WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Pemisahan Ronald/Selvanus Sarat Kepentingan

Ronald/Selvanus (foto: PBSI)
PEMISAHAN Ronald Alexander/Selvanus Geh memantik reaksi. Langkah ini dianggap sebagai langkah mundur dan ditunggangi kepentingan.
 ‘’Ronald/Selvanus kan pasangan muda yang punya potensi besar. Capaian mereka pun dalam turnamen terakhir yang diikuti juga tak mengecewakan,’’ kata Mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto.
 Dia menganggap lolos ke final Indonesia Grand Prix Gold 2013 yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, bukan capaian yang mudah. Apalagi, salah satu lawan yang dikalahkannya adalah pasangan juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. 
 Mereka dipermalukan Ronald/Selvanus di babak perempat final dengan rubber game 21-8, 19-21, 18-21 pada Jumat (27/9). Sehari kemudian, Ronald/Selvanus menundukkan Markis Kido/Markus Fernaldi dua game langsung 21-11, 21-15. Pasangan Kido/Markus ini setelah Indonesia Grand Prix Gold mampu menjadi juara Prancis Super Series 2013. Pada babak final, Ronald/Selvanus harus mengakui ketangguhan pasangan seniornya di Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro 21-17, 15-21, 16-21.
 ‘’Sehingga jalan terbaiknya kan terus diberi kesempatan, bukan masalah dipisah,’’ sesal Yacob.
 Dia pun memperkirakan ada kepentingan di balik tersebut. Dengan batasan usia di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016, Ronald/Selvanus punya peluang meraih emas. Kebetulan, keduanya membela bendera Jawa Timur.
 ‘’Ya semua kan punya dugaan kenapa mereka dipisah. Kalau Selvanus dicoret dan tak lagi di pelatnas, tentu tak akan ada manfaatnya bagi Jatim,’’ terang Yacob yang juga ketua umum Pengprov PBSI Jatim tersebut.
 Hanya, dia off the record siapa yang punya kepentingan memisahkan Ronald/Selvanus. Yang pasti, daerah tersebut bisa terancam kans meraih emas kalau Ronald/Selvanus terus bertahan hingga 2016.
 Ya, Ronald merupakan pebulu tangkis asal Manado, Sulut, tapi berasal dari Suryanaga, Surabaya. Sementara, Selvanus berasal dari Wima meski aslinya Kalimantan Timur. (*)

Sentuhan Tony Membuahkan Hasil

Christian Yahya 

GELAR perdana jatuh ke tangan Christian Yahya Christianto. Bukan di ajang Sirkuit Nasional (SIrnas) karena dia memang tak pernah lagi berlaga di ajang tersebut ataupun di Singapura, negara yang pernah disinggahi.
 Christian melakukannya di Ameika Serikat (AS) Challenge 2013. Ya, lelaki asal Bandung, Jawa Barat, ini memang sudah lama tinggal di Negeri Paman Sam, julukan AS.
Berpasangan dengan Lee Hock Lai, mereka mampu mengalahkan unggulan keempat asal Kanada Andrew D’Souza/Sergiy Shatenko dengan dua game 21-9,21-14 dalam pertandingan final yang memakan waktu 21 menit di Florida pada Minggu waktu setempat (10/11) atau Senin dini hari WIB (11/11).
 Dalam turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Christian/Hock Lai tak diunggulkan. Wajar, karena ini merupakan penampilan perdana pasangan tersebut.
 Dari data yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Christian hanya dua kali bertanding dan dengan pasangan yang berbeda. Kali pertama, lelaki yang masih punya hubungan dengan mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung Andre Marteen tersebut berpasangan dengan Hendry Ranawijaya.
 Keduanya hanya sekali tampil Miami Internasional Series 2012. Hasilnya, mereka sudah tersingkir pada babak kedua setelah dikalahkan Gareth Henry/Mitchel Wongsodikromo (Afsel/Suriname) 15-21, 17-21 (1/11/2012). Di peringkat BWF, pasangan ini masih di posisi 600 dunia.
 Kemudian, Christian berpasangan dengan Tony Gunawan. Mereka berlaga dalam AS Grand Prix Gold 2013.Hasilnya, mereka juga terhenti di babak kedua setelah dipaksa mengakui ketangguhan unggulaan kelima asal Belanda Ruud Bosch/Koen Ridder 19-21. 16-21. Dalam peringkat terakhir, Christian/Tony ada di posisi 330.
 Memang harus diakui, sentuhan Tony membuat Christian cukup moncer. Meski, turnamen yang diikutinya ‘’hanya’’ level challenge. Tony merupakan pebulu tangkis ganda yang pernah mengharumkan nama Indonesia dengan capaian prestasinya. Salah satunya menjadi juara Olimpiade Sydney 2000 saat berpasangan dengan Candra Wijaya.
 Selain itu, kemampuan Hock Lai juga ikut mendukung Christian. Buktinya, di nomor tunggal, dia juga mampu menjadi juara AS Challenge 2013. (*)


