WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

SBI 2013 Lebih Panas



SUPERLIGA Badminton Indonesia (SBI) bakal bergulir lagi. Event yang diikuti para pebulu tangkis papan atas Indonesia dan dunia tersebut bakal dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, pada 3-9 Februari mendatang.
 Ini merupakan kali ketiga SBI bergulir. Tapi, bagi Kota Pahlawan, julukan Surabaya, ini merupakan penunjukan kali kedua. Pada 2011, SBI juga dilaksanakan di DBL Arena.
 ‘Surabaya ditunjuk lagi karena animo masyarakatnya yang tinggi kepada bulu tangkis,’’ kata Wijanarko Adimulya, panitia SBI.
BELA SGS: Kenichi Tago (zambio.com)
 Menurutnya, event tahun ini bakal lebih seru dibandingkan sebelumnya. Alasannya, para pebulu tangkis top dunia yang hadir lebih banyak.
 Imbasnya, persaingan yang disajikan pun bakal lebih panas. Ya, di antara nama-nama pebulu tangkis yang sudah didaftarkan pebulu tangkis top dunia asal Malaysia Lee Chong Wei ikut ambil bagian lagi.
 Jika musim lalu membela SGS Bandung, kini pemilik rekor sembilan kali juara Malaysia Terbuka itu memperkuat Musica Kudus. Dia bakal berjuang bersama Chou Tien Chen (peringkat 27 asal Taiwan), dan Lee Hyun-il (25, Korsel). Di tim yang dimanajeri Haryanto Arbi tersebut juga dibela Tommy Sugiarto, pebulu tangkis Indonesia yang menolak kembali ke pelatnas.
 Meski ada Chong Wei, Musica bukan unggulan utama. Juara bertahan Suryanaga masih ditempatkan di posisi teratas.
Pertimbangannya, peringkat pebulu tangkisnya paling baik di antara para peserta.
 Di tunggal putra, klub tersebut mempunyai Sony Dwi Kuncoro asal Indonesia yang kini duduk di posisi kelima. Klub binaan Jacob Rusdianto juga terdapat Hu Yun (peringkat keenam, Hongkong) dan Wong Wing Yi (19, Hongkong). (*)

Peserta Superliga Badminton Indonesia 2013                                              
Putra                                                       
1. Jaya Raya
Boonsak Ponsana       
Tanongsak Saensomboonsuk
Adi Pratama
Hermansyah
Hendra Setiawan
Markis Kido      
Angga Pratama 
Bona Septano
Agripina Prima Rahmanto Putra
Joko Riyadi      

Manajer: Retno Kustiyah
Asisten: Imelda Wigoeno
Pelatih:
Bambang Supriyanto
Asisten:
Ferry Supit


2. Suryanaga
Hu Yun
Wong Wing Ki
Sony Dwi Kuncoro
Fauzi Adnan
Alvent Yulianto Chandra
Ryan Agung Saputra
Christopher Rusdianto
Ronald Alexander
Trikusuma Wardhana

Manager : Sunoto
Pelatih:
Dicky Susilo
Hadi Sugianto
Nunung Subandoro
Rizky Alan

3. Mutiara Bandung
Wisnu Yuli Prasetyo
Andre Marteen Tene
Febriyan Irvanaldi
Abraham Yoga Arya W.K
Ricky Karanda Suwardi
Hardianto
Andrei Adistia
Yohanes Rendy Sugiarto
Apid Rosidin

Manajer: Sian Sugiarto
Pelatih:
Devi Sukma
Hari Hartono



4. Djarum
Dionysius Hayom Rumbaka
Andre Kurniawan Tedjono
Riyanto Subagja
Shesar Hiren Shustavito
Mohammad Ahsan
Afiat Yuris Wirawan
Berry Angriawan
Muhammad Ulinuha
Praveen Jordan
Didit Juang


Manajer: Fung Permadi
Pelatih:
Agus Dwi Santosa
Antonius B. Iriantho
Aryono


5. SGS PLN                                      
Taufik Hidayat                         
Kenichi Tago                             
Alamsyah Yunus                        
Senatria Agus Setia Putra                         
Hendra Aprida Gunawan                            
Yonathan Suryatama Dasuki                              
Lee Sheng Mu                   
Tsai Chia Hsin                           
Andika Anhar                            
Suherlan                  

Manajer : Eddy Ernig Praja
Asisten Manajer : Herman Subarjah

Pelatih:
Mulyo Handoyo
Amon Santoso


6. Musica Champion
Lee Chong Wei                  
Chou Tien Chen                         
Lee Hyun-Il                      
Tommy Sugiarto                       
Andreas Adityawarman                             
Rian Sukmawan                         
Rendra Wijaya   15827                      
Sigit Budiarto                           
Fran Kurniawan 52751                      
Hadi Saputra            
MANAGER & COACH

Manaer : Haryanto Arbi

Pelatih:
Eddy Hartono
Rudy Heryanto S


7. Tangkas Specs                                               :
Simon Santoso                                  
Nguyen Tien Minh                                     
Evert Sukamta                                 
Gestano Ganendra Adwitya                
Bodin Issara                             
Maneepong Jongjit                           
Gideon Marcus Fernaldi                                     
Wahyu Nayaka Arya Pankarnariya                                      
Nipitphon Puangpuapech                                     
Nova Widianto                  

