WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Gagal Total seperti Tahun Lalu

Tommy Sugiarto gagal jinakkan Lin Dan lagi (foto:BWF)
JEPANG Super Series 2015 terasa pahit bagi Indonesia. Tak ada satu pun wakil merah putih yang bisa membawa pulang dari ajang berhadiah total USD 275 ribu tersebut.

Dua wakil Indonesia yang masih bertahan di semifinal, Tommy Sugiarto di tunggal putra dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi di ganda putra, gagal melanjutkan langkahnya. Tommy menyerah dua game langsung 17-21, 17-21 kepada wakil Tiongkok Lin Dan dalam pertandingan yang dilaksanakan di Tokyo pada Sabtu waktu setempat (12/9/2015).

Ini menjadi kekalahan kelima Tommy dari tujuh kali perjumpaan. Sebenarnya, modal berharga sempat dikantongi putra legenda bulu tangkis dunia Icuk Sugiarto tersebut sebelum menantang Super Lan, julukan Lin Dan.

Dalam pertemuan terakhir di Indonesia Super Series Premier 2015, Tommy menjungkalkan dua kali peraih emas tunggal putra olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012, tersebut. Sayang, itu gagal diulangi oleh Tommy.

Beberapa jam sebelumnya, pil pahit juga ditelan Angga/Ricky. Mereka tak berdaya di tangan unggulan teratas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dengan straight game 16-21, 16-21. Kekalahan itu menjadi kekalahan ketiga dari empat kali pertemuan pasangan Pelatnas Cipayung tersebut dari wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut.

Sebenarnya, asa juara Indonesia diharapkan di pundak Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di ganda putra dan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Sayang,langkah kedua pasangan sudah terhenti di babak perempat final yang dilaksanakan Kamis (11/9/2015).

Hendra/Ahsan, yang datang dengan status juara dunia 2015, dipermalukan Fu Haifeng/Zhang Nan dari Tiongkok. Sedangkan Tontowi/Liliyana dipulangkan wakil Korea Selatan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na.

Hasil itu mengulangi capaian tahun lalu. Pada 2014, Indonesia juga gagal membawa pulang dari turnamen bertitel J Yonex Japan Open tersebut. (*)

Agenda final Jepang Super Series 2015
Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Joachim Fischer-Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark x5)

Tunggal putri: Akane Yamaguchi (Jepang) v Nozomi Okuhara (Jepang)

Tunggal putra: Lin Dan (Tiongkok x5) v Viktor Axelsen (Denmark x7)

Ganda putri: Christinna Pedersen/Kamilla Rhytter Juhl (Denmark x4) v Zhao Yunlei/Zhong Qianxin (Tiongkok x8)

Ganda putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korea Selatan x1) v Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x5)

x=unggulan

Momok Itu Bernama Fu Haifeng/Zhang Nan

LEE Yong-dae/Yoo Yeon-seong pernah menjadi momok bagi Hendra SetiawanMohammad Ahsan. Pasangan Korea Selatan tersebut selalu menang dalam tiga pertemuan awal dengan wakil Pelatnas Cipayung tersebut.

TAKLUK: Hendra Setiawan/M. Ahsan (foto:xinhua)
Untung, di laga keempar, Hendra/Ahsan mampu memenangkan pertandingan. Terakhir, ganda andalan merah putih itu menundukkan Yong-dae/Yeon-seong di final Kejuaraan Dunia 2015 di Jakarta pada Agustus lalu.

Tapi, kini ada pasangan yang susah dikalahkan dan menjadi momok yang lebih menakutkan bagi Hendra/Ahsan. Siapa?? Fu Haifeng/Zhang Nan.

Hendra/Ahsan tak pernah dalam empat kali pertemuan beruntun. Kali terakhir, mereka dipermalukan di babak perempat final Jepang Super Series 2015.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Tokyo pada Jumat waktu setempat (11/9/2015), Hendra/Ahsan menyerah dua game langsung 21-9, 21-18. Pertadingan ini tak sampai setengah jam tepatnya hanya 29 menit.

Tentu, ini menjadi bahan evaluasi bagi HendraAhsan. Tipe bermain keduanya sudah dipahami oleh Haifeng/Nan.

Untung di ganda putra ini, Indonesia masih menempatkan wakilnya di babak semifinal yang digelar besok (12/9/2015). Itu setelah Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi menundukkan wakil Malaysia Goh V Shem/Tan Wee Kiong dengan straight game 21-16, 21-13.

Angga/Ricky akan menunggu pemenang partau Yong-dae/Yeon-seong dengan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dari Jepang. Di atas kertas, ganda Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut lebih diunggulkan.(*)

Imbas Positif dari Indonesia Challenge 2015



Sony (kiri) berdiskusi dengan Koko Pambudi, pelatih Jatim
LAMA berada di luar orbit, Sony Dwi Kuncoro kembali menembus 100 besar dunia. Dalam ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (10/9/2015), arek Suroboyo tersebut ada di posisi 82 dunia.

Ini menjadi lompatan yang cukup signifikan dari Sony. Pekan lalu, mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut masih ada di ranking 120.

Naiknya ranking pebulu tangkis 31 tahun tersebut tak lepas dari capaiannya dalam Indonesia Challenge 2015. Dalam ajang yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya,pada 1-6 September tersebut, Sony mampu menjadi juara,

Dalam babak final, dia menundukkan unggulan kedua dari Korea Selatan Jin Jeon-hyeok dengan dua game langsung 22-20, 21-15. Kemenangan itu membuat Sony pun memperoleh poin 4.000.

Donasi itu menjadi yang terbanyak selama setahun terakhir. Selama ini, Sony lebih sering tumbang di babak-babak awal. Imbasnya, poin yang dikumpulkannya sangat sedikit.

Hanya, berada di ranking 82 masih jauh dari capaian terbaik. Bapak dua anak tersebut pernah berada di posisi empat besar dunia Mei 2013.