HASIL FINAL AS CHALLENGE 2013
Tunggal Putra: Lee Hock Lai (AS x5) v Tatsuya Watanabe (Jepang) 21-19, 21-16

Tunggal Putri: Zhang Beiwen (AS) v Iris Wang (AS) 21-10, 21-12

Ganda Putra: Christian Yahya Christanto/Lee Hock Kai (AS) v Andre D’Souza/Sergiy Shatenko (Kanada x4) 21-9, 21-14

Ganda Putri:Hong Jing Yu/Zhang Beiwen (AS) v Paula Pereira/Lohaynny Vicente (Brasil x2) 21-7, 21-14

Ganda Campuran: Toby Ng/Michelle Li (Kanada) v Halim Haryanto/Hong Jing Yu (AS) 21-16, 21-15

Ket:x=unggulan

Kirim Wakil di Luar 100 Besar

SIRNAS JATIM: Backdrop yang dipakai jumpa pers dan temu teknik.

PELATNAS Cipayung datang dengan kekuatan seadanya di Sirkuit Nasional (Sirnas) Jatim. Dalam event yang dilaksanakan di Surabaya pada 11-16 November 2013 tersebut, PP PBSI hanya mengirim 10 pebulu tangkis.
 ‘’Yang dikirim pun hanya kelas II. Bukan mereka yang kelas utama,’’ kata Ketua Umum Pengprov PBSI Jatim Yacob Rusdianto.
 Ya, di antara 10 nama yang bakal  berlaga di Sirnas Jatim, tak ada nama Tommy Sugiarto, Sony Dwi Kuncoro, ataupun Dionysius Hayom Rumbaka. Ketiganya dianggap sebagai trio tunggal terbaik merah putih saat ini.
 Jangankan pula Simon Santoso, Jonathan Christie pun juga tak ada. Jonathan merupakan pebulu tangkis yang masih berusia 16 tahun dan digadang-gadang bakal menjadi penerus kekuatan tunggal putra Indonesia di level dunia.
 Di tunggal putra, pelatnas hanya mengirim Panji Akbar Sudrajat dan Arief Gifar. Dalam daftar peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Panji ada di posisi 167.
 Nyaris tak ada prestasi yang pernah diukir pebulu tangkis berusia 19 tahun tersebut. Dia hanya mampu membuat kejutan di Taiwan Grand Prix Gold 2013 dan Indonesia Challenge 2013.
 Di Taiwan, Panji mampu menjungkalkan seniornya, Alamsyah Yunus, di babak kedua dengan 10-21, 21-18, 22-20. Sementara di Indonesia Challenge, dia melibas unggulan kelima Ng Ka Long 16-21, 21-19, 21-10.
 Sementara di tunggal putri, peringkat Renna Suwano kini di tangga ke-123.  Tumbang pada babak pertama sudah menjadi langganan baginya. (*)


WAKIL PELATNAS CIPAYUNG DI SIRNAS JATIM 2013
1.Imma Mutiah
2. Sri Wulansari
3. Panji Akbar Sudrajat
4. Arief Gifar Ramadhan
5. Yeni Asmarani
6. Renna Suwarno
7. Wahyu Nayaka
8. Ade Yusuf Santoso
9. Afiat Yuris Wirawan
10. Ririn Amelia

Halim pun Masih Bisa Menembus Final

Halim Haryanto

MASIH ingat Halim Haryanto? Tentu saja, jangan sampai lupa.
 Dia merupakan salah satu pebulu tangkis spesialias ganda tangguh yang pernah dimiliki Indonesia. Namun, kini, dia sudah tidak muda lagi, 37 tahun.
 Halim pun sudah jarang terdengar namanya. Itu dikarenakan dia sejak 2004  tinggal dan menetap di Amerika Serikat (AS).
Bahkan, kabarnya, dia sudah menjadi warga negara Negeri Paman Sam, julukan AS. Nama Halim pun sudah sering membela bendera AS, termasuk di Piala Sudirman 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia, Mei lalu.
 Meski sudah termakan umur, tapi kemampuanya masih bisa diandalkan. Bahkan, dalam Amerika Challenge 2013, dia mampu menembus babak final turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut.
 Berpasangan dengan Hong Jing Yu, keduanya bakal bersaing menjadi juara di nomor ganda campuran. Dalam final yang dilaksanakan di Orlando Florida, Minggu waktu setempat (10/11), Halim/Jing Yu akan menjajal ketangguhan ganda Kanada Tony Ng/Michelle Li.
 Halim/Jing Yu lolos ke final setelah menundukkan Hendri Winarto/Joycelyn Ko dengan dua game langsung 21-13, 21-17. Hendri juga pebulu tangkis berdarah Indonesia yang berasal dari Suryanaga, Surabaya. Sebelum ke AS, dia lama berkiprah di Liga Spanyol. Lawan Halim/Jing Yu, Tony/Michelle menembus babak akhir setelah menumbangkan unggulan ketiga asal Brasil Daniel Paiola/Paula Pereira dengan dua game langsung 21-16, 21-17. 
 Halim pernah mengharumkan Indonesia dengan menjadi juara All England dan dunia di tahun yang sama, 2001. Saat itu, dia berpasangan dengan Tony Gunawan. Menariknya, Tony pun juga hengkang ke AS. (*)

