WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Seandainya Olimpiade Dilaksanakan 2015

 HENDRA Setiawan/Mohammad Ahsan harus melupakan mimpinya menyumbangkan emas bai Indonesia di Olimpiade Rio 2016.  Jangankan menembus final, di babak penyisihan, keduanya sudah angkat koper.

Hendra/Ahsan dipaksa harus mengakui ketangguhan wakil Tiongkok Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok) dengan straight game 15-21, 17-21 dalam pertandingan Grup D yang dilaksanakan di Rio de Janeiro pada Sabtu waktu setempat (13/8/2016). Ini menjadi kekalahan kedua setelah sehari sebelumnya dipecundangi Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang). Tiket perempat final pun akhirnya jatuh ke tangan Endo/Hayakawa dan Chai/Hong. Hendra/Ahsan berada di posisi ketiga, diikuti oleh Manu Attri/Sumeeth Reddy asal India di posisi keempat.

“Tadi permainan kami tidak keluar, serangan dari pasangan Tiongkok juga berbahaya. Di game pertama, kami terlalu gampang mengangkat bola, jadi kami diserang terus. Saat game kedua sebetulnya sudah lebih enak, tetapi kami melakukan kesalahan di poin-poin kritis,” tutur Hendra usai laga seperti dikutip media PBSI.

Hasil ini membuat PP PBSI khususnya tim pelatih ganda putra harus memutar strategi. Hendra/Ahsan bisa jadi harus diceraikan.

Alasannya, puncak penampilan keduanya sudah lewat. Seandainya Olimpiade Rio maju setahun, besar kemungkinan emas akan diraih Indonesia.

Tahun lalu, Hendra/Ahsan mampu meraih juara di ajang bergengsi, All England dan Kejuaraan Dunia. Tapi, setelah itu, performa keduanya terus menurun dengan endingnya jeblok di Rio 2016.

Padahal, keduanya diharapkan mampu menjadi penerus tradisi emas di pekan olahraga empat tahunan tersebut. Pada 2012 di London, Indonesia gagal meraih emas di cabang olahraga tepok bulu itu.

Hendra sendiri pernah menjadi juara pada 2008 di Beijing, Tiongkok. Ketika itu, dia berpasangan dengan Markis Kido. (*)

Bukan Lawan Sepadan bagi Tommy

LANGKAH mudah bagi Tommy Sugiarto di Rio 2016. Dia memetik kemenangan cukup telak atas Howard Shu (Amerika Serikat) dengan dua game langsung 21-14, 21-10 pada babak penyisihan grup J Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

 Kekuatan di atas kertas memang menunjukkan bahwa Tommy jauh lebih unggul dari Shu. Kenyataan di lapangan pun demikian, Tommy membuat Shu tak dapat berkutik. Dengan permainan reli yang memang menjadi andalan Tommy, ia membuat Shu sulit mengembangkan permainan.

Menang mudah di game pertama, Tommy kian tak terbendung di game kedua. Ia unggul jauh hingga 7-3 dan Shu semakin dibawah tekanan.

Meskipun beberapa kali meraih angka dengan mendaratkan dropshot tajam di sisi kanan Tommy, namun Shu belum berhasil menahan laju lawannya tersebut.

Satu pukulan tajam yang diarahkan Tommy di sisi kanan Shu yang gagal dikembalikan dan menyangkut di net, membuat Tommy akhirnya menang straight game.

“Di game pertama setelah interval game, saya merasa lebih percaya diri, saya bisa mengembangkan permainan, jadi lawan tidak mudah menyerang. Faktor angin cukup berpengaruh, shuttlecock agak lambat, tetapi tidak terlalu jadi masalah,” kata Tommy usai laga seperti dikutip media PBSI.

 “Tommy masih berdaptasi dengan situasi lapangan, penampilan tadi masih 70 persen dari seluruh kemampuan Tommy. Stamina kedua pemain masih sama-sama bagus, dan mereka jaga permainan, pola main mereka sebetulnya sama. Menurut saya Tommy sudah cukup baik, tapi masih ada yang bisa ditingkatkan, misalnya kecepatannya,” kata Toto Sunarto, pelatih Tommy.

Laga selanjutnya, Tommy akan berhadapan dengan sesama penghuni grup J yaitu Osleni Guerrero (Kuba). Pertandingan antara Tommy melawan Guerrero akan dilangsungkan Minggu, (14/8), pukul 18.55 WIB.

Jeda satu hari tanpa pertandingan akan dimanfaatkan Tommy untuk latihan. Diungkapkan Toto, Tommy akan tetap latihan untuk recovery dengan tensi latihan sekitar 60-70 persen.

“Soal lawan selanjutnya, kami akan melihat permainan lawan dan menganalisa, kira-kira strategi apa yang tepat. Guerrero sepertinya hanya mengandalkan power saja, Maunya lawan diajak lari-lari, supaya dia tidak mudah mengeluarkan serangannya,” tambah Toto. (*)

Hendra/Ahsan Kantongi Modal Awal

AWAL manis Pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di Olimpiade Rio 2016. Keduanya berhasil melewati rintangan pertama di babak penyisihan grup D dengan mengalahkan  wakil India Manu Attri/Sumeeth Reddy dengan straight game 21-18, 21-13.

Tampil di pertandingan pertama, Henda/Ahsan masih terlihat berupaya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan yang memang berangin. Meskipun kelas Hendra/Ahsan masih berada di atas Attri/Reddy, namun pertandingan berlangsung cukup ramai.

