WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Masih Jadi Warga Indonesia

Markus Wijanu

SOSOK ini selalu ada di tim Singapura selama Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2014. Dia duduk di kursi pelatih Negeri Singa, julukan Singapura.
 Wajahnya pun khas Jawa. Ya, dia adalah Markus Wijanu.
Dia pernah menjadi pebulu tangkis nasional Indonesia. Bahkan,  Janu, sapaan karibnya, pernah masuk Tim Piala Thomas.
 Lelaki yang kini berusia 27 tahun itu menjadi tunggal keempat setelah Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso.
 "Tapi setelah Piala Thomas itu saya ke Singapura. Saya diajak Kang Asep (Suharno, mantan pelatih di Pelatnas Cipayung)," ungkap Janu.
 Hanya, saat Asep meninggalkan Singapura untuk menangani Vietnam, dia memilih bertahan. Lelaki asal Klaten, Jawa Tengah, itu menjadi sparring partner bagi para pebulu tangkis negeri pulau itu.
 "Tahun depan, kontrak saya habis. Nggak tahu diperpanjang atau tidak," terang Janu.
 Dibandingkan beberapa rekannya, Janu masih layak dapat acungan jempol. Dia masih tercatat menjadi warga Negara Indonesia.
 Sedangkan nama-nama seperti Shinta Mulia Sari dan Danny Bawa Chrisnanti sudah beralih menjadi warga negara Singapura.
 "Saya masih cinta Indonesia," terang Janu sambil berpamitan hendak mendampingi pebulu tangkis Singapura. (*)

Piala Thomas, Asian Games, dan Tuah New Delhi

Gita Wirjawan

GITA Wiryawan konsentrasi terbagi. Di satu sisi, dia harus berjuang untuk bisa menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. Di satu sisi, sebagai ketua umum PP PBSI Gita diharapkan bisa mengembalikan prestasi bulu tangkis Indonesia.
  Di Surabaya usai mengikuti konvensi Partai Demokrat, Gita malas bicara politik. Mantan Menteri Perdagangan RI itu lebih suka berbicara tentang bulu tangkis.
 "Di bawah Rexy (Mainaky, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI), bulu tangkis Indonesia mengalami banyak kemajuan. Dengan hasil selama 2013, kita yakin prestasi bulu tangkis Indonesia akan cerah selama 2014," kata Gita.
 Ya, selama 2013, prestasi yang bisa dibanggakan adalah sukses Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi juara ganda campuran All England serta juara dunia di Guangzhou, Tiongkok. Selain itu, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan juga menjadi juara dunia ganda putra.
 "Keduanya juga kami harapkan bisa menjadi juara di All England 2014. Untuk nomor lainnya masih berat," ungkap Gita.
 Selain itu, Gita juga menargetkan juara Piala Thomas. Hanya, target itu tak berlaku untuk Piala Uber.
 "Untuk Piala Uber, saya harapkan bisa menembus babak semifinal. Para pebulu tangkis putri sudah ada kemajuan," lanjut dia.
 Dia mencontohkan Bellaetrix Manuputty dan pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Keduanya mengalami progres yang bagus dibandingkan pebulu tangkis putri lainnya.
 "Bellaetrix tampil bagus dan menjadi juara tunggal putri SEA Games 2013. Pada Superliga (Bulu Tangkis Indonesia 2014 di Surabaya), dia juga bagus," lanjut Gita.
Event lain yang menjadi bidikan adalah Asian Games dan Kejuaraan Dunia. Dalam Asian Games di Incheon, korea selatan, Gita menyebut satu gelar minimal harus dibawa pulang.
 Untuk Piala Thomas dan Uber yang dilaksanakan Mei di New Delhi, dia tak mau dipolitisasi. Alasannya waktunya saja yang kebetulan sebulan sebelum pelaksanaan Pemilihan Presiden.
 Jika Indonesia juara dan Gita maju sebagai calon presiden, ini akan memberi arti yang sangat besar baginya. Suara yang akan lari ke Gita bakal melonjak secara signifikan.
 "Saya memang berjodoh dengan New Delhi (host Piala Thomas-Uber 2014). Bukan karena dari sana saya akan jadi presiden, tapi saya memang hapal kotanya karena tiga tahun tinggal di sana. Semoga saja Indonesia bisa juara Piala Thomas di India," ungkap dia. (*)

Lolos Semifinala meski Zwiebler Kalah

BANGKIT: Dieter Domke (foto:badzine)

Tim putra Jerman menginjakkan kaki di babak semifinal Kejuaraan Beregu Eropa 2014. Negeri beribukota Berlin itu mampu menundukkan Ukraina dengan skor 3-1 dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Basel, Swiss, pada Jumat waktu setempat (14/2) atau Sabtu dini hari WIB (15/2).
 Ironisnya, lagi-lagi tunggal putra terbaik Jerman Marc Zwiebler gagal memetik kemenangan. Pebulu tangkis yang kini duduk di ranking 11 dunia tersebut secara mengejutkan kalah oleh Dmytro Zavadsky 18-21, 21-16,16-21.
 Padahal, dalam tiga pertemuan sebelumnya, Zwiebler selalu menang. Dari segi peringkat, pebulu tangkis yang membela Musica Champions dalam Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2013 lalu.
 Namun, Zwiebler ini tak merembet ke rekan-rekannya yang lain. Dieter Domke kembali menjadi penyala semangat rekan-rekannya.
 Pebulu tangkis dengan ranking 64 dunia tersebut menang 21-18, 21-16 atas Valeriy Artashchenkov. Jerman kemudian memper besar keunggulan melalui tunggal ketiga Lukas Schmidt yang memupus asa Artem Pochtarev 21-14, 21-17.
 Finalis Kejuaraan Beregu Putra Eropa 2012 itu memastikan lolos ke empat besar melalui Michael Fuchs/Johannes Schoettler yang menang mudah 21-12, 21-16 atas Valeriy Artashchenkov/Gennadiy Natarov.
 Pada babak semifinal, Jerman, yang diunggulkan di posisi kedua, akan dijajal unggulan ketiga Inggris. Lawannya tersebut pada babak perempat final susah payah menyingkirkan Prancis dengan skor 3-2. (*)