Sayang, cedera yang mendera membuat rankingnya terus melorot.Bahkan, itu membuat Sony harus meninggalkan Pelatnas Cipayung, tempat yang lebih 10 tahun ditempatinya. (*)

Juara Dunia Bukan Jaminan

Zhang Nan/Fu Haifeng di Indonesia Open 2015 (foto:xinhua)
STATUS Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan adalah juara dunia 2015. Namun, itu bisa tak berlaku jika keduanya berhadapan dengann pasangan Tiongkok Fu Haifeng/Zhang Nan.

Dalam tiga kali pertemuan terakhir, Hendra/Ahsan tak pernah menang. Bahkan di kandang sendiri dalam Indonesia Super Series Premier 2015, pasangan yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut menyerah 20-22, 21-18, 15-21.

Dua pil pahit lainnya ditelan Hendra/Ahsan di Singapura Super Series 2015 dan All England Super Series Premier 2015. Keduanya sempat dua kali unggul di pertemuan pertama di All England 2014 dan Hongkong Super Series 2014. Satu kekalahan lagi dialami Hendra/Ahsan di Denmark Super Series Premier 2014.

Kini, HendraAhsan bertemu lagi dengan Haifeng/Nan di Jepang Super Series 2015. Ironisnya itu bukan di babak final.

Pasangan merah putih akan menghadapi lawan beratnya itu di babak perempat final turnamen berhadiah total USD 275 ribu tersebut. Ini setelah Hendra/Ahsan dan Haifeng/Nan mampu menundukkan lawan-lawannya di babak kedua.

Hendra/Ahsan yang diunggulkan di posisi ketiga dipaksa tampil tiga game 19-21, 21-15, 21-18 oleh Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov dari Rusia. Sementara, pasangan Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, melibas Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata dari Jepang dengan 21-18, 21-14. Di Jepang Super Series 2015, Haifeng/Nan diunggulkan di posisi kelima.

Selain Hendra/Ahsan, Indonesia juga meloloskan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi ke babak perempat final. Di perempat final, mereka akan ditantang wakil Malaysia Goh V Shem/Tan Wee Kiong.

Ini mengulangi pertemuan di Taiwan Grand Prix Gold 2015 pada Juli lalu. Saat itu, Angga/Ricky unggul. (*)

Satu Tempat Semifinal Milik Indonesia

Ihsan Maulana Mustofa (foto:PBSI)
SATU slot di babak semifinal tunggal putra Jepang Super Series 2015 vmenjadi milik Indonesia. Dua wakil merah putih, Tommy Sugiarto dan Ihsan Maulana Mustofa,saling berjumpa di perempat final yang dilaksanakan d21-17, i Tokyo pada Jumat waktu setempat (11/9/2015).

Kepastian itu diperoleh usai keduanya melibas lawan-lawannya di babak ketiga. Tommy secara mengejutkan menumbangkan unggulan keempat sekaligus andalan Jepang Kento Momota dengan tiga game 16-21, 21-13, 21-19. Kemenangan ini juga membawa Tommy mampu tiga kali menundukkan Momota dalam lima kali perjumpaan.

Sedangkan Ihsan menang dua game langsung 21-5, 21-14 atas pebulu tangkis senior Hongkong Hu Yun. Capaian itu melanjutkan tren positif yang diukirnya dalam turnamen berhadiah total USD 275 ribu tersebut.

Penghuni Pelatnas itu merangkak dari babak kualifikasi. Dalam laga perdana babak utama, Ihsan menjunglkan mantan juara Eropa asal Jerman Marc Zwiebler dengan 21-15, 18-21, 21-18. Sebenarnya, melawan Hu Yun, dia tak diunggulkan.

Ranking Ihsan yang 77 jauh di bawah pebulu tangkis wilayah bekas koloni Inggris itu. Saat ini, Hu Yun ada di posisi 13.

Bagi Ihsan dan Tommy perjumpaan di Negeri Sakura, julukan Jepang, tersebut merupakan kali pertama. Hanya, Tommy menang pengalaman dan ranking di 16 besar bisa menjadi modal untuk menundukkan juniornya tersebut.

Pemenang laga Ihsan versus Tommy akan berjumpa dengan wakil Tiongkok. Dua jagoan smash Negeri Panda, julukan Tiongkok, Tian Houwei berjumpa dengan Lin Dan.

Houwei membuat kejutan dengan memulangkan unggulan teratas yang juga rekan senegaranya, Chen Long, dengan 21-16, 21-17. Sementara,Lin Dan melibas sahabat karibnya, Lee Chong Wei, asal Malaysia dengan 21-17, 21-10.


Sebenarnya, di babak II, Indonesia menempatkan tiga wakil. Sayang, Dionysius Hayom Rumbaka dijegal langkahnya oleh unggulan keenam asa; Taiwan Chou Tien Chen dengan 13-21, 21-17, 16-21. (*)

Chen Long Sudah Tumbang

Tian Houwei menundukkan Chen Long
KEJUTAN terjadi di nomor tunggal putra Jepang Super Series 2015. Di babak kedua, unggulan teratas, Chen Long, harus sudah angkat koper.

Pebulu tangkis Tiongkok tersebut dipermalukan kompatriot (rekan senegara), Tian Houwei, dengan dua game langsung 21-16, 21-17 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Tokyo pada Kamis waktu setempat (10/9/2015). Bagi Houwei, kemenangan ini membalas hasil di semifinal Australia Super Series 2015. Ketika itu, dia menyerah dua game langsung 14-21, 19-21.

Sedang bagi Chen Long, pil pahit tersebut membuatnya gagal mencetak hat-trick (tiga kali beruntun) meraih gelar. Sebelumnya, pebulu tangkis yang kini duduk di posisi teratas tersebut menjadi juara di Kejuaraan Dunia 2015 dan Taiwan Grand Prix Gold 2015.

