WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Malaysia Ingin Tarik Rexy Lagi

MASA LALU: Rexy Mainaky saat menangani Malaysia.

ASOSIASI Bulu Tangkis Malaysia (BAM) tak mau main-main dalam membangun kekuatan bulu tangkisnya.  Mereka sukses mendatangkan legenda asal Denmark Morten Frost Hansen untuk dijadikan sebagai Direktur Teknik.
 Juara tunggal putra All England empat kali itu akan mulai bekerja Maret mendatang. Namun, itu belum juga membuat BAM puas.
 Kali ini, bidikan diarahkan ke Rexy Mainaky. Tentu, ini menjadi sinyal yang bahaya bagi PP PBSI.
 Alasannya, sampai saat ini, dia masih berstatus sebagai Kabidbinpres PP PBSI. Di tangan lelaki asal Ternate, Maluku Utara, tersebut, bulu tangkis Indonesia hampir kembali ke masa kejayaan.
 Dia mampu mengantarkan bulu tangkis menjadi penyumbang emas bagi kontingen Indonesia dalam Asian Games 2014 melalui Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di nomor ganda putra dan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari di ganda putri.
 Keseriuan BAM menggaet  Rexy pun tak main-main. Sebuah media Malaysia memberitakan bahwa Rexy telah bertemu dengan Presiden BAM Tengku Tan Sri Mahaleel Tengku Arif  untuk membicarakan kemungkinan kembalinya peraih emas nomor ganda putra Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Subagdja tersebut..
 Malaysia memang bukan negeri yang asing bagi Rexy. Selama 7,5 tahun hingga 2012, dia berada di sana.  Di bawah polesannya, muncul pasangan tangguh Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.
Mereka diantarkan Rexy mampu meraih emas Asian Games 2006 dan beberapa turnamen bergengsi dengan salah satunya turnamen bergengsi All England 2007.
 Selain Rexy dan Morten, BAM juga mengikat dua pelatih asal Tiongkok– He Guo Quan dan Zhou Yang – pada Oktober lalu. Guo Quan merupakan pelatih Lin Dan, juara dunia lima kali nomor tunggal putra, saat masih junior. Besar kemungkinan, Guo akan memoles tunggal putra.
 Masih ada juga nama Hendrawan.Mantan juara dunia asal Indonesia itu sudah enam tahun menangani tim pelapis Malaysia. (*)

Penerus Tradisi di Makau

MELAJU: Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja

TRADISI juara nomor ganda campuran dalam Makau Grand Prix Gold kembali terjaga. Ini setelah pasangan muda Pelatnas Cipayung Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja  menang tiga game yang menegangkan 21-15, 29-30, 22-20 atas pasangan Singapura Danny Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo dalam pertandingan final yang dilaksanakan pada Minggu waktu setempat (30/11).
 Sayangnya, kemenangan itu gagal diikuti pasangan ganda putra Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. Di babak pemungkas, mereka dipaksa mengakui ketangguhan unggulan kedua asal Singapura Danny Bawa Chrisnanta/Chayut Triyachart 21-19, 22-20.
 Sebelumnya, dalam tiga tahun beruntun, Indonesia selalu memenangi nomor ganda campuran melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada 2010, 2011, dan 2012. Tahun lalu,keduanya tak ikut ambil bagian. Gelar juara 2013 jatuh ke tangan wakil Tiongkok Lu Kai/Huang Yaqiong.
 Bagi Edi/Gloria, juara di Makau ini menjadi capaian tertinggi sekaligus menjadi gelar perdana. Pasangan ini mulai dipasangkan sejak tahun lalu. Harapannya, Edi/Gloria mampu meneruskan kejayaan nomor ganda campuran Indonesia di kancah internasional.
 Secara individu, sebenarnya Edi dan Gloria punya status juara dunia di nomor ganda campuran. Bedanya, Edi juara pada 2012 saat berpasangan dengan Melati Daeva Oktaviani. Sementara, Gloria melakukannya pada 2011 ketika dipasangkan dengan Alfian Eko Prasetya. Saat ini, Alfian berpasangan dengan Melati.
 Hasil di Makau Grand Prix Gold 2014 bakal mengerek peringkat Edi/Gloria. Dalam rilis terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), mereka ada di posisi 51 dunia. Capaian terbaik keduanya adalah menembus ranking 33 dunia pada 6 November lalu. (*)

Jalan Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja juara
Babak I: Wong Fai Yin/Mei Kuan Chow (Malaysia): 21-10, 21-15
Babak II: Tang Chun Man/Chan Kaka (Hongkong): 21-19, 21-17
Perempat final: Lu Ching Yao/Hsuan-Yu (Taiwan/Australia): 21-18, 21-18
Semifinal:Huang Kaixiang/Huang Dongping (Tiongkok) 21-15, 18-21, 22-20
Final: Dannya Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo (Singapura): 21-15,29-30, 22-20

Dari Malaysia Langsung ke Axiata

BELA BANGSA: Hendra Setiawan (foto: yonex)
HENDRA Setiawan seperti tak punya lelah. Dia bisa langsung turun dalam dua event yang jadwalnya nyaris berbarengan, Axiata Cup 2014 dan Liga Bulu Tangkis Malaysia atau yang akrab disebut Purple League 2014.
 Di Purple Cup, pebulu tangkis senior spesialis ganda ini membela Kajang. Bahkan, dalam dua kali penampilannya, Hendra yang berpasangan dengan Ong Soon Hock selalu memberikan kemenangan bagi Kajang. Saat tampil pertama melawan Klang United (28/11),  Hendra / Soon Hock melibas Mohd Fairuizuan/Nelson Heg dengan 11-10, 11-8, 11-10.
 Sayang, donasi poin tersebut tak mampu menolong timnya dari kekalahan. Kajang menyerah 2-4.
Dua hari  kemudian (30/11), Kajang kembali turun lapangan menghadapi Klang United. Hendra/Soon Hock kembali memetik kemenangan atas Muhammad Amzzar /Tay Ken Yew (Ampang Jaya) 11-9, 11-8, 9-11, 11-8. Seperti di laga sebelumnya, Kajang kembali menelan malu dengan takluk 2-4.
 Ya, dalam Axiata Cup yang tengah berlangsung di Jakarta, juara dunia 2007 dan 2013 itu belum sekalipun turun ke lapangan. Menariknya, dua pasangannya saat menjadi juara, Markis Kido (2007) dan Mohammad Ahsan (20013), bertandem di lapangan membela Indonesia.
 Mereka selalu memberikan poin bagi setiap penampilannya. Ketika berhadapan dengan ganda India yang membela Asia All-Stars (27/11) , Kido/Ahsan unggul 21-15, 21-16 atas Manu Attri/Sumeeth Reddy. Donasi satu poin membuat Indonesia batal malu karena ditahan imbang 2-2.
 Sehari kemudian ketika berhadapan dengan Vietnam, pasangan yang belum pernah turun di ajang resmi itu melibas Bao Minh/Huynh Nguyen Kang 21-11, 21-15. Indonesia pun menang 4-0.
 Pada Sabtu (29/11),Kido/Ahsan menyikat ganda Malaysia Tan Boon Heong/Tan Wee Kiong 21-17, 21-13 dan membuat merah putih menyapu bersih empat partai. Kemudian, mereka diistirahatkan saat Indonesia mempermalukan Filipina 4-0. Posisinya digantikan Markus Fernaldi/Kevin Sanjaya. Sinyo, sapaan karib Markus Fernaldi, merupakan pasangan tetap terakhir dari Kido.
 Nah, pada Senin (1/12), Hendra baru turun ke lapangan membela Indonesia di ajang Axiata Cup 2014. Dia pun berpasangan dengan tandem lamanya, Kido. Hasilnya, pasangan Singapura Hendra Wijaya/Hee Yong disikat 21-19, 21-10 yang membuat Indonesia menang 4-0. (*)

