSI Jatim Wijanarko Adi Mulya.

Namun, dia mengingatkan agar keberhasilan menembus PON itu tak membuat anak asuh trio pelatih  Imam Tohari, Jeffer Rosobin, dan Taufiq Hidayat Akbar itu tak berpuas diri. Mereka, ungkap Wijar, sapaan karib Wijanarko,  sudah ditunggu hasil yang lebih tinggi yakni  medali di Papua.

''Kami akan melakukan pemusatan latihan jangka panjang dengan sistem promosi degradasi. Pebulu tangkis yang siaplah yang akan kami pakai di PON 2020 nanti,'' ujar Wijar yang juga wakil sekjen PP PBSI itu.

Jatim, baik putra maupun putri, lolos dengan status juara wilayah. Sebelum menang atas Banten, tim putra dan putri menang atas DI Jogjakarta. Di sektor putri, Jatim menang 3-0 atas Jogjakarta dan tim putra melibas habis DI Jogjakarta dengan skor 5-0.

Hanya, dibandingkan pertandingan pertama, di sektor putri sempat membuat degdegan. Tunggal pertamanya, Sri Patmawati dipermalukan Putri Kusuma Wardani. dengan dua game langsung 16-21, 17-21.

''Putri Kusuma pebulu tangkis yang bagus juga. Dia baru saja membawa Indonesia menjadi juara dunia junior,'' ucap anggota Binpres PBSI Jatim Satya Kurniawan.

Untung, dua partai berikut, ganda dan tunggal kedua, mampu disapu bersih Jatim. Pasangan Febrina Dwi Puji Kusuma/Marsheilla Gischa Islami menundukkan wakil Banten  Serena Kani/Tryola Nadia 21-12, 21-16 dan Desima Aqmar Syarafina menang 21-13, 21-19 atas Silvi Wulandari.

Dalam kualifikasi yang dilaksanakan di beberapa wilayah itu, hanya juara  yang langsung lolos. Sementara runner-up akan diadu dengan wilayah lain.
''Selain Surabaya, kualifikasi juga dilaksanakan di Bengkulu, Palangkaraya (Kalteng), dan Manado (Sumatera Utara),'' jelas Sekjen PP PBSI Ahmad Budiharto yang hadir di GOR Sudirman. (*)

HASIL PERTANDINGAN WILAYAH 3 BEREGU PUTRA
JATIM 5-0 BANTEN
1. Gatjra Piliang Cupu F. v Handoko Yusuf 21-19, 21-10
2. Calvin Khristanto/Hendra Gustiawan  v M. Lucky/M. Rizki 21-19, 21-16
3. Aldy Firmanda v M. Farhan 13-21, 21-15, 21-12
4. M. Reza Pahlevi/Rehan Naufal Kusharjanto v Alan Darmasaputra/Rian Canna 21-14, 21-18
5. Nur Yahya v Prabu Wenang Pitutur 21-5, 21-10 

Belum Bersinar Lagi usai dari Korea

Fajar/Rian gagal di China Open 2019 (foto: BWF)
PASANGAN Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto belum menemukan penampilan terbaiknya lagi. Usai menjadi juara Korea Open 2019 pada September lalu, mereka tak pernah bisa melangkah jauh hingga babak semifinal apalagi final.

Kali terakhir, Fajri, sebutan Fajar/Rian, sudah angkat koper babak II di Chine Open 2019. Mereka dipermalukan pasangan Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik dengan tiga game 21-13, 18-21, 16-21 di Fuzhou pada Kamis (7/11). Ironisnya, ini menjadi kekalahan ketiga dalam tiga pertemuan dengan ganda negeri jiran tersebut. Dua pil pahit ditelan Fajri di All England 2019 dan Malaysia Masters 2019.

Padahal, secara ranking Fajri jauh di atas. Dalam ranking terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), mereka di posisi kelima. Sedangkan lawannya di peringkat 14.

Kekalahan ini juga membuat pasangan  yang digembleng di Pelatnas Cipayung belum lagi menjadi juara usai dari Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan. Bahkan sepekan usai dari Korea Open, keduanya tumbang lebih awal di kandang sendiri dalam Indonesia Masters 2019 di Malang, Jawa Timur.

Digadang-gadang bisa melanjutkan langkah juaranya, eh Fajri sudah angkat koper di babak II. Secara mengejutkan, mereka dikalahkan wakil Jepang Shohei Hoshino/Yujiro Nishikawa dengan 21-23, 16-21.

Sempat memberi harapan dengan menembus semifinal turnamen bergengsi Denmark Open, tapi setelah itu layu di France Open serta China Open ini. (*)
   

Rekor Pertemuan Masih Berpihak Jojo

Anders Antonsen yang akan dihadapi Jojo (foto: BWF)
INDONESIA masih menjaga asa  juara tunggal putra dalam China Open 2019. Satu-satunya wakil yang tersisa, Jonatan Christie, mampu menundukkan lawannya di babak kedua turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut.
 
Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Provinsi Fuzhou Kamis waktu setempat, lelaki  yang akrab disapa Jojo tersebut dipaksa tampil tiga game 21-8, 12-21, 21-14 oleh Lee Cheuk Yiu dari Hongkong. Secara ranking, dia jauh di atas lawannya.

