WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Luber Peserta, Tambah Gedung

JATIM  punya magnet kuat bagi pebulu tangkis. Setiap ajang olahraga berlabel nasional dan internasional yang dilaksanakan di provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut selalu luber peserta.

Ini kembali terbukti dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) Jatim 2015. Dalam ajang yang dilaksanakan 9-14 November tersebut diikuti oleh 1.290 peserta.

"Jumlah ini paling banyak dibandingkan dengan sirnas seri lain. Tapi banyaknya peserta ini membuat kami harus menambah gedung," kata Ketua Panitia Sirnas Seri Jatim 2015 Bayu Wira.

Sebelumnya, gedung yang dipakai adalah Sudirman dan Suryanaga.Tapi dengan membeludaknya peserta, panitia memakai GOR STIESIA.

"Kalau memaksakan dua gedung, pertandingan bisa sampai subuh. Dengan tiga gedung, last call 21.30 WIB," tambah Lailatul Qomalia.

Selain itu, dari dalam negeri, Sirnas Seri Jatim juga diikuti oleh pebulu tangkis dari lima negara manca. Mereka berasal dari Malaysia,Jerman, Belanda, dan Slovakia. Yang menyusul Syria.

Sayang, Pelatnas PBSI tak bisa mengirimkan wakil. Alasannya, pada waktu bersamaan mereka berlaga di turnamen yang lain.

"Ada yang bermain di Kejuaraan Dunia Junior di Peru dan yang lainnya ke Malaysia Challenge," lanjut Bayu. (*)

Chong Wei Panaskan 10 Besar

SATU babak penting sudah dilalui Lee Chong Wei. Mulai pekan lalu, dia sudah menembus posisi 10 besar dunia.

Bahkan, dalam rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 5 November 2015, Chong Wei nak satu setrip di posisi sembilan. Capaian ini tak lepas dari kerja kerasnya sejak kembali ke pentas bulu tangkis pada 1 Mei lalu usai menjalani sanksi dari BWF.

Dia absen hingga delapan bulan karena terbukti mengkonsumsi doping pada Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark. Imbasnya, ranking yang dimiliki di posisi teratas lambat laun turun hingga pernah terlempar di titik terendah 180 pada 26 Juni 2015.

Kembalinya ke posisi 10 besar tersebut digapai usai Chong Wei menjadi juara Prancis Super Series 2015 pada akhir Oktober lalu. Kemenangan tersebut membuat lelaki memperoleh gelar Datuk dari pemerintahan Malaysia tersebut berhak memperoleh 9.200 poin.

Itu cukup mengangkat hingga sembilan tangga ke posisi 10 besar. Hanya, untuk kembali ke puncak bakal butuh perjuanan ekstrakeras.

Chong Wei masih sering labil. Buktinya, dia pernah memetik hasil yang memalukan di Korea Super Series 2015.

Dua kali finalis olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012, tersebut tumbang di babak kualifikasi. Tentu tugas bagi pelatihnya sekarang, Hendrawan, untuk mengembalikan keangkeran Chong Wei

Itu sudah mulai terlihat Gelar Prancis Super Series dan menembus 10 besar sebagai bukti. (*)

Saling Kejar Yang Ketiga

USIA Lee Hyun-il terus bertambah. Pada 2015 ini, pebulu tangkis spesialis tunggal putra tersebut sudah menginjak 35 tahun.

Namun, itu tak banyak menggerus kemampuannya. Buktinya, Hyun-il masih mampu menembus final Korea Masters 2015.

Dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan Sabtu waktu setempat (7/11/2015) di Jaeju, lelaki yang diunggulkan di posisi kedua tersebut menghentikan ambisi juniornya, Jeon Hyeok-jin, dengan dua game langsung 21-12,24-22. Ini merupakan kemenangan keempat dalam empat kali pertemuan Hyun-il dengan finalis Indonesia Challenge 2015 tersebut.

Pada babak final yang dilaksanakan Minggu (8/11/2015), dia akan ditantang juniornya yang lain, Lee Dong-keun. Kompatriot (rekan senegaranya) tersebut di semifinal menumbangkan unggulan teratas Son Wan-ho dengan straight game 21-13, 21-16.

Pertandingan Hyun-il versus Dong-keun tersebut merupakan kali kedua.Dalam pertemuan pertama di Korea Grand Prix 2014, dia kalah 18-21, 22-24.

Itu terjadi di babak final. Sehingga, laga babak pemungkas Korea Mastes 2014 merupakan ulangan tahun lalu.

