WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Gregoria Gagal Jadi Juara Asia

SEJARAH gagal diukir Gregoria Mariska. Dia belum bisa menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang menjadi juara nomor tunggal putri dalam Kejuaraan Junior Asia.

Padahal, kesempatan tersebut sudah terbentang di depan mata. Dalam final yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Minggu waktu setempat (17/7/2016),  dia harus mengakui ketangguhan Chen Yufei 23-25 dan 14-21.

Laga final kali ini diakui Gregoria tak bisa maksimal ia mainkan. Pasalnya ia mengalami cedera saat pertandingan di semifinal kemarin (16/7), melawan Gao Fang jie, Tiongkok.

Capaian Gregoria menjadi yang terbaik setelah 2009. Saat itu Indonesia membawa dua medali perunggu dari Ana Rovita dan Febby Angguni. Setelahnya, tunggal putri absen membawa pulang medali dari turnamen ini.

“Seneng sih bisa sampai final. Seneng karena badan saya masih kuat dari beregu dan sampai ke final. Apalagi dari awal lawan saya juga nggak mudah. Saya benar-benar bersyukur,” kata Gregoria seperti dikutip media PBSI.

Bisa tembus ke babak final, Gregoria melalui jalan yang tidak mudah. Setelah bye di babak pertama, Gregoria langsung ditantang Cai Yanyan, Tiongkok. Kemudian di babak tiga, Gregoria menumbangkan Ha Na Baek, Korea, 21-11 dan 21-13.

Di perempat final, Gregoria ditantang Natsuki Nidaira, Jepang. Gregoria berhasil menang lagi, 19-21, 24-22 dan 21-19.

Babak semifinal, Gregoria harus menghadapi Gao Fangjie, Tiongkok. Mereka pernah sekali berhadapan di Kejuaraan Dunia Junior 2015. Saat itu, Gregoria kalah dua game langsung, 24-22, 26-24.

''Semoga ini bisa menjadi penyemangat buat Gregoria untuk terus berprestasi dan penyemangat untuk atlet-atlet muda lainnya di masa mendatang,” kata Gita Wirjawan, Ketua Umum PBSI, mengapresiasi pencapaian Gregoria. (*)

Mencoba Hadang Sapu Bersih Tiongkok

Chen Yufei wakil di tunggal putri (foto:badzine)
TIONGKOK punya kans borong gelar dalam Kejuaraan Junior Asia 2016.Mereka mampu meloloskan wakilnya di lima nomor perorangan.

Bahkan, Negeri Panda, julukan Tiongkok, sudah memastikan membawa pulang dua gelar. Ini setelah terjadi final sesama wakil mereka di nomor ganda putri dan ganda putra. Di ganda putri, Du Yue/Xu Ya akan berjumpa dengan Ni Bowen/Zhou Chaomin. Sedangkan di ganda putra, unggulan teratas He Jiting/Tan Qiang ditantang unggulan ketiga Han Chengkai/Zhou Haodong.

Di tiga nomor lain, pebulu tangkis Tiongkok akan berhadapan dengan wakil negara lain. Termasuk di tunggal putri.

Di nomor ini,
Chen Yufei, yang ditempatkan sebagai unggulan ketiga, akan berjumpa dengan wakil Indonesia Gregoria Mariska.

Sedang di tunggal putra, Sun Feixiang yang merupakan unggulan kedelapan akan berhadapan dengan unggulan ketujuh asal Taiwan Chiao Hao Lee dan pasangan ganda campuran He Jiting/Du Yue akan mencoba menghentikan asa ganda Korea Selatan Kim Won-ho/Lee Yu-rim.

Di nomor beregu, Tiongkok sudah memastikan gelar. Di final 12 Juli lalu, mereka menundukkan Korea Selatan dengan skor 3-1.

Tahun lalu, Negeri Tembok Raksasa, julukan lain Tiongkok, mampu melakukan sapu bersih. Enam gelar yakni gelar beregu dan semua nomor perorangan mampu disikat habis. (*)

Gregoria Bisa Lebihi Susi-Mia

Gregoria Mariska usai lolos ke final
INDONESIA pernah mendominasi tunggal putri dunia. Susi Susanti dan Mia Audina mampu menjadi juara dunia.

Sayang, itu diukir di level senior. Di ajang junior, keduanya belum pernah naik ke podium terhormat.

Jangankan dilevel dunia, di tingkat Asia pun belum pernah. Nah, di sisi ini, Gregoria Mariska layak dapat apresiasi.

Dia mampu menembus babak final dalam Kejuaraan Junior Asia 2016. Tiket tersebut diperolehnya usai mengalahkan Gao Fanjie dari Tiongkok dengan rubber game 21-13,13-21,21-10 dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Sabtu waktu setempat (16/7/2016).

Game pertama dimulai, Gregoria berhasil tampil baik dalam mengatasi lawan. Dia unggul 6-3, 11-7 dan terus menjauh hingga menang meyakinkan dengan 21-13.

Sayang, di game kedua, posisinya berbalik. Gao selalu berhasil membuat jarak poin dari Gregoria. Posisi di game kedua pun menjadi sama kuat.

Di game ketiga yang menjadi game penentu, Gregoria sukses unjuk kebolehannya. Dia tampil kian meyakinkan dengan unggul 4-1, 8-2, dan 15-3.

Jatuh bangun di lapangan, Gregoria terus berhasil memimpin perolehan angka. Namun di poin 15-8 Gregoria terjatuh saat berusaha menjangkau pengembalian bola dari Tiongkok.

