WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Dominasi Ganda Campuran


PASANGAN ganda campuran Indonesia menguasai perempat final Vietnam Grand Prix 2014. Dari delapan tiket yang ada, enam pasangan merah putih berada di slot tersebut.
 Ini membuat dua tiket semifinal sudah pasti di tangan. Empat pasangan yang saling bentrok adalah Muhammad Rijal/Vita Marissa berhadapan dengan Yonathan Suryatama Dasuki/Variella ‘’Lala’’ Aprilsasi dan Fran Kurniawan/Shendy Puspa Irawati dijajal Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika.
 Sementara, dua pasangan lain, Ronald Alexander/Melati Daeva dan Irfan Fadilah/Weni Anggraini harus berhadapan dengan pasangan negara lain. Ronald/Melati menjajal ketangguhan wakil Singapura Yong Kai Terry Hee/Wei Han Tan dan Irfan/Weni, yang diunggulkan di posisi kedua, bersua dengan unggulan keenam asal Malaysia Wong Fai Yin/Chow Mei Kuan.
 Jika kedua pasangan Pelatnas Cipayung tersebut mampu mengalahkan lawan-lawannya, maka All Indonesian semifinals bakal terjadi. Hasil ini tentu jauh lebih baik dibandingkan nomor-nomor lain.
 Tahun lalu, gelar juara ganda campuran di Vietnam Grand Prix jatuh ke tangan Choi Sul-kyu/Chae Yoo-jung asal Korea Selatan yang menang 22-20, 19-21, 21-14 atas Liao Min-chun/Chen Hsiao-huan (Taiwan). Indonesia tak mengirimkan wakilnya pada kejuaraan 2013. Beberapa pasangan yang bakal turun pilih mengundurkan diri.
 Pada 2013, Indonesia membawa pulang satu gelar melalui Fran Kurniawan/Bona Septano dari nomor ganda putra. (*)

Ronald Susilo is Back

KEMBALI: Ronald Susilo dengan bendera Singapura di dana

NAMANYA sempat jadi buah bibir. Lelaki ini mampu mengalahkan Lin Dan dari Tiongkok, yang jadi unggulan teratas pada babak pertama Olimpiade Athena, Yunani, 2004, dengan dua game langsung 15-12, 15-10. D
 Kemenangan itu dianggap sebagai salah satu pembuka jalan Taufik Hidayat bisa meraih emas di nomor tunggal putra sekaligus melanggengkan tradisi emas olimpiade. Dia adalah Ronald Susilo.Perjalanan dia di Athena terhenti di babak perempat final setelah ditaklukkan Boonsak Ponsana (Thailand) 10-15, 1-15.
 Mendengar namanya tentu bayangkan kita, dia adalah pebulu tangkis Indonesia. Oops. Jawaban tersebut salah.
 Ini disebabkan Ronald sudah tercatat sebagai warga negara Singapura sejak 1998 atau saat usianya masih 19 tahun. Masuk jajaran 20 besar pun pernah digapai lelaki kelahiran Kediri, Jawa Timur, pada 6 Juni 1979 tersebut.
 Namun, dia gagal mengulanginya pada 2008 saat olimpiade dilaksanakan di Beijing, Tiongkok. Ronald langsung tersingkir di babak pertama usai ditundukkan Lee Chong Wei asal Malaysia dengan 13-21, 14-21.
 ‘’Setelah itu, saya istirahat lama. Cedera membuat saya tak bisa tampil maksimal,’’ terang Ronald kepada smashyes.
 Dia tercatat pernah tampil dalam Singapura Super Series 2010. Hanya, nomor yang diikuti bukan tunggal tapi ganda berpasangan dengan rekan lamanya dari Indonesia Candra Wijaya. Bersama Candra pula, Ronald mengayunkan raket di turnamen yang sama dua tahun kemudian.
 Baru pada 2014, Ronald tampil di nomor tunggal pada Singapura Internasional Series. Memulai langkah dari babak kualifikasi, Ronald akhirnya menggapai tiket babak kualifikasi setelah melibas Neo Winson (Malaysia) dengan 21-14,14-21, 21-9.
 Di babak utama, pada babak kedua, bapak dua anak itu memulangkan lebih awal unggulan kelima Andre Marteen (Indonesia) dengan dua game langsung 21-15, 21-15. Namun, di babak kedua, Ronald dihentikan Woon Kok Hong, unggulan ke-10 dari Malaysia, dengan tiga game 21-16, 18-21, 17-21.
 Dengan tiga game pula, Andre Kurniawan Tedjono dari Indonesia harus menghentikan  Ronald pada babak pertama Vietnam Grand Prix 2014 di Hanoi pada Rabu waktu setempat (3/9). Andre, yang diunggulkan di posisi kelima, menang 21-19, 18-21, 21-19.
 ‘’Ronald masih susah ditundukkan. Hanya, staminanya memang kendor di game ketiga dan itu bisa saya manfaatkan,’’ ucap Andre. (*)

Ada Juara Olimpiade di Belakang Lapangan

EMAS:Ha Tae-kwon (foto:sidiq)

