WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Lee Hyun-il Masih Tetap Berbahaya

BERAT: Lee Hyun-il (foto:flickr.com)
LEE Hyun-il belum 100 persen mundur dari bulu tangkis. Buktinya, pebulu tangkis berusia 33 tahun tersebut masih mengayunkan raket dalam Korea Grand Prix Gold 2013.
 Bahkan, Hyun-il mampu melaju hingga babak perempat final turnamen yang menyediakan hadiah total Usd 120 ribu tersebut. Pada babak ketiga yang dilaksanakan di Jeonju Indoor Badminton Courtm, Jeonju, pada Kamis waktu setempat (7/11), dia mampu menang mudah 21-13, 21-11 atas sesama pebulu tangkis Korea Selatan Kim Dong-hoon.
 Nah, pada babak perempat final, Hyun-il akan dijajal oleh pebulu tangkis Indonesia Simon Santoso. Unggulan  ke-12 tersebut memulangkan unggulan kedua asal Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Lee Dong-keun 21-19, 21-13. Kemenangan ini juga membuat Simon membalas kekalahan di babak perempat final Selandia Baru Grand Prix 2013.
 Dari sisi peringkat, Simon memang lebih unggul. Lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, berusia 28 tahun tersebut duduk di posisi 99 dunia sedangkan Hyun-il di posisi 173. Ranking yang rendah itu pula yang membuat Hyun-il harus melalui babak kualifikasi untuk tampil di Korea Grand Prix 2013.
 Tapi, kalau melihat rekor pertemuan, Hyun-il lebih diunggulkan. Dia empat kali menang selama lima kali pertemuan. Simon hanya menang di Prancis Super Series 2007.
 Ya, Hyun-il memang termasuk salah satu pebulu tangkis papan atas dunia. Posisi nomor satu dunia pun pernah didudukinya pada 2004. Dia pernah membawa negaranya meraih emas di Asian Games 2002 dan Piala Sudirman 2003.
 Pada 2008, dia mengumumkan pengunduran dirinya. Tapi, itu tak bertahan lama. Hyun-il diminta kembali pada 2010 untuk membela Korea Selatan di ajang Piala Thomas. (*)


HEAD TO HEAD
Simon Santoso v Lee Hyun-il  1-4
1. Piala Thomas 2012: 21-14, 15-21, 16-21
2. Swiss Grand Prix Gold 2011: 21-17, 10-21, 10-21
3. Prancis Super Series 2007: 21-18, 15-21, 21-15
4. Hongkong Terbuka 2006: 7-21, 8-21
5. Swiss Terbuka 2006: 9-15, 1-15

Sandingkan Dua Juara Dunia Belum Jaminan Prestasi

Edi Subaktiar/Gloria Emmanuele Widjaja

EDI Subaktiar dan Gloria Emanuelle Widjaja sama-sama menyandang status juara dunia junior nomor ganda campuran.  Bedanya, Edi melakukannya pada 2012 sedang Gloria setahun s ebelumnya. Edi juara berpasangan dengan Melati Daeva Oktaviani dan Gloria bersama Alfian Eko Prasetya.
   Saat memasuki kelompok senior, Edi pun dipasangkan dengan Gloria. Meski dua juara dunia digabungkan, ternyata bukan jaminan prestasi tinggi bisa dipetik.
 Buktinya, hingga saat ini, peringkat keduanya masih di luar 50 besar. Sejak digabungkan pada 2013, mereka gagal menyumbangkan prestasi.
 Sebaliknya, mentok di babak-babak awal sudah menjadi hal yang biasa bagi Edi/Gloria. Capaian tertinggi diraih dalam Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Dalam event yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, tersebut, keduanya mampu menembus babak semifinal. Sayang, langkah Edi/Gloria dihentikan oleh Praveen Jordan/Vita Marissa 10-21,18-21 (28/9). Ptaveen/Vita akhirnya menjadi juara setelah di final (29/9) melibas juara dunia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
 Edi/Gloria diharapkan mampu melanjutkan kekuatan nomor ganda campuran Indonesia di pentas dunia. Apalagi, pasangan yang digadang-gadang mampu meneruskan Tontowi/Liliyana, M. Rijal/Debby Susanto, dipisah karena dianggap sudah mentok prestasinya. (*)

Saatnya Simon Santoso Membalas


RIVAL: Lee Dong-keun (foto: badzine)
POSISI Simon Santoso jadi underdog. Dia hanya dipandang sebelah mata pada babak ketiga Korea Grand Prix Gold 2013.
 Itu disebabkan Simon akan menantang unggulan kedua
Lee Dong-keun asal Korea Selatan untuk berebut tiket semifinal di  Jeonju Indoor Badminton Court, Jeonju, pada Kamis waktu setempat (7/11).
 Itu setelah Simon dan Dong-keun mampu mengalahkan lawan-lawannya di babak kedua (6/11). Simon yang diunggulkan di posisi ke-12 tak mengalami kesulitan saat mengalahkan wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan , Kwang Hee-heo, 21-15, 21-9. Sementara, Dong-keun menghentikan perlawanan kompatriot (rekan satu negara) Kim Dong-ryung 21-15, 21-17.
 Bagi Simon, Dong-keun merupakan lawan berat.Pebulu tangkis yang kini duduk di peringkat 34 BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) tersebut mempermalukannya di babak ketiga Selandia Baru Grand Prix 2013. Saat itu (12/4),Simon kalah 19-21, 21-13, 18-21. Di Negeri Kiwi, julukan Selandia Baru, Simon menempati unggulan teratas.
 Di nomor tunggal putra Korea Grand Prix Gold 2013 ini, Simon menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa. Dua rekannya di pelatnas, Wisnu Yuli Prasetyo dan Riyanto Subagja, sudah tersingkir di babak sebelumnya. (*)