Hasil Perempat Final
Putra:
Denmark (x1) v Rusia 3-0
Jerman (x2) v Ukraina 3-1
Inggris (x3) v Prancis (x6) 3-2
Finlandian v Swedia 3-0

Putri:
Denmark (x1) v Spanyol 3-1
Jerman (x2) v Inggris 3-0
Bulgaria (x3) v Ukraina 3-0
Rusia (x4) v Prancis 3-0

Tim Thomas TC di Luar Jakarta

Tommy Sugiarto
PIALA Thomas sudah 10 tahun pergi dari Indonesia. Sejak 2004, trofi lambang beregu putra tersebut direbut Tiongkok.
 ‘’Tahun ini kesempatan kita. Peluang masih imbang dengan Tiongkok untuk bisa menjadi juara Piala Thomas,’’ kata Ketua Umum PP PBSI Gita Wirjawan di Surbaya pada Kamis (13/2).
 Dia pun menghitung nomor yang menjadi andalan Indonesia. Namun, lelaki yang baru saja mundur sebagai Menteri Perdagangan RI itu mengakui nomor ganda lebih bisa diandalkan.
 ‘’Kita punya tiga pasangan ganda putra yang kekuatannya berimbang. Di tunggal memang Tommy Sugiarto yang terkuat tapi untuk melawan Chen Long dari Tiongkok masih berat,’’ terang Gita.
 Namun, dari tiga pasangan tersebut kans turun ke lapangan lebih besar kepada Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Angga Pratama/Rian Agung Saputra.
 Nah, Gita pun membeberkan bahwa saat ini Indonesia sudah selangkah menembus putaran final Piala Thomas yang dilaksanakan di New Delhi, India, pada Mei mendatang. Alasannya, kumpulan poin merah putih ada di posisi kedua.
 ‘’Kita di bawah Tiongkok. Tapi, kita juga tak boleh lengah,’’ ungkap lelaki yang maju jadi Presiden RI melalui konvensi Partai Demokrat tersebut.
 Malaysia, ungkap Gita, siap menggoyang posisi merah putih. Alasannya,negeri jiran tersebut ingin Indonesia bertemu dengan Negeri Panda, julukan Tiongkok, sebelum laga final.
 Nah, untuk merealisasikan ambisi membawa pulang Piala Thomas, Tim Indonesia akan masuk karantina selama tiga minggu. Tujuannya agar konsentrasi Hendra Setiawan dkk tak terganggu.
 ‘’Lokasinya pun di luar kota bukan di Cipayung,’’ lanjut Gita.
 Hanya, Gita tidak menyebutkan lokasi tempat pemusatan latihan tersebut. (*)

Satu Negara Maksimal Dua Wakil

KANDIDAT: Chen Long
BWF mengeluarkan aturan tegas. Federasi Bulu Tangkis Dunia tersebut hanya mengizinkan satu negara mengirim satu wakil dalam Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
 Ini tentu berbeda dengan olimpiade-olimpiade sebelumnya. Bahkan, pada Olimpiade London 2012, setiap negara bisa mengirimkan tiga negara asalkan ada negara yang pebulu tangkisnya masuk dalam posisi delapan besar.
 Saat itu, Tiongkok menempatkan tiga wakilnya di nomor tunggal putra dan tunggal putri. Di tunggal putra, Negeri Panda, julukan Tiongkok, diwakili  Lin Dan, Chen Long, dan Chen Jin. Sementara, Li Xuerui, Wang Shixian, dan Wang Yihan membela Tiongkok di tunggak putri.
Negeri dengan Tembok Raksasa itu juga menjadi satu-satunya negara yang menempatkan tiga wakilnya di satu nomor.
 Dengan sistem kualifikasi yang baru, sebuah negara maksimal meloloskan dua wakilnya ke Rio de Janeiro. Syaratnya pun, pebulu tangkis itu selalu berada di 16 besar hingga batas akhir kualifikasi pada 1 Mei 2016. Sistem ini pun sudah diumumkan BWF pada Rabu (12/2).
‘’ Bakal banyak negara yang akan tampil di Olimpiade 2016 nanti. Ini akan bagus bagi olahraga,’’ terang pelatih tunggal putra Malaysia Tey Seu Bock.
 Dia menganggap tak ada lagi manulasi yang bisa dilakukan. Sehingga, tindakan kurang fair pun bisa dihindari.
 ‘’Jika sebuah negara diwakili dua pebulu tangkisnya, satu bakal berada di grup atas dan satunya di atas. Ini bakal imbang dan tak ada lagi permainan,’’ lanjut lelaki yang menangani Lee Chong Wei tersebut. 
 Dia yakin Tiongkok bakal kecewa dengan aturan baru BWF itu. Tapi, negara lain bakal senang.
 ‘’Kita juga bisa lihat pertandingan yang fair di lapangan,’’ tambah Seu Bock.  (*)

