WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Tontowi/Liliyana Dekati Quat-trick


TAK terjadi final sesama wakil Indonesia (All Indonesian Finals) di ganda campuran All England Super Series Premier 2015. Pasangan kejutan Praveen Jordan/Debby Susanto menyerah kepada unggulan teratas asal Tiongkok Zhang Nan/Zhaou Yunlei dengan dua game langsung 15-21, 10-21 pada pertandingan semifinal di Birmingham, Inggris, pada Sabtu waktu setempat (7/3).

Ini menjadi kekalahan ketiga beruntun yang dialami Praveen/Debby atas ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut. Dua pil pahit ditelan di India Super Series 2014 dan Denmark Super Series Premier 2014.

Namun, wakil Indonesia lainnya, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, mampu menembus babak final. Itu setelah unggulan keempat ini melibas Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, unggulan kedua asal Denmark, dengan 21-17, 21-11.Hasil ini membuat Tontowi/Liliyana memperkecil kekalahan dalam rekor pertemuan menjadi 3-5.

Kemenangan ini membuka ganda Pelatnas Cipayung tersebut meraih gelar kali empat beruntun (quattrick). Bertemu dengan Zhang/Zhou juga bukan hal yang asing bagi Tontowi/Liliyana.

Kedua pasangan sudah 10 kali bertemu. Hasilnya sama-sama pernah memetik kemenangan lima kali.

Tapi, dalam pertemuan terakhir di final All England 2014, Tontowi/Liliyana menang dua game langsung 21-13, 21-17. (*)

Sejarah Baru Nomor Tunggal Putri

KANS:Sania Nehwal lolos ke final (foto:s3)

SEJARAH bakal lahir dari nomor tunggal putri All England. Bakal ada juara dari negara yang belum pernah tercatat mengirimkan wakilnya naik ke panggung terhormat.

Itu setelah Saina Nehwal dari India dan Carolina Marin asal Spanyol bertemu dalam final edisi 2015. Pada babak semifinal yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Sabtu waktu setempat (7/2), Saina, yang diunggulkan di posisi ketiga, melibas satu-satunya wakil Tiongkok yang tersisa Sun Yu dengan straight game 21-13, 21-13 yang memakan waktu 50 menit.

Menembus final juga menjadi capaian terbaik gadis 24 tahun tersebut. Pada 2014, Saina hanya mampu sampai perempat final.

Di laga lainnya, Marin, yang diunggulkan di posisi keenam,  juga menang dua game 21-18, 21-11 atas unggulan ketujuh Tai Tzu Ying (Taiwan). Ini juga menjadi final perdana bagi gadis 22 tahun ini yang tahun lalu langsung tersingkir di babak pertama.

Melihat ranking dan rekor pertemua, Saina lebih diunggulkan menggondol gelar.Ranking dunia di posisi ketiga lebih bagus tiga setrip dibandingkan Marin.

Dari rekor pertemuan, perempuan kelahiran 17 Maret 1990 itu tiga kali tak pernah kalah dalam tiga kali pertemuan. Kali terakhir, Saina menang 19-21, 25-23, 21-16 dalam final India Super Series di New Delhi pada 25 Januari lalu. (*)

Lima tahun kolektor juara tunggal putri All England

2010: Tine Rasmussen (Denmark)

2011: Wang Shixian (Tiongkok)

2012:Li Xuerui (Tiongkok)

2013: Tine Baun (Denmark)

2014:Wang Shixian (Tiongkok)

Lin Dan Tak Pernah Kalah

GO:Lin Dan ke semifinal (foto:allengland)

SATU tiket final tunggal putra sudah menjadi milik Tiongkok. Dua wakil Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, Chen Long dan Lin Dan, bakal bentrok di babak semifinal yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Sabtu waktu setempat (7/3).

Chen Long tak mengalami kesulitan berarti saat menundukkan Chou Tien Chen dari Taiwan dengan 21-11, 21-11 dalam pertandingan sehari sebelumnya. Sementara, Lin Dan juga menang straight game 21-18, 21-19 atas wakil Jepang Kento Momota.

Secara ranking dan unggulan, Chen Long di atas kertas bakal melenggang ke final.Namun, melihat fakta di lapangan, Superdan, julukan Lin Dan, yang akan menembus babak pemungkas.

Chen Long selalu kalah dari seniornya itu dalam enam kali pertemuan. Kali terakhir, keduanya bersua dalam Kejuaraan Dunia 2013 dan dimenangkan LIn Dan 21-13, 22-20.

Sebelumnya, Lin Dan mengincar gelar keenamnya di ajang All England. Kali terakhir, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut naik ke podium terhormat pada 2012. Di final, lelaki 32 itu menang 21-19, 6-2 atas musuh besarnya asal Malaysia Lee Chong Wei. Game kedua, lawannya mundur karena cedera.