Selama Korea Masters digelar sejak 2007, Hyun-il dan Dong-keun sama-sama sudah mengoleksi dua gelar. Hyun-il naik podium terhormat pada 2011 dan 2013. Sedangkan Dong-keun melakukannya pada 2012 dan 2014. (*)

Agenda final Korea Masters 2015
Ganda putra: Kim Gi-jung/Kim Sa-rang (Korsel x3) v Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korselx2)

Ganda putri: Jung Kyung-eun/Shin Seung-chan (Korsel x6) v Chang Ye-na/Lee So-hee (Korsel x5)

Tunggal putra: Lee Hyun-il (Korsel x3) v Lee Dong-keun (Korsel x1)

Tunggal putri: Sayaka Sato (Jepang x4) v Sun-yu (Tiongkok x2)

Ganda campuran: Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korsel x1) v Shin Baek-choel/Chae Yoo-jung (Korsel x5)

x=unggulan

Kekeringan Gelar Semakin Panjang

INDONESIA pulang tanpa gelar dari Korea Masters 2015. Tiga wakil merah putih yang masih tersisa, satu di tunggal putra dan dua di ganda putri, menyerah kepada lawan-lawannya

Ironisnya, pil pahit tersebut sudah ditelan di babak perempat final. Di tunggal putra, Jonatan Christie, yang diunggulkan di posisi kedelapan, menyerah 10-21, 21-18, 8-21 atas Lee Dong-keun dari Korea Selatan dalam pertandingan yang dilaksanakan di Jeonju pada Jumat waktu setempat (6/11/2015).

Bagi Jonatan, kekalaan ini membuatnya gagal mengulangi pertemuan pertama. Di Korea Super Series 2015 yang dilaksanakan September lalu, dia menang 23-21,16-21, 21-13.

Sementara di ganda putri, Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari kalah dua game langsung 19-21, 17-21 kepada wakil tuan rumah yang ditempatkan di unggulan keenam Jung Kyun-eun/Shin Seung-chan. Ini diikuti oleh Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi yang terhenti langkahnya oleh Fuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang) dengan 22-20, 19-21, 9-21.

Korea Masters yang masuk kategori grand prix gold tahun ini merupakan ajang yang menjadi momok bagi wakil Indonesia. Sejak digelar 2007, belum ada satu pun wakil merah putih yang naik ke podium terhormat.

Tuan rumah masih menjadi kolektor terbanyak dengan 36 kali menempatkan wakilnya menjadi juara. Tiongkok hanya berhasil membawa pulang dua gelar dan Jepang hanya sekali. (*)

Berakhir Penantian selama 16 Bulan

PENANTIAN Lee Chong Wei menjadi juara di ajang super series/super series premier berakhir. Wakil Malaysia tersebut mampu menjadi pemenang di nomor tunggal putra dalam Prancis Super Series 2015.

Lelaki yang diberi gelar Datuk oleh Pemerintah Malaysia tersebut menang 21-13, 21-18 atas Chou Tien Chen dalam laga final  yang dilaksanakan di Paris pada Minggu waktu setempat (25/10/2015).  Kali terakhir Chong Wei menjadi juara di Jepang Super Series 2014 yang dilaksanakan pada Juni. Saat itu, dia mampu mengalahkan Hu Yun (Hongkong).

Memang, pada 2015 ini, bapak dari bocah bernama Kingstone tersebut sudah dua kali menjadi juara di Amerika Serilat dan Kanada. Hanya, kedua turnamen tersebut levelnya 'hanya' grand prix gold dan grand prix.

Capaian di Paris diharapkan akan terus mengangkat kepercayaan diri Chong Wei. Ini dikarenakan dalam tiga turnamen terakhir, hasilnya sangat mengecewakan yakni di Jepang Super Series, Korea Super Series, dan Denmark Super Series Premier.

Bahkan, di Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, dia menyerah di babak kualifikasi. Dia tak bisa langsung ke babak utama karena rankingnya yang belum memadai untuk langsung lolos ke babak elite.

Hanya, kemenangannya dalam turnamen berhadiah total USD 275 ribu tersebut tak diikuti oleh tunggal putra terbaik diunia saat ini, Chen Long. Dia memuntuskan absen usai menjajdi pemenang di Denmark Super Series Premier 2015. (*)

Siapa Bisa Hadang Yong-dae/Yeon-seong

PASANGAN Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong kembali juara. Kali ini. Prancis Super Series 2015 yang dimenangani.

Dalam final yang dilaksanakan di Paris pada Minggu waktu setempat, pasangan Korea Selatan tersebut menang dua game langsung 21-14, 21-19 atas wakil Denmark Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding.Pertarungan kedua pasangan tersebut memakan waktu 1 jam kurang empat menit atau tepatnya 56 menit.

Kemengan di Kota Mode, julukan Paris, tersebut menambah koleksi gelar Yong-dae/Yeon-seong. Selama 2015, mereka sudah naik ke podium terhormat sebanyak enam kali. Menarik empat di antaranya dilaksanakan secara beruntun.

Sebelumnya, pada tiga turnamen sebelumnya yang dijuarai adalah Denmark Super Series Premier, Korea Super Series, dan Jepang Super Series. Sedangkan dua kalungan medali berharga dilakukan dalam Kejuaraan Asia 2015 dan Australia Super Series 2015.

Menariknya, semua lawan yang dikalahkan di babak final tersebut hanya pasangan Tiongkok Liu Cheng/Lu Kai yang pernah bertemu lebih dari sekali. Sementara lawan yang lain hanya sekali berjumpa.
Salah satu pasangan yang dikalahkan Yong-dae/Yeon-seong adalah wakil merah putih Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di Kejuaraan Asia 2015.