Simon Dapat Kesempatan Lagi

Simon Santoso (foto: pb djarum)

SIMON Santoso kembali keluar dari ‘’pertapaan’’. PP PBSI mengirim pebulu tangkis senior ini ke Korea Grand Prix Gold 2013.
 Kepercayaan ini pun dijawabnya. Simon mampu lolos ke babak kedua dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di  Jeonju Indoor Badminton Court, Jeonju, pada Selasa waktu setempat  (5/11), dia mampu mengalahkan wakil Tiongkok Huang Yuxiang dalam pertandingan tiga game 19-21, 21-19, 21-15.
 Pada babak kedua, Simon, yang diunggulkan di posisi ke-12, dijajal wakil tuan rumah Kwang Hee-heo, yang di babak pertama memulangkan Nathan Osborne (Kanada) dalam pertandingan dua game langsung mudah 21-6, 21-6.
Ini menjadi pertemuan pertama bagi Simon dengan Hee-heo. Hanya, melihat peringkat dan pengalaman, seharusnya Simon bisa memetik kemenangan. Dia ada di posisi   101 sementara lawannya 586.
 Simon lama absen dari berbagai turnamen. Ini dikarenakan dia mengalami cedera.
 Kondisi ini diperparah dengan sikapnya yang dianggap indisipliner. Imbasnya, dia pun jarang diberi kesempatan turun di turnamen-turnamen bergengsi. Imbasnya, peringkatnya pun turun drastis. Pernah duduk di posisi ketiga BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), dia terlempar dari posisi 100 besar dunia. Kesempatan yang minim menjadi salah satu kambing hitam.
 Kali terakhir, bocah Tegal, Jawa Tengah, ini diberi kesempatan tampil dalam Indonesia Grand Prix Gold 2013. Dalam event yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, tersebut Simon mampu menunjukkan kualitas.
 Dia mampu menjadi juara setelah di final mengalahkan andalan baru Indonesia di tunggal putra, Dionysius Hayom Rumbaka, dengan dua game 21-17, 21-11 (29/9). Bahkan, sehari sebelumnya, di babak semifinal, Simon mempermalukan unggulan teratas sekaligus tunggal putra terbaik Indonesia saat ini, Tommy Sugiarto, 21-14,13-21, 21-17. (*)

Moncer di Grand Prix, Jemblok di Super Series

Nichaon Jindapon (foto:twitter)
TAHUN 2013 bakal memberi kesan yang mendalam bagi Ni
chaon Jindapon. Dua gelar mampu disabet oleh pebulu tangkis putri asal Thailand tersebut.
 Gadis berusia 22 tahun tersebut naik ke podium terhormat di Kanada Grand Prix dan Bitburger Grand Prix Gold. Di Kanada, dalam babak final yang dlaksanakan 21 Juli, Nichaon, yang diunggulkan di posisi teratas, mengalahkan Yip Pui Yin 21-18, 21-16. Kemudian, hasil serupa kembali diulanginya pada Bitburger Grand Prix Gold.
 Dalam laga pemungkas tunggal putri yang dilaksanakan 3 November lalu di Saarbrucken, Jerman, pebulu tangkis yang kini duduk di posisi ke-15 tersebut menundukkan wakil Bulgaria Linda Zetchiri dua game langsung 21-13, 21-13.
 Di level grand prix dan grand prix gold, Nichaon memang bersinar. Sayang, untuk kelas super series dan super series premier, dia belum pernah menguki
r hasil gemilang. Sebaliknya, tumbang pada babak-babak awal sudah menjadi hal yang biasa baginya.
 Buktinya, sepekan sebelum juara di Saarbrucken, Nichaon langsung tersingkir pada babak I dalam Prancis Super Series. Dia harus mengakui ketangguhan Saina Nehwal asal India 21-12, 16-21, 13-21.
 Hal yang sama juga dialami di Indonesia Super Series Premier 2013 dan Singapura Super Series 2013. Di Jakarta, kota tempat Indonesia Super Series Premier 2013 dilaksanakan, Nichaon  tumbang di babak perdana oleh Julien Schenk, yang diunggulkan di posisi keempat, dua game langsung 12-21, 11-21. Ini membuat perempuan asal Jerman itu mampu membalas kekalahan atas Nichaon di Korea Super Series di awal tahun. Sementara, di Singapura, dia dipermalukan pebulu tangkis Indonesia Bellaetrix Manuputty 19-21, 14-21. (*)