Semifinal lainnya mempertemukan unggulan kedua asal Denmark Jan O Jorgensen melawan Sho Sasaki asal Jepang. (*)

Gelar juara Lin Dan di All England

1.2004: v Peter Gade (Denmark) 9-15,15-5, 15-8

2.2006: v Lee Hyun-il (Korea Selatan) 15-7, 15-7

3. 2007: v Chen Yu (Tiongkok) 21-13, 2-12

4.2009: v Lee Chong Wei (Malaysia) 21-19, 21-12

5. 2012: v Lee Chong Wei (Malaysia) 21-19, 6-2 (ret)

Buka Jalan All Indonesian Finals

OPTIMIS:Kepalan kemenangan Debby/Praveen (foto:allengland)

ASA meraih gelar dari All England Super Series Premier 2015 masih terjaga. Memang, bukan lagi sesuai dengan target yang diusung PP PBSI yakni dua gelar.

Tapi, harapan tersebut hanya berada di pundak nomor ganda campuran. Itu setelah Indonesia masih menempatkan dua wakilnya, Praveen Jordan/Debby Susanto dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, di babak semifinal.

Keduanya pasangan tersebut mampu mengalahkan lawan-lawannya dalam babak perempat final yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, Jumat waktu setempat (6/2). Praveen/Debby, yang datang tanpa status unggulan, menang rubber game 20-22,21-19, 21-14 atas wakil Denmark Mads Pieler Kolding/Kamilla Rytter Juhl.

Kemenangan ini bisa menjadi revans ganda Pelatnas Cipayung tersebut. Tahun lalu di ajang yang sama, mereka kalah 12-21, 14-21 di babak kualifikasi.

Namun, di  babak semifinal, lawan sangat berat sudah menanti. Praveen/Debby akan berhadapan dengan unggulan teratas asal Tiongkok Zhang Nan/Zhou Yunlei. Di perempat final, finalis tahun lalu tersebut mampu mengatasi perlawanan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na straight game 21-19, 25-23. Dalam dua kali pertemuan sebelumnya di India Super Series 2014 dan Denmark Super Series Premier 2014, Praveen/Debby selalu kalah.

Di partai lainnya, Tontowi/Liliyana harus berjuang ekstrakeras sebelum mengubur ambisi ambisi pasangan tuan rumah Chris Adcock/Gabrielle Adcock dengan 21-14, 18-21, 21-19. Ini menjadi kemenangan ketiga bagi ganda merah putih dalam empat kali pertemuan.

Untuk lolos final, Tontowi/Liliyana, yang diunggulkan di posisi keempat, bakal bersua dengan seteru terberatnya asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Unggulan kedua itu lolos empat besar berkat kemenangan 21-17, 21-15 atas Lu Kai/Huang Yaqiong.

Dalam tujuh kali pertemuan, Tontowi/Liliyana hanya menang dua kali yakni dalam Kejuaraan Dunia 2011 dan Tiongkok Super Series 2013. Dalam pertemuan terakhir dalam Super Series Finals di Dubai 18 Desember lalu, Tontowi/Liliyana menyerah 15-21, 20-22. Di ajang All England, Tontowi/Liliyana sudah tiga tahun terakhir menjadi juara. (*)

Tan Boon Heong Tinggalkan BAM

REUNI: Tan Boon Heong/Koo Kien Keat (foto:KLpost)

HARMONISASI Tan Boon Heong dengan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) berakhir. Pebulu tangkis spesialis ganda itu memutuskan meninggalkan wadah jago tepok bulu negeri jiran tersebut setelah 11 tahun bersama.

Boon Heong, yang mencuat namanya saat berpasangan dengan Koo Kien Keat di nomor ganda putra selama 1996-2013, telah mengirimkan surat pengunduran diri kepada BAM.

Boon Heong membenarkan dirinya sudah mengirimkan surat pengunduran diri. Hanya, seperti ditulis sebuah media Malaysia, dia enggan memberikan komentar.

Lelaki 28 tahun tersebut menjadi pebulu tangkis ganda ketiga yang meninggalkan BAM. Sebelumnya, Hoon Thien How and Lim Khim Wah, juga melakukan langkah serupa akhir bulan lalu setelah 10 tahun menjalin kerja sama dengan BAM.

Keputusan Boon Heong itu sebenarnya tidak mengejutkan. Dia sudah tak muncul dalam latihan selama beberapa hari terakhir. Lelaki asal Alor Setar, Kedah, itu tidak kelihatan batang hidunya saat BAM menandatangani kontrak dengan perusahaan apparel asal Korea Selatan, Victor, pekan lalu Juara Stadium di Bukit Kiara.

Besar kemungkinan, Boon Heong akan reuni dengan pasangan lamanya, Kien Keat, yang sudah memutuskan menjadi pebulu tangkis mandirin atau profesional.

Penampilan Boon Heong tak lagi moncer usai ditinggalkan Kien Keat. Dia pernah dipasangkan dengan Thien How dan Ow Yao Han tapi hasilnya biasa-biasa saja.