Zwiebler Jadi Kartu Mati Jerman

Marc Zwiebler di DBL Arena (foto: sidiq)
MARC Zwiebler belum kembali ke penampilan terbaik. Setelah menembus final Indonesia 2013 pada bulan Juni, penampilannya tak kunjung membaik.
 Bahkan, saat dikontrak Musica Champion Kudus dalam Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2014, lelaki 30 tahun tersebut tak banyak memberikan kontribusi. Dalam final melawan Jaya Raya Jakarta di DBL Arena, Surabaya,pada Minggu (16/2), Zwiebler pun tak diturunkan. Gara-garanya, sehari sebelumnya, dia nyaris terjungkal oleh pebulu tangkis Hi-Qua Wima Arief Gifar.
 Kini, Zwiebler pun menjadi kartu mati bagi Jerman. Dia menjadi pebulu tangkis yang kalah saat Jerman menang 4-1 atas Slovenia pada pertandingan Grup 2 Kejuaraan Beregu Putra Eropa di Basel, Swiss, pada Rabu waktu setempat (12/2) atau Kamis WIB (13/2). Pebulu tangkis yang kini duduk di posisi ke-11 dunia tersebut menyerah tiga game 21-14, 21-23, 14-21 kepada Iztok Utrosa.
 Kekalahan ini sungguh di luar dugaan. Peringkat Iztok 90 setrip di bawah Zwiebler.
 Sehari sebelumnya, tanpa Zwiebler, Jerman menang sempurna 5-0 atas Bulgaria. Sebagai tunggal pertama, negeri beribukota Berlin itu menurunkan Dieter Domke.
 Saat menghadapi Slovenia, pebulu tangkis peringkat 64 dunia itu menang mudah 21-9, 21-8 atas Roj Alen. Tiga poin Jerman lainnya disumbangkan Lukas Schmidt yang menang 21-5, 21-8 atas Kek Jamnik. Kemudian pasangan Peter Kasbauer/Ingo Kindervater melibas Miha Horvat/Iztok Utrosa 21-10, 21-8 dan Michael Fuchs/Johanes Schoettler menundukkan Roj Alen/Kek Jamnik 21-10,21-17.
 Dua tahun lalu, Jerman harus puas di posisi kedua di nomor beregu putra. Dalam event yang dilaksanakan di Amsterdam, Belanda, mereka harus mengakui ketangguhan Denmark.
 Tahun ini, Denmark tampil dengan kekuatan penuh untuk mempertahankan gelanya. Nama seperti Ja O Jorgensen di nomor tunggal dan pasangan Mathias Boe/Carsten Mogensen  masuk dalam skuad negeri di kawasan skandinavia tersebut. (*)

Memburu Kado Gelar di saat Terakhir

Busanan Ongbumrungpan
USIA Busanan Ongbumrungpan sudah 18 tahun. Tahun ini, menjadi tahun terakhirnya berlaga di level junior.
 Nah,  pebulu tangkis putri asal Thailand ini pun tak mau melewatkan masa terakhirnya di junior. Terdekat, dia memasang target menjadi juara dalam Kejuaraan Junior Asia yang dilaksanakan di Taiwan pada 16-23 Februari mendatang.
 Tahun lalu di Kota Kinabalu, Malaysia, dengan status unggulan teratas, Busanan gagal menjadi juara. Langkahnya dihentikan pebulu tangkis Jepang Aya Ohori di babak final dengan rubber game 11-21, 21-16, 13-21.
 Kegagalan serupa kembali terjadi pada Kejuaraan Dunia yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, dia sudah terhenti di babak semifinal. Menempati unggulan kedua, Busanan takluk 21-11, 21-19 kepada Akane Yamaguchi, yang akhirnya juga menjadi juara setelah menang atas Aya Ohori.
 ‘’Saya ingin jadi juara tahun ini,’’ kata Busanan di sela-sela pertandingan Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2014 di DBL Arena, Surabaya.
 Hanya, ambisi tersebut bukan hal yang mudah untuk direalisasikan. Juara tahun lalu yang juga finalis Kejuaraan Dunia Junior Aya Ohori masih turun dan ikut ambil bagian. Dia menempati unggulan kedua sedangkan Busanan menempati unggulan kedua.
 Untungnya, Busanan mendapat tempat yang pas buat menguji kemampuannya. Juara SEA Games 2013 nomor tunggal putri tersebut mampu mengantarkan Jaya Raya Jakarta menjadi juara 2014. Hebatnya lagi, dia tak pernah kalah selama membela klub asal ibu kota tersebut.
 Manajer Jaya Raya Imelda Wiguna pun memuji penampilan gadis Negeri Gajah Putih,julukan Thailand, tersebut mengalami banyak peningkatan dibandingkan SBI tahun lalu. Meski, pada 2013, yang kebetulan juga dilaksanakan di DBL Arena, Jaya Raya juga mampu menjadi juara. Di nomor tunggal putri, Indonesia diwakili Ruseli Hartawan, Fitriani, dan Rumate Debora. (*)

Surabaya Masih Mau Jadi Host Tahun Depan

Syaifullah Yusuf (tengah) bersama Dirut SBI Achmad Budiharjo
SURABAYA ketagihan menjadi  tuan rumah Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI). Buktinya, meski sudah tiga kali menjadi tuan rumah , namun tetap saja ada yang menginginkan Kota Pahlawan, julukan Surabaya, tahun depan kembali menjadi host.
 ‘’Tahun depan, kalau bisa, Superliga kembali dilaksanakan di Surabaya. Animo penontonn sangat besar kalau dilaksanalan di sini,’’ kata Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf saat memberi sambutan di sela-sela penutupan SBI 2014 di DBL Arena, Surabaya, pada Minggu (9/2).
 Ya, tak bisa dipungkiri, selama tiga kali dilaksanakan di Kota Pahlawan, julukan Surabaya, tepatnya di DBL Arena, SBI selalu dipadati penonton, khususnya dalam laga final.
 Bahkan, gedung yang berkapasitas 4 ribu penonton itu tak mampu menampung masyarakat Surabaya yang ingin menyaksikan laga final putra antara Musica Champion Kudus versus Jaya Raya Jakarta.
 ‘’Kami masih mempertimbangkan kota-kota yang jadi tuan rumah tahun depan. Surabaya tetap kami perhitungkan,’’ ungkap Direktur SBI 2014 Achmad Budiharjo.
 Kabarnya, Bali menjadi pesaing Surabaya untuk menjadi host. Alasannya, pesona wisata Pulau Dewata, julukan Bali, menjadi faktor yang bisa menyedot kehadiran pebulu tangkis papan atas dunia.
 Selain tahun ini, Surabaya menggelar SBI pada 2011 dan 2013.  Gelaran perdana SBI pada 2007 dilaksanakan di Jakarta.
 Sebenarnya, pada 2014 ini, Solo yang berpeluang menjadi tuan rumah. Sayang, pada saat yang beramaan Sritex Arena, yang akan menjadi venue, dipakai menggelar pertandingan kompetisi bola basket nasional, NBL. (*)