Manajer: Hendro Santoso

Pelatih:
Kurniahu
Hendry Saputra

8. Tonami Jepang
Sho Sasaki
Riichi Takeshita
Sho Zeniya
Noriyasu Hirata
Hirokatsu Hashimoto
Takeshi Kamura
Keigo Sonoda

Manajer: Araki Jun

Pelatih:
Harmono Yuwono
Yasumura Kosuke

9. Unisys Jepang
Takuma Ueda
Yamada Kazushi
Sakai Kazumasa
Kaneko Yuki
Hayakawa Kenichi
Endo Hiroyuki
Taohata Ryota
Saeki Hiroyuki
Kazuno Kenta
Inoue Takuto

Manajer: Nakajo Hyo

Pelatih:
Komiyama Hajime
Shimizu Fumitake

10. Malaysia Tigers
Chong Wei Feng
Mohamad Arief Abdul Latief
Goh Soon Huat
Liew Daren
Hoon Tien How
Tan Wee Kiong
Lim Khim Wah
Goh V Shem
Mohd. Lutfi Zaim Abdul Khalid
Teo Kok Siang

Manajer: Rosman Razak

Pelatih:
Hendrawan
Paulus Firman
Wong Tat Meng






Putri
1. Jaya Raya
Minatsu Mitani  
Busana Ongbumrungpran
Adriyanti Firdasari
Bellatrix Manuputty
Greysia Polii
Pia Zebadiah Bernadet       
Rizki Amelia Pradipta 
Anneke Feinya Agustine     
Nitya Krishinda Maheswari 

Manajer: Retno Kustiyah
Asisten: Imelda Wigoeno
Pelatih: Bambang Supriyanto
Asisten: Ferry Supit

2. Suryanaga
Eriko Hirose
Lindaweni Fanetri
Ganis Nurahmandan
Tike Arieda Ningrum
Matsuo Szhizuka      
Mami Naito
Lita Nurlita       
Variella Aprilsasi Putri       

Manager : Sunoto
Pelatih:
Dicky Susilo
Hadi Sugianto
Nunung Subandoro
Rizky Alan


3. Mutiara Bandung
Porntip Buranaprasertsuk
Aprilia Yuswandari
Hera Desiana Rachmawati
Maziyah Nadhir
Hanna Ramadini
Tiara Rosalia Nuraidah
Gebby Ristyani Imawan     
Suci Rizki Andini
Melvira Oklamona
Devi Tika Permatasari

Manajer Putri: Umar Djaedi

Pelatih:
Devi Sukma
Hari Hartono

4. Djarum
Julaine Schenk 
Tai Tzu Ying     
Maria Febe Kusumastuti
Febby Angguni  
Meiliana Jauhari
Jenna Gozali
Komala Dewi
Gloria Emanuelle Widjaja  
Annisa Saufika
Vita Marissa

Manajer: Fung Permadi

Pelatih:
Agus Dwi Santosa
Antonius B. Iriantho
Aryono

5. Unisys
Nozomi Okuhara
Sayaka Takahashi
Zhizuka Uchida
Aya Ohori
Misaki Matsutomo
Ayaka Takahashi
Masayo  Nojirino
Momoka Kimura
Naru Shinoya
Eriko Miki

Manajer: Nakajo Hyo

Pelatih:
Komiyama Hajime
Shimizu Fumitake

6. Malaysia Tigers
Tee Jing Yi
Cheah Lydia Li Ya
Cheah Sonia Su Ya
Yang Li Lian
Amelia Alicia Anscelly
Soong Fie Choo
Ng Marylen Poau Leng
Lai Shevon Jemie
Hoo Vivian Kah Mun
Khoo Erica Pei Shan


Manajer : Rosman Razak
Pelatih:
Hendrawan
Paulus Firman
Wong Tat Meng

7. KGC Korea
Bae Yeon Yu
Kim Ye Ji
Bae Seung Hee
Park So Min
Jung Kyung Eun
Yoo Hyun Young
Lee Se Rang
Kim Seul Bee

Manajer: Yoo Gap Soo
Pelatih:
Yim Bang-eon
Yoo Jeong-sang

8. Renesas Jepang
Satoko Suesuna
Miyuki Maeda
Reika Kakiiwa
Kana Ito
Yui Miyauchi
Yuki Fukushima
Ayumi Mine
Yurika Shirokuchi
Asumi Kugo

