WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Turnamen Perdana usai Juara

Praveen/Debby di All England 2016 (foto:PBSI)
PASANGAN Praveen Jordan/Debby Susanto kembali ke luar dari sarang. Setelah mengundurkan diri dari Swiss Grand Prix Gold 2016, keduanya kembali turun ke lapangan di India Super Series.

Bahkan, dalam turnamen yang dilaksanakan di New Delhi pada 29 Maret-3 April tersebut, Praveen/Debby diunggulkan di posisi kelima. Hanya, dibandingkan sebelumnya, kini pasangan yang sama-sama berasal dari Djarum Kudus tersebut tantangannya lebih berat.

Kok bisa? Ini disebabkan Praveen/Debby sudah menyandang status juara turname paling bergengsi di muka bumi, All England. Semua lawan pasti ingin melibas mereka.

Dari undian yang sudah dirilis, di babak I India Super Series 2016, Praveen/Debby langsung bertemu pasangan Korea Selatan Kim Gi Jung/Shin Seung-chan. Praveen/Debby sudah sekali bertemu dengan wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut.

Hasilnya, mereka menang dua game langsung 21-14, 21-18. Tapi, wakil Korea Selatan biasanya tak mudah di kalahkan

Jika menang, langkah di babak II lebih ringan. Praveen/Debby menunggu pemenang partai antara pasangan tuan rumah Kapil Chaudhary/Smriti Nagarkoti melawan ganda yang lolos dari babak kualifikasi.

Selain Praveen/Debby, di nomor ganda campuran, Indonesia diwakili Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Riky Widianto/Richi Dili. Tontowi/Liliyana menjadi kandidat juara karena menempati unggulan teratas. (*)




Wakil Indonesia di India Super Series 2016
Tunggal putra
kualifikasi: Sony Dwi Kuncoro
utama: Tommy Sugiarto (x8)

Tunggal putri
kualifikasi:-
utama: Lindaweni Fanetri,Maria Febe Kusumastuti

Ganda putra
kualifikasi: -
utama: Angga Pratama/Ricky Karanda (x7), Markus Fernaldi/Kevin Sanjaya

Ganda putri:
kualifikasi: -
utama:Greysia Polii/Nitya Krishinda (x1),Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi

Ganda campuran: -
utama: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (x1), Praveen Jordan/Debby Susanto (x5),Riky Widianto/Richi Dili

x-unggulan

Mantan Penghuni Cipayung Akhiri Lajang

PELAMINAN: Febri dan Lili
STATUS Febriyand Irvannaldy sudah berganti. Dia sudah bukan lagi sebagai lelaki single.

Itu dikarenakan lelaki yang akrab disapa Febri tersebut mempersunting Liliana Cindy Arikia dalam resepsi yang dilaksanakan di Gedung Serbaguna Kogartap, Surabaya, pada Minggu (20/3/2016). Acara yang dilaksanakan mulai pukul 09.30 hingga 12.00 tersebut berlangsung meriah.

Rekan-rekan Febri di klub Wima, Surabaya, mayoritas hadir, termasuk juga pelatih yang memolesnya sejak kecil Ferry Stewart. Bahkan, mantan tunggal putra terbaik Indonesia sekaligus peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 Sony Dwi Kuncoro juga hadir.

Keduanya memang punya ikatan kuat. Sony merupakan senior Febri di Wima.

Menariknya, acara pernikahan tersebut dilaksanakan di saat jeda kompetisi Kanada . Ya, sejak akhir 2015, lelaki 25 tahun tersebut dikontrak klub di negara Amerika Utara itu, Oriental.

''Awal April, saya balik lagi ke Kanada. Tapi, kini baliknya tak sendiri. Istri saya ajak ke sana,'' ungkap Febri.

Febri merupakan salah satu atlet Surabaya yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung. Sayang, kerasnya persaingan di kawah candradimuka olahraga bulu tepok tersebut membuat dia harus dikembalikan ke klub.

Sebelum di Cipayung, sejak usia 13, dia sudah berada di Singapura. Saat memasuki usia remaja, dia memilih balik ke Indonesia karena menolak menjadi warga negara Negeri Singa tersebut.

Selamat menempuh hidup baru Feb. (*)

Bekal Menuju India Super Series

Prannoy naik ke podium juara di Swiss (foto: sportskeeda)
HS Prannoy sempat menarik perhatian dalam Indonesia Masters 2014. Dalam ajang yang masuk kategori grand prix gold tersebut, pebulu tangkis India tersebut mampu menjadi juara.

Dalam final yang dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, pada 14 September tersebut, Prannoy melibas wakil Indonesia Firman Abdul Kholik dengan straight game 21-11, 22-20. Sayang, setahun kemudian, saat digelar di Malang, Jawa Timur, lelaki yang kini berusia 24 tahun tersebut gagal mempertahankan gelar.

Dia sudah tersingkir di babak kedua. Prannoy menyerah rubber game 12-21,22-20, 13-21 kepada Shi Yuqi dari Tiongkok. Hasil itu sekaligus membuat dia gagal total selama setahun tanpa gelar.