Bekal Juara, Tembus 50 Besar Dunia

Markis Kido (kiri)/Markus Fernaldi (foto: twitter)
GELAR juara Prancis Super Series Premier 2013 memberi perubahan yang signifikan bagi Markis Kido/Markus Fernaldi. Dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia, mereka sudah mampu menembus posisi 50 besar dunia, tepatnya peringkat 46.
 Sebelum juara di Kota Mode, julukan Paris, tempat Prancis Super Series Premier 2013, peringkat terakhir Kido/Markus ada di posisi 65. Memang, sejak bergabung usai Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok, keduanya belum pernah mengukir prestasi menjadi juara.
 Capaian terbaik yang diraih adalah menjadi semifinalis Indonesia Grand  Prix Gold 2013. Di babak semifinal yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, keduanya harus mengakui ketangguhan pasangan pelatnas Cipayung Ronald Alexander/Selvanus Geh 11-21, 15-21.
 Sebenarnya, kekalahan ini cukup mengejutkan. Alasannya, Kido/Markus diunggulkan di posisi 5/8. Sementara Ronald/Selvanus nonunggulan.
 Tapi, hasil di Kota Gudeg, julukan Jogjakarta, sudah membuat mereka membawa pulang lumayan banyak, 4.900. Sedangkan kemenangan di Paris, Kido/Markus mengantongi poin 9.200.
 Sebelum berpasangan dengan Markus, Kido berpasangan dengan Alvent Yulianto.  Kali terakhir, keduanya beraksi dalam Kejuaraan Dunia.
 Namun, yang paling fenomenal adalah saat Kido berpasangan dengan Hendra Setiawan. Mereka mampu menjadi juara dunia 2007 dan puncaknya meraih emas Olimpiade Beijing 2008.
 Sayang, menjelang Olimpiade London 2012, mereka berpisah. Kini, Hendra menjadi tandem Mohammad Ahsan dan menjadi andalan baru Indonesia.
 Sementara Markus, yang juga pernah menjadi penghuni Pelatnas Cipayung, kali terakhir menggandeng Andrei Adistia. (*)

Adcock/White Kejar Gelar Perdana


Chris Adcock/Gabrielle White (foto: twitter)
PERFORMA Chris Adcock/Gabrielle White tengah panas.  Pasangan Inggris ini mampu menembus babak final nomor ganda campuran, Bitburger Grand Prix Gold 2013.
 Itu setelah keduanya mampu mengalahkan Maneepong Jongjit/Sapsiree Taerattanachai dari Thailand dengan rubber game 21-13, 11-21, 21-17 pada babak semifinal yang dilaksanakan di Saarbrucken, Jerman, pada Sabtu waktu setempat (2/11) atau Minggu dini hari WIB (3.11).
 Pada babak final yang dilaksanakan Minggu waktu setempat, Adcock/White, yang diunggulkan di posisi kedua, akan menantang favorit juara sekaligus andalan tuan rumah Michael Fuchs/Birgit Michels. Di semifinal, keduanya menghentikan pasangan Inggris lainnya, Chris Langridge/Heather Olver 21-17, 21-7.
 Ini merupakan pertemuan perdana kedua pasangan. Meski kalah dalam daftar unggulan, tapi dari daftar peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 31 Oktober, Adcock/White peringkatnya lebih tinggi. Mereka ada di posisi 13 sedangkan lawannya empat setrip di bawah. Di ganda campuran ini, tak ada satu pun wakil Indonesia yang ikut. (*)

AGENDA FINAL BITBURGER 2013

TUNGGAL PUTRA: Marc Zwiebler (Jerman x1) v  Chou Tien Chen [Taiwan x4]
               
TUNGGAL PUTRI: Nichaon Jindapon (Thailand x1) v Linda Zetchiri [Bulgaria x5]


GANDA PUTRI: Eefje Muskens/Selena Piek (Belanda) v Ng Hui Ern/Ng Hui Lin  (Malaysia x4)
               
               
GANDA PUTRA: Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding    (Denmark) Anders Skaarup Rasmussen/Kim Astrup Sorensen (Denmark)
           

GANDA CAMPURAN: Michael Fuchs/Birgit Michels (Jerman x1) v Chris Adcock/Gabrielle White (Inggris x2)
               

Indonesia Gagal Cetak Hat-trick

Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin (foto: badmintonindonesia)
TRADISI juara dunua junior nomor ganda campuran patah. Itu setelah wakil terakhir Indonesia Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin menyerah tiga game 18-21, 22-20, 21-23 kepada Huang Kaixiang/Chen Qingchen dari Tiongkok dalam pertandingan final nomor perorangan Kejuaraan Dunia Junior 2013 yang memakan waktu 57 menit di Hua Mark Stadium, Bangkok, Thailand, pada Minggu waktu setempat (3/11).
 Kekalahan ini cukup menyesakan. Sebab, dalam daftar unggulan, Kevin/Masita ada di posisi 9-16. Sedangkan lawannya tak masuk daftar unggulan. Selain itu, sehari sebelumnya pada babak semifinal (2/11), Kevin/Masita mampu mengatasi pasangan ganda campuran terkuat Negeri Panda, julukan Tiongkok, Liu Yuchen/Hiang Dongping 6-21, 21-17, 21-19.
 Kekalahan Kevin/Masita juga membuat Indonesia gagal total dalam Kejuaraan Dunia Junior 2013. Pada nomor beregu, Jonathan Christie dkk harus puas di posisi kedua setelah di final dikalahkan KoreaSelatan dengan skor 2-3 (27/11).
 Dalam dua Kejuaraan Dunia Junior terakhir, Indonesia masih bisa membawa gelar dari nomor perorangan. Kebetulan, gelar juara selalu diraih di nomor ganda campuran.
 Pada Kejuaraan Dunia 2011 yang dilaksanakan di Taipe, Taiwan, pasangan Alfian Eko Prasetyo/Gloria Emmanuele Widjaja menyelamatkan muka Indonesia. Setahun kemudian di Chiba (Jepang), giliran, Edi Subaktiar/Melati Daeva yang membuat bendera Merah Putih berkibar. (*)