SEORANG lelaki duduk di belakang lapangan pasangan Korea Selatan Lee Hong-sub/Lim Su-min. Dia terus mencatat dan sesekali memberikan instruksi kepada pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, yang tengah menghadapi ganda Indonesia Sabar Karyawan Gautama/Franki Wijaya pada babak semifinal Jara Raya Indonesia Junior International 2014 di GOR Sudirman, Surabaya, pada Sabtu (38/8).
 Hong-sub/Su-min sangat segan kepada pelatihnya. Bahkan, mereka pun meminta maaf karena gagal menundukkan pasangan yang berasal dari klub Exis Jakarta tersebut. Siapa pelatih Korea Selatan itu?
 Ternyata dia adalah Ha Tae-kwon. Dia merupakan salah satu legenda bulu tangkis Korea Selatan di nomor ganda. Sayang, saat smashyes berusaha mewancarainya, Tae-kwon mengaku tak bisa banyak bicara bahasa Inggris.
 ‘’Sedikit. Bahasa Inggris saya tidak bagus,’’ jelas lelaki 39 tahun itu sambil menggabungkan jari kelingking dan jempolnya sebagai tanda sedikit soal kemampuan berbahasa Inggrisnya.
 Hanya, dia masih ingat tentang kenangan manisnya di lapangan hijau. Termasuk soal pertandingan di Olimpiade Atlanta 2004 ketika berpasangan dengan Kim Dong-moon dan meraih emas.
 ‘’Saya di final mengalahkan sesama pasangan Korea Selatan Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung 15-11, 15-4. Di semifinalnya, saya menundukkan ganda Indonesia Flandy (Limpele)/Eng Hian,’’ ungkapnya.
 Sukses itu mengulangi emas yang dipetik seniornya Park Jo-boong/Kim Moon-soo pada Olimpiade Barcelona 1992.Sayang, setelah itu, belum ada lagi pasangan Korea Selatan yang mampu menjadi juara olimpiade.
 Tae-kwon/Dong-moon bukan hanya berjaya di olimpiade. Keduanya juga pernah merasakan manisnya juara turnamen bergengsi All England. Bukan hanya, sekali namun dua kali yakni pada 2000 dan 2002.
 ‘’Tapi, setelah pensiun, saya memutuskan jadi pelatih. Saat ini, saya dipercaya menangani junior,’’ lanjut Ta-kwon. (*)

Atap Roboh, Vietnam Grand Prix Pindah Hall


VIETNAM Grand Prix 2014 kembali dilanjutkan. Sebelumnya, pada Selasa (2/9), atap gedung yang dipakai untuk menggelar pertandingan tersebut,Phan Dinh Phung, roboh.
 ‘’Untung, tidak ada pertandingan. Semua bisa dilihat di jejaring social saya,’’ kata Ronald Susilo, pebulu tangkis Singapura, kepada smashyes.
 Seharusnya, pada Selasa, lelaki yang berstatus warga negara Singapura itu akan menghadapi Andre Kurniawan Tedjono dari Indonesia. Awalnya, Ronald mengira turnamen bakal dihentikan.
 ‘’Pindah ke hall yang lain. Hall yang sekarang katanya baru,’’ tambah Andre.
 Pebulu tangkis binaan Djarum Kudus tersebut menerangkan pertandingan melawan Ronald dilaksanakan Rabu waktu Ho Chi Minh City. Dia pun  menambahkan, hall yang akan dipakai merupakan hall baru.
 ‘’Kalau yang atapnya roboh memang hall lama. Jadi, atapnya memang tak kuat lagi,’’ ungkap Andre. Menariknya, media Vietnam tak banyak atau bahkan tidak ada yang menulisnya.
 Pertemuan Andre dengan Ronald ini merupakan kali pertama. Hanya, dari sisi ranking, Andre ungguh jauh. Dia ada di posisi 61 sementara lawannya yang asli Kediri, Jawa Timur, di ranking 739. (*)

Tak Lagi Klimis, Rambut Mulai Memutih

Rudy Hartono usai menyerahkan medali

LAMA tak melihat langsung Rudy Hartono. Kali terakhir, penulis bersua dengan sang maestro pada putaran final Piala Thomas 2006 yang dilaksanakan di Sendai dan Tokyo, dua kota di Jepang.
Ketika itu, Rudy dipercaya oleh Ketua Umum PB PBSI Sutiyoso untuk menakhodai perjuangan Taufik Hidayat dkk memulangkan Piala Thomas ke Indonesia. Sayang, tugas itu tak bisa dilakukan oleh lelaki asli Surabaya tersebut.
Pada 2006 pun, rambut Rudy pun masih hitam dan klimis. Namun, setelah delapan tahun, banyak yang berubah dari penampilan fisiknya.
Rambut putihnya dibiarkan mewarnai mahkotanya. Dia juga tak memakai dasi yang dulu sering membuat Rudy terlihat perlente.
Saat datang ke GOR Sudirman pada Minggu siang (31/8) menyaksikan final Jaya Raya Junior, lelaki yang kini berusia 65 tahun tersebut hanya memakai kaos polo.
 Rudy duduk di kursi VIP yang berada tepat di belakang lapangan utama tempat berlangsungnya pertandingan final. Dia pun dipercaya melakukan pengalungan medali kepada pemenang di nomor tunggal putra yang jatuh ke tangan Firman Abdul Kholik dari Pelatnas Cipayung.
 Usai laga final Jaya Raya Indonesia Junior International Challenge 2014, Rudy pun diserbu penonton. Bahkan, juara All England delapan kali itu pun diajak foto para siswa dari sebuah sekolahan swasta di Surabaya.
 Tak bisa dipungkiri Rudy tetap menjadi idola masyarakat Indonesia. Apalagi, sampai saat ini, rekor delapan kali juara All England belum ada yang menyamai. (*)