Tapi, kalau melihat pertemuan sebelumnya, pertarungan ketat itu bisa dimaklumi. Sebelum berjumpa di Negeri Panda, julukan Tiongkok, Jojo dan Lee sudah empat kali bertemu. Hasilnya, keduanya saling mengalahkan dengan skor 2-2.

Untuk bisa menembus semifinal, bintang film King itu harus bisa mengalahkan unggulan keempat asal Denmark Anders Antonsen. Rekor pertemuan lebih memihak Jojo. Atlet 22 tahun tersebut menang dua kali dalam tiga pertemuan. Hasil positif tersebut dipetik dalam dua kali pertemuan terakhir. Salah satunya pekan lalu di France Open.

Jojo menjadi satu-satunya wakil Indonesia di tunggal mulai babak II. Dua rekannya di Pelatnas Cipayung, Anthony Sinisuka Ginting dan Shesar Hiren Rustavito tumbang. Itu juga terjadi pada pebulu tangkis senior, Tommy Sugiarto.

Pada nomor tunggal putra ini, hampir semua atlet terbaik dunia turun ke lapangan. Salah satunya pebulu tangkis nomor satu dunia Kento Momota. (*)

Jadi Pelatih Belgia, Ingin Loloskan ke Olimpiade

Indra Bagus Ade Chandra (foto: dok pribadi)
PETUALANGAN Indra Bagus Ade Chandra di Eropa berakhir. Hanya, itu bukan berarti dia kembali ke tanah air.

Indra tetap berada di Eropa. Hanya, dia bukan lagi sebagai atlet.

''Per 2018, saya sudah menjadi pelatih nasional. Sebenarnya sih sudah setahun sebelumnya, hanya saya terganjal administrasi,'' ungkap Indra melalui pesan media sosial.

Karena sudah hampir dua tahun lebih gantung raket, ranking lelaki 32 tahun tersebut tak ada lagi di BWF (Feredasi Bulu Tangkis Dunia). Padahal, sebelumnya, Indra pernah menduduki ranking 65 dunia.

Beberapa ajang pun pernah dijuarainya. Seperti Swedia Open 2010, Italia Internasional 2013, dan Tahiti International 2016. Namun, usia yang terus merambah tua membuat dia tak bisa melawan.

Di Belgia, Indra melatih 9 pebulu tangkis dengan Kota Liege sebagai pusatnya. Sebagai arsitek tim, Indra punya target pribadi.

''Saya ingin membawa pebulu tangkis Belgia lolos ke Olimpiade 2020 dan 2024,'' tegas Indra.

Hanya, dia sudah tak bisa mengandalkan Yuhan Tan. Atlet spesialis tunggal putra tersebut sudah memutuskan pensiun.

''Saya mengandalkan Lianne Tan di tunggal putri dan Maxime Moreels. Dari keduanya, kans besar di tunggal putri,'' ujar lelaki asal Klaten, Jawa Tengah, tersebut.

Saat ini, Lianne, yang juga adik Yuhan, berada di posisi 49 dunia. Sedangkan Maxime masih terperosok di luar 100 besar tepatnya 117. Selama 2019, Lianne sudah meraih gelar juara yakni di Brazil International Challenge.

''Saya realistis saja, yang penting lolos olimpiade. Nggak muluk-muluk,'' tandas Indra. (*)

Dua Juara Olimpiade Harus Saling ''Bunuh''

Lin Dan bertemu rekan sendiri (foto: BWF)
DI masa jaya, jika keduanya bertemu pasti sudah di babak final. Semua tahu bagaimana kekuatan duo tunggal putra Tiongkok, Lin Dan dan Chen Long.

Saking tangguhnya, Lin Dan pernah mendapat julukan Super Dan. Buktinya, lima kali juara dunia dan dua kali emas olimpiade (2008 dan 2012) pernah disabet.

Sementara, Chen Long pun tak kalah mentereng. Dia mampu menjadi penerus yang baik bagi Lin Dan dengan meraih emas Olimpiade Rio 2016 serta dua kali menjadi juara dunia.

Tapi, seiring usia yang terus bertambah. Kekuatan Lin Dan serta Chen Long pun ikut tereduksi. Tahun ini, Lin Dan sudah 36 tahun dan Chen Long juga sudah berkepala tiga, 30.

Kini, keduanya juga rentan cedera. Selama 2019,  tunggal andalan Negeri Panda, julukan Tiongkok, sering mengalami kegagalan. Bahkan, Lin Dan belum sekalipun menjadi juara di semua turnamen yang diikuti. Chen Long masih bisa naik ke podium terhormat meski hanya sekali yakni di France Open, turnamen yang masuk BWF Word Tour 750.

Nah, di Tiongkok Open 2019, Lin Dan dan Chen Long kembali berjumpa. Hanya, jangan kaget. Keduanya bukan bersua di babak final. Mereka harus sudah saling mengalahkan pada babak I turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut.

Ini karena ranking keduanya sudah jauh berbeda ketika undian dilakukan. Dari ranking terbaru BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 30 Oktober lalu saja, Chen Long ada di posisi ketiga dan Lin Dan terjerembab di 18.

Dari reor pertemuan keduanya, Lin Dan masih unggul. Dia menang sembilan kali dari 17 kali pertemuan. Hanya, dalam duel terakhir di France Open 2019, Chen Long yang unggul. (*)