AGENDA FINAL AS CHALLENGE 2013

Tunggal Putra: Lee Hock Lai (AS x5) v Tatsuya Watanabe (Jepang)

Tunggal Putri: Zhang Beiwen (AS) v Iris Wang (AS)

Ganda Putra: Andre D’Souza/Sergiy Shatenko (Kanada x4) v Christian Yahya Christanto/Lee Hock Lai (AS)

Ganda Putri: Hong Jing Yu/Zhang Beiwen (AS) v Paula Pereire/Lohaynny Vicente (Brasil x2)

Ganda Campuran: Halim Haryanto/Hong Jing Yu (AS) v Toby Ng/Michelle Li (Kanada)
 Ket: x=unggulan

Belum Ada Yang Lebihi Hyun-il

Lee Hyun-il (foto: badmintonfreak)
LEE Hyun-il bisa jadi tak akan pernah pensiun. Dia masih menjadi tunggal putra terbaik Korea selatan.
 Meski pun, dia sudah tak muda lagi, 33. Apalagi, dia sudah menyatakan gantung raket.
 Buktinya, Hyun-il mampu menjadi juara Korea Grand Prix Gold 2013. Dalam final yang dilaksnakan di Jeonju Indoor Stadium Court pada Minggu waktu setempat (10/11), dia mengalahkan sesama pebulu tangkos Korea Selatan (Korsel) Hong Ji-hoon dengan dua game langsung 21-18, 21-12. Meski satu negara, kedua pebulu tangkis belum pernah bertemu.
 Jadi, ini merupakan kemenangan perdana Hyun-il. Meski, secara peringkat, seharusnya Ji-hoon lebih diunggulkan.
 Dia ada di posisi ke-123 sedangkan Hyun-il di posisi 173. Tapi, dari segi pengalaman, Hi-hoon tak ada apa-apanya dengan Hyun-il.
 Hyun-il pernah membawa Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, meraih emas pada nomor beregu di Asian Games 2002 dan Piala Sudirman 2003. Bahkan, pada 2004, Hyul-il pernah duduk sebagai pebulu tangkis tunggal putra nomor satu dunia.
 Sebenarnya, Hyun-il pernah mengundurkan diri pada 2008. Tapi, dia dirayu Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan untuk kembali.
 Dia pun mampu menembus babak semifinal Olimpiade Beijing 2008. Sayang, dia gagal melaju ke final karena kalah oleh Lee Chong Wei asal Malaysia dan takluk Chen Jin di perebutan medali perunggu.,
Ini diulanginya lagi dalam Olimpiade London 2012. Di semifinal kalah oleh Lin Dan (Tiongkok) dan menyerah kepada wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya, Chen Long.
 Gelar juara di Korea Grand Prix Gold juga membuat Hyun-il mengulangi sukses pada 2011. Saat itu, dia juga mengalahkan rekan senegaranya sendiri, Shon Wan-ho, 21-14, 21-10. (*)


HASIL FINAL KOREA GRAND PRIX GOLD 2013
Tunggal Putra: Lee Hyun-il (Korea Selatan) v Hong Ji-hoon (Korea Selatan) 21-18, 21-12

Tunggal Putri: Bae Yeon-ju (Korea Selatan x2) v Sung Ji-hyun (Korea Selatan x1) 21-19, 15-21, 21-18

Ganda Putra: Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korea Selatan x1) v Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korea Selatan x5) 21-15, 18-21, 23-21

Ganda Putri: Jang Ye-na/Kim So-young (Korsel x4) v Ko A-ra/Yoo Hae-won (Korea Selatan x2) 21-15, 21-12

Ganda Campuran: Yoo Yeon-seong/jang Ye-na (Korea Selatan x5) v Kang Ji-wook/Choi Hye-in (Korea Selatan) 21-13, 21-11