Selain itu, dia juga gagal menambah koleksinya. Selama 2015, Chen Long sudah naik podium terhormat sebanyak enam kali.

Di luar Kejuaraan Dunia dan Taiwan Grand Prix Gold, dia menjadi pemenang di All England Super Series Premier, Malaysia Super Series Premier, dan Australia Super Series. Satu lagi adalah kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman.

Di babak perempat final, Houwei akan berjumpa dengan pemenang laga seniornya Lin Dan melawan Lee Chong Wei (Malaysia).

Tumbangnya Chen Long bisa membuka jalan Lin Dan menjadi pemenang di Negeri Sakura, julukan Jepang. Asalkan, dia mampu melewati Chong Wei dulu.

Di partai lainnya, tunggal putra Indonesia Dionysius Hayom Rumbaka gagal melanjutkan langkah. Mantan pemghuni Pelatnas Cipayung tersebut harus mengakui ketangguhan wakil Taiwan Chou Tien Chien dengan 13-21, 21-17, 16-21.(*)

Sudah Saling Jegal di Babak II

Lin Dan saat berjumpa Lee Chong Wei di Asian Games 2014
FINAL dini terjadi di nomor tunggal putra Jepang Super Series 2015. Dua legenda hidup bulu tangkis dunia, Lin Dan dari Tiongkok dan Lee Chong Wei (Malaysia), bertemu.

Hanya, keduanya belum adu kekuatan di final untuk bisa menjadi juara turnamen berhadiah total USD 275 ribu tersebut. Duel Lin Dan versus Chong Wei itu berlangsung masih di babak kedua.

Ini dikarenakan sekarang keduanya bukan dua unggulan teratas. Lin Dan 'hanya' unggulan kelima. Sedangkan Chong Wei malah bukan calon juara dan melalui turnamen dari babak kualifikasi.

Super Dan, julukan Lin Dan, dan sahabat karibnya itu harus saling jegal setelah keduanya mengalahkan lawan-lawannya di babak pertama yang dilaksanakan di Tokyo pada Rabu waktu setempat (9/9/2015). Lin Dan harus memeras keringat selama tiga game 17-21, 23-21, 21-17 untuk bisa menyingkirkan Son Wan Ho dari Korea Selatan.

Ini menjadi kemenangan kedelapan dari delapan kali pertemuan. Artinya, Lin Dan belum pernah keluar lapangan dengan muka tertunduk saat berjumpa dengan wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut.

Sedangkan Chong Wei juga tampil rubber game guna memupus asa Boonsak Ponsana dari Thailand dengan 10-21, 21-15, 21-16.Hasil ini membuat lelaki yang diberi gelar Datuk oleh pemerintah Malaysia itu memperpanjang rekor kemenangannya menjadi 24 kali dalam 26 kali pertemuan.

Hanya, Chong Wei punya rekor bagus jika bertemu Lin Dan.Dia hanya menang sembilan kali dan 24 kali menelan kekalahan.

Pertemuan terakhir terjadi di semifinal Asian Games 2014 di Korea Selatan. Saat itu, Chong Wei kalah 20-22, 21-12, 9-21. Seusai Asian Games itu, dia absen lama karena sanksi dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) turun. Lelaki yang kini dilatih pria asal Indonesia Hendrawan itu harus menepi selama delapan bulan. (*)

Babak Berguguran dalam Babak Perdana

ANGKAT KOPER: Riky Widianto/Richi Dili
INDONESIA sudah kehilangan banyak wakil di Jepang Super Series 2015. Padahal, turnamen berhadiah USD 275 ribu tersebt baru memasuki babak I.

Ada tiga pasangan ganda putra dan tiga pasangan ganda putri hingga siang waktu Tokyo, host Jepang Super Series 2015, sudah angkat koper. Di ganda putra ada nama Markis Kido/Agripinna, Ade Yusuf/Wahyu Nayaka, dan Andrei Adistia/Hendra Aprida Gunawan. Sedangkan di ganda campuran, Riky Widianto/Richi Puspita Dili, Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja, dan Andrei/ita Marissa menyerah kepada lawan-lawannya.

Hasil buruk itu dimulai oleh Andrei/Hendra. Keduanya kalah 17-21, 18-21 kepada Cai Yun/Lu Kai dari Tiongkok. Di waktu yang hampir bersamaan Kido/Agripinna kalah mudah 11-21, 6-21.  Hanya,pasangan yang sama-sama berasal dari Jaya Raya tersebut dikalahkan wakil Indonesia lainnya Angga Pratama/Ricky Karanda.  Rekan Angga/Ricky di Pelatnas Cipayung, Ade/Wahyu kalah tiga game dari pasangan tuan rumah 20-22, 21-18, 10-21.

Di ganda campuran, Riky/Richi bakal kembali dapat sorotan. Pasangan gemblengan Pelatnas Cipayung tersebut kalah straight game 19-21, 22-24 kepada unggulan kedelapana dari Korea Selatan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na. Dalam laga lain, Edi/Gloria dihentikan Liao Min Chun/Chen Hsiao Huan (Taiwan) dengan rubber game 19-21, 23-21, 13-21 dan Andrei/Vita kalah mudah 8-21, 13-21 kepada Lee Yong-dae/Lee So-hee.

Untung, kekalahan tersebut tak merembet kepada pasangan papan atas merah putih. Hendra Setiawa/Mohammad Ahsan di ganda putra dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir belum menemui musuh berarti.

Hendra/Ahsan, yang diunggulkan di posisi ketiga, menang 21-17, 21-12 atas wakil tuan rumah Kenta Kazuno/Kazushi Yamada.