Lin Gandengn Chong Wei di Laga Ekshibisi

AKRAB: Lin Dan (kiri) dan Lee Chong Wei (foto: ringgit)
LIN DAN akhirnya turun ke lapangan. Pebulu tangkis legendaris asal Tiongkok tersebut bakal tampil pada 16 Februari mendatang di depan fansnya sendri di Lingshui.
 Hanya, itu bukan pertandingan resmi. Lin Dan turun dalam sebuah laga ekshibisi peresmian pusat latihan nasional.
 Hanya, peraih emas nomor tunggal putra Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 itu tak turun di nomor spesialisasinya. Lin bakal turun di nomor ganda.
Pasangannya pun bukan sembarang pebulu tangkis. Lin Dan bakal berpasangan dengan rival terberatnya asal Malaysia Lee Chong Wei. Dua pebulu tangkis kuat nomor tunggal tersebut bakal berhadapan dengan pasangan juara dunia lima kali asal Tiongkok Cai Yun/Fu Haifeng.
 Ini merupakan penampilan perdana lelaki 32 tahun itu setelah mengalahkan Lee Choong Wei dalam final tunggal putra Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok, pada Agustus lalu. Setelah itu, seperti ditelan bumi, dia tak tampil lagi.
 ‘’Saya dapat undangan dari pelatih Tiongkok LI Yongbo untuk ambil bagian dalam sebuah pertandingan ekshibisi. Saya terkejut karena dia ingin saya bermain ganda dengan Lin Dan,’’ terang Chong Wei.
 Dia pun tak pikir panjang untuk menerima. Meski, bapak satu anak itu mengaku belum pernah tampil di nomor ganda.
‘’Tapi, saya menganggapnya bagus untuk pertandingan dan akan baik buat olahraga,’’ ucap Chong Wei. 
 Sebenarnya, ungkap dia, lawan yang bakal dihadapinya bersama Lin Dan adalah dua pebulu tangkis andalan Negeri Panda, julukan Tiongkok, di nomor tunggal  Cai Yun dan Chen Long. Sayang, keduanya tak bisa.
 ‘’Sekarang, kami harus bertemu dengan Cai Yun/Haifeng. Ada tiga pebulu tangkis Tiongkok dan satu Malaysia dalam sebuah pertandingan ekshibisi merupkan sebuah kehormatan. Saya akan melakukan apa saja guna mempromosikan bulu tangkis,’’ ungkap Chong Wei. (*)

Jalan Akhiri Paceklik 13 Tahun

LAMA: Kevin Sanjaya
SAATNYA bagi Jonathan Christie membuktikan kemampuan. Tunggal putra Indonesia itu menduduki unggulan kedua dalam Kejuaraan Junior Asia yang dilaksanakan di Taiwan pada 16-23 Februari 2014.
 Unggulan teratas diduduki Aditya Joshi dengan poin 18.776. Dia unggul 146 dibandingkan Jonathan. Unggulan ketiga ditempati Zhao Junpeng asal Tiongkok dan Cheam June Wei jadi unggulan keempat.
Dengan  menjadi unggulan kedua, Jonathan diharapkan diharapkan mampu mengakhiri paceklik gelar Indonesia yang sudah berlangsung hampir 13 tahun. Kali terakhir, merah putih berkibar dalam Kejuaraan Junior Asia pada 2001 melalui Ardianyah. Setelah itu, tak pernah ada lagi gelar dari tunggal putra yang singgah ke Bumi Khatulistiwa, julukan Indonesia.
Tahun lalu, dalam Kejuaraan Asia yang dilaksanakan di di  Kota Kinabalu, Malaysia, pada 7-10 Juli 2013. Indonesia gagal total. Dua tahun  sebelumnya di Gimcheon, Korea Selatan, Indonesia menjadi juara melalui pasangan ganda putra Arya Maulana/Edi Subkahtiar.
 Penggawa tahun lalu yang masih ikut ambil bagian adalah Ruseli Hartawan di tunggal putri dan Kevin Sanjaya. Langkah Ruseli hanya sampai pada babak kedua setelah dihentikan Kisona Selvaduray dengan dua game langsung 19-21, 13-21. Sementara Kevin, yang berpasangan dengan Arya Maulana dan diunggulkan di posisi kedua ganda putra, juga terhenti pada babak kedua. Mereka dikalahkan pasangan Tiongkok Li Junhui/Liu Yuchen 21-16, 21-12.
 Sementara, di kelompok beregu, Indonesia diunggulkan di posisi ketiga. Pada babak penyisihan, Jonathan Christie dkk berada di Grup A bersama India, Hongkong, dan Uzbekistan. (*)

Skuad Indonesia di Beregu : Jonathan Christie, Ruseli Hartawan, Kevin Sanjaya, Fajar Alfian, Rosyita Eka, Sinta Arum