HASIL FINAL KEJUARAAN DUNIA 2013

TUNGGAL PUTRA: Heo Kwang-hee (Korsel x5/8) v Wang Tzu Wei (Taiwan 9/16) 21-11, 21-12

TUNGGAL PUTRI: Akane Yamaguchi (Jepang x3/4) v Aya Ohori (Jepang) 21-11, 21-13

GANDA PUTRA: Li Junhui/Liu Yuchen (Tiongkok x1) v Huang Kaixiang/Zheng Si Wei (Tiongkok 5/8) 14-21, 21-13, 22-20

GANDA PUTRI: Chae Yoo-jung/Kim Ji-won (Korsel 5/8) v Chen Qingchen/He Jiaxin (Tiongkok x2) 21-19, 21-15

GANDA CAMPURAN: Huang Kaixiang/Chen Qingchen (Tiongkok) v Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin (Indonesia 9/16) 21-18, 20-22, 23-21

Dua Peringkat Teratas Dunia Menyerah kepada Jonathan

Jonathan Christie (foto: twitter)

SABETAN raket Jonathan Christie terus memakan korban.Kali ini, pebulu tangkis berusiaa 16 tahun tersebut memulangkan unggulan kedua asal Thailand Thammasin Sitthikom dengan dua game langsung 21-18, 21-16 dalam pertandingan tunggal putra babak ketiga Kejuaraan Dunia Junior 2013 di Hua Mark Stadium, Bangkok, Thailand, pada Kamis waktu setempat (31/10).
 Secara peringkat, Jonathan jauh di bawah lawannya. Dalam ranking junior yang disusun BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Thammasin ada di posisi kedua sedangkan Jonathan di posisi 49.
Bagi Jonathan, kemenangan atas pebulu tangkis Negeri Gajah Putih, membuat dia sudah mempermalukan dua pebulu tangkis peringkat atas dunia. Pada babak perempat final nomor beregu, pebulu tangkis binaan Tangkas tersebut menjungkalkan peringkat satu dunia asal Malaysia Soo Teck Zhi.
  Sebelumnya, pada babak kedua nomor perorangan, Jonathan mengandaskan perlawanan wakil Tiongkok Sun Feixiang 21-11, 10-21, 21-18. Pada babak keempat yang juga dilaksanakan Kamis, pemeran Arya dalam film layar lebar King tersebut melibas Yugo Kobayashi (Jepang) 24-22,21-11.
 Jonathan akan berhadapan dengan wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya, Zhao Jun Peng yang di babak sebelumnya menang mudah 21-11, 21-10 atas Lim Chi Wing (Malaysia). (*)  

Habis setelah Andre Kalah

Andre Marteen (foto: djarum)

BITBURGER Grand Prix Gold 2013 baru memasuki menyelesaikan babak II. Namun, Indonesia sudah dipastikan tak mempunyai wakil pada nomor tunggal putra dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut.
 Satu-satunya wakil yang tersisa, Andre Marteen, menyerah dua game langsung 11-21, 11-21 kepada unggulan ke-10 asal Swedia Henri Hurskainen pada babak kedua yang dilaksanakan Rabu waktu setempat (30/10) atau Kamis dini hari WIB (31/10) di Saarbrucken, Jerman.
 Sebelumnya, Andre Marteen harus berjuang sendirian. Itu menyusul kekalahan yang dialami mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Siswanto pada babak pertama tunggal putra.
 Siswanto dipaksa mengakui ketangguhan wakil tuan rumah Marcel Reuter dengan rubber game 21-17, 6-21, 13-21 pada Selasa waktu setempat (29/10) atau Rabu dini hari WIB (30/10). Ini membuat Siswanto belum pernah mengukir prestasi gemilang setelah tak lagi berada di pelatnas.
 Sementara, Andree pada penampilan perdananya dalam turnamen berhadiah USD 120 ribu tersebut  memetik kemenangan dengan susah payah 20-22, 21-13, 21-13 atas pebulu tangkis Bulgaria Stilian Makarski. Ini membuat lelaki asal Bandung, Jawa Barat, tersebut menantang Henri Hurskainen yang sebelumnya menghentikan langkah Michael Spencer-Smith asal Inggris dengan 21-10, 21-11.
   Dalam peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Andre memang kalah jauh. Dia duduk di posisi 112 sementara lawannya 44.
Meski tampil dengan bendera Indonesia, tapi Andre kini membela klub Malaysia, Kawasaki. Dia bergabung dengan klub negeri jiran tersebut atas ajakan mantan pelatihnya di pelatnas asal Tiongkok Li Mao. (*)

Asa di Pundak Mantan Pelatnas

Siswanto (foto:djarum)

ANDRE Marteen harus berjuang sendirian di Bitburger Grand Prix  Gold 2013. Itu menyusul kekalahan yang dialami mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Siswanto pada babak pertama tunggal putra.
 Siswanto dipaksa mengakui ketangguhan wakil tuan rumah Marcel Reuter dengan rubber game 21-17, 6-21, 13-21 di Saarbrucken, Jerman,pada Selasa waktu setempat (29/10) atau Rabu dini hari WIB (30/10). Ini membuat Siswanto belum pernah mengukir prestasi gemilang setelah tak lagi berada di pelatnas.
 Sementara, Andree pada penampilan perdananya dalam turnamen berhadiah USD 120 ribu tersebut  memetik kemenangan dengan susah payah 20-22, 21-13, 21-13 atas pebulu tangkis Bulgaria Stilian Makarski. Ini membuat lelaki asal Bandung, Jawa Barat, tersebut menantang unggulan kesepuluh Henri Hurskainen asal Swedia yang sebelumnya menghentikan langkah Michael Spencer-Smith asal Inggris dengan 21-10, 21-11.
   Dalam peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Andre kalah jauh. Dia duduk di posisi 112 sementara lawannya 44.
Meski tampil dengan bendera Indonesia, tapi Andre kini membela klub Malaysia, Kawasaki. Dia bergabung dengan klub negeri jiran tersebut atas ajakan mantan pelatihnya di pelatnas asal Tiongkok Li Mao. (*)