Gelar Prancis Super Series ini semakin memantapkan posisinya di puncak ranking dunia. Susah digeser oleh para rival yang masih sering labil. (*)

Koleksi gelar Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong
Kejuaraan Asia 2015: v Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia) 18-21, 24-22, 21-19

Australia Super Series 2015: v Liu Cheng/Lu Kai (Tiongkok) 21-16, 21-17

Jepang Super Series 2015: v Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok) 21-19, 29-27

Korea Super Series 2015: v Kim Gi-jung/Kim Sa-rang (Korsel) 21-16, 21-12

Denmark Super Series Premier 2015: Liu Cheng/Lu Kai (Tiongkok) 21-8, 21-14

Lho, kok Tanpa Gelar Terus

INDONESIA gagal membawa pulang gelar dari Prancis Super Series 2015. Satu-satunya harapan wakil merah putih naik ke podium terhormat, Praveen Jordan/Debby Susanto, kalah di babak final nomor ganda campuran.

Dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Paris pada Minggu waktu setempat (25/10/2015), keduanya menyerah kepada wakil Korea Selatan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na dengan rubber game 10-21, 21-15, 19-21.Pertandingan kedua pasangan tersebut memakan waktu 1  jam 8 menit. Ini menjadi partai terlama dalam final turnamen yahg menyediakan hadiah total USD 275 ribu tersebut.

Sebenarnya,modal berharga dipunyai Praveen/Debby. Dalam pertemuan terakhir di Thailand Grand Prix Gold 2015, Praveen/Debby menang dengan dua game langsung 21-16, 21-16. Meski, sebelumnya, dalam dua pertemuan, mereka kalah.

Kekalahan ini membuat Indonesia tak bisa mengulangi capaian dalam dua tahun terakhir. Pada 2014, merah putih menempatkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Markis Kido/Markus Fernaldi di ganda putra pada 2013.

Tahun ini, Tontowi/Liliyana sudah tersingkir di babak I. Unggulan kedua ini dipermalukan pasangan yang belum punya nama asal Jepang Keigo Sonoda/Naoko Fukuman. Sementara, Kido/Markus sudah bercerai sejak Markus dipanggil lagi ke Pelatnas Cipayung.

Harapan juga sempat diletakan pasangan juara dunia ganda campuran asal Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Hanya, langkahnya sudah terhenti di babak semifinal oleh Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding. (*)

Distribusi gelar Prancis Super Series 2015
Tunggal putra: Lee Chong Wei (Malaysia) v Chou Tien Chen (Taiwan x6) 21-13, 21-18

Tunggal putri: Carolina Marin (Spanyol x2) v Wang Shixian (Tiongkok x4) 21-18, 21-10

Ganda putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark) 21-14, 21-19

Ganda putri: Huang Yaqiong/Tan Jinhua (Tiongkok) v Liu Ying/Luo Yi (Tiongkok x2) 21-13, 21-16

Ganda campuran: Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korsel x7) v Praveen Jordan/Debby Susanto (Indonesia) 21-10, 15-21, 21-19

x=unggulan

Saatnya Chong Wei Rasakan Gelar Bergengsi

DUA gelar sudah dikoleksi Lee Chong Wei usai comeback ke lapangan. Hanya, raihan tersebut bukan di ajang turnamen super series ataupun super series.

Lelaki asal Malaysia itu 'hanya' menjuarai nomor tunggal putra di Kanada Grand Prix dan Amerika Grand Prix Gold. Lawan-lawan yang dihadapi pun bukan para pebulu tangkis papan atas dunia.

Sementara, di turnamen bergengsi, Chong Wei masih puasa gelar. Bahkan, hasil yang diraih bisa dikatakan tak memuaskan.

Hanya, dalam Kejuaraan Dunia 2015 yang dilaksanakan di Jakarta pada Agustus lalu, dia mencapai puncak. Saat itu, langkahnya dihentikan oleh hen Long, unggulan teratas asal Tiongkok.

Di ajang lain, dia tumbang di babak awal. Bahkan yang paling tragis terjadi di Korea Super Series 2015.

Chong Wei sudah tersingkir di babak kualifikasi. Mantan tunggal putra nomor satu dunia itu dipermalukan wakil tuan rumah Heo Kwang-hee dengan 19-21, 19-21.

Sedang di Jepang Super Series 2015 , dia dikalahkan lawan beratnya, Lin Dan, di perempat final dengan 17-21, 10-21. Kemudian, pekan lalu, Chong Wei menyerah di babak kedua kepada Wei Nan dari Hongkong 18-21, 19-21.

Kali terakhir, tunggal putra andalan negeri jiran tersebut menjadi juara turnamen super series atau super series premier pada Jepang Open pada JUni 2014. Setelah itu, beberapa bulan kemudian, petaka menimpanya.

Chong Wei terbukti memakai doping. Ini membuatnya mendapat sanksi larangan tampil selama delapan bulan. Imbasnya, rankingnya pun turun drastis hingga terlempat ke luar 100 besar.