Jadwal Indonesia di Penyisihan Axiata Cup 2014
2 Desember 2014: v Europe All-Stars
3 Desember 2014: v Thailand  

Saatnya Ade/Wahyu Unjuk Kemampuan

Ade Yusuf/Wahyu Nayaka (foto:zimbio)

SEMPAT berhembus kabar pasangan Ade Yusu/Wahyu Nayaka bakal dipisah. Bahkan, salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya menjelaskan bahwa Ade pun akan dipulangkan ke klub asalnya, Wima Surabaya.
 Ini seiring dengan jebloknya performa Ade/Wahyu.Selama 2014, mereka belum pernah naik ke podium juara.Beda dengan 2013, saat itu, keduanya mampu meraih dua  gelar yakni di Iran Challenge dan Belanda Grand Prix.
  Di Iran, Ade/Wahyu ,menundukkan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung, Ronald Alexander/Selvanus Geh dengan 21-19, 13-21, 22-20. Mereka mengulanginya di Negeri Kincir Angin, julukan Belanda, berkat kemenangan 14-21, 21-18, 21-17 yang juga atas teman sepelatihan, Berry Anggriawan/Ricky Karanda Suwardi.
 Sementara, pada 2014, capaian terbaik adalah menembus babak semifinal Indonesia Grand Prix Gold 2014. Dalam event yang dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, tersebut, Ade/Wahyu dihentikan oleh pasangan nonpelatnas Markis Kido/Markus Fernaldi dua game langsung 13-21, 19-21.
 Selain itu,,, untuk level super series dan super series premier, sinar prestasi mereka seakan redup. Di Korea Super Series, Malaysia Super Series, All Englang Super Series Premier, India Super Series, Singapura Super Series,  Indonesia Super Series Premier, dan Prancis Super Series langkah Ade/Wahyu seakan terasa berat untuk bisa menembus babak-babak akhir.
Bahkan, di Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Prancis, keduanya langsung tersungkur dalam penampilan perdana. Sedangkan di Korea,All England, dan India,Ade/Wahyu sudah terhenti dalam penampilan kedua.
Capaian yang kurang moncer itu pun membuat ranking mereka hanya berkutat di luar 20 besar dunia.  Posisi terbaik yang ditempati pasangan beda klub itu pun ‘’hanya’’ di 22 besar dunia. Dari ranking terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 27 November, mereka terjerambab di posisi 36.
 Namun, tak menutup kemungkinan, posisi mereka bakal naik. Alasannya, di Makau Grand Prix Gold 2014, Ade/Wahyu mampu menembus babak semifinal.
 Itu setelah pasangan yang mulai digandengkan 2012 itu menundukkan Andrew Ellis/Peter Mills (Inggris) dengan 21-15, 21-19 pada pertandingan perempat final di Makau pada Jumat waktu setempat (28/11). Untuk bisa menembus semifinal,Ade/Wahyu harus bisa melibas Danny Bawa Chrisnanta/Chayut Triyachart.
 Bagi pasangan merah putih, kans menembus final tetap terbuka Ade/Wahyu pernah mengalahkan ganda Negeri Singa, julukan Singapura, di Indonesia Challenge 2012 dengan 21-18,17-21, 21-17. (*)

Sony hanya Sampai Perempat Final

PENAKLUK: Prannoy HS (foto:thehindu)

LANGKAH Sony Dwi Kuncoro dalam Makau Grand Prix Gold 2014 terhenti. Dia dipaksa menyerah 19-21. 17-21 kepada Prannoy HS dari India pada pertandingan babak perempat final yang dilaksanakan pada Jumat waktu setempat (28/11).
 Kekalahan ini membuat Sony gagal membalaskan pil pahit yang ditelannya pada India Grand Prix Gold 2011. Saat itu, arek Suroboyo tersebut takluk juga dengan dua game 16-21,15-21.
 Selain itu, tumbangnya Sony juga membuat Indonesia sudah tak punya kans menjadi juara nomor tunggal putra. Ini sekaligus membuat paceklik gelar wakil merah putih di Makau semakin panjang. Kali terakhir, pebulu tangkis Indonesia yang naik ke podium terhormat di nomor tunggal putra adalah Taufik Hidayat pada 2008.
 Hasil di Makau Grand Prix Gold 2014 ini juga membuat Sony belum bisa menembus babak semifinal dalam turnamen resmi yang masuk kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada 2014. Sebelumnya, capaian terbaik bapak dua putri itu juga menembus perempat final dalam Indonesia Grand Prix Gold di Palembang.
 Ya, setelah terdepak dari Pelatnas Cipayung, langkah Sony masih terseok-seok. Pekan lalu di Hongkong Super Series, dia langsung angkat koper di babak pertama. Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu takluk oleh Takuma Ueda (Jepang) 21-17, 15-21, 14-21.
  Kurang memuaskan hasil yang dipetiknya dalam beberapa turnamen pun membawa imbas kepada rankig dunianya. Dari rilis yang dikeluaran BWF pada 26 November lalu, Sony ada di posisi 125 dunia. Ini merupakan ranking terburuknya selama berkecimpung di olahraga tepok bulu tersebut. (*)