Namun, dalam 2016, Prannoy tak perlu menunggu lama untuk naik ke podium terhormat. Pebulu tangkis yang kini duduk di peringkat 27 dunia tersebut menjadi pemenang nomor tunggal putra dalam Swiss Grand Prix Gold.

Dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Basel pada Minggu waktu setempat (20/3/2016), Prannoy, yang diunggulkan di posisi ke-13, itu menghentikan perlawanan Marc Zwiebler, unggulan ketujuh asal Jerman, dengan 21-18, 21-15.

Kemenangan tersebut juga bisa menjadi bekal baginya untuk tampil di kandang sendiri dalam India Super Series yang dilaksanakan dua pekan lagi. Ajang berhadiah total USD 300 ribu tersebut bergulir pada 29 Maret-3 April. (*)

Distribusi gelar Swiss Grand Prix Gold 2016

Tunggal putra: HS Prannoy (India x13) v Marc Zwiebler (Jerman x7) 21-18, 21-15

Tunggal putri: He Bingjiao (Tiongkok) v Wang Yihan (Tiongkok x3) 21-16, 21-10

Ganda putra: KIm Astrup/Anders Skaarup (Denmark) v Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan x4) 21-8, 21-15

Ganda putri: Shizuka Matsuo/Mai Naito (Jepang x5) v Naoko Fukuman/Kurumi Yonao (Jepang x3) 21-16, 12-21, 21-12

Ganda campuran: Wang Yilyu/Chen Qingchen (Tiongkok) v Bodin Issara/Savitree Amitrapai (Thailand) 19-21,21-16, 21-15

x=unggulan

Kegagalan Kembali Hampiri Saina

Saina Nehwal jeblok di Swiss (foto: indiaexpress)
KEGAGALAN kembali menghampiri Saina Nehwal. Tunggal putri andalan India tersebut tak bisa meraih juara dalam Swiss Grand Prix Gold 2016.

Langkahnya sudah terhenti di babak semifinal turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut. Saina harus mengakui ketangguhan Wang Yihan (Tiongkok)dengan 21-11, 21-19 dalam laga yang dilaksanakan di Basel pada Sabtu waktu setempat (19/3/2016)

Pil pahit itu merupakan kali kedua secara beruntun pada pembuka 2016. Pekan lalu, Saina juga menyerah di babak perempat final All England di Birmingham, Inggris.

Sebenarnya, Swiss Grand Prix Gold 2016 diharapkan menjadi obat penawar luka. Apalagi, Saina ditempatkan sebagai unggulan teratas.

Kekalahan dari Wang Yihan membuat perempuan 26 tahun tersebut gagal menambah rekor kemenangannya. Kini, dari 13 kali pertemuan, dia sembilan kali keluar lapangan dengan kepala tertunduk.

Meski, dalam tiga laga terakhir, Saina selalu menundukkan wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut yakni di Thailand Grand Prix Gold 2015, Kejuaraan Dunia 2015, dan All England Super Series Premier 2015.

Penampilan Saina sendiri memang tengah redup. Selama 2015, dia hanya mengantongi satu gelar yakni India Grand Prix Gold di awal musim

Imbasnya, rankingnya pun terus merosot. Sempat berada di posisi puncak, kini Saina ada di ranking keenam (*)

Dominasi Ardiansyah/Devi Patah

NOMOR ganda campuran di ajang Sirkuit Nasional (Sirnas) selalu menjadi milik Ardiansyah/Devi Tika. Hampir semua seri selalu menjadi milik duet yang membela bendera Berkah Abadi Banjarmasin tersebut.

Kehadiran mantan pasangan nomor delapan dunia Markis Kido/Pia Zebadiah pun tak banyak memberi pengaruh. Pasangan asal Jaya Raya Jakarta tersebut dibuatnya tak berdaya.

Ardiansyah/Devi pun memulai 2016 kembali dengan menjadi raja di Sirnas Seri Kalimantan yang dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Wajar kalau di Seri Sulawesi yang dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan,keduanya kembali menjadi kandidat kuat. Meski, sebenarnya, Ardiansyah/Devi hanya menempati unggulan ketiga.

Kans mengulangi sukses itu pun sudah di depan mata. Pasangan yang sama-sama pernah merasakan gemblengan di Pelatnas Cipayung tersebut masuk ke babak final.

Sayang, hasil di babak pemungkas tak sesuai harapan. Ardiansyah/Devi menyerah kepada Irfan Fadilah/Weni Anggraeni, yang diunggulkan di posisi teratas.