“Gregoria mainnya bagus. Permainannya keluar semua. Cuma di awal, dia mainnya sempat sedikit berhati-hati. Gregoria sudah pernah ketemu, jadi sudah mempelajari lawan juga. Yang penting jaga bola-bola atasnya, terus tidak mati sendiri. Kuncinya harus sabar,” kata Sarwendah, pelatih tunggal putri yang mendampingi, seperti dikutip media PBSI.

Stratgei yang diintruksikan, tambah dia, berjalan baik. Apalagi, ujar mantan tunggal putri terbaik Indonesia itu, Gregoria fokus dan tak membikin kesalahan.,” tambah Sarwendah lagi.

Di babak final, Gregoria kembali ditantang wakil Tiongkok. Kali ini Chen Yufei yang akan menjadi lawan Gregoria. Chen mendapat tiket gratis ke final, setelah Kim Ga Eun mengundurkan diri karena cedera. (*)

Beda Pasangan, Kans Menang

LAJU: Rinov/Apriani (foto:PBSI)
TRADISI juara ganda campuran di Kejuaraan Junior Asia bisa terulang. Indonesia menempatkan pasangan Rinov Rivaldy/Apriani Rahayu ke babak semifinal Kejuaraan 2016.

Artinya, dua langkah lagi bakal menjadi juara. Tiket semifinal diraih usai menghentikan wakil Tiongkok  Zhu Junhao/Zhou Chaomin dengan 17-21, 21-11, 21-16 di Bangkok, Thailand, pada Jumat waktu setempat (15/7/2016).

Di game pertama, sebenarnya Rinov/Apriani bisa terus memimpin perolehan angka atas lawan. Namun setelah unggul 15-12, poin pasangan Indonesia ini malah tertahan.

Zhu/Zhou rupanya mengubah permainan mereka, sementara Rinov/Apriani tak dapat mengantisipasi hal tersebut. Akhirnya mereka pun harus merelakan game pertama untuk Tiongkok.

Rinov/Apriani membalas kekalahannya di game pertama dengan baik. Duet Djarum Kudus dan Jaya Raya Jakarta ini sukses merebut game kedua dan tiga, untuk memastikan satu posisi di semifinal.

“Game pertama udah yakin, cuma pas poin sebelas keatas mereka merubah permainan, kami agak kebingungan sedikit dan panik juga. Tapi game kedua dan tiga udah tau mereka mainnya gimana. Jadi bisa mengatasinya. Hari ini main saya masih jelek sih, masih belum puas mainnya,” kata Rinov.

Di babak semifinal, Rinov/Apriani akan berhadapan dengan Kim Won Ho/Lee Yu Rim, Korea. Rinov/Apriani mengaku optimis bisa mengatasi Kim/Lee. Apalagi komunikasi mereka sebagai pasangan ganda campuran baru, semakin membaik.

Apriani sendiri pernah sekali berhadapan dengan duet Korea ini, di beregu campuran Kejuaraan Junior Asia 2016. Sayang, Apriani yang saat itu berpasangan dengan Amri Syahnawi tak bisa memetik kemenangan.

“Tipe pemain Korea hampir sama dengan Tiongkok. Mereka banting-banting ke belakang, jadi saya harus siap,” ujar Rinov. (*)

Mengejar Tiga Rekor

Pengurus PBSI memberikan pengarahan di GOR Djarum Kudus
TIM Bulu Tangkis Indonesia mengejar sejarah. Bahkan, jumlahnya tak tanggung-tanggung, tiga.

Apa saja? Pertama, Hendra Setiawan berpeluang untuk menjadi pebulu tangkis ganda putra Indonesia yang bisa meraih dua medali emas olimpiade. Pada Olimpiade Beijing 2008, dia mempersembahkan satu-satunya medali emas untuk Indonesia bersama Markis Kido.

Hendra tak berpartisipasi di Olimpiade London 2012. Tapi,kini bersama Mohammad Ahsan, dia menjadi salah satu pasangan ganda putra yang paling ditakuti di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Menduduki peringkat dua dunia, Hendra dan Ahsan punya kans untuk memboyong emas.

Selain itu, mski punya catatan cemerlang di pentas bulu tangkis internasional, namun sektor ganda campuran yang dipimpin Richard Mainaky, belum pernah mengamankan medali emas olimpiade. Tri Kusharjanto/Minarti Timur mendapat medali perak setelah terhenti di final Olimpiade Sydney 2000.

Delapan tahun kemudian, Nova Widianto/Liliyana Natsir juga belum berhasil menggondol emas setelah ditaklukkan di final Olimpiade Beijing 2008 oleh wakil Korea, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung.

Rekor ketiga diharapkan dapat terpecahkan oleh pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Selama bulu tangkis dimainkan di olimpiade pada  Olimpiade 1992 di Barcelona, sektor ganda putri belum berhasil meraih medali sama sekali.

“Ganda putri memang belum pernah meraih medali olimpiade, ini jadi motivasi tersendiri buat kami. Tekad kami ingin meraih medali pertama ganda putri di olimpiade, ,” jelas Eng Hian, Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI.

 Medali emas Asian Games Incheon 2014 menunjukkan kekuatan Greysia/Nitya seimbang dengan lawan-lawan mereka yang lebih dijagokan. (*)

Gregoria Masuk Semifinal

Gregoria Mariska (foto;PBSI)
GREGORIA Mariska menjaga asa juara Indonesia. Wakil di nomor tunggal putri tersebut mampu melaju ke babak semifinal Kejuaraan Asia Junior 2016.

Pebulu tangkis yang tengah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut menundukkan Natsuki Nidaira (Jepang)  19-21, 24-22,  21-19 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Jumat waktu setempat (15/7/2016).