Berharap Jonathan Christie Bisa Lebih

Jonathan Christie (foto: twitter)

JONATHAN Christie menjadi pembicaraan dalam Kejuaraan Dunia Junior 2013. Dia mampu menyumbangkan poin saat merah putih menghadapi lawan-lawan berat  Malaysia dan Tiongkok.
 Melawan Malaysia di babak perempat final di Hua Mark Stadium, Bangkok, Thailand (25/10), dia mampu mengalahkan Soo Teck Zhi, yang merupakan juara Asia 2013, dengan mudah dalam dua game langsung 21-10, 21-14.
 Kemenangan ini mampu mengangkat kepercayaan diri rekan-rekannya yang sempat tertinggal 0-1. Hasilnya, Indonesia pun menang 3-1 dan lolos ke semifinal.
 Di babak semifinal nomor beregu dalam event  yang juga dikenal dengan nama Piala Suhandinata tersebut (26/10), lelaki berusia 16 tahun tersebut mempermalukan andalan Negeri Panda, julukan Tiongkok,  Shi Yuqi, juga dengan dua game 21-14, 21-18.
 Sayang, dalam partai final melawan Korea Selatan (Korsel), dia tampil antiklimaks. Jonathan kalah oleh Jeon Hyuk Jin 16-21,19-21.Imbasnya, Indonesia kalah 2-3 dan membuat merah putih mengukir sejarah menjadi juara untuk kali pertama.
 Nah, kini,Jonathan kembali diandalkan di nomor perorangan. Pebulu tangkis asal Tangkas, Jakarta, tersebut diharapkan mampu membuktikan kualitas sesungguhnya seperti saat dia mengejutkan publik bulu tangkis dengan menjuarai  Indonesia Challenge 2013 di Surabaya pada Juli lalu.
 Langkah awal pun dilalui Jonathan dengan mulus. Pemeran Arya di film layar lebar King tersebut tak mengalami kesulitan saat menundukkan wakil Sri Lanka Kamod Rashmitha 21-7, 21-11.
 Tapi, lawan berat sudah menanti di babak kedua. Jonathan bakal berhadapan dengan Sun Feixiang yang di babak pertama menang atas Lee Chak Wei (Hongkong) 21-9, 21-8.
 Jika menang, besar kemungkinan, dia akan menantang unggulan kedua asal Thailand Thammasin Sitthikom. (*)

Untung Ada Kido/Markus

Markis Kido/Markus Fernaldi

MUKA Indonesia terselamatkan di Prancis Super Series 2013. Merah putih batal pulang dengan tangan hampa dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 200 ribu tersebut.
 Satu gelar mampu diraih wakil Indonesia dari nomor andalan, ganda putra. Tapi, itu bukan melalui dua ganda papan atas merah putih, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Angga Pratama/Rian Agung Saputro.
 Posisi terhormat tersebut disumbangkan oleh pasangan Markis Kido/Markus Fernaldi. Dalam final yang dilaksakan pada Minggu waktu setempat (27/10)di Stade Pierre de Coubertin, Paris, Prancis, mereka mempermalukan unggulan keempat Koo Kien Keat/Tan Boon Heong asal Malaysia dengan dua game langsung 21-16, 21-18.
 Sebenarnya, hasil ini cukup mengejutkan. Ini disebabkan Kido/Markus tampil di Prancis Super Series 2013 ini mulai dari babak kualifikasi.
 Dasarnya, peringkat keduanya memang belum layak langsung menembus babak elite. Tapi, itu tak membuat Kido/Markus patah semangat.
 Ya, Kido/Markus merupakan pasangan yang belum genap setahun. Keduanya baru tampil bareng di ajang resmi mulai September lalu.
 Sebelumnya, Kido ngetop saat berpasangan dengan Hendra Setiawan. Bersama Hendra, Kido mencapai masa keemasan.
 Gelar juara dunia mampu diraihnya pada 2007. Puncaknya, saat Kido/Hendra mampu mempersembahkan emas bagi Indonesia di Olimpiade Beijing 2008.
 Sayang, pasangan ini pisah menjelang Olimpiade Beijing 2012. Kido pun berpasangan dengan Alvent Yulianto.
 Pasangan ini tak bertahan lama dan bercerai setelah Kejuaraan Dunia di Guangzhou, Tiongkok,pada Agustus 2013. Kido pun menggandeng Markus yang sebenarnya sudah berpasangan dengan rekannya sesama di pelatnas Cipayung Andrei Adistia.