Tontowi/Liliyana yang diunggulkan di posisi ketiga unggul 21-17, 21-17 atas wakil Malaysia Tan Aik Quan/Lai Pei Jing. Mereka akan ditantang penakuk Edi/Gloria, Min Chun/Hsiao Huan.  Kedua pasangan belum pernah bertemu. (*)

Pelatih Chong Wei Dampingi Lapis II

TURUN GUNUNG: Tey Seu Bock (kiri) di GOR Sudirman
Dari tangan dinginnya, Lee Chong Wei, menjadi salah satu pebulu tangkis paling disegani di dunia. Dia selalu mendampingi anak asuhnya itu di semua turnamen besar dan bergengsi. Namun, mengapa dia bisa muncul di ajang Indonesia Challenge 2015.
--
SEKILAS wajahnya mirip dengan pahlawan Piala Thomas Indonesia Eddy ''Kempong'' Hartono. Badan dan pipinya gemuk.

Hanya, lelaki ini berasal dari Malaysia. Ya, dia adalah Tey Seu Bock.

Dia merupakan salah satu sosok yang ada di belakang Lee Chong Wei dalam beberapa tahun terakhir. Lelaki 42 tahun itu dianggap sebagai salah satu kunci moncernya pebulu tangkis negeri jiran itu di pentas dunia.

Sey Bock sendiri mungkin tak banyak dikenal semasa aktif menjadi pebulu tangkis. Karirnya tentu kalah dengan Sidek bersaudara, Misbun dan Rashid. Dia hanyan berkutat di negerinya sendiri.

Sebelumnya, Chong Wei ditangani oleh Misbun Sidek. Tentu jika bandingkan dengan Misbun, Seu Bock tak ada apa-apanya.

Misbun merupakan semifinalis Kejuaraan Dunia 1980 nomor tunggal putra. Belum lagi seabrek gelar lain.

Seu Bock mulai diperbincangkan namanya di Desember 2010. Misbun memutuskan meninggalkan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) yang secara otomatis tak lagi menangani Chong Wei.

Imbasnya, Seu Bock pun yang sebelumnya menjadi asisten pun naik pangkat menjadi pelatih kepala. Di tangannya, Chong Wei tetap moncer.

Chong Wei mampu meraih perak di Olimpiade London 2012 serta finalis Kejuaraan Dunia 2011, 2013, dan 2014. Bahkan, tiga kali juara All England diraih anak asuhnya tersebut.

Tapi, pekan lalu, Seu Bock muncul di GOR Sudirman, Surabaya. Mendampingi Chong Wei?

''Saya mendampingi tunggal putra Malaysia yang tampil di Indonesia Challenge 2015. Meski juga masih bersama dia, tapi sekarang ada Hendrawan juga,'' ujar Seu Bock kepada smashyes.

Ya, dalam Indonesia Challenge 2015, BAM mengirimkan pebulu tangkis lapis keduanya. Ada nama Soo Teck Zhi dan Liew Daren.

Hanya, dari keduanya, langkah terjauh dilakukan Teck Zhi. Dia sampai ke babak semifinal sebelum dihentikan mantan tunggal putra terbaik Indonesia Sony Dwi Kuncoro di semifinal. Sony sendiri akhirnya keluar sebagai juara. (*)

Bisa Rasakan Turnamen Elite Lagi

UTAMA: Lee Chong Wei
SETAHUN lebih Lee Chong Wei absen dari turnamen super series atau super series premier. Kali terakhir, lelaki asal Malaysia tersebut unjuk kemampuan dalam Indonesia Super Series Premier 2014.

Namun, kasus doping di Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, memaksa Chong Wei menghilang selama delapan bulan dari semua kejuraan. Dia kembali ke lapangan Mei 2015.

Ajang yang kali pertama diikuti adalah Piala Sudirman. Setelah itu, ada tiga turnamen yang Chong Wei turun lapangan. Hanya, levelnya bukan super series atau super series premier. Event tersebut adalah Amerika Serikat Grand Prix Gold, Kanada Grand Prix, dan Taiwan Grand Prix Gold.

Nah, kini penantian mantan tunggal putra nomor satu dunia tersebut berlaga di ajang super series terobati.Chong tampil di Jepang Super Series 2015.

Hanya, dua kali peraih medali perak olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012, tersebut harus merangkak dari babak kualifikasi. Tapi, itu mampu dilaluinya dengan mudah.

Chong Wei meraih tiket ke babak utama turnamen berhadiah USD 275 ribu tersebut setelah memetik dua kali kemenangan mudah. Di laga perdana yang dilaksanakan di Tokyo pada Selasa waktu setempat (8/9/2015), dia menang dua game 21-3, 21-3 atas Alistair Casey (Skotlandia) dan dilanjutkan dengan keunggulan 21-10, 21-12 atas Heo Kwang-hee (Korea Selatan).

Di babak elite, Chong Wei berjumpa dengan pebulu tangkis Thailand Boonsak Ponsana.Sesama senior di olahraga tepok bulu, Chong Wei dan Boonsaka sudah berjumpa selama 25 kali. Hasilnya, Chong Wei unggul 23 kali. Dua kali kekalahannya sudah lama terjadi yakni pada Kejuaraan Asia 2008. (*)

Hanya Perlu Dibesarkan Hatinya

Sumaji (kiri) saat mendampingi Sony di Indonesia Challenge
SONY Dwi Kuncoro sempat disangsikan mampu menjadi juara tunggal putra Indonesia Challenge 2015. Cedera membuat penampilannya tak seperti dulu.

Namun, kehadiran sang ayah, Sumaji, di pinggir lapangan ikut menjadi penambah semangat. Dia tahu betul kondisi Sony. Berikut petikan wawancara dengan Sumaji tentang sukses Sony bisa juara.

Selamat sukses putranya menjadi juara?
-Terima kasih. Saya sudah bilang dari awal satu demi satu pertandingan. Buktinya, Sony mampu melakukannya dengan baik.