 Pada kedudukan game point 20-15 untuk keunggulan Hendra/Ahsan, mereka harus kehilangan tiga angka berturut-turut dan pasangan India mendekat jadi 18-20.

“Saat itu kami terlalu memaksa terima servis, jadi nanggung. Lapangan memang ada angin sedikit, tetapi tidak terlalu masalah. Tadi kami menerapkan strategi permainan no lob. Di game pertama kami kalah angin, jadi lawan enak untuk menyerang,” ujar Hendra seperti dikutip media PBSI

Dia mengakui pukulan belum banyak yang pas di pertandingan pertama.  Hendra mengakui smashnya juga banyak yang nggak pas.

''Selanjutnya, kami harus lebih sabar, apalagi lawan-lawan selanjutnya nggak mudah dimatikan,” lanjutnya.

Hendra/Ahsan masih harus melakoni dua laga lagi melawan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang) dan Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok).

Pada laga kedua di penyisihan grup yang akan berlangsung besok, Jumat (12/8), Hendra/Ahsan akan menantang Endo/Hayakawa. Skor pertemuan diungguli Hendra/Ahsan dengan kedudukan 9-0.

“Hendra/Ahsan sudah lama tidak bertemu Endo/Hayakawa, jadi rekor pertemuan ini tidak bisa dijadikan patokan. Bisa saja lawan ada perkembangan. Semua pemain dunia pasti sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi olimpiade,” ujar Herry Iman Pierngadi, pelatih Hendra/Ahsan.

Menilai penampilan anak didiknya malam ini, Herry menuturkan Hendra/Ahsan masih belum tampil seratus persen di pertandingan pertama. Masih banyak pukulan-pukulan yang kurang akurat seperti tanggung, menyangkut di net dan sebagainya. (*)

Ganda Putri pun Bisa

PERJUANGAN Indonesia merebut emas di Olimpiade Rio 2016 dimulai hari ini. Cabang olahraga bulu tangkis menjadi salah satu asa terbesar Indonesia raya bisa berkumandang di Brasil.

Hanya, prestasi Indonesia di berbagai ajang internasional tengah di grafik menurun. Bagaimana komentar legenda dunia Christian Hadinata tentang itu. Berikut sekilas petikan wawancara dengan sang maestro itu saat berada di Surabaya, Jawa Timur, pada akhir Juli lalu.

Selamat siang ?
-Siang juga.

Bicara Olimpiade Rio yang segera dilaksanakan, bagaimana peluang Indonesia?
-Peluang itu tetap ada. Karena bulu tangkis kan cabor andalan Indonesia di sana

Berapa emas prediksi Anda?
-Saya memprediksi emas bisa disumbangkan dari ganda putra dan ganda campuran Ganda putra tentunya Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Keduanya sudah pengalaman.

Ada peluang di nomor lain?
Ada. Ganda putri. Grafik permainan Greysia Polii/Nitya Krishinda lagi naik.

Christian juga menyebutkan adaptasi dengan cuaca Brasil dengan berangkat awal ikut membantu usaha bulu tangkis menjadi penyumbang emas dalam ajang empat tahunan tersebut. Sayang, pada Olimpiade Rio 2016, dia sudah tak mendampingi.

Kini, dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan menunggu pembinaan di klub yang membesarkannya, Djarum. Untuk nomor ganda, Djarum menempa latihannya di Jakarta. Sementara tunggal di Kudus.(*)

Sudah Sering Jadi Juara


MARAKNYA turnamen kelompok umur senior tak membuat Christian Hadinata kepincut. Lelaki yang kini berusia 66 tahun tersebut lebih memilih berlatih sendiri untuk menyalurkan kegemarannya pada bulu tangkis.

Meski, dia tak menampik tawaran bertanding di berbagai turnamen masih sering singgah. Padahal, jika mau, dia bisa bertanding sekalian jalan-jalan ke luar negeri bisa dia dapat.

''Saya pilih berlatih sekalian bisa mengawasi anak-anak berlatih,'' terangnya.

Tapi, sebenarnya, ada alasan yang membuat Christian menolak mengikuti turnamen kelompok umur. Usia yang sudah uzur bukan jawaban yang tepat.

''Turnamen itu kan buat mereka yang jarang atau belum pernah juara. Kalau saya kan sudah biasa juara,'' kata Christian sambil tertawa.

Memang harus diakui, Christian bergelimang prestasi semasa aktif menjadi atlet. Semua gelar sudah pernah dirasakan pelaki yang dikenal bertangan dingin dalam menangani nomor ganda putra tersebut.

Juara Asia, juara dunia, dan All England sudah menjadi langganan bagi Christian yang berasal dari Purwokerto, Jawa Tengah, tersebut. Christian juga menjadi bagian dari Tim Indonesia ketika berjaya di ajang Piala Thomas di era 1070-an hingga pertengahan 1980-an. (*)

Lapangan Pertandingan Agak Berangin

TIM Bulu Tangkis Indonesia adaptasi dengan arena pertandingan Olimpiade 2016. Pada Selasa waktu setempat (9/8/2016), Hendra Setiawan dkk menjajal lapangan di stadion Riocentro – Pavillion 4.

Jajal lapangan kali ini bertujuan untuk beradaptasi dengan kondisi lapangan, arah angin, cahaya lampu, dan sebagainya.Ini adalah kali kedua duta merah putih hadir di lapangan pertandingan.

Sebelumnya, tim juga melakukan jajal lapangan Senin (8/8). Rencananya Tim Indonesia akan berlatih selama tiga hari di stadion Riocentro.