Dalam babak final yang dilaksanakan Sabtu Wita (19/3/2016) tersebut, pasangan asal Jaya Raya itu menang rubber game 21-12,20-22, 21-17. (*)




Hasil Final Sirnas Seri Sulawesi 2016 (kelompok dewasa)

Tunggal putra: Rifan Fauzin Ivanudin (ISTC x1) v Setyaldi Putra Wibowo (Guna Dharma x4) 21-9, 21-19

Tunggal putri:Hera Desi (Mutiara x1) v Febby Angguni (Tjakrindo Masters x2) 8-21, 21-13, 21-7

Ganda putra:Agripina Primarahmanto/Andrei Adistia (Jaya Raya/Djarum) v Fran Kurniawan/Fernando Kurniawan (Djarum x3) 21-19, 26-24

Ganda putri: Dian Fitriani/Nadya Melati (Pertamina x2) v Aris Budiharti/Ery Octaviani (Jaya Raya) 21-12, 21-17

Ganda campuran:Irfan Fadilah/Weni Anggraeni (Jaya Raya x1) v Ardiansyah/Devi Tika (Berkat Abadi x3) 21-12, 20-22, 21-17

x=unggulan 

Trikus Masuk Jajaran Pelatih Jatim

LEGENDA: Tri Kusharjanto (foto;djarum)
TIM bulu tangkis Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jatim dalam suntikan. Bukan dalam bentuk dana segar tapi ilmu.

Salah satu pebulu tangkis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia Tri Kusharjanto bergabung dalam jajaran pelatih. Bahkan, dia sudah melaksanakan tugasnya.

''Trikus (sapaan karib Tri Kusharjanto) menangani dan mengawasi anak-anak Jatim yang ada di Jakarta, khususnya di Pelatnas,'' kata Ketua Umum Pengprov PBSI Jatim Wijanarjo Adi Mulya.

Tapi, tambahnya, bukan berarti Trikus tak mengunjungi latihan yang ada di Surabaya. Kehadirannya, tambah Wijar, sapaan karib Wijanarko, tetap dibutuhkan bagi skuad Jatim yang ada di Kota Pahlawan, julukan Surabaya.

Ya, Tim Jatim sendiri memang terbagi menjadi dua. Selain di Surabaya juga ada yang berstatus berlatih di ibu kota. Ini disebabkan mereka berada di Pelatnas Cipayung seperti Ade Yusuf, Ronald Alexander, Kevin Sanjaya, maupun Riky Widianto.

Selain itu, sebelumnya, di jajaran pelatih di Surabaya ada nama Koko Pambudi dan Aril. Masuknya Trikus diharapkan mampu memompa teknik dan semangat pebulu tangkis Jatim.

Tujuannya tentu Jatim bisa meraih emas dalam PON 2016 yang dilaksakan di Bandung, Jawa Barat. Selama ini, emas seperti menjadi hal yang susah dibawa pulang ke provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut Padahal, kesempatan tersebut sudah beberapa kali ada di depan mata

Trikus sendiri merupakan legenda hidup olahraga bulu tepok tersebut. Dia merupakan finalis nomor ganda campuran Olimpiade Sydney 2000 bersama Minarti Timur.

Lelaki 42 tahun itu pun merupakan anggota Tim Piala Thomas Indonesia yang kali terakhir menjadi juara pada 2002. (*)

Kali Pertama Rasakan Semifinal GPG

WO: Henri Hurskainen (foto:badzine)
USIANYA sudah 30 tahun Tapi, selama itu, Henri Hurskainen belum pernah merasakan menembus babak-babak akhir turnamen bergengsi

Level international series dan challenge menjadi sarapan setiap tahun yang diikuti. Untuk level grand prix atau grand prix gold, lelaki asal Swedia tersebut hanya sebagai penggembira.

Tapi, lain halnya dalam Jerman Grand Prix Gold 2016. Henri mampu menembus babak semifinal turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut

Bahkan, tiket tersebut diperoleh tanpa memeras keringat. Henri menang WO karena lawannya Xue Song asal Tiongkok tak turun ke lapangan

Tapi, melaju terus hingga ke babak final bukan tugas yang mudah. Henri akan berjumpa dengan mantan juara tunggal putra Eropa Marc Zwiebler dari Jerman yang di perempat final menumbangkan unggulan kedua Chou Tien Chen dari Taiwan dalam pertarungan ketat tiga game 21-23,21-14, 21-19.

Dari segi ranking, Henri kalah jauh. Saat ini, Zwiebler bertengger di 19 dunia sedangkan dia di posisi 67.

Ironisnya lagi, dalam tujuh kali pertemuan sebelumnya, dia juga tak pernah menang. Kekalahan terakhir ditelannya di Praha Open 2015 dengan 15-21, 18-21.

Semifinal tunggal putra lainnya dalam Swiss Grand Prix Gold 2016 mempertemukan HS Prannoy dari India melawan Wang Tzu Wei (Taiwan).

Di nomor tunggal putra ini, Indonesia mengirimkan dua pebulu tangkis mudanya, Fiman Abdul Kholik dan Muhammad Bayu Pangisthu Tapi, keduanya sudah tumbang di babak awal. (*)

Final Ideal Gagal Terjadi

PENAKLUK: Setyaldi Putra Wibowo (foto:PBSI)
DOMINASI Wisnu Yuli Prasetyo di ajang Sirkuit Nasional (Sirnas) berakhir. Langkahnya terhenti di babak semifinal Seri Sulawesi.

Mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung tersebut menyerah dua game langsung 13-21, 12-21 kepada Setyaldi Putra Wibowo dari Guna Dharma dalam pertandingan yang dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Jumat waktu setempat (18/3/2016). Sebenarnya, di atas kertas, Wisnu lebih punya kans menjadi juara

Lelaki yang kini bernaung di bawah bendera Djarum Kudus tersebut merupakan unggulan teratas. Selain itu, dalam sirnas sebelumnya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Wisnu juga mampu menjadi juara.

Dengan tumbangnya pebulu tangkis yang sebelumnya dibesarkan di Surya Baja, Surabaya, tersebut, maka peluang menjadi pemenang ada di pundak Rifan Fauzin Ivanudin. Unggulan kedua asal ISTC Sukabumi tersebut menghentikan rekan klub Wisnu yang juga unggulan ketiga Shesar Hiren Rustavito dengan straight game 22-20, 21-11.

Sebelum Wisnu dominan dalam tiga sirnas terakhir, Rifan sempat menguasai dua seri awal pada 2015. Sayang, itu gagal dipertahankannya. (*)

Agenda final Sirnas Seri Sulawesi (kelompok dewasa)

Tunggal putra:Setyaldi Putra Wibowo (Guna Dharma) v Rifan Fauzin (ISTC Sukabumi)

Tunggal putri: Hera Desi (Mutiara Bandung) v Feby Angguni (Tjakrindo Masters Surabaya)

Ganda putra:Agripina Putra Rahmanto/Andrei Adistia (Jaya Raya/Djarum) v Fran Kurniawan/Fernando Kurniawan (Djarum)

Ganda putri: Aris Budiharti/Ery Oktaviani (Jaya Raya) v Dian Fitriani/Nadya Melati (Pertamina)

Ganda campuran: Ardiansyah/Devi Tika (Berkat Abadi Banjarmasin) v Irfan Fadilah/Weni Anggraeni (Jaya Raya)

Sampai Perempat Final tanpa Keringat


Devi Tika/Keke tak punya lawan di dua laga awal (foto;PBSI)
ENAK benar Devi Tika Permatasari/Keshya Nurvita Hanadia. Tanpa mengeluarkan keringkat, keduanyaa sudah sampai babak perempat final Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Sulawesi 2016.

Di babak I, Devi/Keke, sapaan karib Keshya Nurvita, melenggang karena memperoleh bye. Nah, kali ini, di babak II yang dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan, lawannya yang berasal dari PB Sinjai Asriaty/Suparmi tak hadir di lapangan.

Namun, untuk bisa lolos tanpa bertanding lagi sudah tak bisa. Di perempat final, unggulan teratas tersebut sudah dinanti pasangan Mutiara Bandung Suci Rizky Andini/Yulfira Barkah. Di babak II, keduanya menundukkan Liska Ayu Ningsih/Nurul Azisah (Pelatprov Sulsel) dengan 21-5, 21-13.

Di ajang sirnas, Devi/Keke nyaris tak terbendung. Pasangan yang mengibarkan bendera PB Berkat Abadi Banjarmasin tersebut hampir selalu juara.

Bahkan, tahun lalu, keduanya mencatat prestasi fenomenal. Devi/Keke mampu menembus Kejuaraan Dunia dengan membawa nama Indonesia.

Ini disebabkan keduanya rutin mengikuti ajang internasional. Tahun ini, keduanya baru berlaga di dua ajang internasional Malaysia Grand Prix Gold dan Thailand Grand Prix Gold.

Hasilnya, Devi/Keke hanya sampai di babak kedua. Ini membuat ranking keduanya melorot dan berada di posisi 48 dunia. (*)

Lin Dan Geser Rival

Lin Dan  di All England 2016 (foto;dailymail)
KEBERHASILAN menjadi juara All England 2016 membawa perubahan signifikan bagi Lin Dan. Juara nomor tunggal putra turnamen berhadiah total USD 550 ribu tersebut melonjak dua setrip ranking dunianya.

KIni, dalam daftar peringkat yang diliris BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) tersebut, Lin Dan sudah ada di posisi kedua. Dia menggusur posisi sahabat sekaligus rivalnya di lapangan, Lee Chong Wei, asal Malaysia.

Memang, untuk menggeser peringkat pertama yang ditempati sesama pebulu tangkis Tiongkok Chen Long masih berat. Poinnya masih berbeda jauh.

Chen Long, yang gagal di babak kedua All England 2016, memiliki poin 92.351. Sementara, Lin Dan baru mengoleksi 79.537.

Tapi, bukan berarti tempat Chen Long tak bisa digantikan. Saat ini, Super Dan, julukan Lin Dan, tengah on fire.

Suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut mampu menjadi juara dalam dua turnamen beruntun di awal 2016. Sebelum di All England, Lin Dan naik ke podium terhormat di Jerman Grand Prix Gold yang dilaksanakan sepekan sebelumnya.