Manajer :Akihiro Imai

Pelatih:
Kazuhiro Honda
Keiko Yoshitomi
Karel L Mainaky

Perjuangan Ikuti Jejak Prestasi sang Ayah

PENERUS: Misbun (kiri) memberikan kepada anaknya, Ramdan (dua dari kiri) (foto: thestar).
ADA nama Sugiarto di belakang nama pebulu tangkis Indonesia Tommy Sugiarto. Bayangan kita, tentu ada hubungan darah dengan juara dunia 1983 Icuk Sugiarto.
 Memang, Tommy yang kini berusia 24 tahun merupakan putra dari Icuk. Memang, untuk menyamai prestasi sang ayah masih jauh dari harapan.
 Paling tinggi raihan pemuda yang pernah digembleng di pelatnas Cipayung tersebut terjadi di era junior. Pada 2006, Tommy mampu menembus final dalam Kejuaraan Dunia Junior.
 Sayang, setelah berlaga di level senior, Tommy tampaknya mengalami kesulitan. Persaingan di kelompok tersebut demikian ketat. Untuk bersinar di turnamen super series sangat susah baginya. Hanya,  Tommy sempat tercatat beberapa kali memenangi turnamen di level challenge seperti di Laos (2010), Malaysia (2010), Bahrain (2010). Setahun kemudian, dia naik ke podium terhormat di Iran, Indonesia, dan Taiwan.
 Namanya sempat jadi pembicaraan saat menjadi pahlawan Indonesia lolos ke putaran final Piala Thomas 2012. Pada babak perempat final, dia mengalahkan Hong Ji-hoon dengan 21-7, 16-21, 21-8. Ini membuat Pasukan Merah Putih menang 3-2 atas Korsel dan memastikan lolos ke babak semifinal kualifikasi yang dilaksanakan di Makau sekaligus lolos ke putaran final di Wuhan, Tiongkok.  Sebelumnya, Indonesia sempat tertinggal 0-2. 
 Sama halnya dengan Misbun Ramdan Muhammed Misbun. Dia merupakan putra dari legenda bulu tangkis Malaysia, Misbun Sidek. Di akhir era 1970-an dan awal 1980-an, dia merupakan pebulu tangkis tunggal putra papan atas dunia.
 Memang, prestasi Misbun belum sampai ke level juara dunia. Namun, dia selalu menjadi pengganjal langkah para unggulan di berbagai turnamen. Kini, juga dikenal sebagai sosok pelatih yang melambungkan Lee Chong Wei sebagai tunggal putra terbaik dunia.
 Tentu, kehadiran Ramdan juga diharapkan mampu menjadi penerus trah Sidek yang disegani di bulu tangkis. Setelah Misbun, s empat lahir Rashid Sidek, yang merupakan adik Misbun. Tercatat, dia pernah menjadi runner-up Piala Dunia 1982.Selain itu ada juga pasangan Razif Sidek/Jalani Sidek. Prestasinya lebih mencorong dengan perunggu Olimpiade Barcelona 1992 serta juara All England 1982. Pada era 1990-an, pasangan ini termasuk empat besar terkuat di dunia selain Park Joo-bong/Kim Moon-soo (Korsel), Rudy Gunawan/Edy Hartono (Indonesia), serta Li Yong Bo/Tian Bingyi.
 Hanya, Ramdan masih perlu kerja keras untuk mengikuti jejak ayah dan paman-pamannya. Apalagi, peringkatnya sekarang tercecer di luar 30 besar dunia. Tapi, dengan usia yang masih muda, 20, dan dipoles sang ayah, tak menutup kemungkinan, negeri jiran itu akan mempunyai penerus dinasti Sidek yang bisa diandalkan.
Sementara, Derek Wong punya aliran darah bulu tangkis dari sang ayah, Wong Shoon Keat. Ayahnya pernah membuat kejutan dalam SEA Games 1983. Saat event olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut dilaksanaka  di Negeri Singa, julukan Singapura, dia meraih emas dengan mempermalukan para pebulu tangkis Indonesia yang tengah berada di puncak seperti Liem Swie King ataupun juga Icuk Sugiarto.
 Derek yang kini berusia 23 tahun dan bertengger di posisi 57 dunia semakin matang setelah ditangani pelatih Tiongkok  Luan Ching. Sang ayah menganggap permainan anaknya terus meningkat.
‘’Saya tak mengatakan Derek harus menjadi pebulu tangkis nomor 1 dunia. Tapi, hanya ingin dia mampu bermain dalam level papan atas dunia,’’ terang sang ayah, Shoon Keat, seperti dikutip dari sebuah media di Singapura. (*)

Perbandingan Bapak-Anak
Misbun Ramdan Muhammed Misbun (Malaysia)
Usia:
Prestasi 2012:
-Runner-up Prancis International 2012
-16 Besar Malaysia Grand Prix Gold 2012
-16 Bdsar Indonesia Grand Prix Gold 2012

Ayah : Misbun Sidek
Prestasi
-Runner-up Piala Dunia 1982
-Perunggu Piala Dunia 1983, 1985
-Runner-up Piala Thomas 1988



Ze Liang Derek Wong
Prestasi 2012:
-Juara Vietnam Challenge 2012
-Delapan besar India Challenge 2012
-16 Besar Tiongkok Masters

Ayah: Wong Shoon Keat
Prestasi:
-Emas SEA Games 1983 


Tommy Sugiarto
Prestasi 2012:
-Semifinalis India Grand Prix Gold 2012
-Semifinalis Hongkong Super Series 2012
-Perempat final Indonesia Grand Prix Gold 2012
-Semifinalis Malaysia Grand Prix Gold 2012
-Anggota Tim Thomas Indonesia 2012

Ayah: Icuk Sugiarto
Prestasi:
-Juara Dunia 1983
-Emas SEA Games 1985, 1987, 1989
-Juara Piala Thomas 1984