Sekilas Rudy Hartono
Nama: Rudy Hartono Kurniawan
Lahir; Surabaya, 18 Agustus 1949
Prestasi:
Juara All England (1968, 1969, 1970,1971, 1972, 1973, 1974, 1976)
Juara Dunia: 1980
Juara Piala Thomas: 1970,1973, 1976, 1979

Sedih Tak Bisa Lihat Tommy

SAUDARA: Jauza Sugiarto (foto:sidiq)

KEJUARAAN Dunia 2014 menyisakan kesedihan bagi Jauza Fadhila Sugiarto. Kok bisa? Ini dikarenakan dia tak bisa menyaksikan langsung kakaknya, Tommy Sugiarto, yang tengah bertanding dalam event yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, pada 25-31 Agustus lalu.
 ‘’Guest house tempat saya menginap tidak ada televisi kabel. Sedih ngak bisa menyaksikan kak Tommy main,’’ kata Jauza di GOR Sudirman,Surabaya, di sela-sela tampil pada Jaya Raya Indonesia Junior International Challenge 2014.
 Kesedihan tersebut bertambah karena Tommy gagal menjadi juara. Langkah andalan Indonesia di nomor tunggal putra itu dihentikan Chen Long dari Tiongkok pada babak semifinal. Namun, kesedihan tersebut terhapus dengan capaiannya menjadi juara nomor ganda putri.
 Pada pertandingan final yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada 31 Agustus, Jauza yang berpasangan dengan Apriyani Rahayu menang 21-13, 21-18 atas sesama pasangan Indonesia Yulfira Barkah/Dianita Saraswati. Pada turnamen yang menyediakan poin 7 ribu itu, Jauza/Apriyani duduk sebagai unggulan teratas.
 Jauza merupakan putra legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto. Sang bapak pernah menjadi juara dunia tunggal putra pada 1983.
 Meski sudah mulai menuai prestasi, Jauza belum tertarik mengikuti jejak sang kakak untuk digembleng di Pelatnas Cipayung. Alasannya, usianya masih terlalu muda, 15.
 ‘’Saya juga masih mau main di dua nomor, tunggal dan ganda. Itu pasti nggak bisa kalau saya di pelatnas,’’ ungkap Jauza. (*)

Tak Ada Ruselli di Pelatnas Cipayung



TIDAK ada lagi nama Ruselli Hartawan di Pelatnas Cipayung. Namanya sudah pasti tergusur dari kawah candradimuka olahraga tepok bulu tersebut.
"Dia (Ruselli) sudah tidak ada di Pelatnas. Kini ada delapan tunggal putri yang ada di sana," kata pelatih tunggal putri potensi Pelatnas Cipayung Bambang Supriyanto.
Dia tidak terlalu mempermasalahkan hilangnya nama Ruselli. Meski, pebulu tangkis asal Jaya Raya itu menduduki peringkat teratas di semua anak asuhnya.
Bambang tak merinci secara detail tentang terpentalnya perempuan yang baru saja membela Indonesia di ajang Youth Olympic Games di Nanjing, Tiongkok, pekan lalu. Dalam event itu, Ruselli hanya sampai babak penyisihan.
Capaian ini beda dengan pebulu tangkis tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting. Penghuni Pelatnas Cipayung ini mampu membawa pulang medali perunggu dalam event yang diperuntukkan bagi atlet di bawah usia 17 tahun tersebut.
Salah satu sumber yang minta tak ditulis namanya, mengungkapkan Ruselli harus out dari pelatnas karena tindakan indisipliner yang sudah tak bisa ditoleransi. (*)

Surya Baja Pindah Sidoarjo

DIEVA: M.Nadib bersama atlet Surya Baja (foto;sidiq)

SURYA Baja pindah tempat latihan. Klub binaan Abdul Chodir tersebut  berlatih di GOR Dieva di kawasan Candi, Sidoarjo.
"Mulai 1 September, Surya Baja latihannya di Gedung Bulu Tangkis Perumahan Candi Loka Sidoarjo. Mesnya juga tidak jauh dari GOR," kata Pelatih Kepala Surya Baja M. Nadib.
Ini, tambah dia, GOR Surya Baja yang berada kawasan Kutisari, Surabaya, tengah dipakai sebagai gudang alat-alat berar. Rencananya, tempat yang berada di samping rumah pembina sekaligus pemilik Surya Baja Abdul Chodir tersebut bakal dipakai selama dua tahun.
"Jadi, kami pun menyewa mes dan GOR ini selama dua tahun. Semoga saja anak-anak betah karena tempatnya cukup enak," jelas Nadib, sapaan karib M. Nadib.
Lelaki yang pernah ditempa di Puslatda PON Jatim itu menjelaskan, PB Surya Baja menempati GOR Surya Baja selama sepuluh tahun. Kebetulan, hari perdana latihan dan saat mereka harus meninggalkan GOR Surya Baja hampir sama.
"Akhir Agustus 2004, Surya Baja mulai  berdiri. Tak menyangka juga akhirnya kami meninggalkan Kutisari meski hanya sementara," kenang Nadib.
Meski berlatih di Kota Udang, julukan Sidoarjo, namun status Surya Baja tetap masih klub Surabaya. Hanya, tak menutup kemungkinan bakal lahir Surya Baja Sidoarjo.
"Bisa saja yang sifatnya pembibitan ada nama Sidoarjo-nya. Ini juga kami lakukan di Tulungagung dengan membentuk Surya Baja Tuluagung," papar Nadib.
Dengan berlatih dan tinggal di Candi membuat tugas Nadib lebih ringan. Dia bisa lebih intensif mengawai Agie Hariawan dkk karena tempat tinggalnya tak jauh dari mes. (*)