Di posisi 10 besar, Indonesia masih menempatkan Tommy Sugiarto. Meski, di All England, dia tampil jeblok dan hanya mampu bertahan hingga babak II. (*)

Daftar 10 besar dunia tunggal putra

1. Chen Long (Tiongkok)

2. Lin Dan (Tiongkok)

3. Lee Chong Wei (Malaysia)

4. Kento Momota (Jepang)

5. Viktor Axelsen (Denmark)

6. Jan O Jorgensen (Denmark)

7. Tian Houwei (Tiongkok)

8. Chou Tien Chen (Taiwan)

9. Tommy Sugiarto (Indonesia)

10. Kidambi Srikanth (India)

*Sumber: BWF

Tamat Wakil Indonesia

PULANG: Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja (foto:djarum)
TUNTAS sudah langkah wakil Indonesia di Swiss Grand Prix Gold 2016. Dua wakil yang masih bertahan, Muhammad Bayu Pangisthu di tunggal putra dan pasangan ganda campuran Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja tersungkur dalam pertandingan yang dilaksanakan di Basel pada Kamis waktu setempat (17/3/2016).

Bayu,sapaan karib Muhammad Bayu Pangisthu, menyerah dua game langsung kepada Xue Song dengan dua game langsung 16-21, 11-21 di babak III. Sebelumnya, rekan latihan Bayu di Pelatnas Cipayung Firman Abdul Kholik sudah tersungkur di babak II. Dia dipermalukan wakil Thailand Tanongsak Saensomboonsuk dengan 21-17, 16-21, 4-21.

Sementara Edi/Gloria, yang diunggulkan di posisi kedelapan, harus mengakui ketangguhan wakil Taiwan Liao Min Chun/Chen Hsiao Huan dengan 24-26,21-14 19-21. Di babak perdana, pasangan Pelatnas Cipayung Ronald Alexander/Melati Daeva sudah angkat koper.

Di Swiss Grand Prix Gold 2016 ini, Indonesia urung menampilkan kekuatan terbaik, khususnya di ganda campuran. Dua wakil terkuat, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto, batal berlaga dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 120 ribu.

Keduanya langsung ditarik kembali ke Indonesia usai berlaga di All England 2016. Dalam ajang tersebut, Praveen/Debby mampu keluar sebagai juara.

Kini, keduanya langsung dipersiapkan menghadapi India Super Series yang dilaksanakan akhir Maret mendatang. (*)

Saina Cari Pelampiasan Kegagalan

TERATAS: Saina Nehwal
PARA pebulu tangkis top dunia banyak yang memilih mundur dari Swiss Grand Prix Gold 2016. Tapi, beda dengan Saina Nehwal.

Tunggal putra andalan India tersebut memilih berlaga dalam ajang yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut. Tujuannya tentu mencari poin guna mengamankan posisinya di ranking kedua.

Apalagi, dalam All England 2016, Sania tampil jeblok. Gadis 26 tahun tersebut tak bisa meraih juara.

Sebagai unggulan kedua, Saina sudah tersingkir di babak ketiga. Dia dipermakukan wakil Taiwan Tai Tzu Ying dengan dua game langsung 15-21, 16-21.

Kini,Saina mencari pelampiasan. Sebagai unggulan teratas tentu berambisi menjadi juara di Swiss Grand Prix Gold 2016.

Langkah awal dilaluinya dengan mulus. Dalam pertandingan babak I yang dilaksanakan di Basel pada Rabu waktu setempat (16/3/2016), Sina menundukkan Karin Schanaase dari Jerman dengan dua game langsung 21-7, 21-15.

Ini menjadi kemenangan kedua Saina atas lawannya yang berperingkat 26 dunia. Sebelumnya, peraih perunggu Olimpiade London 2012 tersebut unggul di Denmark Super Series 2014.

Di babak kedua, Saina akan ditantang Kristina Gavnholt.Wakil Rep Ceko tersebut menyingkirkan mantan ratu Eropa Petya Nedelcheva (Bulgaria) dengan 12-21, 21-9, 21-8. Laga tersebut merupakan pertemuan perdana kedua pebulu tangkis beda benua itu. (*)

Sudah Langsung Persiapan India Super Series

GANTI BIDIKAN: Praveen Jordan/Debby Susanto
SAMBUTAN diberikan kepada Praveen Jordan/Debby Susanto. Begitu mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, keduanya sudah ditunggu Kemenporam pengurus PP PBSI, serta awak media.

Apresiasi itu menyusul sukses Praveen/Debby menjadi juara di turnamen paling bergengsi di dunia, All England. Mereka menjadi pemenang nomor ganda campuran usai menundukkan wakil Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dengan dua game langsung 21-12, 21-17 dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Birmingham,Inggris, pada Minggu waktu setempat (13/3/2016).

"Kami bangga sekali bisa jadi juara di All England, apalagi ini kejuaraan tertua di bulutangkis. Siapa. Kami mengucap syukur atas gelar ini," tutur Praveen seperti dikutip media PBSI.

Dia tak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan. Lelaki yang juga biasa disapa Ucok tersebut hasil tersebut seperti mimpi yang jadi kenyataan.