Bersama Kien Keat, Boon Heong mencapai hasil yang sensasional. Emas Asian Games 2006 Doha sukses diraih dan juara All England 2007 pun bisa diraih. Mereka juga enam kali tampil dalam Kejuaraan Dunia yakni  2007 (Kuala Lumpur, Malaysia), 2009 (Hyderabad, India), 2010 (Paris, Prancis), 2011 (Wembley, Inggris), dan 2013 (Guangzhou). Capaian terbaiknya diraih 2010 dengan lolos final. Sayang, mereka harus mengakui wakil Tiongkok Cai Yun/Fu Haifeng.

Tahun lalu,Kien Keat/Boon Heong masih unjuk kekuatan dalam Kejuaraan Dunia di Kopenhagen. Tapi, langkahnya dihentikan pasangan Taiwan Lee Sheng-Mo-Tsai Chai-hsin 21-14, 10-21, 19-21.(*)

Calon Pengganjal dari Suami-Istri


SALAH satu lawan berat Tontowi Ahmad/Liliyan  Natsir, Xu Chen/Ma Jin asal Tiongkok, sudah tersingkir
dari persaingan juara All England Super Series Premier 2015. Namun, bukan berarti sudah tak ada pesaing yang jadi pengganjal serius mereka untuk meraih gelar keempat di turnamen bulu tangkis tertua di dunia tersebut.

PASANGAN: Chris/Gabrielle Adcock (foto:thetelegraph)
Masih ada unggulan teratas asal Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya Zhang Nan/Zhao Yunlei. Tapi, sebelum melangkah jauh, di babak perempat final, Tontowi/Liliyana sudah coba dihadang lawan yang tak boleh dipandang sebelah mata.

Mereka akan berhadapan dengan andalan tuan rumah Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Di ranking dunia terakhir, pasangan suami istri tersebut posisinya satu setrip di bawah Tontowi/Liliyana yang ada tangga keempat.

Bahkan, dalam empat kali pertemuan, pasangan merah putih itu pernah dipermalukan Chris/Gabrielle. Itu terjadi dalam babak perempat final Prancis Super Series 2013.

Dalam laga yang dilaksanakan di Paris pada 25 Oktober 2013, Tontowi/Liliyana menyerah 20-22, 17-21. Untung, kekalahan itu dibalas dalam dua pertemuan sesudahnya yakni di Indonesia Super Series Premier 2014 dan Prancis Super Series 2014.

Di All England Super Series Premier 2015, Tontowi/Liliyana bisa bersua dengan Chris/Gabrielle berkat kemenangan yang dipetik keduanya di babak kedua. Pasangan Pelatnas Cipayung itu menundukkan Sol Kyu-choi/Yoo Jung-chae 21-12, 21-7 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Birmingham pada Kamis waktu setempat (6/3).S
Sedangkan Chris/Gabrielle menghentikan ambisi pasangan Indonesia lainnya, Kevin Sanjaya/Greysia Polii, dengan 21-12, 21-18.

Tumbangnya Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di nomor ganda putra membuat Tontowi/Lliliyana menjadi harapan membawa pulang gelar. Apalagi, dalam tiga tahun terakhir, pasangan asal satu klub, Djarum Kudus, tersebut selalu naik ke podium terhormat. (*)

Dahaga Gelar Semakin Panjang

Dionysius Hayom Rumbaka

PACEKLIK gelar tunggal putra di ajang All England 2015 semakin panjang. Ini menyusul kegagalan Dionysius Hayom Rumbaka menembus babak perempat final.

Lelaki yang akrab disapa Hayom tersebut menyerah rubber game 21-18,14-2, 18-21 dalampertandingan babak II yang dilaksanakan di Barclaycard Arena, King Edward’s Road B1 2AA Birmingham,Inggris, pada Kamis waktu setempat (5/3). Kekalahan ini membuat dia gagal mengulangi hasil dua pertemuan terakhir dengan Sasaki.

Pebulu tangkis Djarum itu melibas lawannya di All England 2012 dan Indonesia Open 2012. Itu setelah Hayom kalah dalam dua kali perjumpaan.

Di All England Super Series Premier 2015, dia menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan hingga babak kedua. Sayang, langkah Hayom gagal berlanjut.

Sejak Haryanto Arbi menjadi juara pada 1994, belum ada pebulu tangkis Indonesia yang mampu mengikuti jejaknya di tunggal putra. Pebulu tangkis sekaliber Taufik Hidayat hingga pensiun pun belum pernah menjadi juara.

Dia dua kali menembus babak final pada 1999 dan 2000. Sayang, langkahnya dihentikan Peter Gade dari Denmark pada 1999 dengan 11-15, 15-7, 10-15. Setahun kemudian, lelaki yang kini menjadi menantu mantan Ketua KONI Agum Gumelar tersebut menyerah kepada Xia Xuanze (Tiongkok) 6-15, 13-15.(*)

Hendra/Ahsan Gagal Pertahankan Gelar

PEMBUNUH RAKSASA: Fu Haifeng/Zhang Nan
AMBISI Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mempertahankan gelar ganda putra All England kandas. Mereka dipaksa mengakui ketangguhan Fu Haifeng/Zhang Nan dari Tiongkok dengan tiga game 16-21, 21-19, 18-21 dalam pertandingan babak II yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Kamis waktu setempat (5/3).