Fitriani Back to Back

JUARA: Fitriani (kanan)


FITRIANI langsung mengepalkan tangan. Ini sebagai ekspresi atas kemenangan yang diraihnya atas Gregoria Mariska Tunjung dalam final tunggal putri kejuaraan Jaya Raya Indonesia Junior International Challenge 2014 di GOR Sudirman, Surabaya, pada Minggu WIB (31/8).
  Dalam duel sesama penghuni Pelatnas Cipayung itu, Fitriani, yang diunggulkan di posisi kedua, memetik kemenangan straight game 21-17, 21-10 atas lawannya yang menempati unggulan keempat. Kemenangan atas Gregoria juga membuat Fitriani mengulang sukses tahun lalu.
 Saat masih bernama Specs Indonesia Junior Challenge, Fitriani juga menang dua game 21-18, 21-16. Pebulu tangkis asal klub Exist tersebut menjadi satu-satunya juara yang tampil kembali dan sukses mempertahankan gelar.
 Dalam Jaya Raya Indonesia Junior International Challenge 2014, di nomor tunggal putri ini, unggulan teratas Ruselli Hartawan yang juga dari Pelatnas Cipayung absen dengan alasan masih berada di Nanjing, Tiongkok, bersama rombongan Youth Olympic Games 2014. (*)

Tunggal putri
Fitriani (4)(INA) vs Gregoria Mariska (INA) 21-18, 21-16


Hasil Final Jaya Raya Junior International Challenge 2014
Tunggal putra:Firman Abdul Kholik (Indonesia x6) v Panji Ahmad Maulana (Indonesia) 21-17, 21-10

Tunggal putri: Fitriani (Indonesia x2) v Gregoria Mariska Tunjung (Indonesia) 21-17, 21-10

Ganda putra: Sabar Karyawan Gautama/Frenki Wijaya (Indonesia) v Akbar Bintang/Jeka Wiratama (x6) 21-15, 21-14

Ganda putri: Jauza Fadhila Sugiarto/Apriyani Rahayu (x1) v Yulfira Barkah/Dianita Saraswati (Indonesia) 21-13, 21-18

Ganda campuran: Tedi Supriadi/Mychelle Chrystine Bandaso (Indonesia x7) v Jeka Wiratama/Marsehilla Gischa Islami (x4) 21-15, 21-13

X=unggulan

Lee Chong Buang Peluang Emas


GAGAL: Lee Chong Wei (foto; BWF)
TIONGKOK menambah panjang daftar wakilnya yang menjadi juara dunia.Setelah Lin Dan tahun lalu di kandangnya sendiri, Guangzhou,  kali ini giliran Chen Long yang mengukirkan namanya.
 Itu setelah dalam final yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, Minggu waku setempat, dia mengalahkan unggulan teratas Lee Chong Wei asal Malaysia dengan dua game langsung 21-19, 21-19.Selama bergulirnya Kejuaraan Dunia mulai 1977, Negeri Panda, julukan Tiongkok, sudah mengoleksi 13 gelar.
 Sebaliknya, bagi Malaysia, kegagalan Lee Chong Wei ini membuat negeri jiran belum pernah menempatkan wakilnya di podium terhormat. Meski, sebenarnya, mereka pernah mempunya pebulu tangkis-pebulu tangkis hebat sekelas Misbun dan Rashid Sidek atau pun juga Razif dan Jaelani Sidek di ganda putra.
 Tahun ini, jalan Chong Wei juga sangat lapang. Apalagi, lawan terberatnya, Lin Dan, asal Tiongkok, tak bisa ikut karena ranking dan poin yang dimiliki belum mampu membawanya berlaga di Kopenhagen. Superdan, julukan Lin Dan, pula yang mengalahkan Chong Wei dalam dua kali final, 2011 dan 2013.
 Sebelum final, banyak yang memprediksi, Chong Wei bakal mengukir sejarah. Alasannya, penampilannya sejak babak penyisihan sangat konsisten.
 Selain itu, dia mampu mengalahkan Chen Long dalam dua kali pertemuan terakhir yakni di final All England Super Series 2014 dan India Super Series 2014.  Ini membuat dia unggul 9-8 dalam head to head. (*)

Perjalanan Lee Chong Wei di Kejuaraan Dunia (5 Terakhir)

2009: Perempat final (v Sony Dwi Kuncoro 16-21, 21-14, 12-21)
2010: Perempat final ( v Taufik Hidayat 15-21, 21-11, 12-21)
2011: Final (v Lin Dan 22-20, 14-21, 21-23)
2013: Final (v Lin Dan 21-16, 13-21, 17-20 /mundur)
2014: Final (v Chen Long 19-21, 19-21)