Chong Wei Pertimbangkan Absen di Tiga Turnamen Sisa

PERTAMA: Chong Wei (kanan) saat menyerah ke Peter Gade

TURNAMEN akhir tahun 2013 bakal kurang greget. Pebulu tangkis nomor satu dunia tunggal putra Lee Chong Wei mempertimbangkan absen dan membatalkan semua jadwalnya.
 Itu setelah cedera pegelangan kaki yang menimpa lelaki asal Malaysia tersebut kembali kembali. Rencana semula, Chong Wei, 31, dalam waktu dekat akan tampil dalam Tiongkok Super Series Premier 12-17 November 2013. Kemudian dilanjutkan dengan Hongkong Super Series (19-25 November 2013). Chong Wei pun diharapkan bisa ikut ambil bagian dalam BWF Super Series Finals di Kuala Lumpur, Malaysia, 10-15 Desember.
‘’Saya mengalami cedera pergelangan kaki seperti yang terjadi di putaran final Piala Thomas di Wuhan, Tiongkok, 2012.Ini sangat mempengaruhi selama latihan,’’ kata Chong Wei kepada media lokal Malaysia.
 Dia mengakui, tahun 2013, dia mempunyai jadwal yang sangat padat. Itu pula, lanjut Chong Wei, yang membuat dia mengalami cedera.
  Kali pertama, cedera itu dialaminya saat menghadapi tunggal Denmark Peter Gade di putaran final Piala Thomas 2012.
 Dalam pertandingan yang dilaksanakan pada 22 Mei 2012 di WuhanSports Gymnasium Center tersebut, Chong Wei mengundurkan diri pada game pertama dalam kedudukan masih 2-1 buat dia.
 Dia butuh waktu 65 hari untuk masa pemulihan. Dengan program pengawasan yang ketat oleh Institut Olahraga Nasional, akhirnya Chong Wei bisa pulih. Hasilnya, dia mampu lolos ke final Olimpiade London 2012 sebelum dikalahkan musuh besarnya, Lin Dan, asal Tiongkok.
 Chong Wei masih akan mendiskusikan keputusannya tersebut dengan Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM). Hanya, dia merasa belum yakin dengan kondisinya.
 ‘’Saya akan melihat pergelangan kakiku kondisinya bagaimana. Apakah bisa membaik dalam dua hari ke depan,’’ tegas bapak satu anak yang akan berangkat ke Shanghai pada Senin.
 Tahun ini, Chong Wei tampil di 11 turnamen dengan lima di antaranya menjadi juara turnamen super series di Korea Selatan, Malaysia, India, Indonesia, dan Jepang. Selain itu, dia juga berlaga di tiga kompetisi lokal di Indonesia, India, dan Tiongkok. Belum lagi tampil membela negaranya di Kejuaraan Dunia dan Piala Sudirman. (*)

Semua Slot Milik India

PENAKLUK: Sameer Verna (foto:thehindu)

INDIA tak mau berbagi gelar dengan negara lain dalam Bahrain Internasional 2013.Mereka mampu menciptakan final sesama pebulu tangkis India (All Indians Final) dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 115 ribu tersebut.
 Tiga wakil yang bukan berasal dari negara beribukota New Delhi tersebut dipaksa tak bisa menembus babak puncak. Termasuk satu-satunya wakil Indonesia yang bertahan di semifinal Evert Sukamta.
 Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut harus mengakui ketangguhan Sameer Verma dengan dua game langsung 21-19, 21-10 pada pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Manama pada Jumat waktu setempat (8/11) atau Sabtu WIB (9/11).
 Sebenarnya, dalam turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Evert punya kans juara. Dia menempati unggulan kelima sementara lawannya nonunggulan.Dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Evert ada di posisi 131 sementara Sameer di posisi 171.
 Pada babak final,Sameer akan menghadapi Dey Subhankar, unggulan keenam, yang menghentikan langkah Abimanyu Singh 25-23, 22-20.
 Sementara, wakil Malaysia di ganda putra Jagdish Singh/Roni Tan menyerah dalam tiga game 22-24,21-16, 16-21 kepada Nandagopal/V. Diju. Satu slot lagi, di nomor ganda campuran, V. Diju/Siki Reddy memupus asa wakil Ukraina Gennadiy Natarov/Yuliya Kazarinova 17-21, 21-19,22-20. (*)

AGENDA FINAL BAHRAIN CHALLENGE 2013
Tunggal Putra: Sameer Verma (India) v Dey Subhankar (India)

Tunggal Putri: Lad Tanvi (India) v Rane Saili (India)

Ganda Putra: Rupesh Kumar/Thomas Sanavee (India) v Nandagopal/V. Diju (India)

Ganda Putri: Balan Aparna/Ghorpade Sanyogita (India) v Gadre Pradnya/Reddy Siki (India)

Ganda Campuran: Thomas Sanave/Sawant Prajakta (India) v V. Diju/Reddy Siki (India)

Wakil Tunggal Pulang Awal

Hera Desi (foto:PBSI)

GELAR tunggal di Korea Grand Prix Gold 2013 lepas dari genggaman Indonesia. Dua wakil yang tersisa, Simon Santoso di tunggal putra dan Hera Desi di tunggal putri, sudah terhenti langkahnya.
 Bukan di final ataupun semifinal, Simon dan Hera sudah tersingkir di babak perempat final. Simon, yang diunggulkan di posisi ke-12, menyerah dua game langsung kepada pebulu tangkis senior tuan rumah Lee Hyun-il 15-21, 14-21 di Jeonju Indoor Badminton Court, Jeonju, Korea Selatan, pada Jumat siang waktu setempat (8/11).
 Sementara,Hera juga menyerah dua game kepada unggulan kedua yang juga dari Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Bae Yeon-ju 10-21, 19-21.
 Bagi Simon, ini merupakan kekalahan kelima kepada Hyun-il. Memang harus diakui, meski sudah uzur, 33, dan menyatakan pensiun, kemampuan dan kualitas Hyun-il tetap belum hilang.
 Bahkan, sampai saat ini, dia masih dianggap sebagai tunggal putra terbaik yang pernah dimiliki negeri dengan ibu kota Seoul tersebut. Apalagi, belum ada tunggal putra mereka yang prestasinya semoncer Hyun-il.
 Dia pernah menyumbangkan emas bagi Korea Selatan di nomor beregu pada Asian Games 2002 dan Piala Sudirman 2003. Selain itu, posisi nomor satu dunia tunggal putra pernah didudukinya pada 2004.
 Kegagalan ini juga membuktikan Simon masih labil. Padahal, di Korea Grand Prix Gold 2013, dia diharapkan kembali moncer seperti di Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Saat itu, dia mampu menjadi juara dengan mengalahkan juniornya di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka. Bahkan, di semifinal, Simon mempermalukan tunggal putra terbaik Indonesia saat ini, Tommy Sugiarto. (*)