Apa yang membuat Anda bisa membawa Sony juara setelah hampir tiga tahun tak pernah meraih gelar.
-Saya ini bapaknya. Saya tahu kondisi sebenarnya dia.

Maksudnya?
-Secara fisik Sony tidak mengalami kendala. Hanya psikis, dia butuh orang yang bisa membesarkan hati. Saya selalu bilang, Ayo gak apa-apa. Kamu bisa kok

Apa Sony pernah mengeluh dalam pertandingan
-Bukan mengeluh sebenarnya. Hanya dia tanya bagaimana Pak lawannya kok mainnya seperti itu. Saya bilang, sudah main biasa saja dan ambil kesempatan, pasti bisa.

Anda masih yakin Sony kembali ke jalurnya di posisi atas?
-Harus pelan-pelan. Sekarang ini kondisinya sangat bagus. Lawan-lawannya anak Pelatnas yang mengalahkannya (Firman Abdul Kholik dan Anthony Ginting) pun kalau bertemu saat ini, pasti dikalahkannya. (*)

Modal untuk Kembalikan Kepercayaan Diri

Sony usai meraih juara Indonesia Challenge 2015
DAHAGA prestasi internasional Sony Dwi Kuncoro berakhir. Ini setelah peraih perunggu Olimpiade Athena 2014 itu mampu menjadi juara nomor tunggal putra Indonesia Challenge 2015.

Dalam final yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Minggu siang WIB (6/9/2015), Sony menumbangkan unggulan kedua asal Korea Selatan Jin Jeon-hyeok dengan dua game langsung 22-20, 21-15. Pertandingan ini memakan waktu 53 menit.

Ini juga membuat penantian naik ke podium terhormat selama hampir tiga tahun tuntas. Kali terakhir, bapak dua anak ini menjadi juara di Indonesia Grand Prix Gold 2012.

Ketika itu, dalam pertandingan final yang dilaksanakan 30 September 2012, Sony mengalahkan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka dengan 21-11, 21-11. Kini, Sony dan Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, sama-sama tak lagi berada di Cipayung.

''Semoga kemenangan ini menjadi awal yang bagus bagi saya untuk turnamen-turnamen yang lain. Paling tidak, kepercayaan diri saya semakin membaik,'' kata Sony usai pertandingan.

Sebenarnya, dalam Indonesia Challenge 2015, dia tak terlalu muluk pasang target. Sony hanya ingin konsentrasi dalam setiap pertandingan.

''Satu pertandingan harus menang. Saya nggak mau melihat jauh ke depan,'' tambah pebulu tangkis yang besar di Wima, Surabaya, tersebut.

Dalam laga final, dia mengaku sempat hati-hati di game pertama. Jeon-hyeok, ungkapnya, termasuk pebulu tangkis yang ulet. Beberapa kali, lawannya juga bisa melancarkan smash keras ke tubuhnya karena pengembalikan shuttlecock yang tangguh.

Untuk kembali mengangkat ranking, Sony sudah mempunyai agenda untuk mengikuti beberapa turnamen. Terdekat, ucapnya, adalah Thailand Grand Prix Gold di Bangkok pada 29 September-4 Oktober 2015.

Setelah tak lagi di Cipayung, sebenarnya Sony tampil di berbagai turnamen. Sayang, hasil yang dicapai kurang memuaskan. Dia lebih banyak tumbang di babak-babak awal. (*)

Sapu Bersih Lima Gelar

MEDALI: Gregoria juara tunggal putri
INDONESIA tak menyisakan gelar. Para pebulu tangkis tuan rumah menyapu juara dalam Indonesia Challenge 2015.

Lima posisi terhormat tersebut disumbangkan Sony Dwi Kuncoro di nomor tunggar putra, Gregoria Mariska (tunggal putri), Rian Agung Saputro/Berry Anggriawan (ganda putra),Gebby Ristiyani Imawan/Tiara Rosalia Nuraidah (ganda putri), dan Fran Kurniawan/Komala Dewi di ganda campuran.

Sebenarnya, di ganda putri,sebelum laga final yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, tersebut, merah putih sudah memastikan satu tempat terhormat. Ini dikarenakan dua pasangan Pelatnas Cipayung, Gebby Ristiyani Imawan/Tiara Rosalia Nuraidah dan Suci Rizky Andini/Maretha Dea Gioavani, berjumpa di babak final.

Capaian ini mengulangi hasil 2012. Saat itu, ajang berhadiah total USD 20 ribu tersebut juga dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya.

Tentunya, hasil tersebut jauh lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Dalam ajang yang dilaksanakan di Jakarta tersebut, Indonesia harus puas dengan dua gelar.

Dua posisi yang lepas adalah nomor tunggal, putra dan putri. Juara tunggal putra jatuh ke tangan Lee Hyun-il asal Korea Selatan. Sedangkan Mayu Matsutomo menjadi pemenang di tunggal putri. Sayang, keduanya di Kota Pahlawan, julukan Surabaya, absen. (*)

Distribusi gelar Indonesia Challenge 2015
Tunggal putra: Sony Dwi Kuncoro (Indonesia x8) v Jin Jeon-hyeok (Korsel x2) 22-20, 21-15

Tunggal putri: Gregoria Mariska (Indonesia) v Tee Jing-yi (Malaysia x3) 21-15, 15-21, 21-17

Ganda putra: Rian Agung Saputro/Berry Anggriawan (Indonesia x4) v Chan Jung-bon/Kim Dae-eun (Korsel) 12-21, 21-19, 21-15

Ganda putri: Gebby Ristiyani/Tiara Rosalia Nuraidah (Indonesia x6) v Suci Rizky Andini/Maretha Dea Giovani (Indonesia x4) 21-17, 21-14

Ganda campuran: Fran Kurniawan/Komala Dewi (Indonesia x2) v Chung Eui-seok/Kong Hee-yoong (Korsel) 21-12, 16-21, 21-13

x=unggulan

Tinggal di Negara Partner Agar Kompak

KOMPAK: Ruud Bosch (kiri) dan Huang Po Jui.
Tampil di nomor ganda biasanya lebih suka dengan rekan satu negara. Tapi, Ruud Bosch lain. Dia lebih sering berpasangan dengan pebulu
tangkis beda negara.
--
RUUD BOSCH tengah duduk-duduk barat GOR Sudirman, Surabaya. Dia mengusap keringat yang masih mengucur dari  tubuhnya usai berlaga di babak semifinal ganda putra turnamen Indonesia Challenge 2015 pada Sabtu petang WIB (5/9/2015).