Dalam babak final Prancis Super Series 2015, Chong Wei menjajal ketangguhan unggulan keenam asal Taiwan Chou Tien Chen, yang di semifinal menundukkan unggulan kedua Jan O Jorgensen dengan 21-11, 21-19. Ini menjadi pertemuan perdana Chong Wei dengan Tien Chen. (*)

Bukan Hendra/Ahsan yang Lolos

INDONESIA hanya bisa menempatkan wakil dalam final Prancis Super Series 2015. Tapi capaian tersebut bukan dibukukan oleh Hendra SetiawanMohammad Ahsan di ganda puyra maupun Greysia PoliiNitya Krishinda  di ganda putri. 


Dua pasangan yang sebenarnya lebih diharapkan tersebut gagal menembus babak pemungkas. Keduanya menuerah kepada lawan-lawannya dalam babak semifinal yang dilaksanakan di Paris pada Sabtu waktu setempat (24/10/2015).

Hendra/Ahsan, yang diunggulkan di posisi kedua, secara mengejutkan ditundukkan wakil Denmark Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding dengan rubber game 18-21, 21-19, 15-21. Di atas kertas, sebenarnya pasangan merah putih tersebut lebih diunggulkan.

Secara ranking, Hendra/Ahsan ada di posisi kedua. Sedangkan lawannya tujuh setrip di bawahnya. Selain itu, dalam dua pertemuan sebelumnya di Indonesia Super Series Premier 2014 dan Hongkong Super Series 2014.

Kekalahan ini memperpanjang puasa gelar pasangan yang pernah duduk di posisi teratas dunia tersebut. Usai Kejuaraan Dunia 2015 di Jakarta pada Agustus lalu, Hendra/Ahsan belum pernah lagi naik di podium terhormat.

Sementra, di ganda putri, Greysia/Nitya menyerah dua game langsung 19-21, 14-21 kepada Luo Ying/Luo Yu, unggulan kedua dari Tiongkok.  Kekalahan ini termasuk juga diluar prediksi.

Alasannya, dalam lima kali pertemuan, pasangan Indonesia tersebut hanya sekali kalah.Bahkan, dalam tiga kali pertemuan terakhir, Greysia/Nitya selalu memetik kemenangan.

Nah, wakil yang lolos ke final adalah Praveen Jordan/Debby Susanto. Di babak semifinal, keduanya menenggelamkan unggulan kedelapan asal Tiongkok Lu Kai/Huang Yaqiong dengan dua game langsung 21-18, 21-19. Untuk bisa menjadi juara, wakil merah putih tersebut harus bisa menghentikan perlawanan Kim Sung-hyunKim Ha-na. Pasangan Korea Selatan itu menembus final usai melibas Chris AdcockGabrielle Adcock dengan 21-14, 21-11.

Praveen/Debby dan Sung-hyun/Ha-na sudah empat kali bertemu dengan skor 2-2 Hanya, dalam pertemuan terakhir di Thailand Grand Prix Gold 2015, pasangan Indonesia tersebut memetik hasil manis dengan 21-16, 21-16.(*)

Sang Ratu dari Spanyol Bakal Lebih Lama Bertahan

POSISI nomor satu dunia berpindah tangan. Dalam daftar yang dirlis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (22/10/2015), Carolina Marin menjadi ratu baru.

Pebulu tangkis asal Spanyol tersebut menggeser Saina Nehwal dari India. Kudeta ini tak lepas dari hasil yang terjadi di Denmark Super Series 2015.

Dalam ajang yang dilaksanakan di Odense tersebut, Saina gagal menjadi juara. Meski, sebenarnya, dia diunggulkan di posisi kedua.

Secara mengkutkan, perempuan 25 tahun tersebut dihentkan oleh Minatsu Mitani dari Jepang di babak kedua dengan 18-21, 13-21.

Sebenarnya, Marin juga gagal menjadi pemenang di Denmark Super Series Premier. Hanya, langkahnya lebih jauh.

Juara dunia 2014 dan 2015 tersebut menyerah kepada pebulu tangkis India lainnya, PV Sindhu, dengan 15-21, 21-18, 17-21.

Marin pernah menduduki nomor satu dunia. Hanya, itu tak bertahan lama, hanya sepekan.

Namun, kali ini, singgasana tersebut bakal lebih lama. Ini mengacu dari Prancis Super Series 2015

Saina sudah terhenti di babak perempat final oleh Ratchanok Intanon dengan 9-21, 15-21 pada laga yang dilaksanakan di Paris pada Jumat watu setempat (23/10/2015). Sementara, Marin masih bertahan hingga semifinal usai membekal wakil Indonesia Maria Febe Kusumastuti dengan 21-16, 21-10. (*)

Praveen/Debby Memberi Harapan

PRANCIS Super Series 2014 terasa menyakitkan bagi Praveen Jordan/Debby Susanto. Langkah keduanya lansung terhenti di babak I dalam event yang dilaksanakan di Paris tersebut.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan 21 Oktober tersebut, Praveen/Debby dikalahkan pasangan suami istri asal Inggris 19-21, 17-21. Seiring perjalanan waktu, pasangan yang digembleng di Pelatnas PBSI tersebut pun semakin matang.