“Di game pertama, saya merasa lebih bagus mainnya dari kemarin. Saya bisa langsung in ke permainan,'' ungkap Gregoria seperti dikutip dari media PBSI.

Biasanya, tambah dia, dia selalu ketinggalan dulu jauh, baru ngejar. Tapi, saat bersua dengan Natsuki, Gregoria h ketinggalan tapi  satu-dua poin.

''Saya bisa bangkit langsung. Terus game kedua hampir kalah juga. Tapi saya mikirnya nggak mau menang kalah dulu, yang penting dia matiin saya susah, biar dia habis dulu,'' ungkapnya.

Kalah di game pertama, Gregoria dan Nidaira main lebih sengit di game kedua. Gregoria menyentuh game point lebih dulu dengan 20-18.

Namun Nidaira tak membiarkan Gregoria menang mudah. Natsuki malah menyusul, samakan kedudukan jadi 20-20.

Tiga kali setting point, Gregoria akhirnya bisa merebut kemenangan di game kedua. Terakhir di game penentu, Gregoria juga bisa pastikan kemenangan 21-19.

Lolos ke semifinal, target Gregoria untuk mendapat mendali sebenarnya sudah terpenuhi. Namun atlet besutan Mutiara Bandung, Jawa Barat, ini tak ingin cepat puas. Gregoria malah semakin semangat untuk menghadapi laga berikutnya (16/7).

Di semifinal, Gregoria akan berhadapan dengan Gao Fangjie, Tiongkok. Mereka pernah sekali berhadapan dalam Kejuaraan Dunia 2015. Saat itu Gregoria kalah dua game langsung, 24-22, 26-24.

“Target saya ingin dapet medali. Tapi nanggung sudah di sini, mau nggak mau saya harus usaha dulu,” ucap Gregoria. (*)

Buat Website untuk Rio 2016

Fans bulu tangkis bisa memantau hasil Rio 2016
BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) memanjakan penggemar bulu tangkis. Mereka melaunching situs yang terkait dengan olahraga tepok bulu tersebut saat Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, Agustus mendatang.

Situs yang diluncurkan pekan lalu itu akan membuat para penggemar bisa mengetahui berita terakhir, skor langsung, foto, dan segala informasi dari Rio 2016. Para fans bakal memantau perkembangan pebulu tangkis pujaannya yang berjuang memperoleh medali dalam pesta olahraga empat tahunan tersebut

Situs yang diberi nama http://olympics.bwfbadminton.com tersebut akan melaporkan pertandingan bulu tangkis yang dilaksanakan 11-20 Agustus di Ricentro Pavilion 4.

Nah, sebelum memuat hasil dan berita dari Rio 2016, http://olympics.bwfbadminton.com telah berisi kilas balik bulu tangkis di olimpiade. Mulai dari olahraga demonstrasi dalam Olimpiade Munchen, Jerman, 1972 dan Ekshibisi pada Olimpiade Seoul, Korea Selatan, 1988.

Tentunya kali pertama bulu tangkis menjadi olahraga resmi di olimpiade pada Barcelona 1992.
''Kami telah membuat ini agar penggemar bulu tangkis bisa mengikuti hasil Rio 2016 dan kejadian pebulu tangkis favoritnya,'' kata Sekjen BWF Thomas Lund seperti dikutip media BWF.

Pihaknya, tambah dia, juga menyiapkan hasil-hasil turnamen sebelum olimpiade yang membuat para pebulu tangkis lolos ke Rio 2016. (*)

Gregoria Pulangkan Wakil Tiongkok

GREGORIA Mariska lepas dari jeratan berat. Tunggal putri andalan Indonesia itu mampu mengalahkan Cai Yanyan dari Tiongkok dengan rubber game 19-21,21-19, 21-16 dalam pertandingan babak II Kejuaraan Junior Asia 2016 di Bangkok, Thailand, pada Kamis waktu setempat (14/7/2016).

Pertarungan melawan wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok,tersebut merupakan pertama bagi Gregoria di nomor perorangan. Sebelumnya, perempuan yang diunggulkan di posisi keempat tersebut memperoleh bye di babak I.

Di atas kertas, sebenarnya, Gregoria bakal menang mudah.Alasannya, ranking dunia junior yang dimiliki di posisi keempat jauh di atas lawannya. Saat ini, Cai Yan Yan ada di ranking 65 dunia.

Gregoria Mariska melaju ke babak III
Tapi, di atas lapangan  berkata lain. Gregoria memperoleh perlawanan alot.

Di babak III, tantangan berat kembali menghadangnya. Gregoria akan ditantang wakil Korea Selatan Ha Na-baek. Di babak sebelumnya, dia mengalahkan Shikha Gautam dari India dengan 22-20, 13-21, 21-14.

Melihat ranking, Gregoria seharusnya bakal melangkah mudah. Lawannya hanya berperingkat 455 dunia junior.

Sukses Gregoria menembus babak III juga diikuti oleh rekannya, Aurum Oktavia Winata. Dia melaju berkat kemenangan 21-15, 21-10 atas pebulu tangkis Singapura Jia Rong Sito.

Untuk bisa menembus perempat final, Aurum harus bisa menundukkan unggulan kedelapan asal Thailand Pattarasuda Chaiwan (*)

Kudus Dulu,Baru Sao Paulo

PUTRI: Lindaweni saat di karantina (foto;PBSI)
TIM Bulu Tangkis Indonesia Proyeksi Olimpiade Rio de Janeiro 2016 meninggalkan Cipayung. Hanya, kepergian tersebut bukan langsung ke Brasil, negara sebagai host pesta olahraga empat tahunan tersebut.