Lee Chong Wei Ukir Rekor di Kandang

JAGOAN: Lee Chong Wei juara Malaysia Super Series 2013 (foto: malaysianinsider)
LEE Chong Wei pamer kekuatan di kandang. Tanpa mengalami kesulitan pebulu tangkis terkuat di dunia saat ini tersebut menang mudah dua game 21-7, 21-8 atas wakil Indonesia Sony Dwi Kuncoro dalam final Malaysia Super Series 2013 yang  hanya berlangsung selama 32 menit di Kuala Lumpur pada Minggu (20/1).
 Kemenangan ini menyelamatkan muka tuan rumah. Ini setelah kegagalan pasangan ganda campuran Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying harus mengakui ketangguhan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen asal Denmark dengan dua game. Padahal, pasangan negeri jiran tersebut menempati unggulan pertama sedang lawannya unggulan kedua.
 Hasil manis Chong Wei juga membuat pebulu tangkis berusia 30 tahun tersebut mengukir rekor di Malaysia Terbuka. Untuk kali kali kesembilan dia naik ke podium terhormat dalam event yang tahun ini menyediakan hadiah USD 400 ribu tersebut. Tujuh gelar sebelumnya, diraih Chong Wei pada 2004,2005, 2006, 2008, 2009, 2010, 2011. Pada 2007, gelar juara jatuh ke tangan pebulu tangkis Denmark Peter Gade. Chong Wei memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang Wong Peng Soon yang meraih delapan kali juara pada 1940, 1941, 1947, 1949, 1950, 1951, 1952, dan  1953.
 Capaian yang diraih Chong Wei tentu lebih berart. Era sekarang, persaingan bulu tangkis sudah sangat ketat. Bulu tangkis bukan hanya lagi di dominasi negara-negara koloni Inggris seperti era Peng Soon. Tiongkok yang tangguh di semua nomor pun mulai terusik oleh Jepang, Thailand, dan Korea Selatan serta Denmark. Faktor Indonesia juga tak bisa diabaikan begitu saja. Ini semakin dipertegas dengan empat gelar dari Malaysia Grand Prix Gold. Dia mengukirnya pada 2009, 2010, 2011, dan 2012.
 Chong Wei pun bukan hanya berjaya di rumah sendiri. Di luar pun, dia tetap menakutkan.
 Buktinya, di Indonesia Terbuka, Chong Wei empat kali meraih juara (2007, 2009, 2010, 2011). Tahun 2012, dia absen karena cedera yang dialami pada final All England. Begitu juga pada Korea Terbuka yang digapainya tiga kali (2010, 2012, 2013). Sayang, dua gelar bergengsi belum pernah diraihnya yakni juara dunia dan emas olimpiade. Padahal, keduanya sudah berada di depan mata saat dia mampu menembus babak final. Menariknya,  dalam final, dia kalah dari lawan yang sama, Lin Dan asal Tiongkok.
 Dalam Kejuaraan Dunia 2011, Chong Wei takluk 22-20, 14-21, 21-23. Sedang di olimpiade, suami dari mantan pebulu tangkis Malaysia Wong Mew Choo tersebut dua kali takluk. Pada Olimpiade Beijing 2008, Chong Wei menyerah 12-21, 8-21 dan di London 2012 menyerah 21-15, 10-21, 19-21. (*)



Gelar Lee Chong Wei di Malaysia Terbuka
2004: v Park Sung-hwan (Korsel) 15-13, 15-12
2005: v Lin Dan (Tiongkok) 17-15, 9-15, 15-9
2006: v Lin Dan (Tiongkok) 21-18, 18-21, 23-21
2008: v Lee Hyun-il (Korsel) 21-15, 11-21, 21-17
2009: v Park Sung-hwan (Malaysia) 21-14, 21-13
2010: v Boonsak Ponsana (Thailand) 21-13, 21-7
2011: v Taufik Hidayat (Indonesia) 21-8, 21-17
2012: v Sony Dwi Kuncoro (Indonesia) 21-7, 21-8

Ahsan/Hendra Obati Rindu Gelar Super Series

JUARA: M. Ahsan/Hendra Setiawan (foto: pbsi.org)
PB PBSI dapat kado manis. Di awal 2013, pebulu tangkis Indonesia sudah mampu mempersembahkan gelar. Wakil merah putih pun meraihnya dari turnamen bergengsi, Malaysia Super Series.
 Itu setelah pasangan ganda putra yang baru dipasangkan tahun lalu, M. Ahsan.Hendra Setiawan mengalahkan wakil Korea Selatan Ko Sung-hyun/Lee Yong-dae dua game langsung 21-15, 21-13 dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Stadium Putra, Kuala Lumpur, Minggu (20/1).
 Kemenangan yang diraih Ahsan/Hendra tersebut juga termasuk mengejutkan. Dalam turnamen berhadiah total USD 400 ribu itu, mereka tak diunggulkan menjadi juara. Wajar saja karena peringkat Ahsan/Hendra memang masih di luar 10 besar. Apalagi, mereka baru dipasangkan.
 Sebelumnya, Ahsan berpasangan dengan Bona Septano. Capaian keduanya juga tak terlalu mengecewakan. Keduanya sempat masuk ranking 10 besar dunia dan  juara pada Indonesia Grand Prix Gold 2011.
 Yang lebih spektakuler lagi tentu Hendra Setiawan. Saat bertandem dengan pasangan sebelumnya, Markis Kido, mereka pernah menyandang status sebagai ganda terkuat di dunia. Bahkan, Kido/Hendra mampu menyumbangkan emas bagi Indonesia pada Olimpiade Beijing 2008. Ini merupakan emas terakhir bagi Indonesia di pesta olahraga empat tahunan tersebut. Sebab, pada Olimpiade London 2012 lalu,  lagu Indonesia Raya, tanda peraih emas, gagal berkumandang.
 Pasangan yang jadi lawan Ahsan/Hendra di final Malaysia Super Series, Sung-hyun/Yong-dae, memang lebih diunggulkan. Keduanya menjadi favorit keenam. Meski berada di unggulan keenam, tapi kondisi mereka tengah on fire. Pekan lalu, Sung-hyun/Yong-dae baru saja menjadi juara di kandang sendiri dalam Korea Super Series Premier dengan menundukkan unggulan teratas Mathias Boe/Carsten Mogensen.
 Kali terakhir pasangan Indonesia yang menjadi juara di level super series adalah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di arena All England 2012 dan Kido/Hendra di Singapura.
 Sayang, sukses yang diraih Ahsan/Hendra ini gagal diikuti Sony Dwi Kuncoro di nomor tunggal putra. Pebulu tangkis yang baru saja menembus posisi lima besar tersebut dengan mudah dikalahkan tunggal terbaik dunia saat ini sekaligus andalan tuan rumah Lee Chong Wei dua game langsung 7-21, 8-21. Pertarungan final ini seakan menjadi antiklimaks bagi Sony setelah sebelumnya menjungkalkan beberapa unggulan.
 Kekalahan ini membuat rekor pertemuan Sony  dengan pebulu tangkis negeri jiran tersebut menjadi 5-8. bagi Chong Wei sendiri, gelar ini melanjutkan dominasinya setelah pekan lalu juga menjadi juara di Korea. (*)