Pebulu Tangkis Indonesia Marakkan Liga Bulu Tangkis Malaysia

AMPANG JAYA: Aprilia Yuswandari
PEBULU tangkis Indonesia tetap disegani. Buktinya, lebih dari 10 pebulu tangkis merah putih ikut ambil bagian dalam Liga Bulu Tangkis Malaysia atau yang lebih dikenal dengan Purple League 2014-2015.
 Dari nama-nama yang ada, bisa dikatakan hampir semua tukang tepok bulu papan atas Indonesia dapat ringgit. Sebut saja ada nama Tommy Sugiarto, Simon Santoso, dan Sony Dwi Kuncoro.
 Hanya, mereka membela klub yang berbeda. Sony tercatat di Ampang Jaya. Selain arek Suroboyo tersebut, di Ampang Jaya juga ada nama Alamsyah Yunus, Andre Kurniawan, dan Aprilia Yuswandari.
 Langkah memperkuat sektor tunggal putra juga diikuti Klang United. Selain sudah memakai tenaga Simon Santoso, mereka juga menggunakan tunggal putra masa depan Indonesia Firman Abdul Kholiq.
 Sementara Tommy membela bendera Puchong United bersama dengan pebulu tangkis senior spesialis ganda Markis Kido. Ada juga dua pebulu tangkis asal Djarum Kudus Fran Kurniawan dan Agripina Prima.
 Dalam liga bulu tangkis yang baru kali pertama dilaksanakan di Malaysia itu memakai format yang berbeda dengan format yang biasa dipakai di Piala Thomas, Uber, maupun Sudirman. Purple Leagu  mempertandingkan dua nomor tunggal putra, dua nomor ganda putra, tunggal putri, dan ganda campuran.
 Malaysia tampaknya ingin mengikuti jejak beberapa negara yang menggelar liga bulu tangkis seperti Indonesia, Tiongkok, dan India. Ketiganya mengundang para pebulu tangkis papan atas dunia.  (*)


Ada wakil Indonesia
1. Ampang Jaya:  Alamsyah Yunus, Sony Dwi Kuncoro, Andre Kurniawan, Aprilia Yuswandari
2. Bangsar Hawks: -
3. Cheras: Markus Gideon, Pia Zebadiah, Febby Angguni
4. Kajang: Hendra Setiawan, Liliyana Natsir
5. Kepong: Andrei Adistia, Hendra Aprida Gunawan, Vita Marissa
6.Klang United: Simon Santoso, Firman Abdul Kholiq, Muhammad Rian Ardianto, Kevin Sanjaya
7.Muar City: Adriyanti Firdasari, Rusydina Antardayu, Fikri Hadmadi
8. Nusa Jaya: -
9. Petaling: Ardiansyah, Tike Arieda, Rizky Hidayat
10. Puchong United: Markis Kido, Fran Kurniawan, Agripina Prima, Tommy Sugiarto
11. Serdang: -
12. Petaling Jaya:  -

Jalan Terjal Sony Tembus Semifinal

LIBAS:Sai Praneeth (foto:badmintonindia)
BABAK perempat final Makau Grand Prix Gold 2014 mampu ditembus Sony Dwi Kuncoro. Itu setelah bapak dua putri  tersebut memetik kemenangan dengan rubber game 21-16, 19-21, 21-17 atas Sai Pranneth dari India dalam pertandingan babak III yang dilaksanakan di Makau pada Kamis waktu setempat (27/11).
 Ini merupakan kemenangan perdana Sony atas lawannya yang berada di ranking 41 dunia tersebut. Sebelumnya, mereka memang belum pernah bersua.
 Namun, untuk bisa melanjutkan kiprahnya hingga babak semifinal bukan hal yang mudah. Sony, yang diunggulkan di posisi ke-13, akan menantang lawan yang juga berasal dari India HS Prannoy. Lelaki yang menempati unggulan ketiga tersebut di babak sebelumnya dipaksa tampil tiga game 17-21, 21-19, 21-14 atas Lin Yu Hsien (Taiwan).
 Dari sisi ranking, Sony kalah jauh. Dari ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 27 November 2014, pebulu tangkis yang kini bernaung di klub Tjakrindo Masters tersebut ada di posisi 125. Sedangkan Prannoy di posisi 26.
  Sony juga pernah kalah dari Prannoy. Itu terjadi dalam India Grand Prix Gold 2011. Saat itu, dia menyerah dua game langsung 16-21, 15-21.
 Jebloknya ranking Sony dikarenakan hasil yang kurang memuaskan yang diraihnya dalam beberapa bulan terakhir. Apalagi, dia juga sudah tak intensif tampil dalam berbagai turnamen internasional setelah tak lagi menjadi penghuni Pelatnas Cipayung.
 Ya, setelah cedera yang sering mendera, lelaki yang moncer usai dipoles pelatih kawakan asal Surabaya, Jawa Timur, Ferry Stewart itu terdepak dari kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia tersebut. Salah satu buktinya adalah pekan lalu di Hongkong Super Series 2014.
 Sony langsung tersingkir di babak pertama. Dia menyerah 21-17, 15-21, 14-21 kepada wakil Jepang Takuma Ueda.
 Di Makau Grand Prix Gold 2014, Sony juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan di babak perempat final tunggal putra. Fikri Ihsandi gagal mengikuti jejaknya usai kalah mudah 11-21, 12-21 kepada unggulan kedua asal Jepang Marc Zwiebler. Sejak kali pertama dilaksanakan 2006, hanya Taufik Hidayat pada 2008 yang mampu menjadi juara. (*)

Daftar juara tunggal putra Makau Open
2006: :Lin Dan (Tiongkok)
2007: Chen Jin (Tiongkok)
2008: Taufik Hidayat (Indonesia)
2009: Lee Chong Wei (Malaysia)
2010: Lee Chong Wei (Malaysia)
2011: Lee Hyun-il (Korea Selatan)
2012: Chen Yueken (Tiongkok)
2013: Shon Wan-ho (Korea Selatan)

Kembali Tempati Ranking II

NAIK: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (foto:xinhua)