KIni, di Prancis Super Series 2015, mimpi buruh tahun lalu itu pun dibuang jauh. Bahkan, jalan menjadi juara pun terbuka.

Praveen/Debby sudah menembus babak semifinal. Lawan yang dikalahkannya di perempat final pada Jumat waktu setempat (23/10/2015) itu pun tak sembarangan, pasangan senior Tiongkok Xu Chen/Ma Jin.

Wakil merah putih tersebut unggul dengan rubber game yang ketat 21-9, 19-21, 23-21. Ini menjadi kemenangan kedua Praveen/Debby atas Chen/Jin. Sebelumnya, mereka unggul All England Super Series Premier 2015. Tapi, setelah itu, pasangan yang berasal dari klub yang sama, Djarum Kudus, tersebut menyerah di Singapura Super Series 13-21, 16-21.

Di babak semifinal. Praveen/Debby berjumpa dengan pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya Lu Kai/Huang Yaqiong. Bagi pasangan merah putih, Kai/Yaqiong bukan lawan yang asing.

Kedua pasangan saling mengalahkan. Hanya, Praveen/Debby punya bekal berharga.

Dalam pertemuan terakhir, mereka menang di India Super Series 2015 dengan 23-21, 21-12. Ini membalas kekalahan di Malaysia Grand Prix 2014. Saat itu, Praveen/Debby tunduk 14-21, 13-21.

Sebenarnya, di ganda campuran, Indonesia sangat berharap kepada Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir. Diunggulkan di posisi kedua, mereka malah tersungkur di babak I oleh pasangan Jepang Keigo Sonoda dengan tiga game 21-16, 17-21, 13-21. (*)

Lentingan Jauh Sony dari Taiwan



TAK sia-sia Sony Dwi Kuncoro menjuarai Taiwan Grand Prix. Pulang dari ajang yang menyediakan hadiah total USD 50 ribu tersebut, rankingnya melonjak 26 setrip.

Pekan lalu, Sony masih berada di posisi 83 dunia. Kini, dalam daftar yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (22/10/2015), mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut ada di posisi 57 dunia.

Ya, dari Taiwan Grand Prix, Sonya memperoleh poin 5.500 poin. Ini dikarenakan Sony sukses menjadi juara.

Diharapkan, dengan penampilan yang terus membaik, dalam waktu dekat, bapak dua putri tersebut bisa menembus 50 besar dunia. Apalagi, pada awal September lalu, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut juga bisa menjadi pemenang di Indonesia Challenge 2015 yang digelar di Surabaya, Jawa Timur.

Karena cedera yang membekap, Sony sempat terpuruk. Dia pernah berada di posisi 154 dunia.

Dengan usia yang tak muda lagi, 31, capaian yang diraih Sony perlu mendapat apresiasi. Dia tetap ingin tampil di lapangan guna menginspirasi dan menggugah semangat pebulu tangkis muda usia.

Masa jaya Sony diukir saat mampu menembus semifinal Olimpiade Athena 2004 dan pulang membawa medali perunggu. Selain itu, di era itu, dia pun sukses meraih juara Asia hingga tiga kali.

Usai dari Taiwan, Sony mempunyai agenda untuk berlaga di Korea Grand Prix Gold 2015. Seperti biasa, dia tak mau banyak sesumbar. (*)

Tommy Kembali Huni 10 Besar Dunia



POSISI 10 besar kembali ditembus Tommy Sugiarto. Bahkan, dalam ranking yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), dia sudah bertengger di posisi delapan.

Itu tak lepas dari capaian yang dilakukan di Denmark Super Series Premier 2015. Dalam ajang yang dilaksanakan di Odense tersebut, Tommy mampu menembus babak final.

Sayang, dalam pertandingan pemungkas yang dilaksanakan 18 Oktober 2015, dia menyerah kepada unggulan teratas Chen Long asal Tiongkok dengan dua game langsung 12-21, 12-21.  Namun, dari sisi poin, Tommy mendapat suntikan yang lumayan banyak, 9.350.

Donasi tersebut sudah membuat dia melonjak empat setrip. Pekan lalu, Tommy masih berada di posisi ke-12.

Memang, dibandingkan ranking terbaiknya, Tommy perlu latihan ekstrakeras. Dia pernah menempati posisi ketiga dunia.

Sayang, cedera membuat penampilannya labil. Akibatnya, rankingnya terus menurun.

Namun, perlahan tapi pasti, Tommy pun mampu bangkit. Apalagi, setelah dia memutuskan bergabung dengan Sport Affairs, Malaysia.

Tommy mendapat pelatih berkualitas, Rashid Sidek. Di tangan mantan pelatih nasional Malaysia tersebut, dia mampu menjadi juara di Vietnam Grand Prix.