Ade Yusuf Bisa Rasakan Atmosfer All England


Ade Yusuf (foto: sidiq)
BAGI Ade Yusuf turun di turnamen All England tak pernah terbayangkan sebelumnya. Apalagi, semasa dia masih rutin berlatih di klub Wima,Surabaya.
Mengikuti turnamen level sirkuit nasional merupakan ajang tertinggi yang diikutinya semasa berkostum klub asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, tersebut.
Kini, pada 2014, sudah dua turnamen super series yang diikuti yakni Korea Super Series dan Malaysia Super Series Premier. Padahal, sebelumnya berlaga di super series hanya kalau dilaksanakannya Indonesia Super Series Premier.
Pada Korea Super Series 2014, bersama pasangannya Wahyu Nayaka mampu menembus babak kedua. Langkah mereka dihentikan pasangan unggulan keempat asal Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa 15-21, 13-21. Sepekan kemudian di Malaysia Super Series Premier, Ade/Wahyu langsung bersua dengan unggulan kelima asal Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dan menyerah 17-21, 19-21.
Kini kesempatan besar kembali terbentang.Ade/Wahyu dipercaya tampil dalam All England Super Series Premier 2014. Hanya, juara Belanda Grand Prix 2013 itu harus berjuang dari babak kualifikasi.
"Ya, saya akan tampil di All England," kata Ade kepada smashyes.
Namun, dia tak mau bicara muluk-muluk. Berlaga di turnamen legendaris tersebut sudah dianggapnya bakal menjadi pengalaman yang tak terduga.
Saat ini, Ade/Wahyu duduk di posisi ke-28. Di All England 2014 yang dilaksanakan pada 4-9 Maret itu, mereka menjadi pasangan ketiga pelatnas yang unjuk kebolehan. Selain Ade/Wahyu ada nama Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, yang diunggulkan di posisi teratas, Angga Pratama/Rian Agung Saputra, dan Berry Anggriawan/Ricky Karanda. Satu pasangan lagi adalah Markis Kido/Markus Fernaldi yang berstatus nonpelatnas. (*)

Kembali Bersatu Tatap All England

Hendra/Ahsan saat menerima hadiah MVP
HENDRA Setiawan/Mohammad Ahsan kembali bersatu. Keduanya sempat berpisah dalam Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2014 yang dilaksanakan  di DBL, Arena,Surabaya, pada 3-9 Februari.
Dalam event yang menyediakan hadiah total Rp 2 Miliar tersebut, keduanya membela klub asalnya masing-masing. Hendra memperkuat Jaya Raya dan Ahsan berkostum Djarum.
 "Habis ini, kami konsentrasi ke All England. Targetnya tentu yang terbaik," kata Hendra di sela-sela SBI 2014.
 Dia tetap tak mau lengah meski dalam turnamen paling bergengsi di muka bumi itu musuh besarnya, Lee Yong-dae/Joo Jeon-seong, tak turun. Ini imbas dari hukuman kepada Yong-dae yang mendapat sanksi larangan bertanding dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) karena dua kali menolak tes doping.
 "Tapi, lawan kami kan bukan hanya Yong-dae. Banyak pasangan bagus dan tangguh di All England nanti," tambah Ahsan.
 Salah satu lawan terberat berdasar peringkat tentu saja pasangan Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa. Untung, kemampuan mereka terpantau karena hadir membela klub asalnya , Unisys Jepang.
 "Saya ketemu mereka dan menang. Saya sudah tahu dan hapan permainan mereka," lanjut Ahsan.
 Gelar di All England ini diharapkan juga menjadi pengobat kecewa musim lalu. Saat itu, mereka terhenti di babak semifinal oleh pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan dengan tiga game 12-21, 21-13, 17-21.
 Pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut akhirnya menjadi juara setelah menghentikan ganda Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa 21-11, 21-9.
 Tahun lalu, Indonesia meraih gelar dari nomor ganda campuran melalui pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang menundukkan pasangan Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok) 21-13, 21-17. (*) 
 .

Si 2 Meter yang Tetap Lincah

Ivan Ivanov

ORANG boleh bilang Simon Santoso jadi pahlawan Musica Champion. Kemenangannya atas wakil Jaya Raya asal Vietnam Nguyen Tien Minh membuat klub bertabur bintang tersebut gagal menuai malu kalah langsung 1-3.
 Sebaliknya, kekalahan tersebut membuat Musica menghidupkan peluangnya untuk juara. Namun, jangan lupakan juga peranan Vladimir Ivanov.
 Permainannya di nomor ganda saat berpasangan dengan Hardiyanto membuat penonton yang memadari DBL Arena, Surabaya—venue Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2014—memberikan aplaus.  Hasilnya, Ivanov/Hardiyanto mampu menundukkan Bona Septano/Markus Fernaldi.
 Posturnya yang menjulang memang sangat memnbantu dirinya di lapangan. Bukan hanya di ganda, Ivanov juga termasuk pebulu tangkis yang disegani di nomor ganda.
 Berpasangan dengan sesama pebulu tangkis Rusia, Ivan Sozonov, mereka sekarang di posisi ke-18. Bahkan, peringkat terbaiknya adalah Sembilan. Sementara di nomor tunggal, lelaki 26 tahun tersebut berada di posisi 41 dengan capaian terbaik menembus ranking 28.
 ‘’Tinggi saya dua meter. Saya termasuk pebulu tangkis tertinggi di dunia,’’ kata Ivanov di sela-sela pertandingan SBI 2014.
 Hanya, dia tak menyebut paling tinggi. Ini dikarenakan ada pebulu tangkis Denmark yang tingginya sama dengan dia.
 Ivanov mengakui posturnya yang menjulang tak mempengaruhi kelincahannya di lapangan. Hanya, dia masih mengakui kesulitan jika bertemu dengan pebulu tangkis Asia.
 Itu memang terbukti. Dalam dua kejuaraan awal 2014, Korea Super Series dan Malaysia Super Series Premier, dia tumbang di babak awal. Lawan yang dihadapinya sama, Kenichi Tago. Di Korea, Ivanov menyerah 19-21, 12-21 dan di Malaysia takluk juga dengan dua game 15-21, 19-21.
 ‘’Main di Indonesia juga membuat saya merasakan tipe pebulu tangkis Asia,’’ tandas dia. (*)