Apalagi, awalnya,Praveen/Debby tak masuk hitungan juara. Meski, keduanya ada dalam daftar unggulan kedelapan.

Pasangan seniornya, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang lebih digadang-gadang menjadi pemenang. Sekaligus akan menjadi gelar keempatnya setelah meraih hasil manis pada 2012, 2013, dan 2014.

Sayang, langkah Tantowi/Liliyana jeblok. Keduanya tersandung di babak perempat final oleh wakil tuan rumah, pasangan suami istri Chris Adcock/Gabrielle Adcock.

Praveen/Debby tak bisa lama-lama merayakan euforia kemenangan di All England 2016. Rencana,
Praveen/Debby rencananya bakal langsung kembali ke Pelatnas Cipayung untuk mengikuti latihan. Mereka akan kembali bersiap menuju turnamen selanjutnya yaitu India Open Super Series 2016. (*)

Dua Unggulan Teratas Kehilangan Satu Game

UNGGULAN II: Rifan Fauzin Ivanudin (foto:djarum)
TAHUN lalu, Rifan Fauzin Ivanudin pesta gelar. Dalam dua seri awal sirkuit nasional (Sirnas) 2015, dia mampu menjadi juara.

Sayang, konsistensi tersebut gagal dipertahankan. Setelah itu, dia gagal dari berbagai sirnas yang diikuti.

Apalagi, semakin lama persaingan semakin ketat. Para mantan penghuni Pelatnas Cipayung ikut turun ke lapangan.

Dimulai dari Sony Dwi Kuncoro yang kemudian diikuti oleh Wisnu Yuli Prasetyo. Belum lagi kehadiran raja sirnas Alamsyah Yunus yang juga pernah menjadi digembleng di Pelatnas Cipayung.

Di akhir Sirnas 2015, Wisnu menjadi sosok yang merajai. Itu kembali diulangi pada tahun ini.

Dengan bendera klub Djarum Kudus, tunggal putra asal Tulungagung tersebut sudah menjuarai Sirnas Seri Kalimantan.

Kini, Wisnu kembali hadir. Dengan ranking dunia 125, pebulu tangkis yang dibesarkan di PB Surya Baja Surabaya tersebut menempati unggulan teratas.

Rifan dan Wisnu diskenario bakal berjumpa di babak final. Langkah keduanya pun belum menemui hambatan berarti hingga babak III Sirnas Seri Sulawesi yang kini tengah berlangsung.

Hanya,di babak kedua yang dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Selasa WIT (15/3/2016), Rifan dan Wisnu sama-sama harus bertarung tiga game. Rifan, yang kini bendendara ISTC Sukabumi, Jawa Barat, menundukkan Rahmad Kurniawan (SGS Bandung) dengan 16-21, 21-13, 21-12. Sementara. Wisnu menundukkan rekan klub Rifan,Rajid Patriawan, 21-13, 19-21, 21-12. (*)

Firman Jajal Peraih Emas SEA Games

Tanongsak sering jadi momok wakil Indonesia (foto:badzine)
DUA pebulu tangkis muda Indonesia mengawali Swiss Grand Prix Gold 2016 dengan mulus. Firman Abdul Kholik dan Muhammad Bayu Pangisthu mampu mengalahkan lawan-lawannya dalam pertandingan babak I yang dilaksanakan di Basel pada Selasa waktu setempat (15/3/2015).

Firman menang dua game 21-15, 21-9 atas Artem Pochtarev. Sedangkan Bayu, sapaan karib Muhammad Bayu Pangisthu, harus bertarung ketat selama dua game 21-18, 21-16 sebelum menyingkirkan Robert Mann dari Luksemburg.

Di babak kedua, tugas Firman bakal lebih berat. Dia akan menantang unggulan kedelapan asal Thailand Tanongsak Saensomboonsuk yang di babak I menang mudah 21-12, 21-10 atas Kim Bruun (ODenmark).

Selama ini, kedua pebulu tangkis tersebut belum pernah bertemu. Hanya, kemampuan Tanongsak tak bisa dipandang sebelah mata.

Dia merupakan juara tunggal putra SEA Games 2013. Tanongsak juga sering mengalahkan para senior Firman.

Secara ranking, dia masih kalah dibandingkan Tanongsak. Saat ini, Firman ada di posisi 84 dan wakil Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut di ranking ke-34.

Langkah Bayu di babak II akan coba dihadang atlet Asia Tenggara lainnya, Iskandar Zulkarnain. Lelaki asal Malaysia tersebut menang tiga game 18-21, 23-21,21-11 atas Scott Evans (Irlandia)

Bayu pun belum pernah bersua dengan wakil negeri jiran tersebut. Bayu yang masih terdampar di posisi 131 masih jauh rankingnya dibanding Zainudiin yang sudah di 40 besar dunia.

Dibandingkan tiga rekannya yang lain, Firman dan Bayu masih tercecer rankingnya. Ihsan Maulana Mustofa, Jonatan Christie, dan Anthony Sinisuka Ginting  sudah mampu berada di 30-an besar dunia. (*)

Masih Yakin Berbicara di Rio

PAMOR Lin Dan kembali naik. Semua itu tak lepas dari keberhasilannya menjadi juara turnamen beruntun, Jerman Grand Prix Gold 2016 dan All England Super Series Premier 2016.