Hasil Final Malaysia Super Series 2013
Tunggal putra: Lee Chong Wei (Malaysia) v Sony Dwi Kuncoro 21-7, 21-8
Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan) v Yao Xue (Tiongkok) 21-17, 21-14
Ganda putra: M. Ahsan/Hendra Setiawan (Indonesia) v Ko Sung-hyun/Lee Yong-dae (Korsel ) 21-15, 21-13
Ganda putri: Bao Yixin/Tian Qing (Tiongkok) v Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang) 21-16, 21-14
Ganda campuran: Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark) v Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) 21-13, 21-18

Kota Pencetak Juara Dunia

MENYALA:Ikon  olahraga Solo di dekat Stadion Manahan (foto: sidiq)
SOLO dikenal sebagai Kota Olahraga. Ini dikarenakan kota yang berada di provinsi Jawa Tengah tersebut menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) I pada 1948.
 Sampai sekarang, Stadion Sriwedari, yang menjadi tempat penyelenggaraan event empat tahunan tersebut, pun masih tegak berdiri. Dengan julukan itu, Solo pun juga mampu melahirkan atlet-atlet berbakat.
 Di nomor atletik, Kota Bengawan, julukan Solo, menjadi tempat kelahiran pelari tercepat Asia Tenggara Suryo Agung Wibowo. Mantan kapten timnas PSSI Agung Setyabudi pun berasal dari kota kedua terbesar di Jawa Tengah itu. Untuk cabang bulu tangkis, Solo lebih spekatakuler lagi. Dua juaranya berasal dari kota yang mempunyai dua keraton itu. 
  Siapa yang tak kenal dengan Icuk Sugiarto dan Joko Supriyanto? Keduanya termasuk maestro di cabang olahraga tepok bulu tersebut.
 Sampai sekarang, keduanya pun masih terlibat dalam olahraga yang telah membesarkan namanya itu. Icuk menjadi ketua umum Pengprov PBSI Jakarta. Sedangkan Joko mulai awal 2013 kembali ke jajaran pelatih di pelatnas PB PBSI.
 Icuk sendiri sempat masuk dalam jajaran kepengurusan PB PBSI.
 Suara vokalnya dalam mengkritisi PB PBSI masih terus ditunggu insan bulu tangkis Indonesia. Ini wajar karena semasa menjadi atlet, prestasi ayah dari pebulu tangkis Tommy Sugiarto, sudah mengharumkan nama bangsa dan negara.
 Juara dunia diraihnya pada 1983 setelah di final mengalahkan kompatriotnya (rekan satu negara) Liem Swie King.  Padahal, saat itu, merupakan  era kejayaan  King, sapaan karib Liem Swie King. Selain itu, Icuk menjadi juara Piala Dunia 1983. Setahun kemudian, Icuk juga menjadi bagian tim Indonesia saat merebut Piala Thomas 1984 yang  dua tahun sebelumnya direbut Tiongkok.
 Sedangkan Joko, mengulangi sukes Icuk sepuluh tahun kemudian. Pada pertandingan final yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, tersebut, dia mengalahkan rekannya sendiri Ardy B. Wiranata. Hebatnya lagi, tiga kali Joko mengantarkan Indonesia merebut Piala Thomas yakni pada 1994, 1996, dan 1998.
 Sayang, pada 1996, Joko gagal mempersembahkan emas bagi Indonesia. Padahal, saat itu, dia menjadi unggulan pertama dalam pesta olahraga empat tahunan yang dilaksanakan di Atlanta tersebut. Sayang, langkahnya dihentikan pada babak perempat final oleh musuh bebuyatannya asal Malaysia Rashid Sidek.
 Selain Icuk dan Joko, masih ada satu lagi  pebulu tangkis andalan merah putih yang lahir di Solo. Siapa? Bambang Supriyanto. Memang, dari nama belakangnya, Joko dan Bambang sama. Tapi, keduanya bukan kakak beradik atau juga punya hubungan darah.
 Bambang di bulu tangkis lebih dikenal di nomor ganda. Prestasinya, dia pernah menjadi juara Asia dan beberapa turnamen besar termasuk All England. Pada 1994 dan 1996, Bambang juga mampu mengantarkan Indonesia  menjadi juara Piala Thomas.
 Tak menutup kemungkinan, di masa mendatang, akan banyak lahir pebulu tangkis papan atas dunia dari Solo. Alasannya, banyak bibit muda Kota Bengawan yang digembleng di klub-klub besar di tanah air. (*)