SEBULAN berada di ranking ketiga sudah cukup bagi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Ganda putra terbaik Indonesia itu akhirnya naik satu setrip ke posisi kedua.
 Dalam ranking tebaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 27 November, Hendra/Ahsan menggeser posisi pasangan Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen. Capaian ini tak lepas dari hasil Hongkong Super Series 2014.
  Dalam event berhadiah total USD 350 ribu dan berakhir pekan lalu itu, Hendra/Ahsan mampu menjadi juara. Dalam final yang digelar Minggu (23/11) di Kowloon tersebut, mereka mengalahkan pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan dengan rubber game 21-16. 17-21, 21-15.
 Capaian itu membuat Hendra/Ahsan  mendapat bonus 9.200 poin. Gelar itu juga menjadi pelepas dahaga pasangan Pelatnas Cipayung itu setelah delapan bulan paceklik prestasi. Kali terakhir, mereka menjadi juara dalam All England Super Series Premier 2014.
 Posisi kedua sebenarnya juga bukan posisi terbaik Hendra/Ahsan. Mereka pernah duduk di posisi teratas dunia.
 Bahkan, keduanya menempatinya cukup lama yakni hampir sembilan bulan mulai Desember hingga Agustus. Hendra/Ahsan tergusur setelah absen dari Kejuaraan Dunia 2014. Padahal, mereka menyandang status juara bertahan.
 Posisi itu kembali melorot pada akhir Oktober lalu. Ini imbas penampilan yang jeblok dari Denmark Super Series Premier 2014.
 Saat ini, posisi teratas masih diduduki oleh ganda Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong. Dalam Hongkong Super Series, ganda Negeri Ginseng ini terdepak di babak kedua.
 Pasangan Indonesia yang masuk di 10 besar dunia adalah Markis Kido/Markus Fernaldi. Keduanya menempati ranking 10. (*)

 5 besar pasangan Indonesia

2. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan
10. Markis Kido/Markus Fernaldi
16. Angga Pratama/Rian Agung Saputro
23. Andrei Adistia/Hendra AG
28. Berry Anggriawan/Ricky Karanda

Sony Harus Bisa Lebih

UNJUK KEKUATAN: Sony Dwi Kuncoro
SONY Dwi Kuncoro melangkah lebih jauh. Dia tak hanya langsung tampil dan tersingkir dalam Makau Grand Prix Gold 2014.
 Langkah arek Suroboyo tersebut sudah sampai ke babak ketiga dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut. Itu setelah Sony memetik kemenangan dua game langsung 21-16, 21-13 atas wakil Thailand Khosit Phetpradab di Makau pada Rabu waktu setempat (26/11). Sehari sebelumnya, unggulan ke-13 itu juga menang straight game 21-8, 25-23 atas Kenta Nishimoto.
 Dalam lima turnamen yang diikuti selama 2014, Sony selalu kalah di babak pertama. Hanya di Indonesia Grand Prix Gold di Palembang, bapak dua putri tersebut mampu melaju hingga babak ketiga.
 Di Makau Grand Prix Gold 2014, Sony akan menjajal ketangguhan unggulan kedelapan asal India Sai Pranneth, yang di babak kedua menghentikan pebulu tangkis senior Singapura berdarah Indonesia Ronald Susilo 21-15, 21-18.
 Ini menjadi pertemuan perdana bagi Sony dengan Sai. Hanya, kalau melihat ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Sony bakal di posisi underdog. Dia ada di ranking 78 sementara lawannya 40.
 Ranking yang dimiliki Sony terus menurun. Sempat berada di posisi keempat, kemudian cedera yang memaksanya absen di berbagai event. Apalagi, setelah Sony terdepak dari Pelatnas Cipayung yang sudah 10 tahun dihuninya.
 Imbasnya, kesempatan baginya turun di berbagai ajang pun semakin tipis. Bahkan, untuk tahun ini, kali pertama di berlaga di ajang Sirkuit Nasional. Hasilnya, dia tersungkur dalam final Seri Banten dan menjadi juara dalam Seri Jawa Timur.
 Hingga babak ketiga Makau Grand Prix Gold 2014, di nomor tunggal putra, selain Sony Indonesia mamsih mempunyai wakil Fikri Ihsandi Hamadi. Dia bakal menjajal unggulan kedua asal Jerman Marc Zwiebler yang di babak kedua melibas Andrew Smith (Inggris) 21-15, 21-16.  Dalam perjalanan karirnya, Fikri belum pernah berjumpa dengan Zwiebler. (*)

Akhir Penantian Tujuh Tahun


JUARA: Hendra/Ahsan (foto;PBSI)
PACEKLIK gelar Indonesia di Hongkong Open berakhir. Setelah kali terakhir juara melalui pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Markis Kido, tahun ini merah putih kembali b
erjaya.
 Memang, Hendra kembali menjadi aktor utama. Namun, pasangannya sudah beda yakni Mohammad Ahsan.
 Dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Kowloon pada Minggu waktu setempat (23/11), Hendra/Ahsan menang rubber game 21-16, 17-21, 21-15 atas wakil Tiongkok yang juga duduk di unggulan keenam Liu Xiaolong/Qiu Zihan. Kemenangan ini juga membalas dua kekalahan dari lawan yang sama.
 Hasil dari Hongkong juga membuat Hendra/Ahsan mengoleksi dua gelar selama 2014. Sebelumnya, pada All England Super Series Premier, mereka juga naik ke podium terhormat.
 Artinya, Hendra/Ahsan puasa gelar selama delapan bulan. Ini juga yang membuat ranking satu ganda putra harus lepas ke Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong asal Korea Selatan.
 Selain itu,hasil dari Hongkong Super Series 2014 juga menjadi obat kecewa pekan lalu. Dalam turnamen Tiongkok Super Series Premier, Hendra/Ahsan langsung tersingkir di babak pertama. Secara mengejutkan, mereka harus mengakui  pasangan tuan rumah Li Junhui/Liu Yuchen dua game langsung 21-23, 8-21.
 Kemenangan di Hongkong Super Series 2014 diharapkan bisa kembali mendongkrak posisi Hendra/Ahsan minimal naik satu setrip ke posisi kedua. (*)

Hasil Hongkong Super Series 2014
Tunggal putra:Son Wan-ho (Korsel x6) v Chen Long (Tiongkok x1) 21-19, 21-16

Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan x6) v Nozomi Okuhara (Jepang) 21-19, 21-11

Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x2) v Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok x6) 21-16, 17-21, 21-15

Ganda putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2) v Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x1) 21-13, 21-13