Bagi Hendra/Ahsan, Fu/Zhang bukan lawan yang asing. Kedua pasangan sudah tiga kali bertemu.

Hasilnya, pasangan Indonesia dua kali memetik kemenangan dan sekali kalah. Satu kemenangan itu digapai di All England tahun lalu dengan skor ketat 23-21, 22-20. Hendra/Ahsan juara 2014 berkat kemenangan atas pasangan Jepang Kenichi Hayakawa/Hiroyuki Endo dengan 21-19, 21-19.

Kekalahan ini membuat persaingan memperebutkan juara semakin panas. Sehari sebelumnya, unggulan teratas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong sudah angkat usai dipermalukan pasangan Denmark, Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding 16-21, 19-21.

Sebelum turnamen dengan titel resmi All England Super Series Premier digelar, PP PBSI berharap Indonesia bisa membawa pulang dua gelar. Salah satunya dari Hendra/Ahsan.

Satu posisi terhormat lagi ditargetkan dari nomor ganda campuran melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Sama halnya dengan Hendra/Ahsan, mereka juga menyandang status juara bertahan.  Di final, pasangan yang sama-sama berasal dari Djarum Kudus tersebut menang 21-13, 21-17 atas unggulan teratas Zhang Nan/Zhaou Yunlei. (*)

Kejutan Besar dari Ganda Putra

BERJAYA: Mads Pieler Kolding/Mads Conrad-Petersen

BABAK pertama All England Super Series Premier 2015 sudah mulai bergulir di Birmingham, Inggris, Rabu waktu setempat (4/5). Banyak kejutan yang lahir dalam turnamen berhadiah total USD 500 ribu tersebut.

Mulai dari tumbangnya unggulan ketiga Son Wan-ho asal Korea Selatan dan keempat tunggal Srikant dari India di nomor tunggal putra hingga sudah tak ada wakil Indonesia di nomor tunggal putri. Itu seiring keoknya Lindaweni Fanetri dan Bellaetrix Manuputty.

Begitu juga dengan kalahnya unggulan kedua ganda putri Misaki Marsutomo/Ayaka Takahashi dan unggulan ketiga ganda campuran Xu Chen/Ma Jin. Namun, di antara semua nomor, kejutan ganda putra yang membuat mata insan bulu tangkis terbelalak.

Unggulan teratas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong sudah menyerah di babak pertama turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu. Secara mengejutkan, pasangan asal Korea Selatan tersebut kalah dua game langsung 16-21, 19-21 dari Mads Conrad-  Petersen/Mads Pieler Kolding dari Denmark.

Ini membuat ganda Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, itu pernah mengalahkan lawan yang sama di Denmark Super Series Premier 2013. Saat itu, Yong-dae/Yeon-seong menang 16-21, 21-13, 21-15.

Mereka pun datang ke Birmingham dengan status mentereng. Selain unggulan teratas, Yong-dae/Yeon-seong juga menjadi juara dalam turnamen terakhir yang diikuti, BWF Super Series Finals di Dubai, Uni Emirate Arab.

Bahkan, tahun lalu, mereka mampu menggondol tujuh gelar, termasuk dari dua turnamen super series premier, yang merupakan turnamen tertinggi di kalender BWF, yakni Tiongkok Open dan Indonesia Open.

Ini jauh berbeda dengan lawannya. Selama 2014, duet Mads tersebut belum pernak naik ke podium juara.

Hanya, pekan lalu, mereka baru saja mereguk gelar terhormat. Dalam final Jerman Grand Prix Gold 2015 yang dilaksanakan 1 Maret lalu, duo Mads menundukkan Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov dari Rusia dengan 22-20, 21-19.

Tentu saja kekalahan Yong-dae/Yeon-seong ini secara tidak langsung ikut memuluskan wakil Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Dari enam kali duel, ganda merah putih hanya sekali memetik kemenangan. (*)

Giliran Tommy yang Dipermalukan

Dionysius Hayom Rumbaka

PENAMPILAN Dionysius Hayom Rumbaka lagi on fire. Pekan lalu, mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut mampu menembus babak final Jerman Grand Prix Gold 2015.

Datang dengan status nonunggulan, Hayom, sapaan karibnya, melibas tiga unggulan sebelum lolos ke babak pemungkas. Di babak pertama, dia menjungkalkan unggulan ke-13 asal Taiwan Hsu Jen Hao 21-10, 10-21, 21-18. Di perempat final, giliran Hans-Kristian Vittinghus, unggulan keempat asal Denmark, yang dipermalukannya 22-20, 21-15.

Nah di semifinal,lelaki didikan Djarum Kudus ini menggulingkan unggulan kedua asal Korea Selatan Son Wan-ho dengan straight game juga 21-17, 21-15. Sayangm Hayom gagal naik ke podium terhormat usai dijinkkan unggulan teratas Jan O Jorgensen (Denmark) 12-21-13-21.