Hasil tersebut kembali menempatkan Lin Dan menjadi favorit meraih emas di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, yang tinggal lima bulan lagi. Padahal, sebelumnya, lelaki 34 tahun tersebut sempat menuai hasil buruk di penghujung 2016.

Chong Wei fokus ke olimpiade (foto:xinhua)
Lin Dan kalah oleh Lee Chong Wei dari Malaysia di kandangnya sendiri dalam babak semifinal Tiongkok Super Series Premier 2015. Sepekan kemudian, dia malah tumbang di babak kedua Hongkong Super Series 2015 oleh wakil tuan rumah Ng Ka Long.

Sebenarnya, Chong Wei menjadi favorit menjegal Lin Dan meraih gelar keenamnya di All England. Tapi, dia malah terpuruk kalah di babak I dari Sai Praneeth.

Kegagalan tersebut juga membuat Chong Wei bergegas pulang ke Malaysia. Dia melewatkan kesempatan berlaga di Swiss Grand Prix Gold yang tengah bergulir.

Lelaki 33 tahun tersebut mendarat di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) pada Selasa (15/3/2016). ''Lin Dan bermain bagus dalam dua turnamen terakhir. Ini berbeda dengan tahun lalu ketika itu dia tak berada di kondisi terbaik,'' ujar Chong Wei.

Ini, tambah dia, membuktikan bahwa para pebulu tangkis tak ada yang konsisten. Sehingga, semua punya kans yang sama di Rio nanti.

''Lima bulan bisa buat mempersiapkan diri ke olimpiade,'' pungkasnya. (*)

Recovery, Absen di Swiss

Praveen/Debby punya waktu mempersiapkan diri (fotoi;PBSI)
TAK ada nama Praveen Jordan/Debby Susanto di Swiss Grand Prix Gold 2016. Padahal, semula, keduanya akan ikut ambil bagian dalam kejuaraan yang dilaksanakan di Basel pada 15-20 Maret tersebut.

Ya, Swiss Grand Prix Gold memang masuk dalam kalender yang akan diikuti oleh pasangan ganda campuran nomor dua Indonesia tersebut. Turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut masuk satu rangkaian dengan ajang bergengsi All England 2016. Tapi, semua berubah. Usai menjuarai All England 2016, keduanya batal ikut ambil bagian.

‘’Praveen/Debby langsung ditarik balik ke Jakarta usai dari Inggris. Kami memberikan kesempatan recovery,’’ terang Wakil Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto.

Hal serupa juga diberikan kepada Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Meski, di All England 2016, pasangan tersebut menuai hasil buruk.

Dalam event yang masuk kategori super series premier itu, Tontowi/Liliyana terhenti langkahnya di perempat final. Unggulan kedua tersebut dipermalukan pasangan tuan rumah Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Di Swiss, keduanya juga ditempatkan sebagai unggulan teratas.

‘’Biar mereka fresh untuk turnamen super series berikutnya. Besar kemungkinan, kedua pasangan akan berlaga di India,’’ tambah Budi, sapaan karib Achmad Budiharto.

Dengan absennya dua pasangan tersebut, di nomor ganda campuran, Indonesia tinggal menyisakan Ronald Alexander/Melati Daeva dan Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja. (*)

Beda dengan Kehadiran Herry IP

Herry IP memberi masukan Liliyana Natsir
TAK biasanya Herry Iman Pierngadi duduk di pojok saat Praveen Jordan/Debby Susanto bertanding. Biasanya, dia akan berada di tempat tersebut kalau Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan turun ke lapangan.

Itu wajar karena statusnya memang sebagai pelatih ganda putra. Tapi mengapa kini HerryIP, begitu dia disapa, menunggui nomor ganda campuran? Sudah pindahkah dia?

Padahal, di awal-awal pertandingan All England 2016, wakil Indonesia di nomor ganda campuran selalu didampingi Richard Mainaky. Bahkan, hingga pertandingan perempat final, dia masih memberikan intruksi dan arahan ketika Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, juara tiga kali nomor ganda campuran All England, turun ke lapangan menghadapi wakil Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock.

''Richard pulang awal karena anaknya sakit. Jadi bukan Herry kini pindah ke nomor ganda campuran,'' ungkap Wakil Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto.

Tapi dengan pengalaman yang dimiliki, Herry mampu memberi masukan dan arahan yang tepat kepada Praveen/Debby. Saat melawan Zhang Nan/Zhou Yunlei, unggulan teratas sekaligus juara bertahan All England, dia mengingatkan agar Praveen tak boleh emosi dan main sikat. Sementara Debby disarankan agar bisa mengubah aliran shuttlecock agar tak mudah dipatahkan lawan.

Hasilnya, untuk kali pertama, Praveen/Debby bisa mengalahkan Zhang/Zhao yang juga merupakan pasangan nomor satu dunia. Padahal, sebelumnya, mereka tak pernah menang dalam tujuh kali pertemuan.