Besok, Rabu (10/8), skuad yang didampingi oleh Rexy Mainaky, selaku manajer tim, akan mencoba lapangan untuk kali terakhir sebelum pertandingan dimulai pada Kamis (11/8).

“Lapangan agak berangin, soal penerangan sepertinya oke, tidak ada masalah. Para atlet pun kondisinya fresh, mereka mulai menempati perkampungan atlet yang yang menurut saya cukup bagus,” ujar Rexy seperti dikutip media PBSI.

Sementara itu, Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI Eng Hian menerangkan bahwa kondisi lapangan di stadion Riocentro cukup berangin. Oleh karenanya, ungkap dia, anak didiknya, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, diminta untuk menyesuaikan diri dengan kondisi ini.

 “Memang agak berangin lapangannya, lantai lapangan juga agak bergelombang, tetapi kata panitia akan ada perbaikan hari ini,” ujar Eng soal lapangan.

Anginnya, tambah dia, tidak begitu kencang. Arah anginnya hanya ke satu sisi saja.

''Memang agak tricky untuk pemain karena faktor kebiasaan. Jadi kami akan coba maksimalkan untuk adaptasi lapangan di sisa waktu latihan sebelum hari pertandingan nanti,” jelasnya.

 Ditambahkan lelaki asal Solo, Jawa Tengah, ini adaptasi yang paling jitu adalah jika pemain sudah merasakan seperti di tempat latihan mereka sehari-hari.

Pertandingan bulu tangkis di Olimpiade 2016 akan dimulai pada Kamis ( 11/8/2016) . Pasangan ganda putra Hendra Setiawan/ Mohammad Ahsan akan menjadi wakil Indonesia pertama yang akan bertanding pada pukul 19.00 WIB, melawan Manu Attri/Reddy B. Sumeeth dari India. (*)

Bukti Komitmen Alan-Susi

Setiap olimpiade dilaksanakan, nama Alan Budikusuma dan Susi Susanti, selalu disebut. Keduanya merupakan wakil Indonesia yang meraih emas dalam event akbar empat tahunan tersebut.
--
SEBUAH main dealer mobil di kawasan Aloha, Waru, Sidoarjo, padat oleh tamu. Mereka tengah duduk dan mendengarkan musik yang dilantunkan dari peralatan organ tunggal.

Tapi, mereka datang bukan untuk membeli mobil. Juga bukan untuk mendengarkan alunan suara penyanyi lokal tersebut.

Mereka hadir untuk mengikuti bisa berjumpa Alan Budikusuma dan Susi Susanti. Pasangan suami istri tersebut tengah dalam perjalanan dari Bandata Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo yang jaraknya hanya sekitar lima kilometer dari lokasi.

Tapi, acara yang seharusnya dilaksanakan pukul 10.00 WIB pada akhir Juli tersebut molor setengah jam atau 30 menit. Akhirnya, Alan dan Susi pun turun dari mobil jemputan.

Keduanya pun berbegas diarahkan ke ruang ganti. Keduanya harus berganti kaos yang ada tulisan sponsor utama kejuaraan yang digagas Alan dan Susi.

''Kami sangat bersyukur akhirnya kejuaraan kami ada sponsor. Kami banyak mengucapkan terima kasih banyak atas kerja samanya,'' kata Susi.

Ya, sebelumnya, kejuaraan yang digagas mantan andalan Indonesia di pentas bulu tangkis internasional tersebut belum punya sponsor utama. Sehingga titel kejuaraannya pun hanya memakai produk mereka, Astec. Nama Astec sendiri merupakan paduan keduanya, Alan-Susi Technology.

Kejuaraan pun hanya sekali dalam setahun. Tapi, dengan adanya spondor dari perusahaan otomotif tersebut, kini pada 2016, Astec Cup bisa dilaksanakan di beberapa kota.

 Ditambahkan Susi, turnamen itu akan digelar di Medan, Sumatera Utara, (20-23 April), Makassar, Sulawesi Selatan, (27-30 April), Surabaya, Jawa Timur (27-30 Juli), Solo, Jawa Tengah (24-27 Agustus), Semarang, Jawa Tengah (7-10 September), Palembang, Sumatera Selatan (14-17 September), dan terakhir turnamen sekaligus babak grand final digelar di Jakarta (9-15 Oktober). Pihak penyelenggara memberikan hadiah total sekitar Rp 580 juta.

Tentunya, ini membuat Alan dan Susi punya komitmen yang tinggi kepada olahraga yang telah mengharumkan namanya tersebut. Ya, hingga saat ini belum ada pasangan kekasih yang bisa meraih emas di ajang olimpiade.

Tapi, Alan dan Susi mampu melakukannya pada Olimpiade Barcelona 1992. Saat itu, Alan mengalahkan rekannya sendiri dari Indonesia, Ardy B. Wiranata. Sementara Susi menghentikan Bang Soo-hyun dari Korea Selatan.

Sebenarnya, pasangan Lin Dan dan Xie Xingfan nyaris melakukannya pada Olimpiade Beijing 2008. Lin Dan mampu meraih emas di tunggal putra. Namun, kekasih yang kini menjadi istrinya, Xie Xingfang, ditundukkan rekan senegaranya, Zhang Ning. (*)

Dari Sao Paulo Menuju Medan Pertempuran

TIM Bulu Tangkis Indonesia siap tempur di Olimpiade Rio 2016. Setelah menyelesaikan karantina di Sao Paulo, Brasil, Hendra Setiawan dkk bertolak ke Rio de Jeneiro untuk segera memasuki perkampungan atlet di Olimpiade Rio 2016 pada Minggu (7/8/2016) waktu setempat.

 Dipimpin manajer tim Rexy Mainaky, Tim Bulu Tangkis Indonesia berangkat dari Jakarta menuju Sao Paulo pada 27 Juli 2016. Ini untuk melangsungkan persiapan sekaligus adaptasi dengan cuaca dan kondisi di Brasil.

Program latihan di Sao Paulo kurang lebih sama dengan di Pelatnas. Para atlet menjalani latihan teknik diselingi dengan latihan fisik yang bertujuan menjaga kondisi dan stamina selama bertanding di olimpiade.Tak hanya itu, para pebulu tangkis juga mengikuti sesi analisis video pertandingan mereka sendiri atau calon-calon lawan di pertandingan nanti.

“Semua latihan berjalan dengan baik, para pebulu tangkis juga sangat kompak. Selama di Sao Paulo, kegiatan kami sehari-hari selain latihan adalah melakukan analisa video permainan atlet dan lawan, serta memaksimalkan program fisik seperti recovery,” kata Rexy ketika dihubungi situs PBSI. (*)

Reuni di GOR Sudirman

SONY Dwi Kuncoro tak akan lupa dengan sosok Wong Choong Hann. Pebulu tangkis Malaysia tersebut pernah menjadi batu sandungannya di awal  era 2000-an.

Tak bisa dipungkiri, Sony yang tengah membangun karir internasional, harus berhadapan dengan wakil negeri jiran yang sudah berusia matang. ''Awalnya, saya sering kalah. Tapi, lama kelamaan, gantian saya yang sering mengalahkan dia,'' kata Sony.

Ya, di akhir dekade 1990-an dan awal 2000-an, Chong Hann memang menakutkan. Dia mampu mengharumkan nama Malaysia di berbagai ajang internasional.

Pada 1998, Chong Hann mampu meraih emas di Pesta Olahraga Persemakmuran (Commonwealth Games) di nomor tunggal putra dan beregu putra. Pada tahun yang sama, lelaki kelahiran 17 Februari 1977 tersebut membawa Malaysia menembus final Piala Thomas sebelum ditaklukan Tiongkok.

Puncaknya pada 2003, dia menjadi pebulu tangkis Malaysia yang mampu menduduki peringkat satu dunia. Bahkan, pada Kejuaraan Dunia 2003, Chong Hann mampu menembus babak final. Sayang, langkahnya dihentikan andalan Tiongkok ketika itu, Xia Xuanze.

''Di Olimpiade Athena 2004, saya tak bertemu dia. Chong Hann dikalahkan Taufik (Hidayat, yang akhirnya meraih emas),'' kenang Sony.

Tapi kini, Chong Hann sudah memutuskan pensiun. Tapi, Sony masih kuat di atas lapangan dan berlaga di berbagai ajang internasional.

Reuni keduanya pun terjadi di GOR Sudirman, Surabaya, akhie Juli 2016. Ini disebabkan keduanya sama-sama menjadi pemandu pencarian bakat bulu tangkis, KEM Badminton.

''Sekarang, kami sama-sama mempunyai tugas yang sama. Memilih atlet untuk bisa masuk camp di Kuala Lumpur,'' ucap Sony sampai memegang bahu Choong Hann. (*)

Tak Sungkan Bagikan Ilmu

Sebelum era Lee Chong Wei, Malaysia punya Wong Choong Han. Dia juga pernah menjadi pebulu tangkis tunggal putra nomor satu dunia. Tapi, mengapa dia ada di Surabaya pada Juli lalu?
--
POSTURNYA tak banyak berubah. Padahal, sudah 12 tahun tak bertemu.

Saat di lapangan, pukulannya tetap keras. Begitu juga dengan penempatan shuttlecocknya.

Bedanya, kecepatannya sudah jauh menurun. Itu wajar karena usianya sudah tak muda lagi.

''Saya sekarang sudah 39 tahun. Usia yang sudah tak muda lagi,'' kata Choong Hann saat ditemui di GOR Sudirman, Surabaya, pada akhir Juli 2016.

Hanya, dia tetap tak bisa meninggalkan bulu tangkis. Baginya, olahraga tepok bulu tersebut sudah menjadi bagian hidup.

Sehingga, dia tak menolak saat dipercaya menjadi salah satu pemandu bakat dalam program KEM Badminton. Meski, dia harus rela terbang ke Surabaya, Indonesia.

''Sekarang, bulu tangkis sudah tak ada batas. Yang penting, olahraga ini bisa berkembang di dunia,'' ujar mantan finalis Kejuaraan Dunia 2003 tersebut.

Bahkan, dia mengaku kaget dengan talenta-talenta yang ditemukannya di Kota Pahlawan, julukan Surabaya. Pebulu tangkis yang usianya 10-12 tahun, yang masuk kategori KEM Badminton, sudah mempunyai skill di atas rata-rata.

''Dari beberapa tempat saya melakukan pemantauan di KEM Badminton, Surabaya paling baik. Susah untuk menilai siapa yang layak masuk camp karena kualitasnya berimbang,'' ujar Chong Hann.

Ya, selain di Surabaya, KEM Badminton juga melakukan audisi di empat tempat di Malaysia. Ini membuat Choong Hann bisa menilai kualitas peserta.

Setelah dari lima wilayah,pebulu tangkis yang lolos akan digembleng di Kuala Lumpur,Malaysia. Rencananya akan dipilih 20 dari Indonesia dan 20 dari Malaysia.

Peraih medali emas nomor tunggal di Pesta Olahraga Persemakmuran (Commonwealth Games) 1998 tersebut juga akan menularkan ilmu. Tentu menjadi sebuah moment berharga, khususnya bagi wakil dari wilayah Surabaya.

''Tak masalah membagi ilmu dengan atlet Indonesia. Apalagi, ini sudah menjadi tugas saya,'' ujar Chong Hann.

Dia berharap dari ilmu yang diberikan akan sangat berguna bagi masa depan para penghuni camp. Paling tidak, di bulan November,gabungan wakil Indonesia dan Malaysia mampu mengatasi duta Jepang di Tokyo. (*)

Perombakan Kecil sebelum ke Bilbao

TIGA kali beruntun Indonesia gagal menjadi juara dunia junior beregu. Padahal, kesempatan tersebut sudah di depan mata.

Pada 2013, merah putih oleh Korea Selatan. Sementara, dalam dua ajang 2014 dan 2015, Tiongkok yang menjadi juara.

Nah, pada 2016, Indonesia kembali berusaha menjadi pemenang. Apalagi, sejak 2000 atau kali pertama event tersebut dilaksanakan, Indonesia belum pernah mendapat pengalungan medali juara.

Tahun ini, PBSI mengirim skuad terkuat. PP PBSI telah merilis daftar nama atlet junior yang akan turun di beregu campuran Kejuaraan Dunia.
Sebanyak 16 atlet junior dipersiapkan.

“Tidak ada catatan khusus untuk atlet yang akan diturunkan di Kejuaraan Dunia Junior 2016.Tapi secara umum yang akan ditingkatkan adalah fighting spiritnya,” ujar Fung Permadi, manajer Tim Junior Indonesia.

Sebagian besar tim yang diturunkan merupakan atlet yang sudah main di Kejuaraan Junior Asia 2016. Perubahan hanya terjadi di sektor tunggal putri dan ganda putri. Aurum Oktavia Winata masuk tim beregu menggantikan Desandha Vegarani Putri. Sedangkan Yulfira Barkah menggantikan Jauza Fadhilah Sugiarto.
“Pertimbangannya Yulfira juga bisa bermain sama baiknya di ganda putri dan ganda campuran. Jadi kami bisa punya opsi lebih dalam beregu campuran. Jauza akan tetap kami daftarkan di individual,” ungkap Fung.

Kejuaraan Dunior Junior 2016 akan berlangsung di Bilbao, Spanyol, pada 2-13 November 2016. Rencananya, paling lambat, tim akan melakukan pemusatan latihan di Pelatnas Cipayung, mulai awal September.

Skuad Indonesia

PUTRA

- Chico Aura Dwi Wardoyo

- Ramadhani Muhammad Zulkifli

- Rinov Rivaldy

- Andika Ramadiansyah

- Bagas Maulana

- Calvin Kristanto

- Muhammad Fachrikar

- Amri Syahnawi


PUTRI

- Gregoria Mariska

- Aurum Oktavia Winata

- Apriani Rahayu

- Serena Kani

- Mychelle Chrystine Bandaso

- Tania Oktaviani Kusumah

- Vania Arianti Sukoco

- Yulfira Barkah (*)

Marcus/Kevin Pisah Sementara

INDONESIA kehilangan pebulu tangkis spesialis ganda putra, Marcus Fernaldi Gideon. Dia terpaksa absen dari sengitnya kompetisi dalam beberapa waktu mendatang.

Pebulu tangkos dari klub Tangkas Jakarta ini mengalami cedera lutut kiri ketika mengikuti karantina tim Olimpiade Rio de Janeiro 2016 di Kudus, Jawa Tengah. Saat menjalani latihan, Marcus terpeleset dan mengalami cedera lutut sehingga terjadi robekan di urat dalam.

Keesokan harinya, Marcus segera dipulangkan ke Jakarta dan menjalani pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dibawah pengawasan dr. Michael Triangto (dokter PBSI) dan konsultan PBSI, dr. Nicolaas Budhiparama SpOT, FICS.

“Hasil MRI menunjukkan ada sobekan urat dalam serta ada bantalan tulang yang sobek. Saat itu Marcus datang dengan keluhan rasa sakit yang luar biasa di kakinya, dia juga tidak bisa berjalan sempurna,” jelas dr. Nicolaas kepada situs PBSI

Dia merekomendasikan tindakan konservatif dulu dalam beberapa minggu. Penerapan terapi ini, ungkap Niclaas, dimaksudkan untuk mengurangi pembengkakannya.

''Sekarang sakitnya sudah hilang, tetapi tidak boleh lepas penyangga dulu, karena sobekannya harus menyambung sempurna. Tetapi Marcus sudah boleh latihan upper body,” ujarnya.

Kondisi Marcus yang harus diistirahatkan sementara membuat pasangan mainnya, Kevin Sanjaya Sukamuljo, akan berganti partner untuk sementara waktu. Sehubungan akan dilangsungkannya kejuaraan Indonesian Masters 2016, Kevin akan dipasangkan dengan Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira.

“Berdasarkan rekomendasi dari dokter, Marcus diminta istirahat sebulan. Kaki yang mengalami cedera tidak boleh dilatih dulu, jadi belum bisa bermain full dalam rentang waktu tersebut,” ungkap Herry Iman Pierngadi, Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI.

Marcus/Kevin merupakan pasangan rangking 11 dunia. Keduanya pernah menjuarai India Open Super Series 2016. (*)

Rangsangan Bonus Rp 1 Miliar

 Rp 1 M untuk Peraih Emas Olimpiade

SEMANGAT pebulu tangkis Indonesia ke Olimpiade Rio 2016 bakal berlipat. Penyebabnya, bonus yang diberikan oleh PBSI cukup menggiurkan.

Peraih emas akan memperoleh Rp 1 Miliar.Sedangkan peraih perak dan perunggu masing-masing akan dikucuri bonus sebesar Rp. 500 juta dan Rp. 250 juta.

Keberhasilan atlet juga didukung oleh jajaran tim support yang memberikan dukungan langsung kepada atlet selama persiapan menuju olimpiade. Oleh karenanya, tim support pun dinilai layak untuk diapresiasi.

 Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Rexy Mainaky dan tim Binpres akan diberi Rp 1 Miliar untuk raihan emas, Rp 500 juta untuk perak dan Rp 250 juta untuk perunggu. Sedangkan Kasubid Pelatnas Ricky Soebagdja juga masuk dalam susunan penerima bonus Rp 500 juta untuk medali emas, Rp 250 juta untuk medali perak, serta Rp. 125 juta untuk medali perunggu.


Sementara itu, tim pelatih juga akan menerima bonus atas kerja keras mereka mengantarkan atlet menuju podium olimpiade. Pelatih teknik dan asisten pelatih teknik masing-masing akan mendapat Rp 500 juta dan Rp 250 juta jika anak didiknya mendapat medali emas. Sedangkan pelatih fisik juga akan dihadiahi bonus sebesar Rp 250 juta untuk medali emas.

Tim pendukung seperti tim medis (dokter & suster), ahli pijat, ahli nutrisi serta fisioterapis juga rencananya bakal diberi bonus sebesar Rp 200 juta untuk raihan emas.


“Kami akan mengapresiasi prestasi yang sudah dicapai oleh para pemain. Para juara akan diberi bonus, begitu pula pelatih dan tim support yang telah mendukung atlet. Ini adalah bentuk penghargaan kami atas kerja keras mereka,” ucap Gita Wirjawan, Ketua Umum PP PBSI.

Selain bonus spesial, tim juga akan menerima bonus rutin yang memang sudah diterapkan sejak awal kepengurusan Gita. Untuk setiap pencapaian milestone yang sudah ditetapkan di awal tahun, atlet dan tim pelatih akan diganjar bonus.

Olimpiade Rio de Janeiro 2016 tentunya menjadi target utama di tahun ini, bonus pun sudah menanti atlet dan pelatih. Bagi atlet yang menjuarai olimpiade akan mendapat bonus Rp 100 juta (per orang) untuk atlet tunggal, dan Rp 75 juta untuk atlet ganda. Pelatih dan asisten pelatih sektor yang juara, akan diberi bonus sebesar tiga kali gaji.

Pelatih fisik yang menangani atlet yang juara mendapat bonus satu setengah kali gaji. Sedangkan pelatih teknik, asisten pelatih teknik dan pelatih fisik sektor lain di pelatnas akan diberi bonus satu kali gaji. (*)

Panggil Lagi setelah Pernah Dipulangkan

RUSELLI Hartawan kembali masuk Pelatnas Cipayung. Namanya ada di dalam susunan pemain tunggal putri Pelatnas PBSI.

Atlet Jaya Raya ini dipanggil ke pelatnas berdasarkan Surat Keputusan No. SKEP/038/0.5/VII/2016 tentang Pemanggilan Atlet Bulutangkis Masuk Pelatnas PBSI. Penampilan Ruselli di sejumlah kejuaraan membuatnya dianggap layak menjadi bagian tim nasional.

Pada ajang Smiling Fish International Challenge 2016 di Trang, Thailand, Ruselli tampil cukup baik.  Dia meraih tempat kedua setelah di final dikalahkan pebulu tangkis Cipayung Dinar Dyah Ayustine dengan 10-21, 14-21.

Sepekan kemudian, Ruselli tampil di Seleknas Tunggal Putri PBSI 2016. Meskipun Ruselli tak menempati posisi puncak, namun sepanjang proses seleksi, Ruselli menunjukkan semangat juang yang tinggi.

Pada kejuaraan Indonesia Open Super Series Premier 2016, Ruselli, yang tak dijagokan, harus berjumpa dengan Li Xuerui, mantan tunggal pertama nomor satu dunia asal Tiongkok yang merupakan unggulan ketiga. Meskipun dihadapkan dengan peraih medali emas Olimpiade London 2012 tersebut, namun Ruselli tetap berusaha untuk mencuri kemenangan. Ruselli akhirnya dikalahkan Li usai berjuang rubber game dengan skor 21-16, 8-21, 11-21.

“Ruselli kan sudah pernah menjadi atlet pelatnas, ada suatu hal yang membuatnya harus drop out dari pelatnas. Semenjak kembali ke klub, Ruselli menunjukkan hasil yang baik di beberapa turnamen,” ujar Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.

Ruselli pernah menjadi penghuni pelatnas pada tahun 2013. Pada pertengahan 2014, Ruselli terpaksa dipulangkan ke klubnya. Selama dua tahun di Jaya Raya Jakarta, Ruselli mencatat prestasi yang cukup baik.

''Saya senang sekali diberi kesempatan lagi masuk pelatnas. Saya akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Menjadi bagian timnas membuat kesempatan saya semakin besar untuk jadi pemain dunia. Bukannya mengecilkan latihan di klub, tetapi di pelatnas latihannya lebih intensif, konstan dan banyak sparring juga,” ujar pemain yang akrab disapa Mey-mey ini. (*)

Gagal Tambah Gelar yang Dibawa Pulang

INDONESIA gagal menambah gelar dari Vietnam Open Grand Prix 2016. Setelah sudah memastikan meraih juara di ganda putri, pasangan ganda campuran Alfian Eka Prasetyo/Annisa Saufika  harus puas di posisi kedua.

Dalam final yang dilaksanakan di Ho Chi Minh City pada Minggu waktu setempat, unggulan keempat tersebut menyerah kepada Tan Kian Meng/Lai Pei Jing, unggulan ketiga dari Malaysia, dengan dua game langsung 16-21, 11-21.

Di ganda putra, posisi terhormat jatuh ke tangan  Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri. Unggulan ketiga tersebut menghentikan asa rekannya sendiri sesama pasangan Pelatnas Cipayung  Tiara Rosalia/Rizki Amelia melalui straight game 21-11, 21-15.

Hasil ini mengulangi capaian tahun lalu. Pada 2015, Indonesia membawa pulang satu gelar melalui Tommy Sugiarto di nomor tungal putra. Dalam final, putra legenda bulu tangkis Icuk Sugiarto tersebut mengalahkan Lee Hyun-il dari Korea Selatan dengan 21-19, 21-19.

Dua tahun lalu sebelumnya, yakni 2014, merah putih nyaris menyapu gelar. Hanya nomor tunggal putri yang lepas ketika itu.

Juara dipetik Dionysius Hayom Rumbaka di nomor tunggal putra, Andrei Adistia/Hendra Aprida Gunawan (ganda putra), Maretha Dea Giovani/Rosyita Eka Putri (ganda putri), M. Rijal/Vita Marissa (ganda campuran). (*)



Hasil final Vietnam Grand Prix 2016

Ganda putri: Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri (Indonesia x3) v Tiara Rosalia/Rizki Amelia (Indonesia x5) 21-11, 21-15

Tunggal putra: Wong Wing Ki (Hongkong x4) v Chong Wei Feng (Malaysia x11) 21-12, 14-21, 21-13

Ganda campuran: Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (Malaysia x3) v Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika (Indonesia x4) 21-16, 21-11

Tunggal putri: Yeo Jia Min (Singapura) v Ayumi Mine (Jepang) 21-14, 21-17

Ganda putra: Lee Jhe-huei/Lee Yang (Taiwan x2) v Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia x1) 18-21, 21-14, 21-7

x=unggulan

Harapan di Ganda Putra-Ganda Campuran

ASA Indonesia meraih medali di Olimpiade Rio 2016 tetap besar. Khususnya di nomor ganda putra dan ganda campuran.

Patokannya adalah daftar unggulan yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Di ganda putra, juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan ditempatkan sebagai unggulan kedua.

Keduanya hanya kalah oleh seteru beratnya asal Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.Sedangkan wakil  Korea Selatan lainnya, Kim Gi-jung/Kim Sa-rang dan wakil Tiongkok, Zhang Nan/Fu Haifeng, masing-masing menjadi unggulan 3 dan 4.

Di ganda putri,pasangan Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, yang menunjukkan penampilan maksimal dengan merebut tiga gelar super deries tahun ini, menjadi unggulan pertama.
Kemudian disusul oleh wakil Tiongkok Yu Yang/Tang Yuanting.

Ganda Indonesia Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari ditempatkan sebagai unggulan ketiga dan wakil Korea Selatan Jung Kyung-eun/Shin Seung-chan (4) juga mengamankan posisi di daftar unggulan.

Peraih medali emas Olimpiade 2012 di sektor ganda campuran, Zhang Nan/Zhao Yunlei menjadi unggulan teratas. Mereka kemudian diikuti pasangan Korea Selatan, Ko Sung-hyun/Kim Ha Na.

Sementara juara Malaysia Open Super Series Premier 2016 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan juara Jepang Open Super Series 2015 asal Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen masing-masing menjadi unggulan 3 dan 4.

Satu lagi pemain Indonesia yang mewakili sektor ganda campuran ialah Praveen Jordan/Debby Susanto. Praveen/Debby saat ini menjadi pemain rangking lima dunia.(*)

Chong Wei-Marin Pimpin Daftar Unggulan

RANKING dunia saat ini menjadi patokan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) menentukan unggulan dalam Olimpiade Rio 2016. Ini membuat pebulu tangkis Malaysia Lee Chong Wei sebagai unggulan teratas tunggal putra dalam ajang empat tahunan tersebut. Sedangkan Carolina Marin asal Spanyol menempat daftar teratas kandidat juara di tunggal putri.

Sektor tunggal memiliki 13 pemain unggulan. Chong Wei, yang merupakan runner -up di dua Olimpiade terakhir, Beijing 2008 dan London 2012,  dan pemenang dua gelar Super Series tahun ini, kemudian diikuti oleh juara dunia dua kali asal Tiongkok Chen Long dan dua kali juara Olimpiade Lin Dan yang menempati unggulan ketiga.

Unggulan tunggal putra lainnya adalah Viktor Axelsen (4) dan Jan Jorgensen (5) dari Denmark, Chou Tien Chen (6) dari Taiwan, pemain Indonesia Tommy Sugiarto (7), Son Wan -ho (8) dari Korea Selatan, Srikanth Kidambi (9) asal India, atlet Hongkong Hu Yun (10) dan Ng Ka Long (11), Marc Zwiebler (12) dari Jerman dan atlet Inggris Rajiv Ouseph (13).

Di tunggal putri, Marin, yang menjadi juara dunia dua kali, memimpin daftar unggulan dan diikuti dua pemain Tiongkok, yaitu Wang Yihan (2) dan juara bertahan Olimpiade, Li Xuerui (3).