Juara-Juara dari Solo

Icuk Sugiarto
Prestasi:
Juara dunia 1983
Juara Piala Thomas 1984
Juara Indonesia Terbuka 1982, 1986, 1988
Juara Malaysia Terbuka 1984
Juara Piala Dunia 1985, 1986
Emas SEA Games 1985, 1987, 1989
Emas ganda Asian Games 1982 (berpasangan dengan Christian Hadinata)
Runner-up Kejuaraan Dunia 1987, 1989


Joko Supriyanto
Prestasi:
Juara Dunia 1993
Juara Piala Dunia 1992, 1995
Juara Indonesia Terbuka 1996
Juara Malaysia Terbuka 1994
Juara Thailand Terbuka 1992, 1993, 1994
Juara Grand Prix Dunia 1993, 1995

Bambang Supriyanto
Juara Piala Thomas 1994, 1996
Juara ganda putra All England 1994 (berpasangan dengan Rudy Gunawan)
Juara ganda putra Asia 2001 (berpasangan dengan Tri Kusharjanto)
Juara ganda campuran Asia 2000 (berpasangan dengan Minarti Timur)
Juara Indonesia Terbuka 1995 (ganda putra dengan Rudy Gunawan), 2002 (ganda campuran dengan Emma Ermawati)

Sony Terus Tebar Bahaya

GABUNG LAGI: Joko Supriyanto dan  Sony (foto: fotographer.net)
LOMPATAN berarti terus dilakukan Sony Dwi Kuncoro. Dalam satu tahun, dia mampu menembus posisi lima besar.
 Padahal, tahun lalu, arek Suroboyo tersebut masih tercecer di luar 50 besar atau tepatnya 66 besar. Bahkan, pada 2011, Sony sempat merasakan duduk 117 yakni pada 8 November 2011.
 Sempat melorototnya posisi Sony itu dikarenakan dia kehilangan performa setelah mengalami cedera lutut dan punggung.Untung, berlahan tapi Sony mulai pulih dari cederanya.
 Imbasnya, Sony kembali ke puncak penampilan terbaik. Juara Indonesia Gold Grand Prix 2012 pun berada di tangan. Kali terakhir, pada pembuka 2013, peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut mampu menembus babak semifinal Korea Super Series Premier.
 Ambisinya menembus final dihentikan pebulu tangkis Tiongkok Du Pengyu. Sebenarnya, kalau melihat rekor pertemuan keduanya, Sony seharusnya yang menang. Dalam empat kali bersua, Sony menang tiga kali.
 Tentu, kembalinya Sony ke lima besar menempatkan dia menjadi tunggal putra Indonesia terbaik. Simon Santoso yang sebelumnya berada di posisi ketujuh harus rela turun dua setrip.
 Ini disebabkan pebulu tangkis asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut absen di beberapa turnamen termasuk di Korea Super Series Premier dan Malaysia Super Series yang tengah berlangsung pekan ini.
 Tentu, menjadi peringkat pertama bakal menjadi tantangan tersendiri bagi Sony. Setelah ini, dia akan selalu menjadi incaran para lawan untuk dikalahkan. Bagaimanapun, mengalahkan unggulan tentu mempunyai poin tersendiri.
 Selain itu, jika terus bertahan, Sony bakal menjadi andalan tunggal putra Indonesia dalam kejuaraan beregu Piala Sudirman, pebulu tangkis yang dibesarkan di klub Wima, Surabaya, itu akan menjadi tunggal teratas.
 Seiring dengan kembalinya Joko Supriyanto di pelatnas, harapan melihat Sony bersinar lagi bukan sebuah hal mustahil, Kolaborasi keduanya terbukti sukses dengan salah satunya Sony meraih perunggu olimpiade.
Pekan ini, Lee Chong Wei asal Malaysia semakin kukuh di posisi pertama berkat gelar juara dari Korea Super Sereies Premier. (*)

Peringkat BWF Tunggal Putra Indonesia    (5 Besar)
Sony Dwi Kuncoro          5
Simon Santoso           9
Taufik Hidayat          21
Tommy Sugiarto             24
Dionysius Hayom Rumbaka     26