Di All England Super Series 2015, Hayom mampu menembus babak utama setelah berjuang keras di kualifikasi. Simon Santoso, mantan rekannya di Cipayung, yang belum pernah dikalahkannya dalam tiga pertemuan, dibuatnya menyerah.

Nah, di partai pertama babak utama, ini kembali terjadi. Tommy yang dalam tiga kali pertemuan terakhir selalu mempermalukannya di libasnya.

Hayom menang mudah 21-12, 21-12 atas tunggal putra terbaik Indonesia itu dalam pertandingan yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Rabu waktu setempat (4/3). Kemenangan ini mengantarkannya bertemu Sho Sasaki asal Jepang, yang di babak pertama menumbangkan unggulan ketujuh Vittinghus 13-21, 21-15, 21-16.

Sasaki bukan lawan yang asing baginya. Hayom pernah dua kali mengakahkannya dalam empat kali pertemuan.

Hebatnya, dua kemenangan itu dipetiknya dalam dua perjumpaan terakhir yakni di All Englang Super Series Premier 2012 dan Indonesia Super Series Premier.

Di nomor tunggal putra, Indonesia tak pernah lagi juara sejak 1994. Saat itu, Haryanto Arbi sukses naik ke podium terhormat berkat kemenangan 15-12, 17-14 atas rekannya sendiri, Ardy BW. (*)

Satu Pengganjal Tontowi/Liliyana Tumbang

KALAH:Xu Chen/Ma Jin (foto;xinhua)

LAWAN berat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berkurang. Salah satu unggulan atas nomor ganda campuran di All England Super Series Premier 2015, Xu Chen/Ma Jin dari Tiongkok, secara mengejutkan langsung angkat koper di babak pertama.

Mereka dipermalukan pasangan nonunggulan asal Indonesia Praveen Jordan/Debby Susanto dengan dua game langsung 15-21, 14-21 dalam pertandingan babak pertama yang dilaksanakan di Barclaycard Arena,
King Edward’s Road B1 2AA Birmingham,Inggris, pada Rabu waktu setempat (4/3).

Bagi Tontowi/Liliyana, pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut bisa menjadi pengganjal utama untuk meraih gelar keempat secara beruntun.Dari 16 kali pertemuan, wakil merah putih itu hanya menang enam kali.Bahkan, Xu Chen/Ma Jin merupakan pengganjal Tontowi/Liliyana dalam upaya merebut emas Olimpiade London 2012. Mereka menyerah di semifinal dengan 23-21, 18-21, 13-21.

Satu pengganjal berat lainnya bagi Tontowi/Liliyana juga berasal dari Tiongkok yakni Zhang Nan/Zhao Yunlei. Mereka saling mengalahkan dalam 10 kali pertemuan dengan hasil imbang 5-5.

Kali terakhir, kedua pasangan bersua di final All England Super Series Premier 2014. Hasilnya Tontowi/Liliyana menang 21-13, 21-17.

Pada babak pertama All England Super Series Premier 2015, Tontowi/Liliyana dan Zhang Nan/Zhou Yunlei sama-sama memetik kemenangan. Pasangan Pelatnas Cipayung menang mudah 21-12, 21-13 atas wakil Irlandia Sam Magee/Chloe Magee. Sedangkan Zhang/Zhou juga unggul staight game 21-13, 21-13 atas Christopher Coles/Sophie Brown asal Inggris. (*)

Duh, Simon Jeblok Lagi

LABIL: Simon Santoso tesungku di kualifikasi

SIMON Santoso kembali dalam sorotan. Ini menyusul hasil jeblok yang dialaminya dalam turnamen terakhir yang diikutinya.

Di Jerman Grand Prix Gold 2015, Simon langsung tersungkur di babak pertama. Dia dipermalukan Wong Wing Ki asal Hongkong dengan dua game langsung 17-21, 16-21.

Ini menjadi kekalahan perdana lelaki 30 tahun tersebut dari Wing Ki. Dalam empat kali pertemuan sebelumnya, Simon selalu memetik kemenangan.

Nah, kali ini, nasib tragis kembali dialaminya. Dia sudah menyerah di babak kualifikasi All England Super Series Premier 2015.

Di final kualifikasi yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, Selasa waktu setempat (3/3), Simon tunduk kepada mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka, dengan 14-21, 17-21. Kekalahan ini juga yang pertama dialaminya dari Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka. Dia selalu menang dalam tiga kali pertemuan sebelumnya yakni di Makau Grand Prix 2010,Indonesia Super Series Premier 2012, dan Indonesia Grand Prix Gold 2013.

PP PBSI tentu harus berani memberikan warning kepada Simon. Ini berkaca dari pengalaman sebelumnya.

Dua tahun lalu, dia pernah terpental dari Cipayung. Alasannya, Simon dianggap indisipliner dengan tak bermain di Piala Sudirman dan Indonesia Super Series Premier.