Evert Berjuang di Tengah Jepitan Wakil India

Evert Sukamta (foto:djarum)

INDIA menyerbu Bahrain Challenge 2013. Dari lima nomor yang dipertandingkan, hanya tiga slot yang tersisa bagi pebulu tangkis non-India pada babak semifinal.
 Nah, salah satunya adalah dari Indonesia melalui Evert Sukamta. Mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung ini lolos ke semifinal setelah menundukkan unggulan ketiga asal India Anand Chetan dua game langsung 21-17,21-8 pada babak perempat final yang dilaksanakan di Manama pada Kamis waktu setempat (7/11) atau Jumat WIB (8/11).
 Pada babak semifinal turnamen yang berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Evert akan ditantang wakil India Sameer Verma, yang sebelumnya menundukan pebulu tangkis Indonesia yang berbendera Bahrain Heri Setiawan 21-12, 21-13.
 Jika menang, Evert sudah ditunggal wakil India. Itu disebabkan dua wakilnya saling bertemu di semifinal yakni Dey Subhankar melawan Singh Abimanyu.
 Selain Evert, semifinalis yang bukan berasal dari India adalah Jagdish Singh/Roni Tan asal Malaysia di nomor ganda putra serta pasangan ganda campuran Gennadiy Natarov/Yuliya Kazarinova dari Ukraina. (*)

Paulus pun Tinggalkan Malaysia

Paulus Firman (kanan) (foto:thestar)

MALAYSIA kehilangan pelatih. Paulus Firman memutuskan kembali ke Indonesia.
 Ini tentu sangat mengejutkan. Alasannya, Paulus yang menangani sektor ganda putra tersebut belum genap setahun bergabung dengan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia). Mantan pelatih Pelatnas Cipayung tersebut mulai menangani Malaysia sejak Januari lalu.
 Paulus memilih balik ke Indonesia dengan alasan keluarga. Namun, dia akan menyelesaikan kontraknya hingga akhir November ini.
 ‘’Sangat disayangkan bahwa saya harus pergi dan saya juga sudah membuat surat pengunduran diri. Kepentingan keluarga menjadi alasan utama,’’ kata Paulus seperti dikutip media Malaysia.
 Dia pun menyadari waktunya di Malaysia sangat singkat. Tapi, Paulus mengakui dia sangat menikmati. Di Malaysia, dia ikut memoles ganda tangguh Malaysa Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.
 Paulus juga membantah bahwa dia keluar dari BAM karena ajakan Rexy Mainaky untuk kembali ke Pelatnas Cipayung. Rencanya terdekat, tambah dia, adalah kembali ke rumahnya di Indonesia.
 Keluarnya Paulus membuat Pang Cheh Chang untuk sementara mengambil alih kepemimpinan di sektor ganda putra.Selain Kien Keat/Boon Heong, Paulus juga menangani tujuh pasangan lain yakni  Hoon Thien How-/Tan Wee Kiong, Goh V Shem/Teo Kok Siang, Lim Khim Wah/Ow Yao Han, Teo Ee Yi/Chooi Kah Ming, Yew Hong Kheng/Tan Yip Jiun, Nelson Heg Wei Keat/Tan Wee Gieen, dan Tai An Khang/Low Juan Shen.
Paulus menjadi orang penting kedua yang meninggalkan BAM setelah dipimpin Tengku Tan Sri Mahaleel Tengku Ariff. September lalu, Tan Aik Mong meninggalkan jabatannya sebagai pemandu bakat BAM setelah program kerjanya ditolak. Padahal, dia baru kerja 18 baru.
 Pelatih kepala tunggal putra Malaysia Rashid Sidek juga pernah mundur pada September. Dia tak setuju dengan perubahan yang dilakukan Aik Mong.
 Namun, atas saran Menteri Pemuda dan Olahraga Khairy Jamaluddin dan mundurnya Aik Mong, Rashid pun membatalkan keputusannya. Sekarang,  Rashid menangani tunggal putra bersama Tey Seu Bock dan Hendrawan.
 Mundurnya Paulus ini semakin menambah panjang daftar pelatih asing yang meninggalkan Malaysia. Sebelumnya ada
Rexy, Yoo Yong-sung, Park Joo-bong, Morten Frost, dan yang terakhir  Indra Gunawan. (*)

Penakluk Juara Dunia Pisah


Pasangan Ronald/Selvanus (foto; PBSI)