Marin Panen Rekor


KEJUTAN Carolina Marin mencapai puncak. Gadis 21 tahun asal Spanyol tersebut mampu menjadi juara dunia tunggal putri.
 Pada pertandingan final yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, pada Minggu waktu setempat, Marin, yang diunggulkan di posisi kesembilan, menumbangkan unggulan teratas Li Xuerui dari Tiongkok dengan rubber game 17-21, 21-17,21-18. Sukses ini membuat Marin mengukir beberapa rekor.
 Dia menjadi perempuan Spanyol pertama yang mampu menjadi juara dunia. Selama ini, belum ada wakil Negeri Matador, julukan Spanyol, berkiprah sampai final apalagi juara.
 Marin juga menjadi tunggal Eropa pertama yang mampu mengawinkan juara tunggal Eropa dan dunia. Selain itu, perempuan yang pernah tampil di DBL Arena, Surabaya, dalam Axiata Cup tersebut mengakhiri paceklik Benua Putih, julukan Eropa, di nomor tunggal putri selama 25 tahun. Kali terakhir, Eropa menjadi juara melalui Camilla Martin dari Denmark, pada 1999 saat Kejuaraan Dunia juga dilaksanakan di Denmark.
 Selain Marin, kejutan lain juga terjadi di tunggal putra dan ganda putra. Dua unggulan teratas menyerah kepada lawan-lawannya dan gagal menjadi juara.
 Pada tunggal putra, Lee Chong Wei asal Malaysia dipermalukan Chen Long, unggulan kedua, dari Tiongkok Chen Long dengan straight game 19-21, 19-21. Sementara, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong, unggulan kedua, takluk 22-20, 13-21, 21-18 kepada rekan senegaranya yang ‘’hanya’’ menempati unggulan ke-12 Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel.
 Sebenarnya, unggulan teratas di tempati pasangan Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Namun, mereka absen karena Ahsan mengalami cedera.
 Kejuaraan Dunia 2015 akan dilaksanakan di Jakarta. (*)

Hasil final Kejuaraan Dunia 2014
Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x2) v Lee Chong Wei (Malaysia x1) 21-19, 21-19

Tunggal putri: Carolina Marin (Spanyol x9) v Li Xuereui (Tiongkok x1) 17-21, 21-17, 21-18

Ganda putra: Shin Baek-choel/Ko Sung-hyun (Korea Selatan x12) v Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x2) 22-20, 21-23, 21-18

Ganda putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x5) v Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x4) 21-19, 21-15

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2)  21-12, 21-23, 21-13

X=unggulan

Peluang Ikut Jejak Camilla Martin


KALI terakhir, Eropa menempatkan wakilnya menjadi juara dunia  tunggal putri  pada 1999. Saat itu, wakil Denmark  CamillaMartin naik ke podium terhormat dalam Kejuaraan Dunia yang dilaksanakan di kandangnya sendiri, Kopenhagen. Saat itu, Camilla memetik kemenangan 11-6, 6-11, 11-10 atas wakil Tiongkok Dai Yun.  
 Setelah itu, tidak ada wakil negeri dari Benua Putih yang mampu menembus babak final. Semat terbuka harapan pada 2006. Dua wakil Jerman Xu Huaiwen dan  Petra Overzier mampu menembus babak semifinal. Sayang, keduanya pun dijegal lawan-lawannya.
 Kini, setelah 25 tahun, akhirnya ada pebulu tangkis Eropa yang berebut gelar di laga pemungkas. Ini berkat kemenangan Camila Martin asal Spanyol atas PV Sindhu (India) dengan dua game langsung 21-17, 21-15 pada pertandingan semifinal nomor tunggal putri Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, Sabtu waktu setempat (30/8).
Kemenangan itu membawa Marin menantang unggulan teatas Li Xuerui dari Tiongkok di babak final yang dilaksanakan Minggu (31/8). Pebulu tangkis Negeri Panda, julukan Tiongkok, itu di semifinal menang mudah 21-8, 21-14 atas Minatsu Mitani (Jepang).
 Hanya, untuk bisa menjadi juara menjadi tugas superberat bagi Marin. Dia belum pernah menang melawan Li.
 Namun, perubahan permainan Marin bisa membuat gadis 21 tahun asal Negeri Matador, julukan Spanyol, itu membalikan prediksi. Apalagi, tahun ini, Marin juga membuat kejutan dengan menjadi juara Eropa. (*)


Tunggal putri Eropa melangkah jauh

1979: Lene Kopen (Denmark)-juara, Gillian Gilks (Inggris)-runner-up, Margaret Lockwood (Inggris)-semifinal
1983: Helen Troke (Inggris)-semifinal
1999: Camilla Martin (juara), Mette Sorensen (Denmark) semifinal)
2003:Mia Audina (Belanda) – semifinal
2005: Xu Huaiwen (Jerman)-semifinal
2006: Xu Huaiwen, Petra Overzier (Jerman)-semifinal
2009: Pi Hongyan (Prancis) - semifinal
2010: Tine Rasmussen (Denmark) - semifinal

Gagal Ikuti Jejak Bapak


PUPUS sudah asa Indonesia membawa gelar juara dunia. Satu-satunya wakil merah putih yang tersisa, Tommy Sugiarto, tersingkir di babak semifinal. Dia menyerah straight game 16-21, 20-22 kepada unggulan kedua asal Tiongkok Chen Long pada pertandingan yang dilaksanakan di Ballerup Super Arena, Kopenhagen, Denmark,paa Sabtu waktu setempat (30/8).
 Kekalahan ini menjadi kekalahan ketujuh Tommy atas wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut. Sekaligus membuat dia gagal mengikuti jejak ayahnya, Icuk Sugiarto.   Lelaki yang kini jadi Ketua Pengprov PBSI DKI Jakarta itu mengalahkan rekan senegaranya, Liem Swie King, dengan 15-8, 12-15, 17-16 di Kopenhagen.  
 Hasil yang dipetik Tommy juga membuat Indonesia belum bisa menjadi juara nomor tunggal putra sejak 2005 ketika Taufik Hidayat naik ke podium terhormat. Tahun lalu, dua wakil Negeri Jamrud Khatulistiwa, julukan Indonesia, menempatkan wakilnya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di ganda putra dan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, menjadi juara.Sayang, tahun ini, keduanya absen karena cedera. (*)