Sayang, pekan ini, di Prancis Super Series 2015, Tommy tumbang di babak I. Secara mengejutkan, dia menyerah kepada pebulu tangkis yang merangkak dari babak kualifikasi Lee Dong-keun asal Korea Selatan. (*)

Menang Mudah karena Ganti Pasangan

LUI Kai menjadi mimpi buruk bagi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Berpasangan dengan Liu Cheng, ganda Tiongkok  tersebut mempermalukan juara dunia 2015 tersebut dengan dua game langsung 25-23, 23-21 di babak II Denmark Super Series Premier.

Sepekan kemudian, Hendra/Ahsan kembali bersua dengan Lu Kai di Prancis Super Series 2015. Hanya, dia tak lagi bersama dengan Liu Cheng.

Lu Kai dipasangkan dengan pebulu tangkis senior Cai Yun. Awalnya, bisa jadi, Hendra/Ahsan bakal memetik aib lagi. Alasannya, pengalaman dan skill Cai Yun masih di atas Liu Cheng.

Namun, di atas lapangan lain. Hendra/Ahsan menang mudah 21-13, 21-10 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Paris pada Rabu waktu setempat (21/10/2015).Ini merupakan kemenangan keempat dalam empat kali perjumpaan. Sebelumnya, wakil merah putih tersebut unggul di Kejuaraan Asia 2015, Malaysia Open 2015, dan Denmark Super Series 2015.

Pada babak II, Hendra/Ahsan akan ditantang Kenta Kazuno/Kazushi Yamada. Pasangan Jepang ini di babak perdana menghentikan perlawanan Lin Chia Yu/Wu Hsiao-Lin dengan 21-19, 20-22, 23-21.

Sudah tiga kali Hendra/Ahsan berjumpa dengan pasangan Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, itu Hasilnya, pasangan andalan Pelatnas PBSI tersebut selalu menang yakni di Jepang Open 2015, Kejuaraan Asia 2015, dan Hongkong Open 2015. (*)

Gagal Manaatkan Mundurnya Chen Long

SEMULA, banyak yang pesimistis Tommy Sugiarto bakal langsung tersingkir di Prancis Super Series 2015. Alasannya, di babak pertama turnamen berhadiah total USD 275 ribu tersebut, dia berjumpa dengan unggulan teratas Chen Long dari Tiongkok.

Fakta membuktikan bahwa Tommy selalu kesulitan melawan pebulu tangkis nomor satu dunia tersebut. Dia hanya menang sekali dalam sembilan kali pertemuan.

Termasuk dalam pertemuan terakhir di final Denmark Super Series Premier 2015. Saat itu, Tommy menyerah dengan straight game 12-21, 12-21.

Tapi, menjelang pertandingan, Chen Long mengundurkan diri dengan alasan sesuatu Tentu, ini membawa berkah bagi tunggal putra dengan ranking dunia terbaik dari Indonesia tersebut.

Tommy urung bertemu dengan Chen Long. Dia 'hanya' berjumpa dengan Lee Dong-keun dari Korea Selatan.  Sayang, kesempatan itu dibuang sia-sia oleh juara Vietnam Grand Prix 2015 tersebut.

Secara mengejutkan, Tommy kalah oleh lawan yang merangkak dari babak kualifikasi tersebut. Dia kalah 16-21, 21-14, 19-21.

Hasil tersebut di luar dugaan. Selain rankingnya lebih unggul, Tommy di posisi 12 dan Dong-keun 31, pertemuan keduanya memihak wakil merah putih. Tommy selalu menang di Singapura Open 2013 dan Korea Open 2011.

Hasil sama juga dialami wakil Indonesia lainnya, Dionysius Hayom Rumbaka. Di babak I, dia menyerah kepada unggulan keenam Chou Tien Chen (Taiwan) dengan 25-25, 14-21. Ini menjadi kekalahan ketiga mantan penghuni Pelatnas PBSI itu dari lawan yang sama. (*)

Duh, Tontowi/Liliyana Kalah di Babak I

HARAPAN tinggi diberikan ke pundak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Prancis Super Series 2015 Keduanya diharapkan mampu mengakhiri krisis gelar di ajang level tertinggi BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).

Apalagi, pekan lalu, ganda campuran nomor satu Indonesia tersebut nyaris menjadi pemenang di Denmark Super Series Premie. Sayang, secara mengejutkan Tontowi/Liliyana menyerah Ko Sung-hyun/Kim Ha-na.

Nah, kegagalan tersebut diharapkan dibalas tuntas di Paris, host Prancis Super Series 2015. Asa itu semakin dipertebal dengan absennya lawan beratnya asal Tiongkok Zhang Nan/Zhou Yunlei

Alih-alih lolos ke final, ternyata Tontowi/Liliyana harus memendam dalam-dalam asa tersebut.Keduanya langsung menyerah di babak pertama dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 275 ribu tersebut. Tontowi/Liliyana dipermalukan pasangan Jepang Keigo Sonoda/Naoko Fukuman dengan rubber game 21-16, 17-21, 13-21.

Padahal, secara ranking, pasangan Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, tersebut jauh di bawahnya. Tontowi/Liliyana ada di posisi kedua atau 66 setrip di atas lawannya.