Tak lama kemudian, dia melepas kaosnya dan berganti dengan kaos kering berwarna kuning. Ruud pun turun untuk segera  kembali ke penginapan.

Meski baru saja kalah, tapi lelaki jangkung tersebut tak menolak saat diajak wawancara. Dia pun menghentikan langkahnya.

''Oke, mari kita bicara. Apa yang bisa saya bantu,'' terang lelaki 31 tahun tersebut.

Dia mengkui pasangan Indonesia Rian Agung Saputro/Berry Anggriawan dengan dua game langsung 21-15, 21-13. Ruud tak menyesal meski gagal melangkah ke laga pemungkas.

''Pasangan Indonesia bermain lebih bagus. Kami juga baru berpasangan,'' terangn Ruud.

Ya, dia mengungkapkan baru enam kali berpasangan dengan Huang Po Jui. Menariknya, pasangan tersebut bukan berasal dari satu negara.

Ruud berasal dari Belanda. Sedangkan Po Jui dari Taiwan.

Meski berbeda negara, dia mengku enjoy. Tak pernah ada kendala di lapangan, termasuk bahasa.

''Dia juga mahir berbahasa Inggris. Komunikasi tetap lancar,'' ujar Ruud.

Bahkan, untuk jadwal berlatih, lanjutnya,tak mengakani kendala. Ini disebabkan lelaki asal Negeri Tulip, julukan Belanda, tersebut memilih tinggal di Taiwan.

''Seminggu kami berlatih tiga kali. Dua jam kami melakukannya,'' tambah Ruud.

Ini, terangnya, ikut membantunya semakin kompak dengan Po Jui. Salah satunya di Indonesia Challenge 2015.

Menembus babak semifinal sudah melebihi espektasi. Ruud/Po Jui di unggulkan di posisi delapan. Sehingga diperkirakan keduanya hanya sampai babak perempat final.

Dengan baru enam kali tampil, Ruud menyadari ranking yang dimiliki belum terlalu bagus. Dari rilis terbaru BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 3 September, keduanya ada di posisi 139.

''Kami akan tampil banyak di berbagai turnamen. Kami pun telah mengagendakan berlatih di Tiongkok,'' pungkasnya. (*)

Penyengat Marin Lolos Final

MENUNGGU: Tee Jing Yi di GOR Sudirman
TEE Jing Yi sempat menarik perhatian dalam Kejuaraan Dunia 2015. Perempuan asal Malaysia pebulu tangkis pertama yang membuat Carolina Marin kehilangan game dalam upaya mempertahankan gelar tunggal putri.

Di laga perdana, Marin, yang berasal dari Spanyol, kalah 19-21 di game pertama. Tapi, dia mampu bangkit dan menang di dua game berikut dengan 21-14, 21-13.

Dalam ajang yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Agustus 2015 itu, Marin akhirnya menjadi juara. Tapi, perlawanan Jing Yi membuat dia harus konsentrasi penuh.

Jing Yi sendiri sebenarnya bukan pebulu tangkis jajaran atas tunggal putri. Rankingnya pun belum pernah menembus 10 besar dunia.

Dalam berbagai turnamen, Jing Yi lebih banyak tumbang di babak pertama. Memang, dia selalu berlaga di ajang turnamen grand prix dan super series.

Nah, sekarang perempuan 24 tahun itu pun menjajal turnamen yang levelnya lebih rendah, Indonesia Challenge 2015. Hasilnya, dia pun mampu menembus babak final turnamen berhadiah total USD 20 ribu tersebut.

Di babak semifinal yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, Sabtu WIB (5/9/2015), pebulu tangkis yang diunggulkan di posisi ketiga itu menang dua game 21-18, 21-8 atas Kim Na-young asal Korea Selatan . Di final yang dilaksanakan Minggu (6/9/2015), Jing Yi, yang diunggulkan di posisi ketiga, akan ditantang wakil tuan rumah Gregoria Mariska, yang semifinal mengalahkan Hera Desi15-21, 21-17, 21-17.

''Meski challenge, tapi pebulu tangkis tunggal putri yang turun di sini kemampuannya bagus-bagus. Jing Yi pun selalu dapat perlawanan dalam setiap pertandingan,'' kata Roni Agustinus, pelatih tunggal putri Malaysia.

Mantan tunggal putra Piala Thomas Indonesia itu membantah jika level anak asuhnya itu memang di challenge atau kasta kelima turnamen yang masuk kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Dia menerjunkan Jing Yi di Surabaya karena untuk menambah pengalaman bertanding. (*)

Kesempatan Meraih Gelar Perdana

Sony selangkah lagi
SELAMA 2015, Sony Dwi Kuncoro belum pernah mengantongi gelar internasional. Dari enam turnamen yang masuk kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), kegagalan selalu mengiringi,

Capaian terbaiknya adalah menembus babak perempat final Vietnam Challenge 2015. Selebihnya di Malaysia Grand Prix Gold 2015, Swiss Grand Prix 2015, Tiongkok Grand Prix Gold 2015, Indonesia Super Series Premier 2015, dan Taiwan Grand Prix Gold selalu tumbang di babk awal.Imbasnya, rankingnya pun masih terpuruk di luar 100 besar.