Ganda campuran:Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v  Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2) 21-14, 21-19

X=unggulan

Eksperimen Silang Yang Gagal

GRES: Angga Pratama/Ricky Karanda (foto:PBSI)

HONGKONG Super Series 2014 menjadi lahan eksperimen PP PBSI. Khususnya di nomor ganda putra dan ganda campuran.
 Dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 350 ribu tersebut, induk organisasi tepok bulu itu melakukan bongkar pasang. Mereka yang turun bukan dengan pasangan tetapnya.
 Di ganda putra, muncul pasangan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Berry Anggriawan/Rian Agung Saputro. Artinya pasangan tersebut dari hasil silang. Biasanya, Angga berpasangan dengan Rian dan Ricky dengan Berry.
 Hasilnya pun gagal total. Kedua pasangan sudah tersingkir di babak pertama. Angga/Ricky menyerah kepada unggulan pertama Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong 20-22, 23-25. Sementara, Berry/Rian tak berdaya saat berhadapan dengan Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata dari Jepang dan menyerah 19-21, 12-21.
 Selama ini, kedua pasangan, Rian/Angga dan Ricky/Berry memang tampil belum sesuai harapan. Mereka tak mampu mengimbangi ganda pertama Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
 Rian/Angga yang sempat memberikan harapan, akhir-akhir ini tampil angin-anginan. Ranking dunianya pun terus menurun. Sempat menembus 10 besar dunia, kini mereka ada di posisi 15. Posisi yang lebih buruk ditempati Ricky/Berry. Rankingnya jauh di bawah yakni di 28 dunia.
 Di ganda campuran, pada Hongkong Super Series, muncul pasangan Tontowi Ahmad/Debby Susanto dan Praveen Jordan/Liliyana Natsir. Ini diluar kebiasaan karena Tontowi biasanya bersama Liliyana dan begitu juga sebaliknya.
 Hasil pasangan silang di ganda campuran pun cukup mengecewakan. Tontowi/Debby hanya sampai babak perempat final sebelum dikalahkan unggulan kedua Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok) 17-21, 14-21  dan Praveen/Liliyana hanya sampai babak kedua. Mereka dikalahkan pasangan suami istri asal Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock, yang juga unggulan ketiga, dengan 14-21, 17-21. (*)

Lin Dan Kembali ke Top Ten

TANGGUH: Lin Dan (foto:sportskeeda.com)

LIN Dan kembali menembus 10 besar dunia. Dari ranking terbaru nomor tunggal putra yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 20 November2014. Lelaki Tiongkok 31 tahun tersebut ada di posisi ketujuh.
 Itu berarti Lin Dan naik tujuh setrip dibandingkan pekan sebelumnya. Capaian ini tak lepas dari hasil Tiongkok Super Series Premier 2014 yang berakhir pekan lalu. Dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut mampu menembus babak final.
Namun, di babak pemungkas, dia kalah dua game langsung 15-21, 23-21 kepada wakil India Srikant Kidambi. Kekalahan ini juga cukup mengejutkan. Selain bermain di kandang sendiri, Lin Dan punya rekor bagus jika berhadapan dengan Srikanth.
 Dia selalu menang dalam dua kali pertemuan sebelumnya yakni di Thailand Grand Prix 2012 dan Kejuaraan Asia 2014. Semuanya dimenangkannya Lin Dan. Di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, dia menang 21-11, 21-13 sementara di Kejuaraan Asia, dia unggul 21-7, 21-14.
  Namun, kekalahan di kandang sendiri sudah membuat dia memperoleh donasi 9350 poin. Artinya, itu sudah cukup baginya untuk kembali ke top ten.
 Pada 2014 ini, sebenarnya Lin Dan juga pernah kembali ke 10 besar yakni pada pekan terakhir Juli. Hanya, setelah itu dia terlempar usai absen dari Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark.  Alasannya, dia banyak kehilangan poin karena Lin Dan tahun lalu mampu menjadi juara.
 Selain itu, hasil Tiongkok Super Series Premier ikut melambungkan Srikanth. Untuk kali pertama, dia mampu menembus 10 besar dunia. Sebelum dari Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, Srikanth masih ada di posisi 16 besar.
 Namun, harapan kembali menembus final dua kali beruntun gagal dilakukannya. Langkahnya hanya sampai babak semifinal Hongkong Super Series 2014 yang tengah berlangsung. Wakil Tiongkok Chen Long, yang juga unggulan teratas, menghentikannya dengan tiga game 17-21, 21-19, 6-21. (*)

Ranking 10 Besar Dunia Tunggal Putra (per 20 November 2014)
1.Lee Chong Wei (Malaysia)
2.Chen Long (Tiongkok)
3.Jan O Jorgensen (Denmark)
4. Tommy Sugiarto (Indonesia)
5.Kenichi Tago (Jepang)
6. Son Wan-ho(Korea Selatan)
7. Lin Dan (Tiongkok)
8. Chou Tien Chen (Taiwan)
9. Wang Zhengming (Tiongkok)
10. Srikanth Kidambi (India)

Kutukan Jadi Juara Dunia Tunggal Putri

SAAT CHAMPION: Carolina Marin (foto:firts)

MENJADI juara dunia sepertinya menjadi kutukan di nomor tunggal putri. Khususnya dalam dua edisi terakhir.
 Pada 2013, pebulu tangkis Thailand Rachanok Inthanon secara mengejutkan naik ke podium terhormat saat Kejuaraan Dunia dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok.Di babak final, Ratchanok menundukkan pebulu tangkis tuan rumah yang duduk di posisi teratas dunia Li Xuerui dengan rubber game 22-20, 18-21, 21-14.
 Sayang, setelah itu, gadis 19 tahun tersebut tak pernah menjadi juara lagi. Capaian terbaiknya menembus babak final di Malaysia Super Series Premier 2014 dan Indonesia Super Series Premier 2014.
 Namun, di gagal menjadi pemenang. Di Malaysia Super Series Premier 2014, Ratchanok dikalahkan Wang Yihan asal Tiongkok 21-13, 21-19. Sementara, di Indonesia Super Series Premier 2014, perempuan yang juga merasakan menjadi juara dunia junior tersebut dihentikan Li Xuerui dengan dua game yang mudah 21-13, 21-13.
 Di turnamen lain, kegagalan demi kegagalan terus mengiringi. Imbasya, ranking yang ditempati pun terus melorot.
 Sempat ada di posisi kedua, Ratchanok pun kini ada di tangga keenam. Terakhir, di Hongkong Super Series 2014 yang tengah bergulir, dia hanya bertahan sampai babak kedua. Satu-satunya juara dunia asal Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut ditumbangkan pebulu tangkis asal babak kualifikasi Akane Yamaguchi dari Jepang dengan tiga game 19-21, 21-19, 19-21.
 Sama halnya dengan Carolina Marin. Juara dunia 2014 itu tak pernah lagi menjadi juara setelah mengalahkan Li Xuerui 17-21, 21-17, 21-18 dalam final Kejuaraan Dunia yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark,31 Agustus. Dalam tiga kali beruntun,Marin selalu kandas sebelum naik ke podium juara.
 Dalam Bitburger Grand Prix yang menjadi penampilan perdananya,Marin kalah di babak final oleh Yu Sun dari Tiongkok dengan 19-21, 14-21. Bahkan, di Tiongkok Super Series Premier, dia menyerah kepada Tai Tzu Ying 14-21, 17-21 di babak pertama.  Setelah itu, pada Sabtu (22/11), Marin kalah di semifinal oleh wakil Jepang yang berstatus nonunggulan Nozomi Okuhara dua game yang cepat 13-21, 9-21. (*)