Herry memang dikenal sebagai pelatih bertangan dingin di ganda putra. Dia mampu mencetak Hendra Setiawan/Markis Kido menjadi juara dunia 2007 dan peraih emas Olimpiade Beijing 2008.

Setelah itu, Hendra/Mohammad Ahsan pun dipolesnya menjadi juara All England 2014 dan juara dunia 2015. (*)

Langsung Dijamu Kedubes di Inggris

Tim Indonesia makan malam bersama kedutaan dan suporter
KEBERHASILAN Praveen Jordan/Debby Susanto mendapat apresiasi. Bahkan, itu diterima sebelum juara nomor ganda campuran All England 2016 tersebut menginjakkan kaki di Indonesia.

Usai podium All England 2016, tim Indonesia dijamu malam malam bersama oleh Kedutaan Besar Indonesia di Inggris. Acara itu juga diikuti oleh para suporter.

Para suporter ikut diundang karena peranannya yang tak kecil. Teriakan mereka menjadi semangat Praveen/Debby untuk mengukir sejarah.

Ini pun diakui Praveen/Debby tak lepas dari doa dan dukungan masyarakat Indonesia.“Rasanya senang sekali bisa juara di All England. Ini merupakan bagian dari sejarah perjalanan kami sebagai pasangan. Dan hasil ini pun tentu salah satunya karena doa dan dukungan masyarakat Indonesia,” ungkap Debby seperti dikutip situs PBSI.

Barclaycard Arena, Birmingham, menjadi saksi sejarah kemenangan mereka. Melawan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, Denmark, Praveen/Debby menang dua game langsung dengan 21-12, 21-17 pada Minggu waktu setempat (13/3/2016).

Selain dukungan jauh dari tanah air, Barclaycard Arena, rupanya tak kehilangan ruh supporter Indonesia. Ratusan mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Birmingham, serempak ramaikan arena pertandingan. Yel-yel serta teriakan semangat pun tak henti di suarakan sepanjang laga.

“Pas main rasanya semangat sekali karena penonton di sini juga luar biasa, seperti di rumah sendiri rasanya,” ungkao Debby.

Tak hanya dari Birmingham, mahasiwa dan masyarakat Indonesia pun berdatangan dari kota lain, seperti London, Manchester, Bristol, Liverpool, Notthingham dan kota-kota lainnya.

“Aku datang dari London, sama temen-temen mahasiswa di sana juga, banyakan. Kami sudah beli tiket dari dua bulan yang lalu, udah ngerencanain buat nonton. Awalnya deg-degan juga sih pas beberapa wakil Indonesia pada kalah. Takut nggak ada pas di final. Tapi ternyata ada wakil dan menang. Alhamdulillah, seneng banget rasanya,” kata Hana Hanifah, mahasiswa London School of Economics and Political Science.

“Nonton All England itu selalu kita tunggu-tunggu. Pokoknya kalau lihat Indonesia bertanding, kalau kita bisa dukung, pasti dibela-belain. Walaupun lumayan jaraknya dari London, lagi banyak tugas juga, tapi demi dukung Indonesia kita tetep semangat,” lanjut Hana. (*)

Yes..Praveen/Debby Teruskan Tradisi

PODIUM: Praveen Jordan/Debby Susanto (foto;PBSI)
PENAMPILAN Praveen Jordan/Debby Susanto mencapai klimaks. Keduanya sukses naik ke podium juara All England 2016.

Dalam final yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Minggu waktu setempat (13/3/2016), pasangan yang diunggulkan di posisi kedelapan tersebut mengalahkan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dari Denmark dengan dua game langsung 21-12,21-17.

Praveen/Debby dan Fischer/Pedersen sudah sembilan kali berhadapan dengan lawannya yang di All England 2016 ini diunggulkan di posisi kelima. Hasilnya, mereka baru menang tiga kali.

Hanya, hasil manis tersebut diperoleh dalam tiga pertemuan terakhir. Tentu, ini menjadi modal berharga bagi Praveen/Debby menghadapi Nielsen/Pedersen.

“Kami bersyukur dan bangga sekali rasanya. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bisa menang di All England merupakan suatu kebanggaan buat kami,'' kata Debby usai pertandingan seperti dikutip situs PBSI.

Sebenarnya, pertandingan berat sudah dilalui Praveen/Debby di babak semifinal. Pasangan yang sama-sama berasal dari Djarum Kudus tersebut mempermalukan unggulan teratas asal Tiongkok Zhang Nan/Zhou Yunlei.

Kemenangan tersebut juga merupakan kemenangan perdana. Sebelumnya, Praveen/Debby tak pernah menang dalam tujuh kali pertemuan.

Naiknya Praveen/Debby ke tangga juara membuat Indonesia mengulangi sukses selama empat tahun terakhir yang selalu membawa pulang gelar dari All England. Tahun lalu, Hendra Setiawan/Mohamamad Ahsan menjadi juara ganda putra serta tiga tahun beruntun Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di ganda campuran. (*)