Anda dulu yang membidani SBI dan sekarang sukses dengan animo penonton yang besar.
-Iya. Masyarakat memang butuh tontonan. Memang tujuannya memang agar bulu tangkis bisa dijadikan olahraga tontonan dan prestasi. Tapi ada konsep yang sudah beda dengan awal.
Apa itu?
Saya ingin SBI ini menjadi pestanya pebulu tangkis Indonesia dan juga klubnya. Tapi sekarang sudah berubah. SBI menjadi pestanya klub asing dan klub asing.
Padahal di negara manapun, kompetisi pasti hanya untuk klub lokal. Memang ada pebulu tangkis asing tapi mereka kan membela klub lokal.
Bisa dikatakan sudah menyimpang dari tujuan awal?
-Benar. Di negara manapun, namanya kompetisi pasti pesertanya ya klub lokal. Seperti di India dan Tiongkok, kan gak ada klub asing di sana. Lain ceritanya kalau namanya kejuaraan antarklub. Klub asing bisa masuk.
Soal pebulu tangkis asing?
-harganya sangat jor joran. Dengan subsidi USD 1500 dipakai untuk mengontrak pemain dengan bandrol USD 10 ribuan. Lebih baik kan dipakai untuk pemain lokal dan ini bisa meningkatkan jam terbang mereka.
Ya, di India dan Tiongkok ataupun Jepang, kompetisinya memang khusus lokal. Memang, para pebulu tangkis papan atas dunia ikut serta. Pebulu tangkis Indonesia seperti Taufik Hidayat, Markis Kido/Hendra Setiawan, atapun juga Alvent Yulianto pernah jadi buruan klub-klub luar negeri. (*)