Hasil Final Prancis Super Series 2013
Tunggal Putra: Jan O Jorgensen (Denmark x4) v Kenichi Tago (Jepang x3) 21-19,23-21

Tunggal Putri: Wang Shixian (Tiongkok x7) v Porntip Buranaprasertsuk (Thailand) 21-18, 21-18

Ganda Putra: Markis Kido/Markus Fernaldi v Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia x4) 21-16, 21-18

Ganda Putri: Bao Yixin/Tan Jinhua (Tiongkok) v Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x5) 21-13, 21-17

Ganda Campuran:Zhang Nan/Zhao Yunlei(Tiongkok x1) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2) 21-16, 21-18
Ket: x=unggulan

Sayang, Jonathan Christie Antiklimaks

Kevin Sanjaya/Arya Maulana

INDONESIA gagal membuat sejarah. Untuk kali kesekian, merah putih tak bisa menjadi juara dunia junior.
 Itu setelah Kevin Sanjaya dkk kalah 2-3 dari Korea Selatan dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Hua  Mark Stadium, Bangkok, Thailand,pada Minggu waktu setempat(27/10). Sebenarnya, kesempatan menjadi juara terbuka lebar.
 Dua kali Indonesia memimpin dalam kedudukan 1-0 dan 2-1. Kemenangan merah putih dibuka pasangan ganda campuran Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin. Kemudian jalan memenangi event yang yang juga dikenal dengan Piala Suhandinata tersebut saat pasangan ganda putra Kevin Sanjaya/Arya Maulana membuat skor menjadi 2-1.
 Sayang, dua kesempatan tersebut terbuang begitu saja. Meski, sebenarnya, dua poin dari dari ganda campuran dan ganda putra tersebut sudah diprediksi dari awal.
 Hanya, harapan satu poin yang bakal dipetik dari nomor tunggal putra gagal tercapai. Jonathan Christie tampil antiklimaks.
 Untuk kali pertama, dia gagal menyumbangkan poin bagi Indonesia. Ironisnya, kekalahan ini dialaminya di laga yang sangat krusial.
 Sementara, bagi Korea Selatan, kemenangan atas Indonesia,membuat Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, untuk kali kedua bisa menjadi juara. Sebelumnya, mereka menjadi juara pada 2006. Sejak 2000, Negeri Panda, julukan Tiongkok, telah menjadi juara delapan kali. Selain Korea Selatan, negara yang mematahkan keperkasaan Tiongkok adalah Malaysia pada 2011. (*)
 Selama Piala Sudirman dilaksanakan, Tiongkok masih mendominasi.


HASIL FINAL PIALA SUHANDINATA 2013

Korea Selatan v Indonesia 3-2

Ganda Campuran: Choi Sol-kyu/Chae Yoo-jung v Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin 19-21, 16-21

Tunggal Putra: Jeon Hyuk-jin v Jonathan Christie 21-16, 21-19

Ganda Putra: Choi Sol-kyu/Heo Kwang-hee v Kevin Sanjaya/Arya Maulana 16-21, 20-22

Tunggal Putri: Kim Hyo-min v Hana Ramadini 21-15,21-18

Ganda Putri: Kim Ji-won/Chae Yoo-jung v Rosyita Eka Putri/Setyana Daniella 21-18, 21-11

Dari Kualifikasi Mengejar Prestasi

LOLOS: Markis Kido/Markus Fernaldi (foto: twitter)

USIA pasangan Markis Kido/Markus Fernaldi belum genap setahun. Mereka baru tampil bareng di ajang internasional dalam Tiongkok Masters 2013.
 Di event tersebut, Kido/Markus melangkah hingga babak perempat final setelah dihentikan oleh pasangan tuan rumah Chai Biao/Hong Wei 17-21, 16-21. Bagi pasangan anyar, capaian ini termasuk bagus.
 Sayang, sepekan kemudian di Jepang Super Series 2013, mereka langsung tumbang pada penampilan perdana. Grafik penampilan kembali naik saat menembus babak semifinal Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Hasil di Prancis Super Series 2013 ini juga menjadi capaian terbaik. Mereka datang dalam turnamen yang dilaksanakan di Stade Pierre de Coubertin, Paris, tersebut dengan status nonunggulan.
 Bahkan, mereka memulai dari babak kualifikasi. Di laga perdana (22/10), Kido/Markus susah payah menjinakkan Baptiste Careme/Ronan Labar 21-14,15-21,21-19. Beberapa jam kemudian, mereka menundukkan wakil Indonesia lainnya,Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana 21-13, 21-15. Ini membuat Kido/Markus pun merasakan atmosfer babak utama.
 Pada babak I (23/10), Kido/Markus menundukkan pasangan Belanda Ruud Bosch/Koen Ridder (Belanda) 21-12, 21-15. Kemudian, di babak kedua (24/10), mereka membuat kejutan dengan memulangkan lebih awal unggulan ketiga Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa 21-13,19-21, 21-16.Tiket semifinal digapai usai menjunglkan Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel, unggulan ketujuh asal Korea Selatan, dua game langsung 23-21, 21-17 (25/10).
 Nah, pada babak semifinal (26/10), Kido/Markus memupus asa juara All England 2013 asal Tiongkok yang juga unggulan kelima di Prancis Super Series 2013 Liu Xiaolong/Qiu Zihan 16-21,21-19,21-14. Di final (27/10), mereka akan menjajal pasangan tangguh asal Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, yang di babak semifinal mengalahkan rekannya sendiri Hoon Thien How/Tan Wee Kiong 21-19,15-21, 21-18.
 Di turnamen berhadiah total USD 200 ribu ini, Kien Keat/Tan Boon Heong menempati unggulan keempat.  (*)