Rindu Lahirnya King Baru

KING. Jika kita menyebut kata tersebut orang akan mengatakan bahwa itu dalam bahasa Indonesia artinya raja.
 Tapi, jika menyebut King dalam masyarakat bulu tangkis, pikiran mereka akan langsung tertuju pada sosok pebulu tangkis top di era 1970-an dan 1980-an Liem Swie King.
 Ya, Liem Swie King atau yang akrab disapa King memang raja dan legenda bulu tangkis Indonesia dan dunia. Kisahnya bisa dibaca dalam buku Panggil Aku King.
 Buku karangan Robert Adhi Ksp, wartawan Kompas, ini diterbitkan pada 2009. Buku setebal setebal 456 halaman + xxiv ini diterbitkan oleh Penerbut Buku Kompas.
 Buku ini seakan membawa kita pada era 1970-an dan 1980-an. Apalagi beberapa fotonya pun masih hitam putih. Kita diajak mengikuti jejak perjalanan King dari kecil. Bocah asal Kudus, Jawa Tengah, ini memang sudah mengenal olahraga tepok bulu sejak kecil atas bimbingan orang tuanya khususnya sang ayah.
 Kemudian, bagaimana dia ditemukan oleh pemilik klub legendaris Djarum Robert Budi Hartono. Bagaimana King berlatih di gedung yang siang dipakai untuk membuat rokok pun digambarkan dengan pas.
Setelah itu, juga perjuangan King yang terus menanjak di level daerah hingga nasional. Kepiawaiannya melakukan smash membuat dia pun mendapat kepercayaan masuk pelatnas.
 Hal lain yang menarik adalah tentang misteri kekalahannya dari Rudy Hartono pada 1976. Padahal, saat itu merupakan masa keemasan King. Hanyha sayang, King tak mau menyebutkan secara detail tentang kekalahan dari seniornya tersebut. Dia hanya mengku tak tampil berdarah-darah.  Untung, lelaki kelahiran 26 Februari 1966 tersebut kemudian mampu menjadi juara All England 1978, 1979, dan 1981.
 King pun juga pernah merasakan pahitnya diskorsing PB PBSI karena terlambat bangun sehingga kalah WO di SEA Games 1979. Ini membuat dia absen tiga bulan. Nah, selama tak berlaga di matras bulu tangkis, King bermain di layar lebar dalam film Sakura dalam Pelukan.
 Di akhir karirnya, King beralih ke nomor ganda dan tetap bisa berprestasi termasuk membawa Indonesia meraih Piala Thomas. Kini. King hidup bahagia bersama istri dan tiga anaknya Alex, Stephanie, dan Michelle.
 Kita tentu rindu lahirnya King-King baru yang akan kembali membawa Indonesia berjaya di kancah bulu tangkis internasional. Ini dikarenakan prestasi Negeri Jamrud Khatulistiwa, julukan Indonesia, tengah terpuruk. Buktinya, Piala Thomas-Piala Uber-dan Piala Sudirman tak lagi bersemayam di tanah air. Selain itu, tradisi emas Indonesia di olimpiade juga telah patah dengan kegagalan menjadi juara di London 2012. (*)

Menanti Bulu Tangkis di Olimpiade 2020

SKANDAL: Gresyia Meiliana bersua Ha Jung-eun/Kim Min-jung  (foto: slate)
TAUFIK Hidayat kembali melontarkan statemen berani. Mantan juara dunia bulu tangkis asal Indonesia tersebut mengatakan bahwa olahraga tepok bulu angsa itu bisa tergusur dari Olimpiade 2020.
 Sebenarnya, kekhawatiran ini sangat wajar. Alasannya, Tiongkok sudah terlalu dominan. Negeri Panda, julukan Tiongkok, tak memberi tempat kepada negara lain untuk berjaya.
 Tentu ini sangat mengkhawatirkan. Beda dengan bola basket. Orang pasti beranggapan Amerika Serikat (AS) bakal mendominasi. Pertimbangannya, Negeri Paman Sam tersebut memiliki kompetisi bola basket yang terbaik di dunia, NBA.
 Para pemain bintangnya pun mayoritas dari AS. Meski, ada juga beberapa pemain bintang berasal dari negeri lain.
 Tapi ternyata, dominasi AS tak sekuat bayangan kita. Argentina dan Spanyol pun bisa menjegal ambisi Negeri Super Power tersebut.
 Begitu juga dengan sepak bola. Olahraga menendang si kulit bundar tersebut tak lagi milik negara-negara Eropa. Asia pun juga mulai diperhitungkan.
 Buktinya pada Olimpiade London 2012. Saat itu, Jepang menjadi negara Asia pertama yang mampu lolos ke semifinal.
 Beda jauh dengan bulu tangkis. Tiongkok benar-benar mendominasi.
Hasil terakhir di London, negara terpadat penduduknya di dunia itu tak menyisakan emas bagi negara lain alias sapu bersih.
 Keraguan akan kelangsungan bulu tangkis di pesta olahraga paling akbar di dunia yang digelar empat tahun sekali itu pun semakin kuat. Ini tambah diperparah dengan adanya skandal permainan di ganda putri.
Skandal ini telah mengakibatkan delapan pebulu tangkis asal Tiongkok, Korea Selatan, dan Indonesia. Mereka pun akhirnya didiskualifikasi dari olimpiade.
Sikap ini dipicu dari strategi Tiongkok  yang menurunkan dua pasangan yakni  Wang Xiaoli/Yu Yang di grup A serta Tian Qing/Zhao Yunlei di grup D.
 Skenarionya, mereka bisa bertemu di final. Namun strategi ini berantakan ketika pasangan Tian/Zhao kalah oleh pasangan Denmark Kamilla Rytter-Juhl/ Christinna Pedersen.
Imbasnya, negeri yang mempunyai Tembok Raksasa tersebut merombak strategi agar tidal bertemu di babak perempat final. Caranya, Wang Xiaoli/Yu Yang, sengaja mengalah dari ganda putri non-unggulan Korea Selatan Jung Kyung-eun dan Kim Ha-na.
Sayangnya, skenario ini membawa efek pada pertandingan lain. Pasangan Indonesia Greysia Polii/Meiliana Jauhari bertemu pasangan Ha Jung-Eun/Kim Min-Jung. Kedua pasangan ini berusaha kalah agar dapat menghindari pertemuan dengan Wang Xiaoli/Yu Yang.
Aksi ini mendapat kartu hitam dari wasit dan ofisial olimpiade. Mereka dianggap melanggar code of conduct pasal 4.5 dan 4.16 yaitu ‘tidak bersungguh-sungguh untuk berusaha memenangkan pertandingan’ dan ‘bertingkah-laku menghina dan merusak reputasi bulu tangkis’.
 Tentu, kita semua harap-harap cemas menunggu kiprah bulu tangkis di Olimpiade 2020. Harapan emas Indonesia masih diletakan di pundak cabor ini. Meski di London 2012, tradisi emas itu patah dengan tak berkumandangnya lagu Indonesia Raya dalam acara pengalungan medali juara. (*)