Bisa Berubah kalau Ada Tommy-Angga

BALIKAN KEADAAN: Musica pertahankan gelar SBI (foto: sidiq)
MUSICA Champion Kudus kembali menjadi juara kelompok putra Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2014.  Dalam final yang dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, pada Minggu (9/2), mereka mengalahkan Jaya Raya Jakarta dengan skor 3-2.
 Sebenarnya, Jaya Raya  punya peluang memenangi pertandingan. Klub asal ibu kota tersebut langsung unggul dua partai melalui Kenichi Tago dari Jepang pada tunggal pertama dan pasangan Markis Kido/Hendra  Setiawan.
 Tago tak mengalami kesulitan saat menundukkan Alamsyah Yunus  dan Kido/Hendra harus berjuang  tiga game untuk menghentikan perlawanan Rian Agung Saputro/Wahyu Nayaka.  Sayang, keunggulan itu gagal dipertahankan oleh Nguyen Tien Minh, Bona Septano/Markus Fernaldi, dan Wisnu Yuli Prasetyo (lihat grafis bawah).
 Hanya, ada sedikit ganjalan dari kekalahan Jaya Raya. Dua pilar yang menjadi andalan sejak babak penyisihan, Tommy Sugiarto dan Angga Pratama, tak bisa ikut ambil bagian.
 Alasan keduanya absen pun sama, sakit. Padahal, kalau keduanya tampil, kemenangan tiga partai langsung bisa digapai.
 Alamsyah Yunus atau pun Marc Zwiebler dari Jerman yang dipercaya jadi tunggal pertama, bakal tak berdaya di tangan Tommy yang tengan on fire. Ini yang membuat Tommy kini duduk di posisi ketiga.
 Jika Tommy turun, otomatis Tago bakal bersua dengan Simon. Meski rekor pertemuan masih imbang 2-2 tapi dua pertandingan terakhir menjadi milik pebulu tangkis Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, itu.  Apalagi, kini, Tago duduk di peringkat kelima dunia.
 Sayang, Tommy yang sejak semifinal absen dikabarkan sakit. Yang mengejutkan lagi Angga. Jika skor seperti pada Minggu, pasangan Angga/Markus lebih tangguh dibandingkan dengan Markus/Bona.
 Menariknya, status Tommy adalah pebulu tangkis pinjaman.  Tommy dipinjam dari Pelita Jaya dan tahun lalu membela Musica.
 Sayang, saat hendak dikonfirmasi, pihak Jaya Raya tak hadir dalam acara jumpa pers. (*)


Hasil Final Kelompok Putra SBI 2014
Musica Champion Kudus v Jaya Raya 3-2
1.Alamsyah Yunus v Kenichi Tago 21-16, 21-16

2. Markis Kido/Hendra Setiawan  v Rian Agung Saputro/Wahyu Nayaka 21-11, 18-21, 21-17

3. Nguyen Tien Minh v Simon Santoso 16-21, 18-21

4. Bona Septano/Markus Fernaldi v Vladimir Ivanov/Hardiyanto 13-21, 21-14, 17-21

5. Wisnu Yuli Prasetyo  v Lee Hyun-il  10-21, 13-21

Kebanggaan Lebih Utama bagi Wima

RP 150 JUTA: Hi-Qua Wima di atas podium (foto; sidiq)

HI-QUA Wima boleh gagal lolos ke final Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2014. Mereka sudah menyerah 0-3 kepada Jaya Raya Jakarta pada babak semifinal pada Sabtu (8/2).
 Uang minimal Rp 100 juta pun sudah di tangan. Tapi, ternyata itu belum membuat Wima berpuas diri.
 "Bukan uang yang kami cari. Kemenangan melawan Unisys menjadi kebanggaan tersendiri," kata pelatih kepala Wima Ferry Stewart dalam acara jumpa pers setelah pertandingan perebutan posisi III di DBL Arena,Surabaya, pada Minggu (9/2).
 Ya, Wima yang mengandalkan materi lokal akhirnya mampu menundukkan Unisys Jepang dengan skor 3-2.
Kemenangan itu juga membuat Wima memperoleh hadiah uang Rp 150 juta. Atau bertambah 50 juta jika hanya menempati posisi keempat.
 Tiga kemenangan Wima disumbangkan Fauzi Adnan yang menang atas tunggal kedua Unisys Takuto Inoue 21-5, 21-8. Kemudian, Febriyan Irvannaldy juga menang dua game 21-18, 21-19 atas Yusuke Onodera. Pasangan Selvanus Geh/Ade Yusuf memastikan kemenangan Wima berkat kemenangan 21-18, 24-22 atas Takito Inoue/Yuki Kaneko.
 Dua kekalahan ditelan Arief Gifar Ramadhan yang tumbang 9-21, 14-21 kepada tunggal pertama Unisys. Kazumasa Sakai dan pasangan Ronald Alexander/Rizky Hidayat yang menyerah 16-21, 17-21 kepada ganda nomor tiga dunia Kenichi Hayakawa/Kenta Kazuno.
 Sebenarnya, lolos ke semifinal sudah sebuah kejutan dalam kejuaraan yang menyediakan hadiah total Rp 2 Miliar tersebut. Ini dikarenakan persiapan mereka yang sangat mepet.
 "Kami baru diberitahu oleh panitia dua menjelang pertandingan dimulai. Apalagi, materi kami lokal semua," ungkap Ferry.
 Untuk melengkapi kekuatan, dia pun meminjam tiga pebulu tangkis dari klub lain. Mereka adalah Fauzi Adnan dan Ronald Alexander dari Suryanaga Surabaya serta Arief Gifar dari Djarum Kudus. (*)

Jarang Komunikasi tapi Tetap Tangguh di Lapangan

Markis Kido/Hendra Setiawan (foto: sidiq)