Perjalanan Markis Kido/Markus Fernaldi
Tiongkok Masters 2013: Perempat Final
Jepang Super Series 2013: Babak I
Indonesia Grand Prix Gold 2013; Semifinal
Denmark Super Series Premier 2013: Babak II

Nama Tokoh Indonesia, Angkat Trofi Belum

Tim Junior Indonesia 

PEKAN ini, sorotan insan bulu tangkis tertuju kepada Kejuaraan Dunia Junior 2013. Event tersebut khusus bagi atlet olahraga tepok bulu yang usianya masih di bawah 19 tahun.
 Tapi, BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia)lebih menyebutnya sebagai Suhandinata Cup. Dilihat dari namanya, tokoh yang diabadikan namanya tersebut seperti berasal dari Indonesia.
 ‘’Nama ayah memang dipakai untuk Kejuaraan Dunia Junior yang dilaksanakan di Bangkok,’’ kata Justian Suhandinata, putra Suharso Suhandinata, tokoh yang diabadikan menjadi nama event Kejuaraan Dunia Junior.
 Ya, Suharso Suhandinata merupakan salah satu tokoh bulu tangkis dunia asal Indonesia. Bahkan, lelaki kelahiran Bandung 16 September 1916 dan wafat pada 11 November 2010 tersebut juga dikenang sebagai diplomat bulu tangkis.
 Karena perannya, induk organisasi bulu tangkis dunia yang terpecah menjadi dua, IBF (International Badminton Federation) dan WBF (World Badminton Federation) mampu disatukan. Selain itu, masih ada dedikasi lain dari Suhandinata yang sangat besar bagi olahraga tepok bulu tersebut.
 Apa itu? Suhandinata merupakan tokoh yang getol memperjuangkan agar  bulu tangkis bisa dipertandingkan di Olimpiade. Perjuangan ini pun membuahkan hasil.
 Mulai Olimpiade 1992 di Barcelona, bulu tangkis secara resmi sudah menjadi cabang olahraga di event empat tahunan tersebut. Menariknya, kali pertama dilaksanakan, Indonesia mampu meraih dua emas melalui Alan Budikusuma di nomor tunggal putra dan Susi Susanti di tunggal putri.  Alan dan Susi pun dikenal sebagai pasangan emas karena keduanya akhirnya menikah.
 Dengan diabadikannya Suhandinata menjadi nama titel Kejuaraan Dunia Junior sejak 2010 membuat ada dua event bulu tangkis yang memakai nama putra Indonesia. Sebelumnya, sejak 1989, kejuaraan beregu campuran dinamai Piala Sudirman.
 Beda dengan Piala Sudirman, di ajang Piala Suhandinata, Indonesia belum pernah juara. Untuk 2013 ini, kesempatan tersebut terbuka karena untuk kali pertama, Indonesia lolos ke final.
 Untuk ajang Piala Sudirman, Indonesia pernah menjadi juara pada 1989. (*)

Mengejar Gelar yang Belum Pernah dalam Genggaman


DAHAGA gelar juara Indonesia di Kejuaraan Dunia Junior bisa segera terobati. Pasukan merah putih sukses menembus babak final di 2013.
 Itu setelah Jonathan Christie dkk secara mengejutkan mampu mempermalukan Tiongkok dengan skor 3-2 dalam babak semifinal yang dilaksanakan di Hua Mark Stadium, Bangkok,  Thailand, pada Sabtu (26/10) waktu setempat.
 Lolosnya merah putih ke laga pemungkas ditentukan dari nomor ganda campuran melalui Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin yang menghentikan perlawanan  Huang Kaixiang/Chen Qingchen 19-21, 21-16,21-15
Sebelumnya, Indonesia dan Tiongkok berbagi imbang 2-2. Indonesia memetik kemenangan dari nomor tunggal putra dan putri. Sementara, di nomor ganda, putra dan putri, Indonesia gagal memetik kemenangan.
 Lolos ke final ini juga menjadi yang pertama bagi Indonesia sejak 2000. Bahkan, sejak 2002, merah putih tak pernah merasakan lagi babak semifinal. Menembus empat besar, dilakukan pada 2000 dan 2002.
 Sebaliknya, bagi Tiongkok, sejak 2000, Negeri Panda sudah juara delapan kali. Itu dilakukan pada 2000,2002,2004,2007, 2008,2009,2010, dan 2012. Hanya, Korea Selatan dan Malaysia yang mampu menembus dominasi Tiongkok.
 Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, naik ke podium terhormat pada 2006 dan Malaysia melakukannya pada 2011. Tahun lalu, Tiongkok juara setelah mengalahkan Jepang.
 Pada final yang dilaksanakan Minggu siang waktu Bangkok (27/10), Jonathan dkk akan menjajal ketangguhan Korea Selatan yang di babak semifinal menundukkan Jepang 3-1.  (*)

Hasil Semifinal

Indonesia v Tiongkok 3-2

Ganda Putra: Kevin Sanjaya/Arya Maulana v Liu Yuchen/Zheng Siwei 15-21,13-21

Tunggal Putri:Hana Ramadini v Qin Jinjing 21-18, 21-16

Tunggal Putra: Jonathan Christie v Shi Yuqi 21-14, 21-18

Ganda Putri: Rosyita Eka Putri/Setyana Daniella v Huang Dongping/Jia Yifan 21-15,14-21, 11-21

Ganda Campuran: Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin v Huang Kaixiang/Chen Qingchen 19-21, 21-16,21-15