Kini, harapan mengakhiri dahaga gelar ada di depan mata. Sony mampu menembus final Indonesia Challenge 2015.

Tiket tersebut diperolehnya setelah mengalahkan unggulan ketujuh asal Malaysia Soo Teck Zhi dengan dua game langsung 21-18, 21-18 dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Sabtu WIB (5/9/2015). Dalam turnamen berhadiah total USD 20 ribu tersebut, Sony, yang terakhir berada di ranking 120, diunggulkan di posisi kedelapan.

Meski menang dua game langsung, tapi bukan hal yang mudah bagi mantan tunggal putra terbaik Indonesia itu menundukkan Teck Zhi. Di game pertama, saat kedudukan 17-10, Sony nyaris lengah.

Pebulu tangkis negeri jiran tersebut memperoleh tujuh poin beruntun. Namun, ketenangan dan dukungan publik olahraga tepok bulu Kota Pahlawan, julukan Surabaya, membuat Sony sukses menghentikan perlawanan Teck Zhi.

''Saya buat begitu agar penonton deg-degan,'' canda Sony usai pertandingan.

Pada babak final yang dilaksanakan Mingggu (6/9/2015), peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut akan menantang unggulan kedua asal Korea Selatan Jin Jeon-hyeok. Atlet Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut di semifinal menghentikan laju wakil merah putih, Reksy Aureza Megananda, dengan straight game 21-13, 22-20. Sony belum pernah berjumpa dengan lawannya yang berperingkat 60 dunia tersebut.

Sang ayah, Sumaji, yang selalu mendampingi Sony di pinggir lapangan mengakui peluang anaknya menjadi juara tetap terbuka. Hanya, dia tak ingin mantan pebulu tangkis nomor empat dunia tersebut lengah.

''Fokusnya poin satu demi satu saja dulu,'' ucapnya usai pertandingan. (*)

Agenda final Indonesia Challenge 2015

1. Tunggal putra: Sony Dwi Kuncoro (Indonesia x8) v Jin Jeon-hyeok (Korsel x8)

2. Ganda campuran: Chung Eui-seok/Hee Yong-kong (Korsel) v Fran Kurniawan/Komala Dewi (Indonesia x2)

3. Tunggal putri: Tee Jing Yi (Malaysia x3) v Gregoria Mariska (Indonesia)

4. Ganda putri: Gebby Ristiyani/Tiara Rosalia Nuraidah (Indonesia x6) v Suci Rizky Andini/Maretha Dea Giovani (Indonesia x4)

5. Ganda putra: Chan Jun-bong/Kim Dae-eun (Korsel) v Rian Agung Saputro/Berry Anggriawan (Indonesia x4)

x=unggulan

Sudah Bisa Masuk 100 Besar

TEMBUS: Fitriani peringkatnya melonjak
LOMPATAN berarti dilakukan Fitriani. Untuk kali pertama, tunggal putri yang dibina di Pelatnas Cipayung tersebut masuk posisi 100 besar dunia.

Dari ranking yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada 3 September 2015, Fitriani ada di posisi 82. Pekan lalu, Fitriani masih ada di 112.

Naiknya 30 setrip itu tak lepas dari hasil yang diraihnya dalam Vietnam Grand Prix. Dalam ajang yang dilaksanakan di Ho Chi Minh City itu, dia mampu menembus final.

Sayang, langkahnya dihentikan wakil Jepang Saena Kawakami dalam pertarungan tiga game 24-26,21-18, 10-21. Sebelumnya, di babak kedua, Fitriani menumbangkan unggulan pertama berhadiah total USD 50 ribu itu, Busanan Ongbumrungpan dari Thailand, dengan 19-21, 21-19, 21-16.

Dari Negeri Paman Ho, julukan Vietnam, Fitriani membawa pulang 4.680 poin. Donasi ini bahkan mengalahkan saat dia tampil di Indonesia International 2015.

Dalam ajang yang dilaksanakan di Semarang, Jawa Tengah, itu, dia memperoleh poin 2.500. Padahal, ketika itu, Fitriani mampu keluar sebagai juara.

Sayang, kesempatan menambah poin yang banyak lagi gagal terlaksana. Dalam ajang Indonesia Challenge 2015 yang tengah berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, Fitriani langsung tersingkir di babak I.

Dia menyerah tiga game 11-21, 24-22, 19-21 kepada pebulu tangkis Korea Selatan Kim Na-young. Ini termasuk mengejutkan karena wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut memulainya dari babak kualifikasi. (*)

Ranking Fitriani terus naik
7 Mei 2015: 163

25 Juni 2015: 149

23 Juli 2015: 121

27 Agustus 2015: 112

3 September 2015: 82

Sumber; BWF

Ke India untuk Tangani Sekolah

Dewi Tira dengan salah satu anaknya
Indonesia sempat menaruh harapan kepada Dewi Tira untuk menjadi penerus Susi Susanti di tunggal putri. Sayang, asa tersebut urung terlaksana meski posisi nomor satu  merah putih pernah diduduki.
--
SEORANG perempuan dengan menggandeng dua anak tengah berada di GOR Sudirman, Surabaya, pada Rabu (2/9/2015) dan Kamis (3/9/2015). Dengan jilbab yang dikenakan tak banyak yang mempedulikan.

Tapi, kalau pernah mengenal, banyak yang menyapa. Dia adalah Dewi Tira.

Bagi insan bulu tangkis, nama tersebut tentu sudah sangat familiar. Apalagi, yang intens dengan olahraga bulu tepok di awal 2000-an.

Tira, sapaan karib Dewi Tira, merupakan mantan tunggal putra terbaik Indonesia. Dia sempat digadang-gadang bakal menjadi penerus Susi Susanti dan Mia Audina. Keduanya merupakan srikandi terbaik yang pernah dimiliki merah putih di olahraga tepok bulu.