Ya, sejak 11 Juli lalu, Hendra Setiawan dkk menjalani karantina di Kudus, Jawa Tengah. Ini sebagai karantina dan dilaksanakan selama lima hari.

Program karantina ini bukan yang pertama dan terakhir. Mulai 28 Juli 2016, para duta bangsa tersebut akan menjalani program serupa di Sao Paulo, Brasil.

“Pada program karantina ini, kami akan melakukan simulasi selama di olimpiade nanti. Jadi suasananya dibuat seperti di olimpiade, dimana atlet akan tinggal di athlete village dan mereka harus menyesuaikan diri dengan jadwal selama di sana,” ujar Rexy Mainaky, Manajer Tim bulutangkis di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, seperti dikutip media PBSI.

 Menurutnya, dia berharap para atlet mampu menjaga konsentrasi dan fokus di program karantina. Apalagi olimpiade semakin dekat.

Oleh karenanya, dipilihlah Kudus sebagai tempat karantina yang lokasinya jauh dari Jakarta. Selain itu, fasilitas lapangan bulu tangkis dan wisma Djarum Foundation yang digunakan selama karantina, dinilai sangat memadai.

 Sebanyak sembilan atlet pelatnas yang lolos ke olimpiade, menginap di Wisma Ploso. Mereka adalah Linda Wenifanetri (tunggal putri), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (ganda putra), Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri), Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto (ganda campuran).

Empat pelatih akan mendampingi para atlet di wisma yang disimulasikan seperti athlete village di olimpiade yaitu Bambang Supriyanto (tunggal putri), Herry Iman Pierngadi (ganda putra), Eng Hian (ganda putri) dan Richard Mainaky (ganda campuran).

Sementara tim sparring dan tim support tinggal di Wisma Kaliputu, berbeda dengan tim inti. Suasana ini benar-benar mirip seperti di olimpiade, dimana tim ofisial tidak dapat mendampingi atlet hingga ke dalam athlete village. Sehingga atlet dilatih untuk mengatur jadwal terapi bersama fisioterapis sampai mempersiapkan perlengkapan latihan atau bertanding.

 PBSI akan memberangkatkan sejumlah pemain sparring untuk mendampingi tm olimpiade selama menjalani program karantina di Sao Paulo. Di antaranya Vega Vio Nirwanda (tunggal putra), Ricky Karanda Suwardi, Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira, Hardianto, Moh. Reza Pahlevi Isfahani (ganda putra), serta Ronald Alexander/Melati Daeva Octavianti (*)

Bawa Kelambu Antinyamuk ke Rio

Greysia Polii menjadi latihan di Kudus
TIM Bulu Tangkis Indonesia tak hanya persiapan teknis menghadapi Olimpiade 2016. Tapi, Hendra Setiawan dkk juga harus menghadapi masalah nonteknis sebelum berlaga dalam ajang empat tahunan yang dilajsanakan di Rio de Janeiro, Brasil, tersebut.

Salah satunya antisipasi virus Zika yang kini masih mewabah di Brasil.
Virus Zika adalah penyebab penyakit Zika ataupun demam Zika, yang masih berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab penyakit demam berdarah. Virus Zika disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes yang telah terinfeksi.

Untuk menghindari virus Zika, para atlet akan dibekali dengan losion antinyamuk, semprotan anti nyamuk, kertas tempelan anti nyamuk, sampai kelambu juga diboyong ke Rio untuk dipakai selama atlet tidur di perkampungan atlet.

“Kami memang ingin mengurangi resiko atlet tergigit nyamuk dan menghindari virus Zika, karena ini sangat berbahaya,” ujar Rexy Mainaky, Manajer Tim Bulu Tangkis Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

 “Setidaknya ada empat upaya yang kami lakukan untuk mencegah virus Zika. Kami membawa lotion, spray, mosquito patch sampai kelambu. Pokoknya kami usahakan semaksimal mungkin untuk melindungi atlet,” jelas Kabid Binpres PP PBSI ini.

Isu virus Zika memang sempat menebar kekhawatiran bagi sejumlah negara peserta olimpiade. Bahkan beberapa negara memutuskan untuk tidak mengirimkan atlet tertentu ke Rio. (*)

Hanya Ade yang Tersingkir

BABAK II: Chico Aura Dwi Wardoyo (foto;PBSI)
TIGA tunggal putra Indonesia masih bertahan. Mereka melaju ke babak tiga Kejuaraan Junior Asia 2016.

Ketiganya adalah Ramadhani Muhammad Zulkifli, Chico Aura Dwi Wardoyo, dan Gatjra Piliang. Dilihat dari posisi rangking, pebulu tangkis Indonesia tersebut belum mendapat kesulitan berarti. Posisi mereka masih di atas lawan-lawannya kali ini.

Kemenangan pertama diperoleh Zulkifli yang melibas Dmitriy Panarin dari Kazakhstan dengan dua game yang mudah 21-19, 21-9. Selanjutnya, Chico lolos usai mengandaskan wakil Singapura Jin Lei Chuang juga dengan straight game 21-11, 21-11.

Sedang Gatjra melenggang usai mengatasi wakil Sri Lanka Tharindu Nethmina Ambegoda 21-11, 21-12. Berbeda dengan Zulkifli dan Chico yang sudah turun main di nomor beregu, Gatjra baru sekali ini menjajal lapangan pertandingan. Itu sebabnya, Gatjra mengaku masih banyak melakukan penyesuaian.

“Saya feelingnya masih nggak enak, masih banyak adaptasi lapangan. Karena ini kan baru pertama main. Lawan besok juga lumayan berat. Karena saya juga sudah liat mainnya dia. Alot mainnya dan nggak buru-buru, sabar di lapangan,” kata Gatjra.