Hasil semifinal :
Tunggal Putra:Lee Chong Wei (Malaysia x1) v Viktor Axelsen (Denmark x14) 21-9, 21-7; Chen Long (Tiongkok x2) v Tommy Sugiarto (Indonesia x5) 21-16, 22-20

Tunggal Putri:Li Xuerui (Tiongkok x1) v Minatsu Mitani (Jepang x16) 21-8, 21-14; Carolina Marin (Spanyol x9) v PV Sindhu (India x11) 21-17, 21-15

Ganda Putra;Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korsel x12) v Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korsel x5) WO; Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x2) v Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark x3) 21-12, 21-18

Ganda Putri:Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x5) v Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korsel x16) 21-13, 21-10; Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x4) v Reika Kakiiwa/Miyuki Maeda (Jepang x7) 21-8, 21-13
Ganda Campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok) 21-15, 21-13; Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2) v Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark x3)

X=unggulan

Hanya Ada Tommy Sugiarto


TAHUN lalu, Indonesia mampu membawa pulang dua gelar dari Kejuaraan Dunia. Dalam event yang dilaksanakan Guangzhou, Tiongkok, tersebut Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di nomor ganda putra dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mampu naik ke podium juara.
 Namun, tahun ini, hal tersebut susah diulang. Kedua pasangan tersebut absen dengan alasan yang sama, cedera.  Selain itu, hingga babak semifinal, Indonesia hanya mempunyai satu wakil yakni Tommy Sugiarto di nomor tunggal putra.
 Ini disebabkan tiga pasangan yang masih bertahan di perempat final, Anggia Shitta Awanda/Della Destiara Haris dan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri) serta pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto, tersingkir.
 Pada pertandingan yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, pada Jumat waktu setempat, Tommy, yang diunggulkan di posisi kelima, menghentikan perlawanan Eric Pang (Belanda) 22-20, 21-19. Hasil ini merupakan kemenangan ketiga putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut atas Eric. Dua kemenangan sebelumnya dipetik dalam Bahrain Challenge 2010 dan Italia International 2011.
 Pada babak semifinal, Tommy akan menjajal ketangguhan Chen Long (Tiongkok). Pada babak perempat final, unggulan kedua tersebut dipaksa bertarung tiga game 21-14, 12-21, 21-17 untuk menyingkirkan Son Wan-ho, unggulan ketujuh asal Korea Selatan.
 Dari rekor pertemuan, Tommy hanya sekali menang dari tujuh kali duel. Hanya, satu kemenangan tersebut dipetik saat kali terakhir kedua bersua di Indonesia Super Series Premier 2013. Saat itu, Tommy memetik kemenangan dua game langsung 21-11, 21-18.
 Semifinal tunggal putra lainnya mempertemukan unggulan pertama asal Malaysia  Lee Chong Wei melawan Viktor Axelsen (Denmark). (*)

Ganda Putri Terus Ulangi Kegagalan


LANGKAH Anggia Shitta Awanda/Della Destiara akhirnya terhenti. Mereka menyerah dengan dua game mudah 12-21, 15-21 kepada unggulan kelima asal Tiongkok Tian Qing/Zhao Yunlei pada pertandingan babak perempat final ganda putri Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, Jumat malam waktu setempat (29/8).
 Sebelumnya, Anggia/Della pada babak kedua membuat kejutan dengan memulangkah lebih awal unggulan teratas Bao Yixin/Tang Jinhua dengan straigh game 21-14, 21-18. kemudian, di babak ketig, pasangan Pelatnas Cipayung tersebut menghentikan langkah unggulan ke-15 Line Damkjaer/Marie Roepke 21-18, 21-16. Kekalahan atas unggulan kelima ini menjadi kekalahan kedua bagi Anggia/Della. Sebelumnya, mereka menyerah 15-21, 7-21 di Belanda Grand Prix 2013.  
 Hal yang sama juga dialami Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Mereka juga terjegal setelah sebelumnya membuat kejutan dengan mempermalukan unggulan kedua sekaligus tumpuan asa Denmark Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl.
 Pada pertandingan perempat final, Greysia/Nitya menyerah dua game langsung 19-21, 13-21 kepada Reika Kakiiwa/Miyuki Maeda, yang diunggulkan di posisi ketujuh. Ini menjadi kekalahan kedua bagi pasangan merah putih. Sebelumnya,Greysia/Nitya menyerah di Malaysia Super Series Premier 2014.
 Sepanjang sejarah Kejuaraan Dunia, belum pernah ada pasangan Indonesia yang menjadi juara. Tiongkok mendominasi dengan koleksi 17 gelar. Tahun lalu di Guangzhou, Tiongkok, pasangan tuan rumah Wang Xiaoli/Yu Yang menjadi pemenang. (*)