Hapus Rekor Buruk Hendra/Ahsan


PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menembus final ganda putra Hongkong Super Series 2014. Pada babak semifinal yang dilaksanakan di Kowloon pada Sabtu waktu setempat (22/11), mereka mengalahkan wakil Denmark Mads Conrad-Petersen/Mad Pieler Kolding dengan tiga game 21-16, 15-21, 21-19.
Bagi Hendra/Ahsan, kemenangan ini mengulangi hasil di Indonesia Super Series Premier 2014. Saat itu, di Jakarta 18 Juni, mereka menundukkan lawan yang sama dengan dua game 23-21,21-11.
 Pada babak final yang dilaksanakan Minggu (23/11), pasangan yang lama duduk di posisi pertama itu ditantang unggulan keenam asa Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan. Ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut lolos ke babak pemungkas usai menang 18-21, 21-13, 21-14 atas  Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang).
 Dalam dua kali pertemuan, Hendra/Ahsan selalu kalah yakni pada All England Super Series 2013 dengan 17-21, 21-13, 17-21 dan di babak penyisihan Super Series Final 2013 dengan 13-21, 21-11, 12-21. Bagi pasangan merah putih, ini merupakan kesempatan naik ke podium terhormat setelah kali terakhir memenangi gelar di All England Super Series Premier pada Maret lalu.
 Selain itu, hasil manis nanti juga akan mengobati pil pahit pekan lalu di Tiongkok Super Series Premier. Dalam event yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut, Hendra/Ahsan langsung tersingjkir di babak pertama. Mereka dipermalukan   Li Junhui/Liu Yuchen dengan dua game langsung 21-23, 8-21.
 Sebenarnya, kans menjuarai Hongkong Super Series 2014 terbuka. Rival beratnya asal Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong sudah tersungkur di babak kedua. Ganda nomor satu dunia tersebut dikalahkan  18-21, 21-12, 14-21 oleh Michael Fuchs/Johannes Schoettler dari Jerman.
 Di ajang Hongkong Super Series, kali terakhir Indonesia menjadi juara pada 2007. Juga melalui Hendra Setiawan.Hanya, ketika itu, dia berpasangan dengan Markis Kido yang saat ini bertandem dengan Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi. (*)

Agenda Final Hongkong Super Series 2014
Tunggal putra:Chen Long (Tiongkok x1) v Son Wan-ho (Korsel x6)

Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan x6) v Nozomi Okuhara (Jepang)

Ganda putra:Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x2) v Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok x6)

Ganda putri: Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x1) v Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2)

Ganda campuran: Zhang Nan/ZhaonYunlei (Tiongkok x1) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2)
X=unggulan

Naik Turun Tommy Sugiarto

TAUFIK Hidayat sudah pensiun. Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro pun semakin uzur dengan dimakan usia.
 Tentu harapan dibebankan di pundak Tommy Sugiarto. Hanya, asa membawa nomor tunggal putra Indonesia kembali disegani masih jauh panggang dari api.
 Putra salah satun legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut sering tampil angin-anginan. Bahkan, sampai November 2014, Tommy belum sekalipun mengoleksi gelar juara.
Capaian terbaiknya  adalah menembus babak final Malaysia Super Series Premier. Sayang, di babak final, Tommy dikalahkan unggulan pertama sekaligus pujaan penonton tuan rumah Lee Chong Wei dengan dua game langsung 19-21, 9-21.
 Hanya, sepekan sebelumnya, dia tumbang pada babak pertama di Korea Super Series 2014. Tommy, yang diunggulkan di posisi ketiga, kalah 12-21, 17-21 oleh pebulu tangkis nonunggulan asal Tiongkok Tian Houwei.
 Kekalahan di babak pertama kembali ditelan Tommy dalam All England Super Series Premier 2014.  Datang dengan status unggulan ketiga, lelaki yang pernah disebut-sebut dekat dengan adik Markis Kido, Pia Zebadiah, itu dipermalukan 13-21, 21-10, 18-21 oleh Gao Huan dari Negeri Panda, julukan Tiongkok.
 Kali ini, kekalahan di babak pertama dialami Tommy di Hongkong Super Series 2014. Pebulu tangkis binaan Pelita Jaya itu takluk tiga game kepada Wei Nan asal Hongkong 21-15, 19-21, 19-21.
 Kekalahan Tommy ini juga membuat Indonesia sudah tak punya wakil di babak kedua nomor tunggal putra. Dia menyusul dua seniornya, Simon dan Sony, juga langsung angkat koper.
 Ini juga membuat dahaga gelar juara tunggal putra dalam Hongkong Open semakin panjang. Kali terakhir wakil Indonesia yang juga di negeri bekas koloni Inggris tersebut adalah Budi Santoso pada 1998.Selain itu, Tommy juga belum bisa mengikuti jejak sang ayah yang menjadi pemenang di tahun 1988.   (*)