Pemain klub Exist Jakarta ini juga kali pertama turun ke Kejuaraan Junior Asia. Banyak hal yang dipelajari Gatjra dari penampilannya hari ini. Apalagi melihat peta persaingan di tunggal putra, Gatrja merasa masih banyak hal dari dalam dirinya yang perlu diperbaiki.

“Dengan tunggal putra di Asia ini saya masih merasa jauh ya posisinya. Mereka powernya lebih ada dan kecepatannya juga lebih bagus dari saya. Saya ingin menunjukkan permainan yang terbaik saya di turnamen ini. Harus bisa jaga kondisi, jadi bisa all out mainnya,” ungkap atlet kelahiran tahun 2000 tersebut.

Di babak tiga, Gatjra akan menghadapi pebulu tangkis Myanmar Sai Wuu Phet Sai Lin Tun Aung. Sementara Chico ditantang wakil Korea Selatan Jung Soo Byun, dan Zulkifli berhadapan dengan Jia Wei Tan (Malaysia).

Satu-satunya wakil yang tersingkir di babak dua ialah Ade Rezki Dwicahyo. Ade kalah dua game langsung dari duta Korea Selatan Kim Moon Jun, 15-21, 7-21.

“Dia mainnya rapet dan sabar. Sementara saya banyak buru-buru di lapangan, jadinya kalah dari lawan,” ujar Ade mengenai lawannya itu. (*)

Belum Bisa Bendung Junior Tiongkok

Tim Junior Tiongkok juara nomor beregu 2016 (foto;BAC)
DOMINASI Tiongkok di level junior Asia belum terhadang. Untuk kali keempat beruntun, negeri terpadat penduduknya di dunia tersebut menjadi juara di nomor beregu.

Dalam final yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Selasa (12/7/2016), Tiongkok mengalahkan rivalnya, Korea Selatan, dengan skor 3-1. Negeri Panda, julukan Tiongkok, langsung unggul 2-0.

Di nomor ganda campuran dan tunggal putra, wakil Tiongkok tak mengalami kesulitan. Di ganda campuran, Yue Du/Jiting He menundukkan Won Ho Kim/Yu Rim Lee dengan dua game langsung 21-17 21-19.

Kemudian, di tunggal putra,Feixiang Sun tak mengalami kesulitan untuk menundukkan Jung Soo Byun dengan mudah 21-8 21-13. Ini membuat Tiongkok tinggal butuh satu kemenangan lagi.

Tapi, pasangan Korea Selatan,  Min Hyuk Kang/Won Ho Kim, memperpanjang nafas negaranya. Mereka menang 24-22, 12-21, 19-21 atas Chengkai Han/Haodong Zhou.

Sayang, di partai keempat, Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, gagal memetik kemenangan lagi. Hyang Im Kim menyerah 13-21, 15-21 kepada Yufei Chen.

Bagi Tiongkok, ini membuat mereka empat tahun beruntun menjadi juara. Menariknya, lawan yang dikalahkan selalu sama, yakni Korea Selatan.    
Indonesia sendiri tahun ini hanya mampu sampai di perempat final. Datang sebagai unggulan kedua, Jauza Fadila Sugiarto dkk dihentikan Korea Selatan di perempat final. (*)   



FINAL
Tiongkok 3-1 Korea Selatan

Ganda campuran: Yue Du/Jiting He v  Won Ho Kim/Yu Rim Lee    21-17 21-19   
Tunggal putra: Feixiang Sun v Jung Soo Byun 21-8 21-13    1-0   
   
Ganda putra: Chengkai Han/Haodong Zhou v     Min Hyuk Kang/Won Ho Kim 22-24 21-12 19-21   
   
Tunggal putri: Yufei Chen v Hyang Im Kim 21-13 21-15   

Tiga Turnamen, Dua Kali Juara

GARANG: Lee Hyun-il menjadi juara di US Open 2016
USIANYA terus bertambah. Kini, Lee Hyun-il sudah menginjak 36 tahun.

Tapi, itu tak mengurangi penampilannya di lapangan. Bahkan, pada 2016 ini, sudah dua gelar dikantongi tunggal putra asal Korea Selatan tersebut.

Gelar keduanya diraih di US Open Grand Prix Gold 2016. Dalam final yang dilaksanakan di California pada Minggu waktu setempat (10/7/2016), dia mengalahkan Kanta Tsuneyama (Jepang) dengan dua game langsung 24-22, 21-6.

Secara ranking, Hyun-il memang masih lebih bagus dibandingkan lawannya. Dia ada di posisi 37 sedangkan Kanta di ranking 61.

Namun, kalau melihat usia, Hyun-il seolah sedang menghadapi anaknya. Pebulu tangkis Negeri Sakura, julukan Jepang, tersebut masih berusia 20 tahun.

Menarik, selama 2016 ini, mantan tunggal putra terbaik Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut hanya tampil di tiga turnamen. Pekan lalu, dia gagal naik ke podium juara di Canada Open Grand Prix 2016.

Sayang, dia dipaksa menyerah 12-21, 10-21 kepada Sai Praneeth dari India. Satu turnamen lagi yang diikuti adalah Thailand Open Grand Prix Gold 2016 pada Februari lalu.

Ketika itu, Hyun-il menjadi juara. Di babak pemungkas, mantan andalan Korea Selatan ini mengalahkan Hu Yun dari Hongkong dengan 21-18, 21-19.