Menariknya, saat tak lagi digembleng di Pelatnas Cipayung, Simon kembali moncer. Salah satunya dengan menjadi juara turnamen super series, Singapore Open. (*)

Lolos Kualifikasi, Unggulan Sudah Menanti

BERTAHAN:Markis Kido/Agripina Prima (foto: allengland)

INDONESIA sukses menambah wakil di babak utama All England Super Series Premier 2015. Bahkan, itu terjadi di semua nomor dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 500 ribu tersebut.

Di tunggal putra, merah putih meloloskan Dionysius Hayom Rumbaka, Bellaetrix Manuputty (tunggal putri), Markis Kido/Agripina Putra Rahmanto (ganda putra), Nadya Melati/Dian Fitriani dan Suci Rizky Andini/Maretha Dea Geovani (ganda putri), serta Kevin Sanjaya/Greysia Polii (ganda campuran). Mereka mampu menundukkan lawan-lawannya dalam pertandingan yang dilaksanakan di Barclaycard Arena, Birmingham, Inggris, pada Selasa waktu setempat (3/3).

Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, menembus babak elite usai mengakahkan mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Simon Santoso dengan dua game langsung 21-14, 21-17. Di babak utama,dia akan berjumpa dengan rekannya sendiri yang juga pernah digembleng di Cipayung, Tommy Sugiarto.

Dalam empat kali pertemuan, Hayom tiga kali memetik kemenangan, termasuk dalam perjumpaan terakhir di Singapura Super Series 2012 dengan 21-19, 21-17. Hanya, dari sisi ranking, dia kalah.  Dalam rilis terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Hayom ada di posisi 32 sedangkan Tommy di ranking 11.

Di tunggal putri, Bellaetrix Manuputty menembus babak utama juga berkat kemenangan atas rekannya sendiri, Millicent Wiranto, dengan straight game 21-11, 21-12. Tapi, di babak utama, dia langsung menantang unggulan ketiga asal India Saina Nehwal.

Dalam empat kali pertemuan, Bella, sapaan karib Bellaetrix, tak pernah menang. Ironisnya, semuanya dimenangkan Saina dengan dua game langsung.

Hal yang sama juga akan dilakoni Kido/Agripina. Usai menundukkan Matijs Dierickx/Freek Golinski dari Jerman dengan 21-16, 21-19 di final kualifikasi ganda putra, mereka dihadang unggulan kedelapan Liu Xiaolong/Qiu Zihan. Pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut merupakan juara edisi 2013. Sedang juara tahun lalu jatuh ke tangan wakil Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. (*)

Kota Malang Resmi Tercantum di BWF

VENUE: GOR Cakrawala Malang

KOTA Malang resmi menjadi host Indonesia Grand Prix Gold 2015. Itu setelah BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) resmi mencantumkan kota kedua terbesar di Jawa Timur tersebut menjadi host event berhadiah total USD 120 ribu tersebut.

Sebelumnya, turnamen tier III itu belum dicantumkan di mana akan dilaksanakan. Hanya, agendanya tetap tak berubah, 1-6 Desember 2015.

''Sudah beres semua. Kota Malang menjadi tuan rumah Indonesia Grand Prix Gold 2015,'' kata Ketua Pengprov PBSI Jawa Timur Wijanarjo Adi Mulya.

Memang, kota dengan banyak kampus itu menjadi harapan host kejuaraan. Apalagi, beberapa waktu lalu, perwakilan dari BWF Daren Parks juga mengunjungi GOR Cakrawala yang akan menjadi venue kejuaraan.

Selama digelar sejak 2010, Jawa Timur belum pernah menjadi tuan rumah Indonesia Grand Prix Gold. Pada 2014, kejuaraan dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan. Kota di tepi Sungai Musi itu pernah menggelar event serupa pada 2012.

Indonesia Grand Prix Gold 2015 diperkirakan bakal diserbu pebulu tangkis papan atas dunia. Alasannya, turnamen tersebut menjadi perburuan poin untuk bisa berlaga ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016. (*)

Ardiansyah/Rizky Komitmen Berpasangan Lagi

TETAP: Rizky Hidayat/Ardiansyah Putra (foto:djarum)

SIRKUIT Nasional (Sirnas) Seri Palembang, Sumatera Selatan, menjadi debut bagi Rizky Hidayat/Ardiansyah Putra. Hasilnya pun tak mengecewakan.

Mereka mampu menembus babak final. Sayang, dalam pertandingan yang dilaksanakn di GOR Dempo, Jakabaring,Sabtu (28/2), mereka harus mengakui pasangan unggulan teratas Christopher Rusdianto/Tri Kusuma Wardhana asal Suryanaga, Surabaya, dengan 16-21,23-21,21-8.

''Kami kurang beruntung saja,'' kata Rizky.

Menurutnya, usai unggul di game pertama, pada game kedua, mereka juga unggul jauh 16-10. Kemudian, lanjutnya, skor sempat imbang 18-18.

''Kami pun leading 20-18. Eh saat tinggal satu poin, kami malah kalah 21-23,'' ungkap pebulu tangkis asal Wima, Surabaya, tersebut.

Di game ketiga, staminan Ardiansyah drop. Alasannya, lelaki asal Berkat Abadi, Banjarmasin, itu baru saja turun di nomor ganda campuran.