Ratchanok Gagal Pertahankan Gelar


RATCHANOK Intanon harus kehilangan gelar juara dunia. Pebulu tangkis Thailand ini kalah 8-21, 21-12, 21-18 pada babak ketiga nomor tunggal putri dalam Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, pada Kamis waktu setempat 28/8).
 Sebenarnya, kekalahan ini cukup mengejutkan. Selain menyandang status juara bertahan, Ratchanok juga duduk sebagai unggulan keempat sementara lawannya sebagai unggulan ke-16.Selain itu, dari rekor pertemuan, perempuan asal Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut selalu menang dalam dua kali pertemuan yakni di Jepang Super Series 2010 dan Thailand Grand Prix 2012.
 Tahun lalu, dalam final yang dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok, Ratchanok mengalahkan wakil tuan rumah Li Xuerui dengan rubber game 22-20, 21-18, 21-14. Dia menjadi wanita Thailand yang menjadi juara dunia di nomor tunggal putri.
 Tahun ini, penampilan Ratchanok memang menurun.Selama 2014, gadis 19 tahun tersebut belum pernah juara.
 Capaian terbaiknya ‘’hanya’ menembus babak final Indonesia Super Series Premier. Sayang, di babak pemungkas, Ratchanok dikalahkan Li Xuerui 13-21, 13-21. Sepekan kemudian, di Australia Super Series, dia tumbang di babak pertama oleh Han Li  14-21, 19-21. Selain Ratchanok, pada babak ketiga juga terjadi kejutan dengan tumbangnya unggulan ketiga Wang Yihan. Wakil Tiongkok ini menyerah 9-21, 12-21 kepada Carolina Marin (Spanyol).
 Di tunggal putri ini, sebenarnya Indonesia mengirimkan dua wakilnya, Lindaweni Fanetri dan Bellaetrix Manuputty.  Namun, keduanya sudah angkat koper.
 Lindaweni kalah 10-21, 16-21 oleh Sung Ji-hyun (Korea Selatan)  di babak ketiga dan Bellaetrix menyerah 12-21, 14-21 kepada Tai Tzu Ying (Taiwan) di babak kedua. (*)


Dua Ganda Putri Lolos Perempat Final


KEJUTAN Anggia Shitta Awanda/Della Destiara Haris belum berhenti. Mereka kembali menumbangkan unggulan dalam nomor ganda putri pada Kejuaraan Dunia 2015.
 Setelah memulangkan kandidat teratas juara, Bao Yixin/Tang Jinhua dari Tiongkok, pasangan pelatnas Cipayung tersebut menundukkan ganda tuan rumah yang diunggulkan di posisi ke-15 Line Damkjaer/Marie Roepke dengan straight game 21-18, 21-16 pada pertandingan babak ketiga yang dilaksanakan di Ballerup Super Arena, Kopenhagen, Denmark, pada Kamis waktu setempat (28/8).
 Ini merupakan pertemuan perdana kedua pasangan yang hanya beda empat peringkat tersebut. Dalam ranking terbaru BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Anggia/Della duduk di posisi ke-19 atau sempat setrip di bawah lawannya.
 Namun, hadangan berat kembali menghadang mereka. Di babak perempat final, Anggia/Della menantang unggulan kelima asal Negeri Panda, julukan Tiongkok, Tian Qing/Zhao Yunlei , yang di babak ketiga menang mudah 21-13, 21-12 atas Duanganong Aroonkesorn/Kunchala Voravichitchaikul (Thailand).
 Anggia/Della pernah bersua dengan Tian/Zhao di All England Super Series Premier 2014. Hasilnya, pasangan merah putih kalah.
 Pasangan Indonesia yang lolos ke babak perempat final nomor ganda putri adalah Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Mereka mempermalukan asa tuan rumah yang duduk sebagai unggulan kedua Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl dengan dua game langsung 21-15, 21-19. Kemenangan ini merupakan kemenangan keempat atas pasangan Negeri Skandinavia tersebut.
 Untuk bisa melaju ke semifinal, Greysia/Nitya harus bisa mengalahkan Reika Kakiiwa/Miyuki Maeda asal Jepang. Unggulan ketujuh ini lolos berkat kemenangan tiga game 19-21, 21-15, 21-13 atas Ko A-ra/Yoo Hae-won.
 Pasangan Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, itu pernah mengalahkan Greysia/Nitya di Malaysia Super Series Premier dengan dua game langsung 21-19, 21-11. (*)

Pulang Telat, Unggulan Teratas Kalah WO



MUNDUR: Ruselli Hartawan (foto: PBSI)
TAK ada nama Ruselli Hartawan di Jaya Raya Indonesia Junior International Challenge 2014. Dia tak turun ke lapangan saat harus berhadapan dengan pebulu tangkis Singapura Chun Yi Deline Queck di GOR Sudirman, Surabaya, pada Rabu siang.
 Ke mana Ruselli?’’Dia masih di Nanjing mengikuti Youth Olympic Games,’’ kata Eddyanto Sabarudin, ketua bidang pertandingan dan pewasitan PP PBSI.
 Meski, tambah dia, cabang olahraga bulu tangkis sudah selesai Sabtu (23/8) lalu. Hanya, tiket perempuan 17 tahun tersebut ikut bersama rombongan dari Tiongkok.
‘’Jadi, dia nggak bisa pulang langsung. Mau nggak mau, Ruseli absen di kejuaraan ini meski dia menduduki unggulan teratas,’’ tambah Edy, sapaan karib Eddyanto Sabarudin.
Absen dari Jaya Raya Indonesia Junior International Challenge 2014 ini pun memberikan dampak kepada Ruselli. Dia harus membayar denda kepada BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).
 ‘’Jumlahnya seratusan dolar. Memang tak sebesar senior yang bisa sampai ribuan dolar,’’ tambah mantan Sekum Pengprov PBSI Jatim tersebut.
 Dengan absennya Rusel
li, Indonesia bertumpu kepada Fitriani yang diunggulkan di posisi kedua dan Gregoria Mariska. (*)