Sebenarnya, jika masih ingin berprestasi lebih bukal hal susah baginya. Kualitasnya tak jauh beda dengan para pebulu tangkis papan atas dunia sekarang. (*)





Distribusi gelar US Open Grand Prix Gold 2016

Ganda campuran: Yugo Kobayashi/Wakana Nagahara (Jepang) v Robert Mateusiak/Nadiezda Zieba (Polandia x2) 21-16, 21-18

Tunggal putri: Ayumi Mine (Jepang) v Saena Kawakami (Jepang) 16-21, 21-11, 21-15

Tunggal putra: Lee Hyun-il (Korsel) v Kanta Tsuneyama (Jepang) 24-22, 21-6

Ganda putri: Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto (Jepang) v Mayu Matsutomo/Wakana Nagahara (Jepang) 20-22, 21-15, 21-19

Ganda putra: Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark x1) v Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang) 21-11, 22-20

x=unggulan

Tony Masih Punya Sisa-Sisa

Tony Gunawan dengan latar bendera AS
USIA Tony Gunawan sudah tak muda lagi. Tahun ini, mantan pebulu tangkis spesialis nomor ganda yang pernah dimiliki Indonesia tersebut berusia 41 tahun.

Tapi, sia-sia skill yang dimiliki tetap masih ada. Buktinya, Tony masih mampu melewati rintangan di babak awal US Open Grand Prix Gold 2016, baik di ganda putra maupun di ganda campuran.

Berpasangan dengan pebulu tangkis Korea Selatan Yoo Yong Sung, kedua menundukkan wakil Amerika Serikat (AS) Michael Julian Buasan/Sameera Gunatileka dengan dua game langsung yang sangat mudah 21-11,  21-8.

Kemudian, di ganda campuran, Tony, yang kini sudah menjadi warga negara Amerika Serikat (AS), bersama Jamie Hsu (AS) harus memeras keringat untuk menyingkirkan wakil Australia Matthew Chau/Gronya Somerville dengan 21-17, 21-19.

Meski sudah menjadi warga Negeri Paman Sam, julukan AS, tapi jasa Tony bagi negeri lamanya sangat besar. Berpasangan dengan Candra Wijaya, keduanya mempersembahkan emas di Olimpiade Sydney 2000.

Setahun kemudian, Tony menjadi juara dunia bersama dengan Halim Haryanto, yang kini juga sudah menjadi warga AS.

Bagi Paman Sam, Tony ikut diharumkan dengan menjadi juara ganda putra dalam Kejuaraan Dunia 2005 di Anaheim, AS. (*)

Kembalikan ke Klub saat Sakit

Bellaetrix Manuputty saat di rumah sakit
BERAKHIR sudah kiprah Ade Yusuf dan Bellaetrix Manuputty di Pelatnas Cipayung. Keduanya harus angkat koper dari tempat yang sudah beberapa tahun ditempati dan menempa diri tersebut.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Nomor: SKEP/032/0.5/V/2016 dan SKEP/034/0.5/VI/2016, Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia memutuskan utuk mengembalikan Ade dan Bella,sapaan karib Bellaetrix, ke klubnya asal. Ade ke Wima Surabaya dan Bella ke Jaya Raya Jakarta.

Ade dipulangkan karena masih dalam proses penyembuhan penyakit yang dideritanya dalam beberapa bulan terakhir. Kondisinya dinyatakan masih belum pulih hingga saat ini, oleh karenanya Ade mesti kembali ke klub lantaran belum bisa menjalani program latihan di Pelatnas Cipayung.

“Pengembalian Ade murni karena ia belum pulih dari sakitnya, untuk itu ia harus dikembalikan ke klubnya. Secara teknik Ade tidak mengalami masalah. Jika Ade sudah sembuh dan kondisinya dianggap layak maka Ade akan dipanggil kembali ke Pelatnas,” ujar Kepala Pelatih Ganda Putra, Herry Iman Pierngadi.

Ade merupakan pasangan main dari Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira, keduanya pernah duduk di peringkat 16 dunia dan meraih gelar Thailand Open Grand Prix Gold 2015. Hingga saat ini, Wahyu sementara dipasangkan dengan Hafiz Faisal.


Sementara itu, Bella yang mengalami cedera lutut kiri sejak tahun lalu, hingga saat ini masih belum pulih. Di awal 2016, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Rexy Mainaky menyatakan jika Bella belum bisa kembali berlatih selama enam bulan kedepan, maka Bella harus kembali ke klubnya.

“Setelah operasi Bella harus menjalani pemulihan, jadi tidak memungkinkan untuk berlatih kembali di Pelatnas pada bulan Juni. Oleh karena itu Bella dikembalikan ke klub. Mudah-mudahan Bella bisa cepat pulih dan berlatih kembali di klub. Jika Bella bisa berprestasi sesuai dengan kriteria PBSI, maka Bella bisa kembali lagi ke Pelatnas,” kata Bambang Supriyanto, Kepala Pelatih Tunggal Putri.


Pasca naik meja operasi pada pertengahan Juni 2016 lalu, Bella mesti menjalani proses pemulihan dalam beberapa bulan kedepan. Bella adalah peraih medali emas tunggal putri di ajang SEA Games Myanmar 2013. Selama berkarir sebagai atlet pelatnas, Bella pernah berada di peringkat 22 dunia.


“Kami memang sudah menentukan bahwa ada atlet-atlet yang dipantau sampai bulan Juni 2016,” ujar Rexy kepada media PBSI.(*)

Lee Hyunn-Il Belum Bisa Ulangi 2014

Lee Hyun Il gagal jadi juara di Canada Open
KANS Lee Hyun-il menambah koleksi gelar di Canada Open Grand Prix Gold gagal. Pebulu tangkis Korea Selatan tersebut dipaksa menyerah dua game langsung 21-12, 21-10 dari Sai Praneeth dari India dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Calgary pada Minggu waktu setempat (3/7/2016).