PASANGAN Ronald Alexander/Selvanus Geh sempat memberi harapan. Itu ketika mereka mampu menembus babak final Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Sayang, dalam final yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, pada 29 September, Ronald/Selvanus harus mengakui rekannya di Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro dengan rubber game 21-17,15-21, 16-21.  Tapi, pada babak perempat final, Ronald/Selvanus mempermalukan juara dunia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dengan 8-21, 21-19, 21-18.
 Ini menjadi capaian tertinggi bagi Ronald/Selvanus. Meski, sebelumnya, mereka pernah menjadi juara di Iran. Hanya, turnamen yang dimenanginya level challenge.
 Namun, asa Ronald/Selvanus bakal menjadi penerus tradisi ketangguhan ganda putra. Minimal, mereka bisa menjadi ganda terkuat Indonesia ketiga setelah Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan  Angga/Rian.
 Sayang, harapan tersebut bakal kandas. Ronald bukan lagi spesialis ganda putra. Kini, dia juga turun di ganda campuran berpasangan dengan Debby Susanto.
 Beda dengan Ronald, Debby memang spesialis ganda campuran. Kali terakhir, dia berpasangan dengan M. Rijal.
 Dalam peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 7 November 2013, Rijal/Debby masih duduk di posisi ketujuh dunia atau terbaik kedua Indonesia setelah pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
 Pasangan anyar Ronald/Debby pun sudah diturunkan di turnamen internasional. Korea Grand Prix Gold 2013 menjadi penampilan perdana keduanya.
 Sayang, langkah mereka sudah terhenti di babak kedua. Ronald/Debby harus mengakui ketangguhan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung, Irfan Fadillah/Weni Anggraeni, yang diunggulkan di posisi keempat, dengan dua game langsung 15-21, 18-21.
 Ini memang hasil yang kurang memuaskan. Namun, sebagai pasangan yang baru kali pertama diberi kesempatan, perjalanan Ronald/Debby masih panjang.
Untuk nomor ganda campuran, perombakan ini merupakan kali kesekian. Sebelumnya, pasangan Fran Kurniawan/Shendy Puspa juga dicerikan. (*)



Lee Hyun-il Masih Tetap Berbahaya

BERAT: Lee Hyun-il (foto:flickr.com)
LEE Hyun-il belum 100 persen mundur dari bulu tangkis. Buktinya, pebulu tangkis berusia 33 tahun tersebut masih mengayunkan raket dalam Korea Grand Prix Gold 2013.
 Bahkan, Hyun-il mampu melaju hingga babak perempat final turnamen yang menyediakan hadiah total Usd 120 ribu tersebut. Pada babak ketiga yang dilaksanakan di Jeonju Indoor Badminton Courtm, Jeonju, pada Kamis waktu setempat (7/11), dia mampu menang mudah 21-13, 21-11 atas sesama pebulu tangkis Korea Selatan Kim Dong-hoon.
 Nah, pada babak perempat final, Hyun-il akan dijajal oleh pebulu tangkis Indonesia Simon Santoso. Unggulan  ke-12 tersebut memulangkan unggulan kedua asal Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Lee Dong-keun 21-19, 21-13. Kemenangan ini juga membuat Simon membalas kekalahan di babak perempat final Selandia Baru Grand Prix 2013.
 Dari sisi peringkat, Simon memang lebih unggul. Lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, berusia 28 tahun tersebut duduk di posisi 99 dunia sedangkan Hyun-il di posisi 173. Ranking yang rendah itu pula yang membuat Hyun-il harus melalui babak kualifikasi untuk tampil di Korea Grand Prix 2013.
 Tapi, kalau melihat rekor pertemuan, Hyun-il lebih diunggulkan. Dia empat kali menang selama lima kali pertemuan. Simon hanya menang di Prancis Super Series 2007.
 Ya, Hyun-il memang termasuk salah satu pebulu tangkis papan atas dunia. Posisi nomor satu dunia pun pernah didudukinya pada 2004. Dia pernah membawa negaranya meraih emas di Asian Games 2002 dan Piala Sudirman 2003.
 Pada 2008, dia mengumumkan pengunduran dirinya. Tapi, itu tak bertahan lama. Hyun-il diminta kembali pada 2010 untuk membela Korea Selatan di ajang Piala Thomas. (*)


HEAD TO HEAD
Simon Santoso v Lee Hyun-il  1-4
1. Piala Thomas 2012: 21-14, 15-21, 16-21
2. Swiss Grand Prix Gold 2011: 21-17, 10-21, 10-21
3. Prancis Super Series 2007: 21-18, 15-21, 21-15
4. Hongkong Terbuka 2006: 7-21, 8-21
5. Swiss Terbuka 2006: 9-15, 1-15