Pulangkan Unggulan Teratas

KEJUTAN BESAR: Anggia Shitta/Della Destiara

ANGGIA Shitta/Della Destiara jadi sorotan dalam Kejuaraan Dunia 2014. Pasangan Pelatnas Cipayung tersebut mampu menumbangkan unggulan teratas asal Tiongkok Bao Yixin/Tang Jinhua dengan dua game langsung 21-14,. 21-18 pada pertandingan babak kedua di Kopenhagen, Denmark, pada Rabu waktu setempat (27/8).
 Kemenangan ini tentu di luar dugaan. Dari segi ranking, Anggia/Della jauh di bawah pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, itu.
 Dari ranking terakhir yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Bao/Tang ada di posisi pertama. Sementara, Anggia/Della di posisi 19. Apalagi, dalam pertemuan sebelumnya di Belanda Grand Prix, Anggia/Della menyerah telak dua game langsung 15-21, 7-21.
 Untuk bisa merebut tiket perempat final, Anggia/Della harus bisa menundukkan unggulan ke-15 atas Denmark Line Damkjjaer/Marie Roepke . Di babak kedua, mereka dipaksa bertarung tiga game 21-16, 11-21, 21-10 oleh ganda Malaysia Hoo Vivian/Woon Khe Wei.
 Bagi kedua pasangan, ini bakal menjadi pertemuan perdana. Hanya, dari sisi peringkat, ganda Denmark itu lebih bagus tiga setrip dibandingkan Anggia/Della.
 Sukses Anggia/Della menembus babak ketiga juga diikuti oleh dua pasangan Indonesia lainnya, Pia Zebadiah/Rizki Amelia Pradipta dan Greysia Polii/Nitya Krishinda.
 Pia/Rizki, yang diunggulkan di posisi 11, dipaksa bertarung tiga game 23-21, 18-21, 21-14 oleh Samantha Barning/Iris Tabeling (Belanda). Di babak ketiga, pasangan asal klub Jaya Raya, Jakarta, tersebut menantang unggulan keenam asal Korea Selatan Chang Ye-na/Kim So-yeong yang di babak sebelumnya menang 23-21, 21-17 atas Cheng Wen Hsing/Hsieh Pei Chen (Taiwan).
 Bukan tugas ringan bagi Pia/Rizki. Dalam tiga pertemuan, mereka belum pernah menang atas Ye-na/So-yeong.
 Sementara, Greysia/Nitya, yang diunggulkan di posisi kesepuluh,menang mudah21-10, 21-11 atas Isabel Herttrich/Carla Nelte (Jerman). Untuk lolos ke babak perempat final, ganda nomor satu Indonesia itu harus bisa menyingkirkan unggulan kedua Christinna Pedersen/Kamilla Rhytter Juhl yang di babak kedua melibas Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerrattanachai 21-12, 21-16.
 Kans bagi Greysia/Nitya lolos sangat terbuka. Dalam tiga kali pertemuan, mereka selalu memetik kemenangan. Kali terakhir, pasangan yang baru ditandemkan lagi itu menang di Swiss Grand Prix Gold 2014 pada April lalu. (*)


Tommy Tak Perlu Main Tiga Game

BERTAHAN:Tommy Sugiarto (facebook)

PUTARAN final Piala Thomas 2014 membuat Tommy Sugiarto banyak belajar. Buktinya, dia hanya perlu menang dua game 21-12, 21-14 atas Derek Wong dari Singapura pada pertandingan babak I Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, pada Selasa waktu setempat.
 Padahal, saat putaran final Piala Thomas yang dilaksanakan di New Delhi, India, pada Mei 2014, Tommy sempat keteteran. Putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut harus kehilangan satu game sebelum memetik kemenangan 21-11, 17-21, 21-15.
 Namun, pada pertandingan di Kejuaraan Dunia, dia tak memberikan waktu Derek berkembang. Hasilnya,  dalam waktu 35 menit, Tommy sudah menggapai tiket babak II. Kemenangan atas Derek juga membuat dia belum terkalahkan selama lima kali bersua dengan pebulu tangkis Negeri Singa, julukan Singapura, tersebut.
 Pada babak kedua, Tommy, yang diunggulkan  di posisi kelima, akan ditantang Vladimir Malkov asal Rusia. Pada pertandingan pertama, peringkat 44 dunia itu  menang dua game dengan mudah 21-6, 21-13 atas Dmytro Zavadsky  (Ukraina).
 Tommy menjadi satu-satunya wakil Indonesia di nomor tunggal putra. Rekannya Simon Santoso, urung tampil setelah terkena demam berdarah yang membuatnya menginap di rumah sakit.
 Kejuaraan Dunia 2014 ini bakal memunculkan juara baru. Alasannya, juara bertahan sekaligus pemegang lima kali gelar, Lin Dan asal Tiongkok, tak bisa turun karena rankingnya tidak mencukupi. (*)