Kekalahan ini membuat Hyun-il gagal mengulangi kemenangan dari Praneeth di Malaysia Open Grand Prix Gold 2015. Saat itu, pada 16 Januari 2015, dia menang 21-15, 21-17.

Dari sisi ranking, Hyun il memang kalah. Saat ini, mantan tunggal putra terbaik Negeri Ginseng, ada di posisi 44 sementara Praneeth tujuh setrip di atasnya.

Lelaki 36 tahun tersebut pernah menjadi juara di Canada Open. Itu dilakukannya pada dua tahun lalu. Ketika itu, Hyun-il mengalahkan Ng Ka Long dari Hongkong dengan 21-16, 21-14.

Tuan rumah sendiri masih kebagian gelar. Tunggal putri andalannya, Michelle Li, menang tanpa harus keluar keringat atas Zhang Beiwen dari Amerika Serikat.

Hanya, wakil Kanada lainnya, pasangan ganda putra Adrian Liu/Tobby Ng, menyerah 8-21, 14-21 kepada unggulan teratas asal India Manu Attri/Sumeeth Reddy. (*)

Hasil Final Canada Open Grand Prix Gold 2016

Ganda campuran: Tuan Duc Do/Nhu Thao Pham    (Vietnam)v     Nico Ruponen/Amanda Hogstrom (Swedia x4) 21-9 10-21 21-13   
   
Tunggal putri: B. Sai Praneeth [India x4]v Lee Hyun Il [Korsel 3] 21-12 21-10   
        
Ganda putri: Setyana Mapasa/Gronya Somerville (Australia) v Heather Olver/Lauren Smith (Ingris x2) 21-15 21-16   
       
Tunggal putri: Michelle Li [Kanada x1) v Beiwen Zhang [AS x 2] WO       
   
Manu Attri/B. Sumeeth Reddy (India x1) v Adrian Liu/Toby Ng (Kanada) 21-8 21-14

x=unggulan

Tuan Rumah Gagalkan Tiongkok Sapu Bersih

Tai Tzu Ying menjadi pemenang di kandang
TIONGKOK gagal menyapu bersih gelar dari Taiwan Open Grand Prix Gold 2016. Dua gelar harus rela terbang ke pebulu tangkis tuan rumah.

Ironisnya, nomor yang lepas adalah nomor bergengsi, tunggal putra dan tunggal putri. Dia tunggal putra, andalan Taiwan Chou Tien Chen menghentikan kejutan pebulu tangkis nonunggulan Qiao Bin dengan dua game langsung 21-18, 21-17 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Taipe pada Minggu waktu setempat (3/7/2016).

Ini merupakan pertemuan pertama Tian Chen dengan Qiao Bin. Hanya, dari sisi ranking, wakil Taiwan lebih unggul karena ada di ranking tujuh dunia. Sementara, lawannya hanya di posisi 53.

Kemenangan ini juga menjadi gelar perdana bagi Tien Chen pada 2016.Sebelumnya, dia sempat menembus babak final Jerman Open Grand Prix Gold 2016. Sayang, langkahnya dihentikan oleh Lin Dan dari Tiongkok.

Sementara, di tunggal putri, Tai Tzu Ying mempermalukan unggulan teratas Wang Shixian dari Tiongkok dengan straight game 23-21, 21-6. Andalan Taiwan tersebut ditempatkan sebagai unggulan kedua.

Hasil tersebut membuat Tzu Ying menang lima kali dalam 12 kali perjumpaan. Hanya, dalam tiga pertemuan terakhir,dia selalu memperperoleh hasil manis.

Indonesia sendiri gagal total di Taiwan Open Grand Prix Gold 2016. Capaian tertinggi hanya di ganda campuran dengan menempatkan dua wakil, Riky Widianto/Gloria Emanuelle Widjaja dan Hafiz Faisal/Shella Devi Aulia. (*)


Hasil Final Taiwan Open Grand Prix Gold 2016

Ganda putri: Huang Dongping/Zhong Qianxin (Tiongkok) v Luo Ying/Luo Yu (Tiongkok x1) 21-18, 21-16

Ganda campuran: Zheng Siwei/Chen Qingchen (Tiongkok x5) v Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (Malaysia) 21-13, 21-16

Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan x2) v Wang Shixian (Tiongkok x1) 23-21,21-6

Tunggal putra: Chou Tien Chen (Tiongkok x5) v Qiao Bin (Tiongkok) 21-18, 21-17

Ganda putra: Li Junhui/Liu Yu Chen (Tiongkok x1) v Chen Hung Ling/Chi-Lin Wang (Taiwan x4) 21-17, 17-21, 24-22

x=unggulan

Pulang dengan Tangan Kosong


Riky/Gloria terhenti di semifinal (foto:PBSI)

INDONESIA gagal total di Taiwan Open Grand Pix Gold 2016. Dua wakil yang tesisa di nomor ganda campuran, Riky Widianto/Gloria Emanuelle Widjaja dan Hafiz Faisal/Shela Devi Aulia, terhenti di babak semifinal.

Riky/Gloria takluk dua game langsung dari Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (Malaysia) dengan skor 17-21, 20-22 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Taipe pada Sabtu waktu setempat (2/7/2016).Sebelumnya, pasangan ganda campuran Hafiz Faisal/Shela Devi Aulia juga tak dapat meraih tiket final setelah dikalahkan Zheng Siwei/Chen Qingchen (Tiongkok), 14-21, 13-21

“Waktu di akhir game kedua, kami ketinggalan 17-20, namun kami pikir ini belum game, apapun bisa terjadi. Lalu kami bisa menyamakan kedudukan 20-20, kala itu kami masih percaya bahwa kami punya kesempatan. Tetapi di detik-detik terakhir kami belum bisa menang, mungkin ini bukan rezeki kami,” ujar Gloria setelah pertandingan seperti dikutip dari media PBSI.