Namun, seiring perjalanan waktu, pamornya terus memudar. Hingga akhirnya Tira pun harus angkat koper dari Pelatnas Cipayung.

''Sangat disayangkan. Ada yang salah dengan Dewi Tira saat di pelatnas,'' ujar Koko Pambudi, lelaki yang membesarkan Tira saat bergabung dengan PB Semen Gresik.

Secara skill, ungkapnya, mantan anak asuhnya tersebut cukup jempolan. Namun, ada hal lain yang tak bisa dikendalikan dari perempuan asal Surabaya, Jawa Timur, tersebut.

Namanya tambah tak terdengar saat mulai sibuk dengan keluarga. Apalagi, setelah itu, Tira mempunyai dua anak.

Tapi, pada 2015, Tira sempat kembali muncul. Dia pun disebut-sebut bakal menjadi pelatih di Puslatda Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Timur 2016.

Tapi, lagi-lagi, Dewi kembali tak ada kabarnya. ''Saya ke India. Menjadi pelatih di sana,''ungkap Tira.

Hanya, dia bukan sebagai pelatih nasional seperti yang pernah dilakoni rekannya di Suryanaga, Hadi Sugianto. Tira menjadi pelatih di sebuah sekolah.

''Pasnya di Kota Lucknow. Kota ini mungkin sudah asing dengan event bulu tangkis karena menjadi tuan rumah India Grand Prix Gold,'' tambah Tira.

Selama menjani karirnya di sana, dia melihat ada beberapa anak asuhnya yang mempunyai potensi. Dia optimistis jika ditangani dengan baik, mereka bisa menjadi pebulu tangkis masa depan India. (*)

Duh, Firman Kalah Lagi

Firman Abdul Kholik
SOO Teck Zhi masih jadi mimpi buruk bagi Firman Abdul Kholik. Dia mampu mempernalukan tunggal putra muda Indonesia tersebut di Indonesia Challenge 2015.

Teck Zhi mengalahkan Firman dengan rubber game 16-21, 21-19, 21-14 dalam pertandingan perempat final Indonesia Challenge 2015 yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Jumat waktu setempat (4/9/2015). Di Indonesia Challenge 2015, Firman, yang kini digembleng di Pelatnas Cipayung, diunggulkan di posisi teratas.

Sebelumnya, wakil geri jiran tersebut menundukkan Firman di Malaysia Challenge 2014 juga dengan tiga game 21-6, 11-21, 21-9. Secara ranking, Teck Zhi kalah dibandingkan Firman. Dia di posisi 79 sedang Firman di ranking 55.

Sehari sebelumnya, Firman juga nyaris tumbang. Sempat kalah di game pertama 13-21, dia bangkit di dua game berikutnya 21-12, 21-13 untuk menyingkirkan Khosit Phetpradab.

Di semifinal yang dilaksanakan pada Sabtu WIB (5/9/2015), dia akan menjajal Sony Dwi Kuncoro. Mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut menembus empat besar usai mengalahkan wakil Malaysia lainnya, Tan Chun Seang, yang diunggulkan di posisi ketiga, dengan 16-21, 21-19, 21-13.

Sony belum pernah berjumpa dengan lawannya itu. Tapi, dengan penampilan yang terus membaik, kans bagi mantan penghuni Pelatnas Cipayung itu lolos ke final terbuka lebar.

Semifinal lain mempertemukan wakil tuan rumah Reksy Aureza Megananda dengan unggulan kedua Jin Jeon-hyeok. Reksy menembus empat besar usai menghentikan pebulu tangkis Indonesia yang melangkah dari babak kualifikasi Krisha Adi dengan 16-21, 21-17, 21-16.

Sementara, Jeon-hyeok di perempat final menumpaskan perlawanan Liew Daren (Malaysia) dengan dua game langsung 21-11, 21-16. Reksy belum pernah bersua dengan wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut.

Rankingnya jauh di bawah Jeon-hyeok. Dia di posisi 206 dan lawannya di posisi 60. (*)

Ganda Campuran Gagal All Indonesian Semifinals

INDONESIA belum bisas memastikan gelar nomor ganda campuran Indonesia Challenge 2015 lebih awal. Chung Eui-seok/Hee Yong-kong dari Korea Selatan menggagalkan all semifinals.

Pasangan yang melaju dari babak kualifikasi tersebut menang dua game 21-13, 22-20 atas wakil merah putih Angger Sudrajat/Jenna Gozali dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Jumat WIB (4/9/2015). Sebenarnya, jika Angger/Jenna menang, mereka bakal berjumpa dengan rekannya sendiri, Tedi Supriadi/Ririn Amelia.
Ganda yang juga tampil dari kualifikasi tersebut melanjutkan kejutannya dengan mengalahkan pasangan kenyang pengalaman Didit Juang/Keshya Nurvita Hanadia dengan straight game 21-17, 21-15.

Sementra, satu tempat di final sudah pasti menjadi tempat pasangan Indonesia.Unggulan kedua Fran Kurniawan/Komala Dewi akan ditantang Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika.

Fran/Komala, yang berasal dari Djarum Kudus, di perempat final memupus asal wakil Thailand Tinn Isriyanate/Savtitree Amitrapai dengan dua game langsung 21-12, 21-12. Alfian/Annisa menembus empat besar berkat kemenangan 21-15, 21-12 atas sesama wakil merah putih Panji Akbar/Apriani.

Fran/Komala belum pernah berjumpa dengan Alfian/Annisa. Tapi, dari ranking, Fran/Komala lebih unggul.

Mereka ada di posisi 40. Sedangkan Alfian/Annisa ada di posisi 48.

Tahun lalu, juara di nomor ganda campuran disabet Ronald Alexander/Melati Daeva Oktaviani. Tahun ini, keduanya absen meski sebenarnya menduduki unggulan teratas. (*)