Para peraih emas di Olimpiade
Olimpiade Barcelona 1992
Tunggal Putra: Alan Budikusuma (Indonesia)
Tunggal Putri: Susi Susanti (Indonesia)
Ganda Putra: Park Joo-bong/Kim Mon-soo (Korsel)
Ganda Putri: Hwang Hye-young/Schung So-young (Korsel)

Olimpiade Atlanta 1996
Tunggal Putra: Poul-Erick Hoyer Larsen (Denmark)
Tunggal Putri: Bang Soo-hyun
Ganda Putra: Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky (Indonesia)
Ganda Putri: Ge Fei/Gu Jun (Tiongkok)
Ganda Campuran: Kim Dong-moon/Gil Young-ah (Korsel)

Olimpiade Sydney 2000
Tunggal Putra: Ji Xinpeng (Tiongkok)
Tunggal Putri: Gong Zhichao (Tiongkok)
Ganda Putra: Tony Gunawan/Candra Wijaya (Indonesia)
Ganda Putri: Gei Fei/Gu Jun (Tiongkok)
Ganda Campuran: Zhang Jun/Gao Ling (Tiongkok)


Olimpiade Athena 2004
Tunggal Putra: Taufik Hidayat (Indonesia)
Tunggal Putri: Zhang Ning (Tiongkok)
Ganda Putra: Kim Dong-moon/Ha Tae-kwon (Korsel)
Ganda Putri: Zhang Jiewen/Yang Wei (Tiongkok)
Ganda Campuran: Zhang Jun/Gao Ling (Tiongkok)

Olimpiade Beijing 2008
Tunggal Putra: Lin Dan (Tiongkok)
Tunggal Putri: Zhang Ning (Tiongkok)
Ganda Putra: Markis Kido/Hendra Setiawan (Korsel)
Ganda Putri: Du Jing/Yu Yang (Tiongkok)
Ganda Campuran: Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung (Korsel)

Olimpiade London 2012
Tunggal Putra: Lin Dan (Tiongkok)
Tunggal Putri: Li Xuerui (Tiongkok) 
Ganda Putra: Cai Yun/Fu Haifeng (Tiongkok)
Ganda Putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok)
Ganda Campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok)

Distribusi Emas Bulu Tangkis di Olimpiade
Tiongkok: 16
Korsel: 6
Indonesia: 6
Denmark: 1 

Malaysia, Masih Jadi Kandang Macan

TUAN RUMAH: Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (foto: badminton freak)
MALAYSIA masih kandang macan bagi pebulu tangkis Indonesia. Ini pula bisa membuat wakil merah putih gigit jari dalam Malaysia Super Series yang dilaksanakan 15-20 Januari 2013.
 Apalagi, Indonesia baru saja gagal total dalam Korea Super Series Premier pekan lalu. Dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 1 juta tersebut, tak ada satu pun pebulu tangkis Indonesia menembus final. Capaian terbaik dibukukan Sony Dwi Kuncoro yang mampu menembus babak semifinal sebelum dihentikan Du Pengyu.
 Pada Malaysia Super Series kali ini, Indonesia mereduksi kekuatan. Pasangan ganda campuran terkuat tanah air, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, absen.  Namun, nomor ini tetap masih menjadi andalan melalui pasangan M. Rijal/Debby Susanto. Keduanya diunggulkan di posisi ketiga.
 Untuk tunggal putra, terlalu tinggi berharap bisa mencuri gelar. Saat ini, ketangguhan jagoan tuan rumah Lee Chong Wei masih susah diruntuhkan. Buktinya, pekan lalu, dia mampu menjadi juara di Korea. Selain itu, peraih medali perak Olimpiade London itu juga menyandang status juara bertahan.
 Paling banter, kita hanya berharap Sony Dwi Kuncoro bisa menembus final. Kehadiran Taufik Hidayat juga tak terlalu banyak membantu.
 Dengan usia yang semakin bertambah, 32, menantu mantan ketua umum KONI Pusat Agum Gumelar tersebut sudah kehilangan momen emasnya.
 Jadi, kita siap-siap menerima kabar sedih dari Kuala Lumpur. Indonesia lagi-lagi pulang tanpa gelar. (*)



Unggulan Malaysia Super Series 2012

Tunggal Putra:
1.Lee Chong Wei (Malaysia)
2. Kenichi Tago (Jepang)\
3. Nguyen Tien Minh (Vietnam)
4. Sho Sasaki (Jepang)

Tunggal Putri:
1.Saina Nehwal (India)
2. Juliane Schenk (Jerman)
3. Tine Baun (Denmark)
4. Sung Ji-hyun (Korsel)

Ganda Putra :
1.Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia)
2. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang)
3. Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korsel)
4. Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata (Jepang)


Ganda Putri:
1.Christina Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark)
2. Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi (Jepang)
3.Duanganong Aroonkesorn/Kunchala Voravichitchaikul (Thailand)
4. Shinta Mulia Sari/Yao Lei (Singapura)

Ganda Campuran:
1.Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia)
2. Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark)
3. Muhammad Rijal/Debbby Susanto (Indonesia)
4. Robert Mateusiak/Nadiezka  Zieba (Polandia)

Juara Malaysia Super Series 2012
Tunggal Putra: Lee Chong Wei (Malaysia)
Tunggal Putri: Wang Yihan (Tiongkok)
Ganda putra: Fang Chieh Min/Lee Sheng Mu (Taiwan)
Ganda putri: Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark)
Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok)