WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Jatim Pilih Bersikap Netral

PP PBSI terus mematangkan skuad tunggal putri. Induk organisasi bulu tangkis di tanah air tersebut rutin  mengirim para srikandi ke berbagai turnamen.

Hanya, ajang yang diikuti bukan turnamen level tinggi sekelas super series atau super series premier. Dinar Diah Ayustine diterjunkan ke berbagai event grand prix.

Setelah pekan lalu berlaga di Thailand Open di Bangkok, pekan ini merema unjuk kebolehan dalam Taiwan Masters. Levelnya pun lebih di bawah yakni grand prix.

Di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, capaian tertinggi di raih Dinar. Pebulu tangkis  yang direkrut dari Djarum Kudus tersebut mampu menembus babak perempat final. Dia lolos usai mengalahkan rekannya sendiri, Ruselli Hartawan.

Di Taiwan Masters, Dinar dan Ruselli kembali turun ke lapangan. Ikut berlaga juga Hana Ramadhini. Satu tunggal putri lainnya, Gregoria Mariska tak bisa ikut ambil bagian. Dia tengah dipersiapkan ke Kejuaraan Dunia Junior 2016.

Di Taiwan, Dinar diunggulkan di posisi kedelapan. Dalam laga perdana, perempuan asal Karanganyar, Jawa Tengah, tersebut bakal ditantang Chua Hui dari Singapura.  Sementara, Ruselli berjumpa dengan Tsang Wing Chiu (Hongkong) dan Hana, yang ditempatkan sebagai unggulan keenam, ditantang wakil tuan rumah Ling Fang Hu.

Di antara empat nomor lainnya, tunggal putra, ganda putra,  ganda putri, dan ganda campuran, nomor tunggal putri selalu dapat sorotan. Kegagalan selalu mengiringi dalam setiap ajang.

Ini jauh di era 1990-an. Saat itu, kekuatan merah putih disegani. Dengan Susi Susanti dan Mia Audina sebagai motor, Indonesia sukses meraih juara di Piala Uber yang merupakan lambang supremasi beregu putri. (*)

Terus Asah Kemampuan Srikandi Cipayung

PENGALAMAN MINIM: Dinar Dyah Ayustine (foto;BWF)
PP PBSI terus mematangkan skuad tunggal putri. Induk organisasi bulu tangkis di tanah air tersebut rutin  mengirim para srikandi ke berbagai turnamen.

Hanya, ajang yang diikuti bukan turnamen level tinggi sekelas super series atau super series premier. Dinar Diah Ayustine diterjunkan ke berbagai event grand prix.

Setelah pekan lalu berlaga di Thailand Open di Bangkok, pekan ini merema unjuk kebolehan dalam Taiwan Masters. Levelnya pun lebih di bawah yakni grand prix.

Di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, capaian tertinggi di raih Dinar. Pebulu tangkis  yang direkrut dari Djarum Kudus tersebut mampu menembus babak perempat final. Dia lolos usai mengalahkan rekannya sendiri, Ruselli Hartawan.

Di Taiwan Masters, Dinar dan Ruselli kembali turun ke lapangan. Ikut berlaga juga Hana Ramadhini. Satu tunggal putri lainnya, Gregoria Mariska tak bisa ikut ambil bagian. Dia tengah dipersiapkan ke Kejuaraan Dunia Junior 2016.

Di Taiwan, Dinar diunggulkan di posisi kedelapan. Dalam laga perdana, perempuan asal Karanganyar, Jawa Tengah, tersebut bakal ditantang Chua Hui dari Singapura.  Sementara, Ruselli berjumpa dengan Tsang Wing Chiu (Hongkong) dan Hana, yang ditempatkan sebagai unggulan keenam, ditantang wakil tuan rumah Ling Fang Hu.

Di antara empat nomor lainnya, tunggal putra, ganda putra,  ganda putri, dan ganda campuran, nomor tunggal putri selalu dapat sorotan. Kegagalan selalu mengiringi dalam setiap ajang.

Ini jauh di era 1990-an. Saat itu, kekuatan merah putih disegani. Dengan Susi Susanti dan Mia Audina sebagai motor, Indonesia sukses meraih juara di Piala Uber yang merupakan lambang supremasi beregu putri. (*)

Hentikan Euforia, Fokus Prestasi

EUFORIA Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sudah diakhiri. Kini, prestasinya keduanya kembali dituntut di Denmark Open 2016.

Ya, usai meraih emas Olimpiade Rio 2016 pada 17 Agustus lalu, Tontowi/Ahmad seakan tak pernah berhenti meraih apresiasi. Mulai dari uang hingga rumah dilakoni dari sponsor maupun pemerintah.

PERDANA: Tontowi/Liliyana ke Denmark Open 2016
Itu wajar karena emas yang diraih keduanya merupakan emas semata wayang bagi Indonesia dalam ajang empat tahunan tersebut. Sekaligus penyambung tradisi emas dari cabang olahraga bulu tangkis yang sempat terputus di London 2012.

Hanya, sekarang, konsentrasi keduanya fokus ke pertandingan. Ujian terdekat adalah di Denmark Open 2016.

Dalam ajang yang dilaksanakan di Odense pada 18-23 Oktober mendatang, keduanya ditempatkan sebagai unggulan kedua. Hanya, bukan tugas ringan untuk Tontowi/Liliyana bisa naik ke podium juara.

Di babak I ajang berhadiah USD 700 ribu, keduanya sudah berjumpa lawan berat. Tontowi/Liliyana berjumpa dengan pasangan Tiongkok Huang Kaixiang/Li Yinhui.

Keduanya belum pernah berjumpa. Hanya, biasanya, pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, sering memberikan mimpi buruk bagi Tontowi/Liliyana.

Bagi pasangan yang berasal dari klub yang sama, Djarum Kudus, Denmark Open menjadi salah satu ajang yang belum pernah dijuarai. Tahun lalu, keduanya kalah di final oleh pasangan Korea Selatan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na dengan tiga game 22-20, 18-21, 9-21.

Pada 2014, mereka juga menembus babak pemungkas. Sayang, langkah Tontowi/Liliyana dihentikan Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok) dengan 20-22, 15-21. (*)

Gelar buat Ibu yang Mau Operasi

AKHIRNYA: Rian/Berry juara di Thailand Open (foto: PBSI)
DAHAGA gelar Rian Agung Saputro/Berry Angriawan selama 2016 berakhir. Keduanya mampu menjadi juara nomor ganda putra dalam Thailand Open.

Dalam final yang dilaksanakan di Bangkok pada Minggu waktu setempat (9/10/2016), Rian/Berry mengalahkan Takuto Inoue/Yuki Kaneko dari Jepang dengan rubber game 17-21, 21-14, 21-18. .

 Tak seperti laga-laga sebelumnya, Rian/Berry kali ini harus memeras keringat untuk memenangkan pertandingan. Game pertama lepas dari pasangan juara Indonesian Masters 2015 ini setelah berusaha terus mengejar ketertinggalan.

 “Pertandingan final ini lawannya lebih ulet, lebih capek juga game-nya. Stamina dan pertahanan lawan juga bagus. Mungkin karena sebelumnya lawan kami tidak terlalu berat, jadi di final agak kaget, terutama di game pertama,” kata Rian seperti dikutip media PBSI

 Kalah di game perdana, ujarnya, membuat mereka tersengat.  Di game kedua, Rian/Berry mulai mengerti bagaimana caranya untuk meredam permainan pasangan Jepang tersebut. Mereka mengambil alih game kedua dan banyak mendapat poin dari smash keras yang menukik ke arah pertahanan Inoue/Kaneko.

 Di game ketiga atau penentuan berlangsung sangat menegangkan. Meskipun Rian/Berry lebih dominan, namun Inoue/Kaneko sempat menyalip perilolehan angka dan memimpin 11-10.

Namun Rian/Berry yang lebih berpengalaman, menunjukkan kelasnya di saat-saat genting. Pasangan nomor tetap tampil konsisten. Sedangkan Inoue/Kaneko justru sering melakukan kesalahan sendiri.

 Kemenangan ini sangat berarti buat Rian/Berry. Ini adalah turnamen terakhir mereka sebelum dipisahkan.

Rencananya, Rian akan dipasangkan dengan Hendra Setiawan, sedangkan Berry dengan Mohammad Ahsan. Pasangan anyar ini langsung dijajal di Eropa dalam Denmark Open dan France Open.

 “Berpisah sama Berry nggak sedih kok.  Mau pasangan sama siapapun, yang penting saya dan Berry sama-sama bisa maksimal prestasinya,” ujar Rian.

 Dia mempersembahkan kemenangan ini untuk ibunya yang akan kembali mejalani operasi tumor. Rian berharap kedua orangtua tambah semangat melihat dia menjadi juara anaknya juara.

 “Kalau saya, kemenangan ini untuk saya sendiri, ha ha ha. Soalnya 3 Oktober lalu, saya ulang tahun. Jadi ini kado buat saya,” tambah Berry. (*)

Kalah Cepat, Kalah Strategi

Sony Dwi Kuncoro (kiri) (foto;PBSI)
ASA Sony Dwi Kuncoro mengulangi sukses Thailand Open 2012 kandas. Dia dipaksa harus mengakui ketangguhan wakil tuan rumah Tanongsak Saensomboonsuk dengan straight game 15-21, 16-21 dalam babak final tunggal putra yang dilaksanakan di Bangkok pada Minggu waktu setempat (9/10/2016).

Ini menjadi kekalahan ketiga bagi Sony atas pebulu tangkis Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut dalam tujuh kali pertemuan. Kali terakhir, keduanya berjumpa di Hongkong Open 2013 dengan klemenangan Sony 21-14, 12-21, 21-14.

“Saya kalah cepat dari lawan, kalah strategi juga. Memang, saya akui permainan dia lebih bagus dari saya,” ujar Sony usai pertandingannya seperti dikutip media PBSI.


Sebenarya, Sony sudah mencoba untuk mengubah strategi. Tetapi, ungkapnya, Tanongsak bermain lebih taktis.

Di awal game kedua, Sony tampak bangkit dan mampu menahan serangan-serangan Saensomboonsuk yang menyulitkannya di game pertama. Sony memimpin 9-7.

 Namun, lagi-lagi pergerakan cepat Tanongsak tak dapat diimbangi Sony. Lelaki berusia 32 tahun tersebut kembali bermain dibawah tekanan.

 “Saya bersyukur saya bisa sampai ke babak final. Selanjutnya, saya harus bisa menjaga konsistensi penampilan saya,” tutur ayah dua orang putri ini.

 Pada 2012, Sony meraih juara dengan mengalahkan Chen Yueken dari Tiongkok dengan 21-17, 21-14. Tapi, sebelumnya di perempat final, dia mempermalukan andalan Negeri Panda, julukan Tiongkok, Lin Dan dengan 21-17, 21-16. Dua bulan setelah dari Thailand Open, Super Dan, julukan Lin Dan, meraih emas keduanya di olimpiade di London. (*)


Hasil Final Thailand Open 2016

Ganda Putri: Putitta Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai (x1, Thailand) v Mayu Matsutomo/Wakana Nagahara (x5/Jepang) 21-12, 21-17

Tunggal Putri: Aya Ohori (Jepang) v Busanan Ongbumrungphan (x3/Thailand) 25-23, 21-8

Ganda Putra:  Rian Agung Saputro/Berry Angriawan (x2/Indonesia) v Takuto Inoue/Yuki Kaneko (Jepang) 17-21, 21-14, 21-18

Ganda Campuran: Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (x3/Malaysia) v Tang Chun Man/Tse Ying Suet (Hongkong) 21-16, 22-20

Tunggal Putra: Tanongsak Saensomboonsuk (x5/Thailand) v Sony Dwi Kuncoro (x2/Indonesia) 21-15, 21-16

x=unggulan

Pemilihan Ketum PBSI di Surabaya

Gita Wirjawan yang akan maju ketum PBSI lagi
RODA organisasi PP PBSI terus berputar. Salah satu agenda pentingnya adalah menggelar Musyawarah Nasional (Munas) yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur, pada 30 Oktober-1 November 2016.

Kegiatannya nanti terdiri dari laporan pertanggungjawaban PBSI periode 2012-2016, penyusunan rancangan program kepengurusan PBSI periode berikutnya, serta pemilihan ketua umum PP PBSI untuk masa jabatan tahun 2016-2020.

Susunan kepanitiaan Munas akan dibagi menjadi dua bagian yaitu, Steering Committee dan Organizing Committee. Untuk steering committee akan diketuai oleh Sekjen PP PBSI Anton Subowo  sementara itu Achmad Budiharto ditunjuk sebagai ketua Organizing Committee Munas PBSI 2016.

Pendaftaran bakal calon ketua umum sendiri akan dibuka pada 15-27 Oktober 2016. Sementara proses verifikasi diadakan pada 27-30 Oktober 2016. Proses ini akan dilakukan oleh tim penjaringan bakal calon Ketua Umum PP PBSI yang akan dipimpin oleh Fuad Basya.

Sementara itu, Ketua Umum incumbent Gita Wirjawan yang berencana mencalonkan diri untuk kepengurusan periode mendatang berharap proses penyelenggaraan munas dapat berjalan dengan demokratis dan terbuka.

“Untuk memastikan proses penyelenggaraan Munas berlangsung  dengan terbuka, adil dan demokratis, maka saya sudah memberikan mandat kepada Sekjen PP PBSI, Anton Subowo, untuk bertanggung jawab dan memastikan Munas bisa berjalan dengan lancar dan terpilih ketua umum yang bisa menjalankan roda organisasi dengan baik dan memajukan perbulutangkisan di Indonesia,” kata Gita seperti dikutip media PP PSI.

Anton menyambut baik para bakal calon yang ingin menjadi ketua umum PP PBSI periode 2016-2020 yang terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia sesuai dengan ketetapan AD/ART PBSI. Pihaknya ingin proses Munas bisa berjalan sesuai amanat ketum.

''Untuk itu ,kami akan berusaha dan bekerja sebaik mungkin mewujudkan hal tersebut,” ujar Anton. (*)

Menghapus Catatan Buruk selama Setahun

GO WINNER: Berry Angriawan/Rian Agung Saputra
DALAM perjalanan selama 2016, Rian Agung Saputro/Berry Angriawan belum pernah mencicipi manisnya final. Capaian terbaiknya adalah perempat final Indonesia Masters.

Meski, sebenarnya hal itu adalah sebuah penurunan. Alasannya, tahun lalu, di ajang yang sama, Rian/Berry mampu menjadi juara dalam turnamen yang masuk kategori grand prix gold tesebut.

Tapi, pada Minggu (9/10/2016), menghabus catatan buruk tersebut terbuka. Rian/Berry mampu menembus babak final Thailand Open 2016.

Di babak semifinal yang dilaksanakan sehari sebelumnya (8/10/2016), unggulan kedua tersebut menghentikan langkah Lim Khim Wah/Ong Jian Guo dari Malaysia dengan dua game langsung 21-17, 21-18. Ini merupakan pertemuan perdana kedua pasangan.

Dalam perebutan posisi terhormat, Rian/Berry bakal ditantang Takuto Inoue/Yuki Kaneko. Di semifinal, pasangan Jepang tersebut menundukkan wakil Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dengan 21-19, 24-22.

Di atas kertas, Rian/Berry seharusnya bisa memenangkan pertandingan. Pasangan Negeri Sakura, julukan Jepang, hanya menempati posisi 44 dunia. Sementara, Rian/Berry duduk di ranking 17.

Tahun lalu, gelar juara Thailand Open jatuh ke pasangan merah putih, Ade Yusuf/Wahyu Nayaka. Sayang, pasangan ini sudah berpisah. Alasannya, Ade sakit dan harus dikembalikan ke klub asalnya, Wima Surabaya. (*)


Agenda Final Thailand Open 2016

Ganda putri: Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai (Thailand x1) v Mayu Matsutomo/Wakana Nagahara (Jepang x5)

Tunggal putri: Aya Ohori (Jepang) v Busanan Ombamrungphan (Thailand x3)

Ganda putra: Takuto Inoue/Yuki Kaneko (Jepang) v Rian Agung Saputro/Berry  Angriawan (Indonesia x2)

Ganda campuran: Tang Chun Man/Tse Ying Suet (Hongkong) v Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (Malaysia)

Tunggal putra: Tanongsak Saensomboonsuk (Thailand) v Sony Dwi Kuncoro (Indonesia x2)

x=unggulan

Ingin Ulangi Memori Manis 2012

Tanongsak sudah empat kali kalah oleh Sony
DI Thailand Open 2012, kala itu, Sony Dwi Kuncoro sangat didgaya. Di semifinal, dia dikeroyok tiga pebulu tangkis Tiongkok.

Lawan yang dihadapi pertama pun bukan sembarang, Lin Dan, yang di tahun yang sama bisa meraih emas Olimpiade London 2012. Namun, Sony mampu mengalahkannya dengan dua game langsung 17-21, 16-21.

Padahal, Super Dan, julukan Tiongkok, datang dengan status unggulan teratas. Jauh dengan arek Suroboyo tersebut yang tak diunggulkan sama sekali.

Kemenangan itu membuat Sony menantang Chen Yueken. Di babak sebelumnya, dia melibas kompatriot (rekan senegara) Gao Huan dengan 21-14, 21-15. Di partai pemungkas, Sony memetik kemenangan 21-17, 21-14.

Kini, kesempatan merasakan gelar di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut datang kembali. Sony mampu menembus babak final Thailand Open 2016.

Dalam semifinal yang dilaksanakan di Bangkok pada Sabtu waktu setempat (8/10/2016), arek Suroboyo berusia 32 tahun tersebut mengalahkan Lee Cheuk Yiu dari Hongkong dengan tiga game 19-21, 21-16, 21-17. Pertandingan ini memakan waktu 1 jam 1 menit.

Untuk bisa juara, bapak dua putri tersebut harus bisa menyingkirkan Tanongsak Saensomboonsuk. Andalan tuan rumah itu meraih tiket final usai menundukkan wakil Jepang Kenta Nishimoto dengan straight game 21-19, 21-16.

Selama ini, Sony sudah enam kali berjumpa dengan Tanongsak. Hasilnya, dia unggul empat kali.

Pertemuan terakhor terjadi di Hongkong Open 2013. Sony menang tiga game 21-14. 12-21, 21-14.

''Moga bisa mengulangi hasil Thailand Open 2012,'' tulis Sony dalam pesan singkatnya. (*)

Sedikit Turnamen tapi Efektif

Lee Hyun-il sekarang berada di posisi ke-16
USIA Lee Hyun-il terus merambah senja. Pada 2016, dia berumur 36 tahun.

Sebuah jenjang yang seharusnya sudah pensiun bagi pebulu tangkis yang mengejar prestasi. Tapi, itu tak belaku bagi lelaki asal Korea Selatan tersebut.

Bahkan, rankingnya malah menanjak. Dalam rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 6 Oktober 2016, Hyun-il ada di posisi ke-16.

Tempat ini jauh lebih bagu dibandingkan pekan lalu. Sebelumnya, dua kali semifinalis olimpiade, Beijing 2004 dan London 2012, tersebut berada di ranking 20 dunia.

Naiknya ini tak lepas dari hasil yang diraih dalam Korea Open 2016. Dalam ajang berhadiah total USD 600 ribu tersebut, Hyuil melangkah hingga babak semifinal.

Dia dihentikan kompatriot (rekan satu negara) yang juga juniornya, Son Wan-ho, dengan tiga game 13-21, 21-14, 10-21.Pertandinga ini sangat menguras tenaga dan berlangsung selama 1 jam 03 menit.

Wan-ho pula yang menjegalnya di pekan sebelumnya pada Japan Open 2016. Hanya, ketika itu, laga terjadi di perempat final.

Sebenarnya, tahun ini, Hyun-il tak banyak mengikuti turnamen. Tercatat hanya lima event yang dia turun lapangan.

Hasilnya cukup efektit. Hyun-il menjadi juara di US Open dan Thailand Masters, serta finalis di Canada Open. Ketiganya merupakan ajang grand prix dan grand prix gold. (*)

Harusnya Bisa ke Final Dulu

Lee Cheuk Yiu akan dihadapi Sony di semifinal
LANGKAH Sony Dwi Kuncoro menjuarai Thailand Open 2016 semakin dekat. Kini, perjalanannya dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut sudah menembus semifinal.

Dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Bangkok pada Jumat malam waktu setempat (7/10/2016), Sony menang dua game langsung 21-12, 21-15 atas Hsueh Hsuan Yi dari Taiwan. Ini menjadi kemenangan kedua arek Suroboyo tersebut atas lawan yang sama.

Sebelumnya, keduanya berjumpa di Taiwan Open 2015. Hasilnya, Sony memetik kemenangan dengan dua game 21-17, 27-25.

Dibandingkan dua pertandingan di Thailand Open 2016 lalu, kemenangan di perempat final ini lebih mudah. Saat di babak I dan II, Sony harus memeras keringat selama tiga game.

''Di perempat final tadi, main saya lebih taktis,'' ungkap Sony melalui layanan pesang singkat.

Langkah ke final pun terbentang luas. Mantan tunggal terbaik Indonesia tersebut ditantang wakil Hongkong yang berstatus nonunggulan Lee Cheuk Yiu.

Secara ranking, Sony unggul jauh. Pebulu tangkis yang kini bernaung di Tjkarindo Masters tersebut ada di posisi 31. Sementara, Cheuk Yiu di 123. (*)

Hendra/Ahsan Sudah Beda Pasangan

Hendra Setiawan tak bersama Ahsan di Denmark
KABAR bakal bercerainya Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan akhirnya terealisasi. Keduanya sudah pasti berpisah dalam ajang Denmark Open 2016.

Dari undian yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Hendra dan Ahsan sudah punya pasangan baru. Seperti tersiar sebelumnya, Hendra dipasangkan dengan Rian Agung Saputro dan Ahsan dengan pasangan Rian sebelumnya, Berry Anggriawan.

Untung, di babak I Denmark Open 2016, kedua pasangan tak berjumpa unggulan.Hendra/Rian berjumpa dengan Jonas Raly Jansen/Josche Zurwone dari Jerman yang hanya berperingkat 76 dunia.

Sedangkan Ahsan/Berry menantang pasangan Korea Selatan Choi Solgyu/Kim Gi-jung. Menariknya, lawannya juga merupakan pasangan anyar.

PP PBSI memutuskan memisahkan Hendra/Ahsan meski ranking dunianya masih bagus. Di rilis BWF terakhir, mereka masih ada di posisi kelima dunia.

Sayang, di 2016 ini, penampilan Hendra/Ahsan tak sesuai ekspektasi. Mereka hanya mampu sekali juara dan itu pun hanya di level grand prix gold.

Di ajang super series atau super series, juara dunia 2015 tersebut nihil gelar. Bahkan, saat diharapkan berada di puncak penampilan dalam Olimpiade Rio 2016, Hendra/Ahsan tampil mengecewakan. Mereka sudah tersingkir di babak penyisihan grup dengan hanya sekali memetik kemenangan dalam tiga penampilan.

Di Denmark Open 2016, selain Hendra/Rian dan Ahsan/Berrry, pasangan Indonesia yang ikut ambil bagian dalam turnamen berhadiah total USD 700 ribu tersebut adalah Kevin Sanjaya/Marcus ''Sinyo'' Gideon dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. (*) 

Tiket Perempat Final di Tangan

Ruselli Hartawan akan berjumpa rekan sendiri (foto:BWF)
TUNGGAL putri sudah punya wakil di perempat final Thailand Open 2016. Meski, ajang berhadiah total USD120 ribu tersebut baru memasuki babak II.

Ini dikarenakan dua wakil merah putih, Dinar Dyah Ayustine dan Ruselli Hartawan, saling bertemu. Di laga perdana yang dilaksanakan di Bangkok pada Rabu waktu setempat (5/10/2016), keduanya memetik kemenangan.

Dinar membuat kejutan dengan menumbangkan unggulan kedelapan Kaori Imabeppu dari Jepang dengan straight game 22-20, 21-12. Sedangkan Ruselli menghentikan perlawanan wakil tuan rumah Supanida Katethong dengan 21-23, 21-14, 21-15.

Bagi keduanya, Dinar dan Ruselli, pertemuan di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, itu menjadi duel perdana di ajang internasional. Hanya, di atas kertas, Dinar lebih diunggulkan untuk melaju.

Alasannya, ranking yang dimiliki  pebulu tangkis yang direkrut dari Djarum Kudus tersebut rankingnya lebih bagus.Saat ini, dia ada di posisi 51 atau 26 setrip lebih tinggi dibandingkan Ruselli.

Tahun lalu, keduanya sama-sama berlaga di Thailand Open. Langkah Dinar dan Ruselli pun sama, langsung tumbang di babak I.

Dinar dikalahkan unggulan kedua Sung Ji-hyun dari Korea Selatan dengan dua game langsung 11-21, 10-21. Sementara, Ruselli dihentikan unggulan ketiga Sun Yu (Tiongkok) 16-21, 15-21. Sejak 1994, setelah Susi Susanti juara, belum ada lagi tunggal putri Indonesia yang naik podium terhormat. (*)

Ketemu Musuh Tahun Lalu

Pannawit Thongnuam akan menjajal Sony (foto:twitter)
KEJUTAN nyaris kembali terjadi di nomor tunggal putra dalam Thailand Open 2016. Kali ini, unggulan kedua Sony Dwi Kuncoro hampir saja pulang leih awal dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut.

Mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut kalah mudah 13-21 di game pertama oleh rekannya sendiri, Vicky Angga Saputra. Di game kedua, Sony juga menang susah payah untuk bisa menang dengan 22-20.

Kemenangan di game kedua membuat kepercayaan diri bapak dua putri tersebut bangkit. Di game ketiga atau game penentuan, Sony unggul relatid mudah 21-12 dalam pertandingan babak kedua Thailand Open 2016 yang dilaksanakan di Nimibutr Stadium, Bangkok, pada Rabu malam waktu setempat (5/10/2016).

Secara ranking, secara ranking Sony tak perlu memeras keringat selama tiga game. Saat ini, dia ada di posisi 30 dunia. Sedangkan Vicky masih terdampar di 362.

Di perempat final, Sony akan dijajal pebulu tangkis tuan rumah Pannawit Thongnuam. Di babak kedua, dia menghentikan wakil merah putih Firman Abdul Kholik dengan rubber game 21-12, 15-21, 21-18.

Pertemuan ini merupakan ulangan tahun lalu. Ketika itu, pada laga yang dilaksanakan 29 September, Sony dipaksa bertarung tiga game 21-15, 14-21, 21-13.

Pada 2015, langkah peraih medali perunggu di Olimpiade Athena 2004 tersebut hanya sampai perempat final. Dia dikalahkan mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka dengan 14-21, 11-21.

Namun, pada 2012, Sony pernah menjadi juara dalam ajang yang kini masuk kategori grand prix gold tersebut. Selain Sony, di babak perempat final Thailand Open 2016, Indonesia hanya menyisakan Panji Ahmad Maulana. (*)

Unggulan Teratas Langsung Tersingkir

Ihsan gagal mengatasi Suppanyu (foto:PBSI)
KEJUTAN langsung tersaji di hari I Thailand Open 2016. Unggulan teratas di tunggal putra, Ihsan Maulana Mustofa dipaksa langsung angkat koper.

Pebulu tangkis binaan Pelatnas Cipayung tersebut menyerah tiga game Suppanyu Avihingsanon dari Thailand dengan 17-21, 21-17, 18-21 di Bangkok pada Selasa waktu setempat (4/10/2016). Sebenarnya, di atas kertas, Ihsan jauh unggul dibandingkan lawan.

Saat ini, dia ada di ranking 23 dunia. Sedangkan Suppanyu di 174.

Ihsan pernah membuat lawannya tersebut menyerah di laga pemungkas nomor beregu SEA Games 2015. Saat itu, dia unggul 20-22, 21-16, 21-9. Sayang, di Vietnam Open di tahun yang sama, giliran wakil merah putih tersebut dihentikan dengan 21-17, 15-21, 19-21.

“Saya tidak bermain di penampilan terbaik saya hari ini. Banyak sekali pukulan-pukulan yang tidak pas, dan permainan saya cenderung monoton, kurang variasi,” kata Ihsan seperti dikutip media PBSI

Dia mengakui sebenarnya Suppanyu tidak banyak berubah dibanding pertemuan sebelumnya. Hanya, Ihsan bermain kurang bermain maksimal. ''Seharusnya saya bisa bermain lebih baik dari hari ini. Kecepatan kaki saya berkurang, rasanya pergerakan saya lambat sekali,” tambah Ihsan.

Kegagalan ini menjadi pil pahit beruntun. Pekan lalu, Ihsan juga gagal menjadi juara di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 di Jawa Barat. Ihsan dipermalukan mantan penghuni Pelatnas Cipayung yang membela Jawa Timur Wisnu Yuli. (*)

Bukan Lawan Sepadan bagi Sony

Sony Dwi KUncoro menembus babak II Thailand Open 2016
LANGKAH ringan dilalui Sony Dwi Kuncoro di Thailand Open 2016. Unggulan kedua tersebut hanya butuh 25 menit untuk mengalahkan wakil tuan rumah Pollakorn Jarasjindawong dengan dua game langsung 21-6, 21-10 dalam pertandingan babak I yang dilaksanakan di Bangkok pada Selasa waktu setempat (4/10/2016).

Di atas kertas, Sony memang jauh unggul dibandingkan lawannya. Saat ini, ranking arek Suroboyo tersebut ada di 30 dunia. Sedangkan Pollakorn masih di 357.

Di babak kedua, bapak dua putri tersebut akan menghadapi sesama pebulu tangkis Indonesia Viky Angga Saputra. Di babak I, dia menghentikan asa Karnphop Attaviroj (Thailand) dengan 21-12, 21-15.

Seharusnya, Sony juga tak akan mengalami kesulitan menghadapi juniornya tersebut. Vicky merupakan pebulu tangkis yang rankingnya masih di jauh di bawah, 362.

Thailand Open menjadi turnamen ketiga yang diikuti secara beruntun oleh Sony. Sebelumnya, peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut berlaga di Japan Open dan Korea Open.

Sayang, dalam ajang yang masuk kategori super series dalam kalender BWF(Federasi Bulu Tangkis Dunia) tersebut, dia tumbang di babak-babak awal. Di Negeri Sakura, Sony kalah di babak II dan di Korea Open langsung tersisih dalam penampilan perdana.

Sony sempat mencuri perhatian saat menjadi turnamen super series, Singapore Open. Hanya, setelah itu, dia gagal mempertahankan perormance. (*)

Unjuk Kemampuan sebelum Berpisah

Rian Agung/Berry Anggriawan
KEMAMPUAN Rian Agung Saputro/Berry Anggriawan belum maksimal. Keduanya belum pernah menjadi juara dalam ajang super series atau super series premier.

Bahkan, tahun ini, tak ada satu pun gelar yang diraih. Beda dengan tahun lalu yang sempat menjadi pemenang di Indonesian Masters.

Tak heran, jika PBSI bakal memisahkan keduanya untuk sementara. Rian/Berry akan dikocok dengan pasangan senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Rian dengan Hendra dan Berry dengan Ahsan.

Pasangan anyar ini akan mengawali debutnya di Eropa. Ada dua ajang bergengsi yang diikuti yakni Denmark Open Super Series Premier dan France Open Super Series.

Tapi, sebelum dipisahkan, Rian/Berry akan unjuk kebolehan dalam Thailand Open. Turnamen ini masuk kategori grand prix gold karena berhadiah total USD 120 ribu.

Dalam ajang tersebut, Rian/Berry diharapkan bisa melangkah jauh. Ini disebabkan keduanya ditempatkan sebagai unggulan kedua. Unggulan teratas ditempati pasangan senior Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.

Di babak I, mereka bakal berjumpa pasangan gado-gado Indonesia Thailand Lukhi Apri Nugroho/Bowornwatanuwong Phutthaporn. Di atas kertas, Rian/Berry bakal melaju mulus.

Tahun lalu, Rian/Berry hanya sampai babak kedua. Mereka dikalahkan mantan pasangannya masing-masing, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. (*)

Ada Pelatih Indonesia di Belakang Son Wan-ho

Agus saat menangani Dionysius Hayom Rumbaka
DALAM dua ajang terakhir, Son Wan-ho memetik sukses. Di Japan Open 2016, pebulu tangkis tunggal putra Korea Selatan tersebut menembus semifinal.  Langkahnya dihentikan oleh Jan O Jorgensen dari Denmark dengan dua game langsung 14-21, 19-21.

Sepekan kemudian (2/10/2016), Wan-ho melangkah lebih jauh. Di kandang sendiri, dia mampu menembus babak final.

Sayang, ambisi menjadi juara kandas. Lelaki 28 tahun tersebut dihentikan Qiao Bin dari Tiongkok dalam pertarungan rubber game 11-21, 23-21, 7-21.

Capaian ini cukup mengejutkan. Alasannya, selama ini, Wan-ho jarang bisa stabil.  Bahkan, dia lebih sering kandas di babak-babak awal.

Ternyata, ada yang menjadi pembeda dibandingkan sebelumnya. Apa itu? Di belakang Wan-ho ada sosok baru.

Dia adalah Agus Dwi Santoso. Pelatih tersebut sudah tak asing bagi insan bulu tangkis Indonesia.

Agus merupakan pelatih yang sudah lama berada di Pelatnas Cipayung. Polesannya di tunggal putra sudah tak diragukan lagi.

Di tangannya, Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso pernah merajai pentas internasional. Tentu kehadiran Agus di Negeri Ginseng,julukan Korea Selatan, diharapkan mengangkat prestasi nomor tunggal putranya.

''Ya benar, Agus memang melatih Korea Selatan. Hanya, sampai kapan, saya tidak tahu,'' kata Fung Permadi, manajer PB Djarum Kudus.

Ya, Agus memang berasal dari klub raksasa tersebut. Bahkan, saat tak lagi dipakai Pelatnas Cipayung, dia kembali ke Kota Kretek, julukan Kudus, tempat para tunggal putra digembleng. (*)

Tuan Rumah Gagal Sapu Bersih

Akane Yamaguchi naik podium juara di Korea Open 2016
KOREA Selatan gagal cetak sejarah. Pebulu tangkis tuan rumah gagal melakukan sapu bersih dalam Korea Open 2016.

Dari lima gelar yang berpeluang disabet, wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, hanya mampu meraih tiga gelar yakni dari ganda putra melalui Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong, Jung Kyun-eun/Shin Seung-chan( ganda putri), dan pasangan ganda campuran Ko Sung-hyun/KIm Ha-na.  Di final yang dilaksanakan di Seoul pada Minggu waktu setempat (2/10/2016), mereka mengalahkan lawan-lawannya.

Di ganda putra, Yong-dae/Yeon-seong, yang diunggulkan di posisi pertama, dipaksa tampil tiga game 16-21, 22-20, 21-18 untuk menghentikan ambisi wakil Tiongkok yang diunggulkan di posisi ketujuh, Li Junhui/Liu Yucheng. Kemenangan ini membuat mereka sukses mempertahankan gelar yang disabet tahun lalu.

Sedang di ganda putri, unggulan teratas Jung Kyun-eun/Shin Seung-chan hanya butuh dua game 21-13, 21-11 guna melibas pasangan Negeri Panda, julukan Tiongko, Luo Ying/Luo Yu. Sementara di ganda campuran yang dipilih sebagai partai pertama, Ko Sung-hyun/KIm Ha-na, yang menempati unggulan pertama, hanya butuh 38 menit untuk menjadi juara. Mereka memupus asa Zheng Siwei/Chen Qingchen (Tiongkok) dengan 21-14, 21-19.

Sayang, di dua nomor lain, tunggal putra dan tunggal putri, duta Korea Selatan menyerah. Di tunggal putra, Son Wan-ho tak berdaya di tangan Qiao Bin. Dia menyerah 11-21, 23-21, 7-21 dari wakil Tiongkok tersebut. Di tunggal putri, Sung Ji-hyun menyerah tiga game 22-20, 15-21, 18-21 kepada Akane Yamaguchi, unggulan ketujuh dari Jepang.

Sebenarnya, jika tunggal putra dan tunggal putri bisa diraih, Korea Selatan akan menjadi negara pertama yang mampu menyapu bersih gelar. Meraih tiga gelar pernah dilakukan wakil tuan rumah.Itu terjadi pada 1991dan 2001.

Indonesia sendiri juga ikut ambil bagian di Korea Open 2016. Sayang, Sony Dwi Kuncoro di tunggal putra dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di ganda putra yang diharapkan bisa berprestasi sudah tersingkir sebelum melangkah jauh. Sony tumbang di babak I dan Hendra/Ahsan di perempat final.  (*) 

Mungkin Sudah Lupa Gaya Lawan

LABIL: Simon Santoso bakal turun di Thailand
 SIMON Santoso belum bisa bangkit dari keterpurukan. Kegagalan demi kegagalan selalu mengiringi dalam setiap penampilan di ajang internasional.

Akibatnya, ranking yang dimiliki Simon masih belum memuaskan. Dari ranking terakhir yang dirilis BW (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada 29 September lalu, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut tercecer di 116.

Selama 2016, tercatat Simon hanya tampil di lima turnamen. Di Thailand Challenge saja dia mampu melangkah hingga perempat final.

Sedangkan di ajang yang levelnya lebih tinggi, maksimal mantan peringkat ketiga dunia tersebut hanya sampai babak II. Itu terjadi dalam Indonesian Masters.

Kini, Simon pun kembali unjuk kebolehan. Lelaki yang pernah menjadi tunggal putra terbaik Indonesia tersebut berlaga dalam Thailand Open 2016.

Hanya, tumbang di laga perdana bisa terjadi. Di babak I turnamen level grand prix gold tersebut, Simon langsung bertemu dengan andalan tuan rumah yang juga diunggulkan di posisi keempat Boonsak Ponsana.

Sebagai sesama pebulu tangkis senior, keduanya sudah delapan kali bertemu. Hasilnya, Simon hanya menang tiga kali.

Tapi, kedua pebulu tangkis kali terakhir bertemu sudah lima, tepatnya lima tahun lalu. Saat itu, di All England 2011, Boonsak menang 19-21, 15-21. Tak menutup kemungkinan, keduanya sudah lupa gaya bermain lawannya.

Kini, andalan Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut lebih diunggulkan. Rankingnya di posisi 29 menjadi modal baginya untuk menghentikan Simon. (*)

Moncer usai Istirahat

Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong
KEGAGALAN di Olimpiade Rio 2016 memukul Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong. Diharapkan menyumbang emas bagi Korea Selatan di ajang empat tahunan tersebut, keduanya harus pulang lebih awal.

Yong-dae/Yeon-seong tersingkir di babak kedua.Pasangan nomor satu dunia tersebut menyerah kepada wakil Malaysia Goh V Shem/Tan Wee Kiong dalam pertarungan tiga game 21-17, 19-21, 16-21. Kekalahan ini cukup mengejutkan.Dalam lima kali pertemuan sebelumnya, mereka hanya sekali sekali. Bahkan, tiga perjumpaan terakhir, Yong-dae/Yeon-seong selalu unggul.

Kekalahan tersebut membuat mereka beristirahat. Buktinya, di Japan Open 2016, Yong-dae/Yeon-seong memilih absen.

Hasilnya, kini, kekuatan keduanya mulai pulih. Di kandang sendiri, keduanya mampu menembus final Korea Open 2016.Hanya, langkah menembus final dalam ajang berhadiah total USD 600 ribu tersebut tak mudah.

Usai mendapat bye di babak I, Yong -dae/Yeon-seong dipaksa bertarung ketat dua game 21-19, 21-19 atas Liu Xialong/Lu Kai dari Tiongkok. Di perempat final, keduanya juga harus memeras keringat selama tiga game 21-15, 18-21,
21-18 oleh Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dari Jepang.

Kemenangan ini membuat Yong-dae/Yeon-seong semakin panas. Tak mengalami kesulitan, keduanya melangkah ke final berkat kemenangan dua game 21-11, 21-16 atas Huang Kaixiang/Wang Yilyu (Tiongkok).

Lawan yang akan dihadapi di Seoul pada Minggu (2/10/2016) adalah Li Junhui/Liu Yuchen dari Tiongkok. Kemampuan pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut tak boleh dipandang sebelah mata.

Meski, secara ranking, Yong-dae/Yeon-seong jauh lebih unggul. Saat ini, mereka ada di posisi teratas. Sementara, lawannya ada di posisi ke-12.

Li/Liu pernah mempermalukan Yong-dae/Yeon-seong di Tiongkok Open 2015. Untung, dalam Kejuaraan Asia yang juga dilaksanakan di Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, Yong-dae/Yeon-seong mampu melakukan revans. (*)