Tidak Terasa Sudah di Posisi 41

Christopher/Trikusuma

TAK sia-sia Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana berpetualang ke Eropa. Perlahan tapi pasti, peringkatnya terus menanjak.
 Dalam ranking yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 24 Oktober, pasangan asal klub Suryanaga, Surabaya, tersebut duduk di 41 dunia. Ini tentu menjadi peringkat tertinggi yang pernah diduduki Christopher/Trikusuma.
 Pekan lalu, mereka duduk di posisi 47.  Posisi tersebut sekaligus mengembalikan Christopher/Trikusuma kembali ke 50 besar setelah sempat terlempar ke 52.
 Melonjaknya ranking keduanya tak lepas dari keberanian mereka mengikuti berbagai turnamen di Eropa. Meski, dalam tur keduanya ini belum ada gelar yang bisa diraih.
 Capaian tertingginya adalah menembus babak semifinal dalam Swiss Challenge 2013. Langkah Christopher/Trikusuma yang diunggulkan di posisi kedua secara mengejutkan kalah oleh pasangan gado-gado Jerman/Malaysia Daniel Benz/Kwong Beng Chan dengan rubber game 19-21,21-10, 17-21 (20/10).
 Pekan sebelumnya, mereka tampil di level yang lebih tinggi yakni Belanda Grand Prix. Christopher/Trikusuma mampu melaju hingga ketiga. Namun, mereka takluk oleh sesame pasangan Indonesia Berry Anggriawan/Ricky Karanda 10-21, 12-21.
  Dengan sering mengikuti turnamen ini tak menutup kemungkinan peringkat Christopher/Trikusuma bakal terus melonjak. Level yang diikuti pun bisa jadi bukan hanya di internasional series ataupun challenge, tapi minimal grand prix. (*)

Selalu Kesulitan Hadapi Pasangan Eropa

YESS: Chris Adcock/Gabrielle White (foto: twitter)

PERINGATAN bagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.  Target juara di Prancis Super Series Premier 2013, keduanya gagal total.
 Langkahnya sudah terhenti di babak perempat final. Tontowi/Liliyana harus mengakui ketangguhan pasangan Inggris Chris Adcock/Gabrielle White dengan dua game langsung 20-22, 17-21. Ini membuat Adcock/White mampu membalas kekalahan yang terjadi dalam Singapura Super Series 2013. Pada 21 Juni lalu, mereka kalah mudah 14-21, 7-21.
 Kemenangan ini juga membuat mereka melanjutkan kejutan yang dilakukan dalam Prancis Super Series 2013. Pada babak kedua, Adcock/White juga memulangkan pasangan Indonesia yang diunggulkan di posisi kedelapan Markis Kido/Pia Zebadiah dengan dua game yang sangat mudah 21-8, 21-8.
 Hasil positif atas Tontowi/Liliyana membuat Adcock/White menantang unggulan teratas Zhang Nan/Zhao Yunlei,yang di perempat final menjinakan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-14, 21-12.
 Untuk Tontowi/Liliyana capaian di Paris ini menjadikan keduanya mengulang hasil di Korea Super Series Premier hanya mampu babak perempat final. Selain itu, ini memberi bukti bahwa selain pasangan Tiongkok, pasangan Eropa sering menjadi batu sandungan.
 Di Korea, Tontowi/Liliyana kalah oleh ganda Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen 19-21, 22-20.Pasangan Negeri Skandinavia itu juga yang mengalahkan Tontowi/Liliyana di kandang sendiri dalam Indonesia Super Series Premier juga dengan dua game langsung 15-21, 14-21.
Tahun lalu di Prancis Super Series, Tontowi/Liliyana juga terhenti di perempat final. Hanya, Adcock saat itu berpasangan dengan Imogen Bankier asal Skotlandia dan kalah 18-21,20-22.   (*)

BWF Tolak Banding Bodin Issara

Bodin (kiri) saat menjatuhkan dan memukul Maneepong
BODIN Issara harus gigit jari. Keinginan memperoleh keringanan hukuman oleh BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) gagal tercapai. Pebulu tangkis Thailand tersebut tetap harus menjalani hukuman selama dua tahun sebagaimana keputusan sebelumnya.
 Bodin dilarang beraktivitas di lapangan bulu tangkis selama dua tahun setelah dia adu jotos di lapangan dengan mantan pasangannya Maneepong Jongjit. Itu terjadi di final ganda putra Kanada Grand Prix pada 21 Juli lalu.
 Bodin menjatuhkan Maneepong dan beberapa kali melepaskan pukulan ke lawannya.  Pertemuan di final tersebut merupakan pertandingan perdana bagi kedua mantan pasangan tersebut setelah berpisah.
 ‘’Tiga anggota menolak keinginan Bodin dan tetap melarang dia tampil efektid sejak 21 Juli,’’ kata BWF dalam pernyataannya.
 Namun, untuk Maneepong, dia kena hukuman tiga bulan. Dia pun sudah bisa turun ke lapangan lagi.
 Prancis Super Series 2013 menjadi penampilan perdana baginya. Dalam turnamen tersebut, dia tetap berpasangan dengan Nipitphon Puangpuapech. Sayang, keduanya terhenti pada babak kedua setelah ditundukkan pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.  
 Dulunyan, Bodin dan Maneepong merupakan pasangan andalan Thailand. Bahkan, keduanya menjadi wakil Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, di ajang Olimpiade London. (*)