Sandingkan Dua Juara Dunia Belum Jaminan Prestasi

Edi Subaktiar/Gloria Emmanuele Widjaja

EDI Subaktiar dan Gloria Emanuelle Widjaja sama-sama menyandang status juara dunia junior nomor ganda campuran.  Bedanya, Edi melakukannya pada 2012 sedang Gloria setahun s ebelumnya. Edi juara berpasangan dengan Melati Daeva Oktaviani dan Gloria bersama Alfian Eko Prasetya.
   Saat memasuki kelompok senior, Edi pun dipasangkan dengan Gloria. Meski dua juara dunia digabungkan, ternyata bukan jaminan prestasi tinggi bisa dipetik.
 Buktinya, hingga saat ini, peringkat keduanya masih di luar 50 besar. Sejak digabungkan pada 2013, mereka gagal menyumbangkan prestasi.
 Sebaliknya, mentok di babak-babak awal sudah menjadi hal yang biasa bagi Edi/Gloria. Capaian tertinggi diraih dalam Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Dalam event yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, tersebut, keduanya mampu menembus babak semifinal. Sayang, langkah Edi/Gloria dihentikan oleh Praveen Jordan/Vita Marissa 10-21,18-21 (28/9). Ptaveen/Vita akhirnya menjadi juara setelah di final (29/9) melibas juara dunia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
 Edi/Gloria diharapkan mampu melanjutkan kekuatan nomor ganda campuran Indonesia di pentas dunia. Apalagi, pasangan yang digadang-gadang mampu meneruskan Tontowi/Liliyana, M. Rijal/Debby Susanto, dipisah karena dianggap sudah mentok prestasinya. (*)

Saatnya Simon Santoso Membalas


RIVAL: Lee Dong-keun (foto: badzine)
POSISI Simon Santoso jadi underdog. Dia hanya dipandang sebelah mata pada babak ketiga Korea Grand Prix Gold 2013.
 Itu disebabkan Simon akan menantang unggulan kedua
Lee Dong-keun asal Korea Selatan untuk berebut tiket semifinal di  Jeonju Indoor Badminton Court, Jeonju, pada Kamis waktu setempat (7/11).
 Itu setelah Simon dan Dong-keun mampu mengalahkan lawan-lawannya di babak kedua (6/11). Simon yang diunggulkan di posisi ke-12 tak mengalami kesulitan saat mengalahkan wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan , Kwang Hee-heo, 21-15, 21-9. Sementara, Dong-keun menghentikan perlawanan kompatriot (rekan satu negara) Kim Dong-ryung 21-15, 21-17.
 Bagi Simon, Dong-keun merupakan lawan berat.Pebulu tangkis yang kini duduk di peringkat 34 BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) tersebut mempermalukannya di babak ketiga Selandia Baru Grand Prix 2013. Saat itu (12/4),Simon kalah 19-21, 21-13, 18-21. Di Negeri Kiwi, julukan Selandia Baru, Simon menempati unggulan teratas.
 Di nomor tunggal putra Korea Grand Prix Gold 2013 ini, Simon menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa. Dua rekannya di pelatnas, Wisnu Yuli Prasetyo dan Riyanto Subagja, sudah tersingkir di babak sebelumnya. (*)

Simon Dapat Kesempatan Lagi

Simon Santoso (foto: pb djarum)

SIMON Santoso kembali keluar dari ‘’pertapaan’’. PP PBSI mengirim pebulu tangkis senior ini ke Korea Grand Prix Gold 2013.
 Kepercayaan ini pun dijawabnya. Simon mampu lolos ke babak kedua dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di  Jeonju Indoor Badminton Court, Jeonju, pada Selasa waktu setempat  (5/11), dia mampu mengalahkan wakil Tiongkok Huang Yuxiang dalam pertandingan tiga game 19-21, 21-19, 21-15.
 Pada babak kedua, Simon, yang diunggulkan di posisi ke-12, dijajal wakil tuan rumah Kwang Hee-heo, yang di babak pertama memulangkan Nathan Osborne (Kanada) dalam pertandingan dua game langsung mudah 21-6, 21-6.
Ini menjadi pertemuan pertama bagi Simon dengan Hee-heo. Hanya, melihat peringkat dan pengalaman, seharusnya Simon bisa memetik kemenangan. Dia ada di posisi   101 sementara lawannya 586.
 Simon lama absen dari berbagai turnamen. Ini dikarenakan dia mengalami cedera.
 Kondisi ini diperparah dengan sikapnya yang dianggap indisipliner. Imbasnya, dia pun jarang diberi kesempatan turun di turnamen-turnamen bergengsi. Imbasnya, peringkatnya pun turun drastis. Pernah duduk di posisi ketiga BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), dia terlempar dari posisi 100 besar dunia. Kesempatan yang minim menjadi salah satu kambing hitam.
 Kali terakhir, bocah Tegal, Jawa Tengah, ini diberi kesempatan tampil dalam Indonesia Grand Prix Gold 2013. Dalam event yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, tersebut Simon mampu menunjukkan kualitas.
 Dia mampu menjadi juara setelah di final mengalahkan andalan baru Indonesia di tunggal putra, Dionysius Hayom Rumbaka, dengan dua game 21-17, 21-11 (29/9). Bahkan, sehari sebelumnya, di babak semifinal, Simon mempermalukan unggulan teratas sekaligus tunggal putra terbaik Indonesia saat ini, Tommy Sugiarto, 21-14,13-21, 21-17. (*)