Selain itu, dalam dua kali pertemuan sebelumnya, pasangan yang digembleng di Pelatnas PBSI tersebut selalu memetik kemenangan. Itu dicapai di Australia Super Series 2015 dengan 18-21, 21-17, 21-11. Kemudian di Malaysia Super Series 2015 dengan straight game 21-18, 21-11.

Kegagalan ini diikuti  pasangan ganda campuran lainnya Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja. Keduanya menyerah kepada unggulan ketiga Xu Chen/Ma Jin dengan 10-21, 15-21.

Sepanjang 2015, Tontowi/Liliyana hanya mampu menjadi pemenang di Kejuaraan Asia 2015. Sementara di ajang lain, keduanya gagal memenuhi ekspektasi

Termasuk di Kejuaraan Dunia 2015. Langkahnya terhenti di semifinal oleh Nan/Yunlei. Meski event bergengsi tersebut dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta. (*)

Langsung Ketemu Chen Long

Tommy (kanan) usai dikalahkan Chen Long di Denmark
TOMMY Sugiarto baru saja berjumpa dengan Chen Long. Keduanya adu kekuatan di final Denmark Super Series Premier 2015 yang dilaksanakan di Odense pada Minggu waktu setempat (18/10/2015).

Hasilnya, tunggal putra terbaik Indonesia tersebut menyerah dua game langsung 12-21, 12-21. Setelah itu, Tommy dan Chen Long sama-sama tampil di Prancis Super Series 2015.

Hanya, keduanya tak bisa berjumpa di babak pemungkas lagi. Ini disebabkan Tommy dan Chen Long langsung bentrok di babak I dalam ajang berhadiah total USD 275 ribu tersebut.

Tentu, posisi Tommy tak diunggulkan. Saat ini, Chen Long tengah on fire.

Apalagi, hasil dari Denmark membuktikan bahwa dia tak mengalami kesulitan berarti untuk menundukkan putra legenda bulu tangkis Icuk Sugiarto tersebut. Tommy juga hanya sekali menang dalam sembilan kali pertemuan.

Hasil tersebut dipetiknya dalam Indonesia Super Series Premier 2013 Ketika itu, dia menang 21-11, 21-18. (*)

Bisa Juara dengan Pasangan Baru

KOMBINASI: Pia Zebadiah
PIA Zebadiah selalu identik dengan Markis Kido. Wajar sebagai dia merupakan adik dari peraih emas nomor ganda putra Olimpiade Beijing 2008 Markis Kido.

Bahkan, sang kakak pula yang dijadikannya sebagai pasangan di nomor ganda campuran usai dia terdepak dari Pelatnas PBSI. Setelah sebelumnya, namanya di ganda campuran melekat bersama Fran Kurniawan.

Tapi, mulai Oktober ini, Pia punya pasangan baru. Jika di ganda putri ada Variella ''Lala'' Putri, di ganda campuran bukan lagi dengan pebulu tangkis Indonesia.

Ya, sejak Belanda Grand Prix, Pia bertandem dengan lelaki asal Skotlandia Robert Blair Sayang, debutnya tak terlalu bagus.

Blair/Pia terhenti di babak perempat final. Mereka dipaksa mengakui ketangguhan wakil Prancis Ronan Labar/Emilie Lefel dengan 12-21, 21-23.

Tapi, kegagalan di Negeri Tulip, julukan Belanda, menjadi pelajaran bagi keduanya. Buktinya, di Swiss Challenge 2015, keduanya mampu menjadi juara.

Dalam final yang dilaksanakan di Yverdon-les-Bains, Blair/Pia mampu menjadi juara. Mereka mengalahkan Bodin Issara/Savitree Amitrapai (Thailand) dengan pertarungan sengit selama tiga game dengan b18-21, 25-23, 21-18

Sayang, ranking Blair/Pia belum cukup untuk bisa menembus babak kualifikasi Prancis Super Series 2015 yang berlangsung 20-25 Oktober ini. Pia hanya berlaga di ganda putri dengan Lala dan merangkak dari kualifikasi. (*)



Distribusi Gelar Swiss Challenge 2015

Tunggal putra: Iskandar Zulkarnain (Malaysia x6) v Ville Lang (Finlandia x3) 21-19, 16-21, 21-11

Tunggal putri:Nitchaol Jindapol (Thailand x3) v Olga Konon (Jerman) 16-21,21-16, 21-14

Ganda putra:Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia x2) v Peter Briggs/Tom Wolfenden (Inggris x3) 21-16, 17-21, 21-16

Ganda putri:Samantha Barning/Iris Tabeling (Belanda x1) v Pia Zebadiah/Varielle Putri (Indonesia) 21-11, 21-10

Ganda campuran: Robert Blair/Pia Zebadiah (Skotlandia/Indonesia) v Bodin Issara/Savitree Amitrapai (Thailand) 18-21, 25-23, 21-18

x=unggulan

Quattrick Tontowi/Liliyana Kalah di Final

TUMBANG: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir belum bisa juara
PELUANG juara yang sudah ada di depan mata dibuang Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Keduanya menyerah dalam pertarungan tiga game 20-22, 18-21, 9-21 kepada wakil Korea Selatan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Odense pada Minggu waktu setempat (18/10/2015).