''Staminya sudah terkuras,'' ungkap Rizky.

Meski gagal, mereka tetap komitmen kembali berpasangan. Apalagi, pasangan Rizky sebelumnya yang juga dari Wima, Riyo Arief, sudah fokus bekerja.

''Ardiansyah juga sudah mantap dengan saya. Kami akan kembali berpasangan di seri seri berikut,'' ungkap lelaki asal Maluku itu.

Rencananya, Seri II akan dilaksanakan di GOR Arie Lasut,Manado, Sulawesi Utara, pada 27 April-2 Mei 2015.

Sebelumnya, pasangan Ardiansyah/Rizky tampil bareng membela Petaling dalam Purple Leagua atau kompetisi bulu tangkis antarklub Malaysia pada akhir 2014 dan awal 2015. (*)

Jalan Lin Dan Lengkapi Koleksi

KOSONG:Lin Dan nihil juara di Malaysia (foto:thestar)

HAMPIR semua turnamen papan atas pernah dijuarai Lin Dan. Bahkan, juara dunia sudah lima kali digenggaman lelaki asal Tiongkok tersebut. Emas olimpiade juga dua kali dikalungkan ke leher Lin Dan.

Namun, ada turnamen yang selama 10 tahun lebih belum pernah dijuarainya. Di mana Ya, Malaysia Open merupakan turnamen yang belum pernah dirasakan manisnya oleh Lin Dan.

Namun, tahun ini kesempatan tersebut terbuka. Alasannya, sang raja turnamen, Lee Chong Wei, dipastikan tak bisa ikut ambil bagian dalam event yang dilaksanakan pada 31 Maret-5 April di Kuala Lumpur tersebut.

Chong Wei absen karena masih menjalani skorsing dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) karena gagal doping dalam Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen,Denmark, pada Agustus. Ini yang membuatnya tak masuk dalam daftar peserta yang sudah dirilis pihak panitia.

Beda dengan Lin Dan. Suami mantan ratu bulu tangkis dunia, Xie Xingfang, tercatat bakal turun di Malaysia Super Series Premier.

Dalam turnamen berhadiah total USD 500 ribu itu, Lin Dan bakal menempati unggulan kelima. Posisinya di bawah K Srikanth (unggulan keempat asal India), Son Wan-ho (unggulan ketiga asal Korsel), Jan O Jorgensen (unggulan kedua asal Denmark), dan kompatriot (rekan satu negara) Chen Long.

Kali terakhir, Lin Dan tampil pada edisi 2012. Sayang, langkahnya dihentikan Jorgensen di babak kedua dalam pertarungan tiga game 21-14,15-21, 15-21. (*)

Duh, Kapan Marin Bisa Juara Lagi

GAGAL: Carolina Marin

KUTUKAN juara dunia kepada Carolina Marin masih berlanjut. Untuk kali kelima, perempuan asal Spanyol tersebut naik ke podium juara.

Meski, kans untuk itu, sudah dua kali ada di depan mata. Pada 25 Februari lalu, Marin mampu menembus babak final India Super Series 2015 yang dilaksanakan di New Delhi. Sayang, langkahnya dihentikan andalan India Saina Nehwa dengan rubber game 21-19,23-25,16-21.Ini menjadi kekalahan ketiganya dalam tiga pertemuan dengan Saina yang sekarang duduk di posisi ketiga dunia tersebut.

Kemudian, pada Minggu (1/3), jalan menuju ke puncak kembali datang. Perempuan 22 tahun tersebut menembus final Jerman Grand Prix Gold 2015.

Lawan yang dihadapi pun tak ringan. Marin, yang diunggulkan di posisi kedua, harus berhadapan dengan Sun Ji-hun asal Korea Selatan, yang menempati unggulan teratas. Hasilnya, Marin menyerah 15-21,21-14, 6-21.

Sebenarnya, kekalahan ini cukup mengejutkan. Dalam dua kali pertemuan sebelumnya, Marin selalu memetik kemenangan yakni di Kejuaraan Dunia 2013 dan Austrialia Super Series 2014.

Kemampuannya pekan ini diuji dalam turnamen paling bergengsi di muka bumi ini, All England Super Series Premier 2015.Pada babak pertama turnamen berhadiah USD 500 ribu tersebut, Marin, yang diunggulkan di posisi keenam, bertemu dengan lawan beratnya, PV Sindhu, dari India. Dalam empat kali perjumpaan, dia menang tiga kali termasuk yang terakhir di India Super Series 2015. (*)

22 Tahun tanpa Gelar dari Jerman

POSISI II: Della/Rosyita di podium (foto:PBSI)

HARAPAN membawa pulang dari Jerman Grand Prix Gold 2015 kandas. Dua wakil yang berlaga di babak final, Dionysius Hayom Rumbaka di tunggal putra, dan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri, menyerah kepada lawan-lawannya dalam pertandingan yang dilaksanakan Minggu waktu setempat (1/3) di Mulheim an der Ruhr.

Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, kalah dua game langsung 12-21, 13-21 kepada unggulan teratas Jan O Jorgensen dari Denmark. Ini merupakan kekalahan keenam dari enam kali pertemuan alias Hayom tak pernah menang atas pebulu tangkis berambut kuncir tersebut.

Kali terakhir, Hayom takluk dari Jorgsen di babak awal Malaysia Super Series Premier 2014. Sedang kekalahan perdana terjadi di Jepang Super Series 2011.

Sedangkan Della/Rosyita keok 18-21, 21-17, 9-21 kepada unggulan kedua asal Denmark Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl.Sebagai pasangan baru, Della/Rosyita belum pernah bersua dengan lawannya tersebut.

Kali terakhir, Indonesia menempatkan wakilnya di turnamen yang familiar dengan nama Jerman Open itu pada 2003.Saat itu, pasangan merah putih Flandy Limpele/Eng Hian naik ke podium terhormat. (*)

Hasil Final Jerman Grand Prix Gold 2015

Tunggal putra: Jan O Jorgensen (Denmark x1) v Dionysius Hayom Rumbaka (Indonesia) 21-12, 21-13

Tunggal putri: Sung Ji-hyun (Korsel x1) v Carolina Marin (Denmark x2) 21-15, 14-21, 21-6

Ganda putra:Mads-Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark x4) v Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia x6) 22-20,21-19

Ganda putri: Christina Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark x2) v Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari (Indonesia) 21-18, 17-21,21-9

Ganda campuran: Mads Pieler Kolding/Kamilla Rytter Juhl (Denmark6) v Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark x1) 21-18, 21-17

x=unggulan

Sama-Sama Ketemu Unggulan

LIBAS: Thomas Rouxel dari Prancis

PERJALANAN Andre Kurniawan Tedjono sudaa sampai perempat final. Dalam pertandingan babak ketiga Jerman Grand Prix Gold 2015 yang dilaksanakan di An den Sportstatten 6 45468 Mulheim an der Ruhr pada Kamis waktu setempat (26/2), mantan skuad Pelatnas Cipayung tersebut tak mengalami kesulitan saat menundukkan Thomas Rouxel dari Prancis dengan straight game 21-17, 21-18.

''Ya, saya menang,'' tulis Andre singkat kepada smashyes.

Bagi Andre, Rouxel bukan wajah yang asing. Lelaki yang sudah beberapa tahun berkelana di Eropa itu sudah dua kali mengalahkannya yakni di Skotlandia Grand Prix 2013 dan Italia Challenge 2014.

Hanya, untuk terus melaju hingga babak semifinal, Andre butuh perjuangan ekstra di lapangan. Di perempat final yang dilaksanakan Jumat waktu setempat (27/2), dia bersua dengan Son Wan-ho.

Unggulan kedua asal Korea Selatan (Korsel) tersebut menggapai tiket perempat final berkat kemenangan 21-12, 21-13 atas Arvind Bhat. Tahun lalu di Taiwan Grand Prix, Andre menyerah mudah 10-21, 13-21.

Perjuangan berat juga akan dilakoni rekan Andre di Djarum Kudus, Dionysius Hayom Rumbaka. Usai menang 21-11, 21-12 atas Lucas Corvee (Prancis), mantan tunggal ketiga Piala Thomas Indonesia itu menjajal ketangguhan unggulan keempat Hans-Kristian Vittinghus (Denmark) yang di babak ketiga melibas Goh Soon Huat (Malaysia) 21-11, 21-15.

Dalam tiga kali perjumpaan, Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, belum pernah menang. Kali terakhir, dia menyerah 21-18, 21-23, 13-21 di India Super Series 2014. (*)

Juara Austria Challenge Belum Cukup

MENYERAH: Fajar Alfian/Rian Adianto (foto:PBSI)

JUARA di Austria Challenge 2015 baru saja digapai pasangan muda Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Itu melengkapi koleksi tiga gelar dari event yang dilaksanakan di Wina tersebut.

Namun, posisi tersebut masih belum cukup untuk menjadi modal saat turun di Jerman Grand Prix Gold 2015. Fajar/Rian langsung tersingkir dari turnamen level III di BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) itu.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di  Mulheim an der Ruhr Rabu waktu setempat (252), mereka kalah dua game langsung 13-21, 18-21 kepada pasangan tangguh asal Rusia Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov. Dari ranking yang ada, Fajar/Rian kalah jauh. Posisinya 100 setrip di bawah lawannya yang duduk di posisi 14 dunia.

Di nomor ganda putra ini, kekalahan Fajar/Rian membuat Indonesia tinggal berharap kepada Yohanes Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan dan Rian Agung Saputro/Berry Angriawan. Rendy/Afiat di babak pertama bertarung tiga game 23-21, 14-21, 23-21 oleh wakil Korea Selatan Sol Kyu-choi/Ko Sung-hyun.

Di babak kedua, mereka akan menantang Ivanoz/Sozonov, yang diunggulkan di posisi keenam. Pasangan asal Djarum Kudus tersebut belum pernah menantang lawannya tersebut.(*)