Bertahan atau Kembali Keluar, Simon

PINTU keluar dari Pelatnas Cipayung kembali terbuka bagi Simon Santoso. Penampilannya tak sesuai harapan.
 Ini terjadi dalam Hongkong Super Series 2014. Simon langsung tersingkir pada penampilan perdana dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 350 ribu atau sekitar Rp 3,5 miliar tersebut.
 Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Kowloon pada Rabu waktu setempat, secara mengejutkan dia kalah tiga game 21-14. 19-21, 19-21 kepada Brice Leverdez. Kekalahan ini membuat Simon gagal mengulangi hasil Tiongkok Super Series Premier 2011. Saat itu, dia menang dua game langsung 21-16, 21-15.
 Secara ranking, Simon memang kalah. Dari daftar peringkat terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Simon memang kalah. Pebulu tangkis yang pernah mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung pada awal 2014 itu ada di posisi 26 sementara Brice empat setrip lebih bagus.
 Penampilan di Hongkong super Series 2014 juga merupakan penampilan perdana bagi Simon setelah empat bulan absen. Kali terakhir, dia berlaga di Taiwan Grand Prix Gold 2014. Dalam event itu, langkahnya dihentikan oleh Wei Nan asal Hongkong dengan tiga game.
 Setelah dari Taiwan, sebenarnya, lelaki 28 tahun itu berlaga pada Kejuaraan Dunia 2014 yang digeber di Kopenhagen, Denmark, pada 25-31 Agustus. Dengan alasan cedera,  Simon pun memilih absen.
 Sebenarnya, selama 2014, dia membuat catatan yang bagus. Simon mampu menjadi juara salah satu turnamen super series, Singapura. Lawan yang dikalahkannya di babak pemungkas pun tak main-main. Pebulu tangkis nomor satu dunia nomor tunggal putra asal Malaysia Lee Chong Wei disikatnya dengan dua game langsung 21-15, 21-10.
 Simon pun tak tersentuh kekalahan ketika membela Indonesia dalam putaran final Piala Thomas 2014 yang dilaksanakan di New Delhi, India. Dia mampu menyumbangkan empat poin bagi merah putih. Selain itu, Simon juga menjadi kunci bagi Musica Champions Kudus saat menjuarai Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2014.
 Hanya, penampilannya yang kembali angin-anginan bisa membuat dia tak lagi berada di Pelatnas Cipayung. Kita tunggu saja. (*)

Lin Dan Tumbang di Kandang

LIN Dan malu di kandang. Dia gagal menjadi juara nomor tunggal putra dalam Tiongkok Super Series Premier 2014.
 Dalam final yang dilaksanakan di Fuzhou pada Minggu waktu setempat (16/11),secara mengejutkan Lin Dan menyerah dua game langsung 19-21, 17-21 kepada pebulu tangkis nonunggulan asal India Srikanth Kidambi. Kekalahan ini cukup mengejutkan. Meski sama-sama berstatus bukan kandidat juara, namun kemampuan Lin Dan dianggap jauh di atas Srikanth.
 Dia merupakan juara dunia lima kali dan dua kali peraih emas olimpiade, di Beijing 2008 dan London 2012. Selain itu, pada 2014, Lin Dan sudaj juara empat turnamen level atas. Sementara, Srikantah hanya pebulu tangkis muda yang dalam tahun ini belum pernah juara dan hanya memenangi Thailand Grand Prix Gold 2013.
 Lin Dan pun juga punya rekor bagus atas lawannya. Dalam dua kali pertemuan, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang itu juga selalu memetik kemenangan yakni dalam Kejuaraan Asia 2014 di Taiwan dengan 21-7, 21-14 dan di Thailand Grand Prix Gold 2012 dengan 21-11, 21-13.
  Kekalahan Superdan, julukan Lin Dan, juga membuat tuan rumah gagal mendominasi. Dalam lima gelar yang diperebutkan dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu, Tiongkok hanya memperoleh dua gelar dari nomor ganda campuran melalui pasangan Zhang Nan/Zhao Yunlei dan ganda putri lewat Wang Xiaoli/Yu Yang.
 Hasil yang sama juga dipetik India. Negeri beribukota New Delhi tersebut mencuri dua gelar dari dua nomor tungal putra dan putri. Di nomor tunggal putri, Saina Nehwal menjadi yang terbaik dan membuktikan dirinya belum habis.
 Satu-satunya gelar yang lepas dari cengkeraman Tiongkok dan India adalah ganda putra. Pasangan terkuat dunia saat ini, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong mampu menjadi juara. (*) 

Hasil Tiongkok Super Series Premier 2014

Tunggal putra: Srikantah (India) v Lin Dan (Tiongkok) 21-19, 21-17

Tunggal putri: Saina Nehwal (India x6) v Akane Yamaguchi (Jepang) 21-12,22-20

Ganda putra:Lee Yong-dae/Yoo Yeong-seong (Korea Selatan x1) v Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok x8) 21-14, 21-15


Ganda putri:Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x5) v Tan Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2) 21-16, 19-22, 22-20


Ganda campuran: Yang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Yoo Yeon-seong/Won Eom-hye (Korsel) 23-25, 21-14, 21-18

X=unggulan

Lee Hyun-il Masih Menakutkan

KOLEKSI gelar Lee Hyun-il terus bertambah. Itu setelah lelaki asal Korea Selatan tersebut mengalahkan Tan Chun Seang dari Malaysia dengan tiga game 17-21, 21-16, 21-11 langsung dalam final Malaysia Challenge 2014 yang dilaksanakan di Kuching pada Minggu (16/11) waktu setempat.
 Ini menjadi gelar keempatnya selama tahun ini. Sebelumnya, pebulu tangkis 34 tahun itu naik di podium terhormat di Sri Lanka International, Kanada Grand Prix, dan Indonesia Challenge.
 Selain itu, kemenangan ini juga membalas kekalahan atas Chun Seang dalam Selandia Grand Prix. Pada pertandingan yang dilaksanakan pada bulan April itu, Hyun-il menyerah 14-21 dan tak melanjutkan pertandingan di game kedua saat skor masih 1-2 buat lawannya.
 Pekan lalu, Hyun-il juga gagal bersinar di kandang sendiri dalam Korea Grand Prix. Langkah dihentikan rekan satu negaranya, Lee Dong-keun.
 Meski sudah uzur, Hyun-il masih sering tampil dalam berbagai turnamen. Bahkan, pada Februari lalu, dia mampu mengantarkan Musica Champions menjadi juara dalam Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2014. Hyun-il menjadi penentu kemenangan setelah mengalahkan wakil Jaya Raya Wisnu Yuli Prasetyo di laga kelima yang membuat kedudukan menjadi 3-2.
  Sudah cukup? Belum. Pada Asian Games 2014 di kandang sendiri, Incheon, dia juga menjadi penentu negaranya saat menundukkan Tiongkok pada pertandingan final nomor beregu.
 Baginya, ini kali kedua membawa Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, meraih medali emas di ajang pesta olahraga bangsa-bangsa Asia itu. Kali pertama dilakukannya pada 2002 atau 12 tahun silam.
 Di sisi lain, pada Malaysia Challenge 2014, Indonesia mampu membawa pulang satu gelar dari nomor ganda campuran. Hafiz Faisal/Shella Devi Aulia menundukkan Yong Kai/Tan Wei Han (Singapura) dengan rubber game 19-21, 21-19, 21-18.Sayang sukses ini gagal diikuti wakil Indonesia di nomor tunggal putri dan ganda putri. (*)