Kekalahan ini membuat Tontowi/Liliyana selalu gagal dalam empat kali (quattrick) penampilan di babak pemungkas di Negeri Skandinavia tersebut. Tahun lalu, keduanya dikalahkan Xu Chen/Ma Jin dari Tiongkok dengan 20-22, 15-21.

Sedangkan pada 2013, pasangan yang digembleng di Pelatnas PBSI tersebut menyerah 11-21, 20-22 kepada pasangan Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, lainnya Zhang Nan/Zhou Yunlei. Nah, pada 2012, Xu Chen/Ma Jin kembali menjadi penjegal. Tontowi/Liliyana tumbang dengan tiga game 21-23, 26-24, 11-21.

Sebenarnya, peluang terbesar menjadi pemenang memang kali in. Alasannya, dua lawan beratnya itu, Xu Chen/Ma Jin dan Zhang Nan/Zhou Yunlei, sudah tersingkir di babak awal.

Sang juara bertahan dihentikan Song-hyun/Ha-na di perempat final dengan 13-21, 21-13, 21-15. Sementara, Nan/Yunlei , yang diunggulkan di posisi teraras, secara mengejutkan dipermalukan ganda Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Shin Baek-cheol/Chae Yoo-jung dengan 20-22, 18-21.

Di atas kertas, Tontowi/Liliyana diunggulkan bisa naik ke podium terhormat. Keduanya unggul head to head dengan Song-hyun/Ha-na. Pasangan merah putih tiga kali unggul dalam lima kali pertemuan.  Hanya, dalam perjumpaan terakhir, di Jepang Super Series 2015, Tontowi/Liliyana kalah 16-21, 21-23.

Kegagalan ini membuat nomor ganda campuran belum pernah lagi juara di Denmark Open, nama resmi Denmark Super Series Premier, sejak 2001-2002. Saat itu, Tri Kusharjanto/Emma Ermawati menundukkan Nathan Robertson/Gail Emms dari Inggris dengan 7-5, 7-1, 7-4.

Kegagalan serupa juga dialami Tommy Sugiarto. Dia menyerah 12-21, 12-21 kepada unggulan teratas tunggal putra yang sekaligus juara bertahan Chen Long (Tiongkok).

Distribusi gelar Denmark Super Series 2015
Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x1) v Tommy Sugiarto (Indonesia) 21-12, 21-12

Tunggal putri: Li Xuerui (Tiongkok x4) v PV Sindhu (India) 21-19, 21-12

Ganda putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Liu Cheng/Lu Kai (Tiongkok) 21-8, 21-14

Ganda putri: Jung Kyung-eun/Shin Seung-chan (Korsel) v Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x5) WO

Ganda campuran: Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korsel x7) v Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x2) 20-22, 18-21, 9-21

x=unggulan

Ya Istri, Ya Pelatih, Juga Motivator

TERHORMAT: Sony Dwi Kuncoro di atas podium
SONY Dwi Kuncoro naik ke podium juara nomor tunggal putra dalam Taiwan Grand Prix 2015. Dalam final di Taipei pada Minggu waktu setempat (18/10/2015), dia mengalahkan asa tuan rumah yang juga unggulan kelima Tzu Wei Wang dengan dua game langsung 21-13, 21-15.

Ini menjadi gelar kedua bagi Sony pada 2015. Pada awal September lalu, bapak dua anak tersebut menjadi juara di Indonesia Challenge yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya.

Memang, level grand prix lebih tinggi satu setrip dibandingkan challenge. Sehingga perjuangan Sony pun lebih berat dibandingkan di Kota Pahlawan, julukan Surabaya.

Apalagi,  di Taiwan Grand Prix, Sony bukan kandidat utama juara. Dalam turnamen berhadiah total USD 50 ribu tersebut, dia hanya ditempatkan di posisi ke-16.

Lalu apa resep Sony bisa juara? Padahal, dia sudah tak punya pelatih tetap usai didepak dari Pelatnas Cipayung pada 2014?

''Istri saya. Dia yang mendampangi saya ke Taipei,'' kata Sony kepada smashyes.

Gading Savitri, nama sang istri, sangat membantu. Dia mampu menjadi ofisial dan motivator di lapangan.

''Dia punya ilmu bulu tangkis. Kecilnya kan pemain,'' ungkap lelaki 31 tahun tersebut.

Selain itu, saat berada di pelatnas, Gading hampir setiap hari mendampingi Sony. Sehingga, dengan melihat, dia pun memperoleh ilmu bulu tangkis.

''Jadi, istri tahu strategi apa yang dipakai untuk mengalahkan lawan Kehadirannya sangat membantu saya,'' ujar mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut.

Pada 2007, Sony pernah menjuarai turnamen yang sama.Di babak final, dia mengalahkan rekannya saat itu di pelatnas, Taufik Hidayat (*)