HENDRA Setiawan dan Markis Kido sempat menjadi pasangan ganda putra terbaik dunia. Posisi nomor satu lama ditempati keduanya.
 Bahkan,  dua gelar terhormat mampu digapai yakni juara dunia 2007 dan emas Olimpiade 2008. Sayang, keduanya berpisah menjelang Olimpiade 2008 dilaksanakan di London.
 Hendra berpasangan dengan Mohammad Ahsan. Sementara Kido telah dua kali berganti partner. Pertama dengan Alvent Yulianto dan kini dengan Markus Fernaldi.
 Tampaknya, perpisahan tersebut membuat Hendra dan Kido mempunyai jarak. Buktinya pada Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2014, keduanya jarang berbincang, baik di dalam maupun di luar lapangan.
 Dalam pengamatan smashyes, sebelama di DBL Arena, sebelum pertandingan, Kido/Hendra naiknya ke tribun ofisial dan pemain tak pernah sama.
 Setelah pertandingan, di ruang ganti, keduanya pun tak bercakap-cakap. Hendra sibuk mengemasi barang-barangnya sedangkan Kido ada di pojok bersama pelatihnya Joko Riyadi.
 "Kami hanya berpasangan kalau membawa nama klub," kata Hendra singkat.
 Meski minim komunikasi, tapi penampilan Kido/Hendra tetap greng. Mereka selalu menyumbangkan poin bagi Jaya Raya di SBI 2014. Bahkan, dalam partai final yang dilaksanakan di DBL Arena Surabaya, Kido/Hendra menundukkan Rian Agung Saputra/Wahyu Nayaka dari Musica dengan 21-11, 18-21, 21-17.
 Sayang, donasi poin Kido/Hendra belum bisa membawa Jaya Raya menjadi juara. Jaya Raya kalah 2-3. (*)

Sempat Waswas tanpa Mitani

PERTAHANKAN GELAR: Tim putri Jaya Raya di atas podium

TIM putri Jaya Raya back to back. Bellaetrix  Manuputty dkk mampu mengalahkan Unisys Jepang dengan skor 3-1 dalam pertandingan final yang dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, pada Sabtu siang (8/2).
 Pebulu tangkis Thailand Busanan Ongbungprungpan membuka kemenangan Jaya Raya setelah mengalahkan Sayaka Takahashi dengan rubber game 21-13, 14-21, 21-7. Di ajang resmi, kedua pebulu tangkis baru sekali bertemu yakni di Malaysia Grand Prix Gold 2012. Hasilnya, Busanan menang dua game
Namun, Unisys, yang juga merupakan juara kompetisi di Jepang, menyamakan kedudukan.Ganda Pia Zebadiah/Rizky Amelia Pradipta menyerah dua game langsung  11-21, 17-21 kepada Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo.
 Pasangan Matahari Terbit, julukan Jepang, tersebut memang lawan berat bagi Pia/Rizy. Selama empat kali pertemuan, mereka tak pernah menang.
 Dari sisi peringkat, Pia/Rizky juga kalah. Pasangan yang dulunya juga sama-sama bermain di tunggal tersebut ada di posisi ketujuh sedangkan lawannya tiga setrip di atasnya.
 Untung, kekalahan Pia/Rizky mampu dibalas dengan kemenangan oleh Bella dan pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari.  Bella tak mengalami kesulitan saat menundukkan Shizka Uchida 21-9, 21-10.  Pasangan Greysia/Nitya memastikan kemenangan Jaya Raya menjad 3-1 berkat kemenangan dua game 21-10, 21-13 atas Ayane Kurihara/Naru Shinoya.  
 ‘’Partai tunggal pertama menjadi kunci kemenangan Jaya Raya. Tanpa Minatsu  Mitani sempat membuat kami sempat ragu. Busanan banyak mengalami kemajuan sekarang dibandingkan tahun lalu,’’ kata Manajer Jaya Raya Imelda Wiguna.
 Mitani tak bisa tampil di final karena ada keperluan yang tak bisa ditinggalkan di negara asalnya, Jepang.  Ini membuat Busanan naik pangkat menjadi tunggal pertama.
 Dengan kemenangan ini, Jaya Raya memperoleh apresiasi Rp 500 juta. Sementara Unisys harus puas dengan hadiah Rp 250 juta. Sementara, Mutiara yang duduk di posisi III setelah menang 3-2 atas Renesas memperoleh Rp 150 juta dan Renesas membawa pulang Rp 100 juta. (*)

Langkah tim putri Jaya Raya
2007:  Final (kalah oleh Tangkas 3-2)
2011: Final (kalah oleh Suryanaga 3-0)
2013: Juara (menang 3-2 dari Unisys)
2014: Juara (menang 3-1 dari Unisys)