Selanjutnya di daftar unggulan tunggal putri ada pemain Thailand yang memiliki tiga gelar Super Series tahun ini Ratchanok Intanon (4), pemain India Saina Nehwal (5), atlet Jepang Nozomi Okuhara (6), Sung Ji-hyun (7) dari Korea Selatan dan atlet Taiwan Tai Tzu Ying (8). Unggulan yang tersisa adalah atlet India, PV Sindhu (9), Akane Yamaguchi (10) dari Jepang, pemain Inggris Kirsty Gilmour (11), Porntip Buranaprasetsuk (12) dari Thailand dan Bae Yeon-ju (13) dari Korea Selatan.

Sementara tunggal putri Indonesia, Linda Wenifanetri, tidak termasuk dalam daftar unggulan. Linda sendiri saat ini berada di peringkat 25 dunia. (*)

Lahirkan Dua Pasangan Baru

DIPASANGKANNYA Riky Widianto/Gloria Emanuelle Widjaja membuat konsekuensi. Ini disebabkan pasangan lamanya tak ditandemkan.

Artinya, Richi Dili bukan digandengkan Edi Subaktiar yang merupakan pasangan Gloria. Akibatnya, ada dua pasangan baru muka lama di Pelatnas Cipayung.

Pasangan tersebut adalah Edi Subaktiar/Masita Mahmudin dan Raffidias/Richi Dili. Kedua pasangan itu sudah dicoba dalam Vietnam Open Grand Prix 2016.

Hasilnya, Edu/Masita langkahnya lebih jauh. Dalam ajang berhadiah total USD 50 ribu tersebut, mereka mampu menembus perempat final.

Sedangkan Raffidias/Richi terhenti di babak II. Keduanya dipaksa harus mengakui ketangguhan Tseng Min Ho/Hsieh Pei Shan dengan 21-14, 26-28, 21-23.

Edi/Masita pun masih bisa melangkah ke babak semifinal. Di perempat final, keduanya berjumpa dengan rekannya sendiri yang juga unggulan kedua Hafiz Faizal/Shella Devi Aulia.

Riky/Gloria sendiri sudah berlaga dalam Taiwan Grand Prix Gold. Mereka mampu melaju hingga babak semifinal berhadiah total USD 200 ribu tersebut.

Hasil itu menempatkan Riky/Gloria berada di ranking 195 dunia. (*)

Mengejar Prestasi Fransisca Ratnasari

VIETNAM Open bukan sebuah turnamen besar dan bergengsi. Tapi, sejak 2009, Indonesia belum pernah membawa pulang lagi gelar di nomor tunggal putri.

Kali terakhir, wakil merah putih yang naik ke podium terhormat tunggal putri di sana adalah Fransisca Ratnasari. Pada tahun ini pula, Indonesia nyaris memborong lima gelar.

Hanya di nomor tunggal putra, merah putih gagal juara. Posisi bergengsi jatuh ke tangan wakil tuan rumah Nguyen Tien Minh.

Pada 2016 ini, di nomor tunggal putra Indonesia hanya menyisakan satu duta hingga babak perempat final. Wakil semata wayang tersebut adalah Fitriani.

Di babak II, pebulu tangkis mungil ini menghentikan perlawanan Natsuki Nidaira dari Jepang dengan dua game langsung 21-14, 21-16. Hanya, untuk menembus semifinal,butuh perjuangan ekstraberat dari Fitriani.

Dia akan menantang unggulan teratas asal Taiwan Hsu Ya Ching. Ini menjadi pertemuan pertama kedua pebulu tangkis.

Meski hanya diunggulkan di posisi tapi tak menutup kemungkinan, Fitriani menjungkalkan Ya Ching. Penampilannya yang tak kenal menyerah menjadi senjata andalan Fitriani.(*)

Perang Saudara di Perempat Final

SATU tempat di semifinal tunggal putra Vietnam Open Grand Prix 2016 sudah di tangan Indonesia. Dua pebulu tangkis merah putih, Firman Abdul Kholik dan Evert Sukamta, adu kekuatan untuk bisa menembus babak empat besar.

Firman, yang datang tanpa status unggulan, di babak perempat final yang dilaksanakan di Ho Chi Minh pada Kamis waktu setempat (21/7/2016), menundukkan atlet senior Malaysia Tan Chun Seang dengan 21-14, 21-15. Sedangkan Evert memulangkan unggulan ketujuh Wang Tzu Wei dari Taiwan dengan rubber game 21-17, 17-21, 21-15.

Di ajang internasional, kedua wakil Indonesia tersebut belum pernah bertemu. Hanya, melihat ranking dunia, Firman lebih diunggulkan.

Saat ini, dia ada di possi 113. Sementara, Evert terpuruk di 196 dunia.

Di nomor tunggal turnamen berhadiah tota USD 50 ribu tersebut, Indonesia masih punya Shesar Hiren Rustavito. Di babak III, dia mengalahkan rekannya satu klub Wisnu Yuli dengan 21-15, 21-9.

Dua tahun terakhir, gelar juara tunggal putra Vietnam Open selalu jatuh ke tangan pebulu tangkis Indonesia. Pada 2015, Tommy Sugiarto naik ke podium terhormat dan setahun sebelumnya giliran Dionysius Hayom Rumbaka.

Sayang, keduanya tak bisa turun. Tommy konsentrasi berlaga di Olimpiade Rio 2016 di Brasil bulan depan. Sementara Hayom,sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, bergelut dengan cedera. (*)