 Sementara itu, Riky mengaku harus memperbaiki serangan-serangannya dan Gloria. Dalam pertandingan tadi, beberapa smash keras Riky memang belum berhasil menembus pertahanan Tan/Lai, pemain Malaysia memang terkenal memiliki pertahanan yang baik.

“Tan/Lai permainannya ‘satu-satu’, artinya temponya lebih lambat, tidak seperti pola permainan ganda campuran pada umumnya. Kami harus perbaiki latihan lagi, serangan dan pertahanan kami harus lebih kuat,” tutur Riky.

 Dia mengakui capaiann 2016 masih lebih dibandingkan tahun lalu. Ketika itu, dia berpasangan dengan Richi Puspita Dili.

“Tahun lalu di turnamen ini saya dan pasangan saya sebelumnya (Richi Puspita Dili) kalah di perempat final. Sekarang lumayan bisa lebih baik ke semifinal. Saya dan Gloria sedang dicoba dipasangkan, kami harus bisa menunjukkan hasil yang maksimal,” tambah Riky. (*)

Tegang di Poin-Poin Kritis

MENYERAH: M. Rian Ardianto/Fajar Alfian (foto:PBSI)
JAM terbang pasangan pelapis ganda putra Indonesia masih perlu ditambah. Dua wakil Pelatnas Cipayung, Muhammad Rian Ardianto/Fajar Alfian dan  Kenas Adi Haryanto/Hardianto, terhenti di babak semifinal Taiwan Open Grand Prix Gold 2016.

Rian/Fajar ditundukkan unggulan keempat yang juga wakil tuan rumah Chen Hung Ling/Wang Chi Lin, dengan 23-25, 20-22 dalam laga di Taipe pada Jumat waktu setempat (1/7/2016).Sedang Kenas/Hardianto menyerah dari unggulan pertama Li Junhui/Liu Yuchen (Tiongkok) dengan  21-19, 5-21, 13-21

Permasalahan utama yang selama ini dialami Rian/Fajar kembali terulang. Dalam tiga turnamen terakhir yang mereka ikuti, Tiongkok Masters 2016, BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016, dan Taiwan Open Grand Prix Gold 2016, Rian/Fajar selalu kalah dalam adu setting karena mereka kehilangan fokus di saat-saat kritis.


“Di tiga turnamen terakhir, kami kalahnya saat setting terus. Secara teknik, kami bisa mengimbangi lawan-lawan kami, tetapi fokus di poin-poin penentu yang susah. Ini adalah PR buat kami, sepulangnya dari sini, kami akan berdiskusi dengan pelatih, bagaimana cara mengatasi hal ini,” jelas Fajar seperti dikutip media PBSI.

Kehilangan fokus, ungkapnya,penyebabnya beda-beda di tiap pertandingan. Kalau di Taipe, ujarnya, dia merasa kurang greget.

''Mainnya terlalu hati-hati, jadinya malah mati sendiri. Kami kecewa dengan kekalahan ini, maunya juara, karena kami sudah bela-belain nggak puasa selama sebulan demi persiapan ke sini, masak kalah di perempat final?” ucap Fajar.(*)

Bisa Saling Ketemu di Final

LAPANG: Hafiz Faisal/Shela Devi Aulia (foto: PBSI)
ASA Indonesia menjadi juara di Taiwan Grand Prix Gold 2016 tetap terjaga. Nomor ganda campuran menjadi salah satu penyambangnya.

Bahkan, merah putih sukses menempatkan dua wakilnya, Hafiz Faisal/Shela Devi Aulia dan Riky Widianto/Gloria Emanuelle Widjaja, dalam turmamen yang menyediakan hadiah total USD 200 ribu tersebut. Tak menutup kemungkinan keduanya menciptakan partai all Indonesian finals.


Hafiz/Shela terlebih dulu melaju ke semifinal dengan menekuk pasangan Korea Selatan Kim Da Eun/Go Ah Ra dalam dua game langsung 21-14, 21-14 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Taipeh pada Jumat waktu setempat (1/7/2016). Riky/Gloria kemudian menyusul dengan memetik kemenangan atas wakil tuan rumah, Lee Jhe-Huei/Hsieh Pei Chen, 21-11, 21-18.


“Lawan tidak dapat mengembangkan permainan di game pertama, sudah diserang duluan sama kami. Memang ini strategi kami, nggak boleh diserang duluan karena Lee serangannya tajam,” ujar Riky yang baru berpasangan dengan Gloria dan menjalani latihan selama dua minggu di Pelatnas Cipayung

Menang telak di game pertama, Riky/Gloria nyaris saja kehilangan game kedua saat Lee/Hsieh meraih begitu banyak poin di game kedua. Dari tertinggal 9-17, Lee/Hsieh mendekat hingga 17-18.


“Waktu itu saya memang kepancing lawan yang seolah mau diserang terus. Saya jadi nafsu mau menyerang, terburu-buru dan malah mati sendiri,” ucap Gloria mengenai game kedua.


Riky/Gloria ingin sekali memenangkan babak semifinal dan berharap rekan mereka, Hafiz/Shela juga memetik kemenangan, sehingga terjadi partai all Indonesian final. Sebelum ke final, Riky/Gloria terlebih dulu harus melewati tantangan dari wakil Malaysia, Tan Kian Meng/Lai Pei Jing. (*)