Wima Cari Tambahan Rp 50 Juta

FIGHT:Arief Ghifar Ramadhan

KEJUTAN Hi-Qua Wima dalam Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2014 terhenti. Itu setelah anak asuh  Ferry Stewart  tersebut kalah 0-3 dari Musica Champion Kudus pada babak semifinal yang dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, pada Sabtu sore (8/2).
 ‘’Kami memang sudah memprediksikan bakal kalah. Namun, kami tak mau menyerah sebelum bertanding,’’ kata Felix, salah satu pelatih Wima, kepada smashyes.
Bahkan, asa memetik kemenangan dipatrikan di hati Febriyan Irvannaldy. Satu tunggal dan dua ganda diharapkan mampu mebawa klub yang bermarkas di Surabaya itu bisa melenggang ke babak final yang dilaksanakan Minggu (9/2).
 Kesempatan tersebut sempat terbuka ketiga tunggal pertama Wima Arief Ghiar Ramadhan mencuri game pertama 21-19 dari wakil Musica yang berkebangsaan Jerman Marc Zwiebler. Sayang, pada game kedua dan ketiga, pebulu tangkis pinjaman dari Djarum Kudus tersebut kalah 16-21, 11-21.
 Kejadian serupa juga terjadi pada pasangan Selvanus Geh/Ade Yusuf. Mereka mencuri game pertama 21-15 atas Rian Agung Saputro/Ricky Karanda. Namun, mereka tumbang di dua game berikut 15-21, 22-24.
 Beban berat pun di pundak Febri, sapaan karib Febriyan Irvanaldy. Dia menantang mantan seniornya di Pelatnas Cipayung Simon Santoso. Dia pun kalah dua game 6-21, 14-21.
 Naiknya Febri sebagai tunggal kedua ini  cukup mengejutkan. Biasanya, dalam laga-laga sebelumnya, dia dipasang sebagai tunggal ketiga.
 ‘’Kondisi tunggal kedua Fauzi Adnan lagi gak bagus. Dia selalu kalah dalam empat penampilan,’’ terang Felix.
 Pada perebutan tempat ketiga, Wima bakal berhadapan dengan Unisys. Klub asal Jepang ini kalah 0-3 dari Jaya Raya pada babak semifinal.
 ‘’Kami tidak mau menyerah karena posisi III hadiahnya Rp 150 juta. Sedangkan posisi keempat dapatnya Rp 100 juta.  Selisih Rp 50 juta sangat besar bagi kami, ‘’ pungkas Felix. (*)

Liburkan Latihan demi Berikan Dukungan

FORZA: Aksi suporter Wima di DBL Arena (foto: sidiq)

PENAMPILAN pebulu tangkis Hi-Qua Wima saat menghadapi Malaysia Tigers layak dapat acungan jempol. Mereka seakan tak kenal lelah saat berada di lapangan.
 Bahkan, dua tunggal mereka, Arie Ghifar dan Fauzi Adnan, yang biasanya biasa-biasanya tampil beda. Mereka seperti mendapat suntikan tenaga ekstra.
 Kok bisa? Ini tak lepas dari kehadiran supporter Wima yang datang ke DBL Arena, Surabaya, pada Jumat siang (7/2). ‘’Kami dapat jatah tiket 50 orang. Namun, yang datang untuk memberikan dukungan lebih dari itu,’’ kata Ferry Stewart, manajer sekaligus pelatih kepala Wima.
 Bahkan, untuk bisa memberikan dukungan kepada perjuangan Febriyan Irvannaldy tersebut, dia meliburkan anak asuhnya berlatih. Tentu, ini kejadian yang sangat jarang terjadi.
 Selama ini, Ferry sangat disiplin kepada anak asuhnya. Dia tak pernah memberikan jatah libur latihan kepada anak asuhnya selain Minggu.
Aksi suporter Wima memang sukses menambah semangat rekan-rekannya. Mereka kompak memakai dress code merah.   Bahkan, bendera Merah Putih pun dikibarkan di tempat mereka berada di tribun sebelah selatan.  Sepanjang lima partai yang digelar, tak pernah mereka berhenti bernyanyi dan menyemangai wakil Wima yang tengah berpeluh keringat.
 Bahkan, tak menutup kemungkinan, jumlah suporter ini akan terus bertambah pada babak semifinal melawan Musica Champion

Rp 100 Juta Sudah di Tangan Wima

KUNCI: Ade Yusu/Selvanus Geh (foto: sidiq)

HI-Qua Wima mengukir sejarah. Untuk kali pertama, klub asal Surabaya tersebut mampu menembus babak semifinal Superliga Bulu Tangkis Indonesia  (SBI) 2014.
 Itu setelah  Wima mengalahkan Malaysia Tigers 3-2 pada pertandingan terakhir penyisihan Grup A yang dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, pada Jumat sore (7/2).  Sektor ganda dan Febriyan Irvanaldy kembali menjadi penentu kemenangan klub binaan Ferry Stewart tersebut.
 Pasangan tersebut adalah Selvanus Geh/Ade Yusuf dan Ronald Alexander/Rizky Hidayat. Selvanus/Ade mampu  menyamakan kedudukan menjadi 1-1 setelah menang dua game langsung 21-17, 21-18 atas Teo Ee Yi/Chooi Kah Ming. Ronald/Rizky menghentikan perlawanan Nelson Heg/Low Juan 21-19, 21-10 sekaligus membuat skor imbang lagi 2-2.
 Nah, Febri, sapaan karib Febriyan Irvanaldy, memastikan Wima sudah membawa pulang Rp 100 juta setelah unggul dua game 21-18, 21-11 atas Tan Kian Meng.
 Dua pebulu tangkis tunggal Arief Gifar dan Fauzi Adnan nyaris menang. Arif, yang dipinjam dari Djarum Kudus, kalah rubber game 22-20, 16-21, 19-21 oleh tunggal pertama Malaysia Tigers Iskandar Zulkarnain. Sementara Fauzi, yang dipinjam dari Suryanaga Surabaya, menyerah dengan tiga game juga 21-15, 25-27, 15-21 kepada Chong Ye Han.
  ‘’Kami sudah siap melawan Musica Champion di semifinal. Anak-anak tetap akan berjuang maksimal meski kami tidak diunggulkan,’’ kata Ferry. Musica lolos semifinal dengan status juara grup B. Juara Grup A sendiri dipegang Jaya Raya Jakarta.
 Awalnya, pada SBI 2014 ini, Wima hanya sebagai tim cadangan. Absennya Suryanaga membuat mereka pun menjadi peserta.  Suryanaga absen karena tengah konsentrasi melakukan pembenahan internal.
 Semifinal lainnya mempertemukan Jaya Raya versus Unisys Jepang. (*)

Acara Sabtu (8/2):
09.00 WIB: Mutiara v Renesas (Perebutan posisi III putri)
12.00 WIB: Jaya Raya Jakarta v Unisys Jepang (Final putri)

18.00 WIB:
Semifinal putra
Jaya Raya v Unisys Jepang, Hi-Qua Wima v Musica Champion