Hasil Final Malaysia Challenge 2014

Tunggal putra: Lee Hyun-il (Korea Selatan x1) v Tan Chun Seang (Malaysia x2) 17-21, 21-16, 21-11


Tunggal putri: Chen Jiayuan (Singapura x2) v Gregoria Mariska (Indonesia) 21-8, 21-19


Ganda putra: Yu Lin Chia/Wu Hsiao-Lin (Taiwan x4) v Chow Pak Chuu/Mak Hee Chun (Malaysia)  21-12, 10-21, 22-20


Ganda putri: Ayane Kurihara/Naru Shinoya (Jepang x1) v Maretha Dea Giovani/Rosyita Eka Putri (Indonesia x2) 21-14, 21-17


Ganda campuran: Hafiz Faisal/Shella Devi Aulia (Indonesia) v Yong Kai/Tan Wei Han (Singapura) 19-21, 21-19, 21-18

X=unggulan

Gelar Perdana di Level Senior

MANISNYA gelar di level senior akhirnya dirasakan Firman Abdul Kholik. Pebulu tangkis Pelatnas Cipayung itu mampu keluar juara nomor tunggal putra Bahrain Challenge 2014.
 Dalam final yang dilaksanakan Sabtu (8/11), Firman menang rubber game 20-22, 21-13, 21-13 atas unggulan kedua Anand Pawar dari India. Sebenarnya, lolos ke babak pemungkas sudah menjadi  catatan tersendiri bagi Firman.Dia sukses tiga kali beruntun menembus babak final.
 Sebelumnya, lelaki binaan PB Mutiara Bandung tersebut lolos ke laga akhir di Indonesia Junior Challenge 2014 dan Indonesia Grand Prix Gold 2014.
Dalam Indonesia Junior Challenge 2014 yang diperuntukkan bagi pebulu tangkis di bawah usia 19 tahun, Firman mampu menjadi juara.
 Dalam event yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur (31/8), tersebut, dia mengalahkan rekannya dari Indonesia yang juga rekannya satu klub Panji Ahmad Maulana dengan dua game langsung 21-15, 21-13.
 Dua pekan kemudian di Palembang, Sumatera Selatan,  Firman naik level senior. Memulai langkahnya dari babak kualifikasi, dia mampu menembus babak final.
 Lawan-lawan yang dikalahkannya pun sederet unggulan.Tan Chun Hei, unggulan kesepuluh asal Hongkong, Andre Kurniawan Tedjono, unggulan kedelapan asal Indonesia, dan unggulan kesebelas asal Malaysia Zulfadli Zulkiffli disikatnya habis. Sayang, di babak final, dia harus mengakui ketangguhan Prannoy HS, unggulan kelima asal India, dengan straight game 11-21, 20-22.
 Saat ini, Firman ada di posisi 240 dunia. Ranking dunianya baru muncul setelah dia berlaga di Indonesia Grand Prix Gold 2014.
 Dengan sukses menjadi juara di Bahrain Challenge 2014, tak menutup kemungkinan ranking dunianya bakal melesat. (*)

Hasil Bahrain Challenge 2014
Tunggal putra: Firman Abdul Kholik (Indonesia) v Anand Pawar (India x2) 20-22, 1-13, 21-13

Tunggal putri: Thulasi PC (India x1) v Ruselli Hartawan (Indonesia) 18-21, 23-21, 21-15

Ganda putri:Ekanerina Bolotova/Evgeniya Kosetskaya (Rusia) v Anastasia Cheryakova/Nina Vislova (Rusia x1) 21-6, 21-15

Ganda putra: Yohanes Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan (Indonesia) v Fran Kurniawan/Agripinna Prima Rahmanto (Indonesia x2) 23-21, 21-15

Ganda campuran: Vitalij Durkin/Nina Vislova (Rusia x1) v Fran Kurniawan/Koma Dewi (Indonesia) 21-8, 21-10

X=unggulan

Perut Besar untuk Kelabui Lawan

PERUTNYA mulai membuncit. Namun, itu tak mengurangi kegesitannya di lapangan bulu tangkis.
 Dia adalah Tri Kusharjanto. Dengan usia yang susah 40 tahun, lelaki asal Jogjakarta tersebut tetap belum mau pensiun sebagai atlet.
 ‘’Dengan perut besar ini bisa mengecoh lawan.Mereka pasti menganggap remeh saya kalau di lapangan,’’ terang Trikus, sapaan karibnya, saat ditemui di lapangan bulu tangkis SIER, Surabaya,pada Rabu siang.  Dia  berada SIER untuk melakoni laga ekshibisi mendampingi Kapolda Jatim Anas Yusuf.
 Namun, lanjut dia, beda kalau badannya masih atletik seperti masih berada di Pelatnas Cipayung pada era 1990-an hingga pertengahan 2000-an. Lawan, lanjut dia, pasti akan siaga di lapangan.
 Itu memang terbukti. Dalam dua seri sirkuit nasional di Banten (6-11 Oktober) dan Sumatera Barat, Trikus mampu lolos ke final. Namun, hanya di Banten, Trikus mampu menjadi juara di nomor ganda campuran bersama Keshya Nurvita.
 ‘’Saya akan tetap main sambil memberikan contoh kepada pebulu tangkis muda,’’ ungkap pebulu tangkis yang punya julukan tricky (licik) di lapangan tersebut.
  Trikus dikenal sebagai salah satu pebulu tangkis spesialis ganda terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Dia pernah meraih perak nomor ganda campuran pada Olimpiade Sydney 2000 saat berpasangan dengan Minarti Timur dan mengantarkan Indonesia menjadi juara Piala Thomas 2002.  (*)