Moncer di Grand Prix, Jemblok di Super Series

Nichaon Jindapon (foto:twitter)
TAHUN 2013 bakal memberi kesan yang mendalam bagi Ni
chaon Jindapon. Dua gelar mampu disabet oleh pebulu tangkis putri asal Thailand tersebut.
 Gadis berusia 22 tahun tersebut naik ke podium terhormat di Kanada Grand Prix dan Bitburger Grand Prix Gold. Di Kanada, dalam babak final yang dlaksanakan 21 Juli, Nichaon, yang diunggulkan di posisi teratas, mengalahkan Yip Pui Yin 21-18, 21-16. Kemudian, hasil serupa kembali diulanginya pada Bitburger Grand Prix Gold.
 Dalam laga pemungkas tunggal putri yang dilaksanakan 3 November lalu di Saarbrucken, Jerman, pebulu tangkis yang kini duduk di posisi ke-15 tersebut menundukkan wakil Bulgaria Linda Zetchiri dua game langsung 21-13, 21-13.
 Di level grand prix dan grand prix gold, Nichaon memang bersinar. Sayang, untuk kelas super series dan super series premier, dia belum pernah menguki
r hasil gemilang. Sebaliknya, tumbang pada babak-babak awal sudah menjadi hal yang biasa baginya.
 Buktinya, sepekan sebelum juara di Saarbrucken, Nichaon langsung tersingkir pada babak I dalam Prancis Super Series. Dia harus mengakui ketangguhan Saina Nehwal asal India 21-12, 16-21, 13-21.
 Hal yang sama juga dialami di Indonesia Super Series Premier 2013 dan Singapura Super Series 2013. Di Jakarta, kota tempat Indonesia Super Series Premier 2013 dilaksanakan, Nichaon  tumbang di babak perdana oleh Julien Schenk, yang diunggulkan di posisi keempat, dua game langsung 12-21, 11-21. Ini membuat perempuan asal Jerman itu mampu membalas kekalahan atas Nichaon di Korea Super Series di awal tahun. Sementara, di Singapura, dia dipermalukan pebulu tangkis Indonesia Bellaetrix Manuputty 19-21, 14-21. (*)

Bekal Juara, Tembus 50 Besar Dunia

Markis Kido (kiri)/Markus Fernaldi (foto: twitter)
GELAR juara Prancis Super Series Premier 2013 memberi perubahan yang signifikan bagi Markis Kido/Markus Fernaldi. Dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia, mereka sudah mampu menembus posisi 50 besar dunia, tepatnya peringkat 46.
 Sebelum juara di Kota Mode, julukan Paris, tempat Prancis Super Series Premier 2013, peringkat terakhir Kido/Markus ada di posisi 65. Memang, sejak bergabung usai Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok, keduanya belum pernah mengukir prestasi menjadi juara.
 Capaian terbaik yang diraih adalah menjadi semifinalis Indonesia Grand  Prix Gold 2013. Di babak semifinal yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, keduanya harus mengakui ketangguhan pasangan pelatnas Cipayung Ronald Alexander/Selvanus Geh 11-21, 15-21.
 Sebenarnya, kekalahan ini cukup mengejutkan. Alasannya, Kido/Markus diunggulkan di posisi 5/8. Sementara Ronald/Selvanus nonunggulan.
 Tapi, hasil di Kota Gudeg, julukan Jogjakarta, sudah membuat mereka membawa pulang lumayan banyak, 4.900. Sedangkan kemenangan di Paris, Kido/Markus mengantongi poin 9.200.
 Sebelum berpasangan dengan Markus, Kido berpasangan dengan Alvent Yulianto.  Kali terakhir, keduanya beraksi dalam Kejuaraan Dunia.
 Namun, yang paling fenomenal adalah saat Kido berpasangan dengan Hendra Setiawan. Mereka mampu menjadi juara dunia 2007 dan puncaknya meraih emas Olimpiade Beijing 2008.
 Sayang, menjelang Olimpiade London 2012, mereka berpisah. Kini, Hendra menjadi tandem Mohammad Ahsan dan menjadi andalan baru Indonesia.
 Sementara Markus, yang juga pernah menjadi penghuni Pelatnas Cipayung, kali terakhir menggandeng Andrei Adistia. (*)

Adcock/White Kejar Gelar Perdana


Chris Adcock/Gabrielle White (foto: twitter)
PERFORMA Chris Adcock/Gabrielle White tengah panas.  Pasangan Inggris ini mampu menembus babak final nomor ganda campuran, Bitburger Grand Prix Gold 2013.
 Itu setelah keduanya mampu mengalahkan Maneepong Jongjit/Sapsiree Taerattanachai dari Thailand dengan rubber game 21-13, 11-21, 21-17 pada babak semifinal yang dilaksanakan di Saarbrucken, Jerman, pada Sabtu waktu setempat (2/11) atau Minggu dini hari WIB (3.11).
 Pada babak final yang dilaksanakan Minggu waktu setempat, Adcock/White, yang diunggulkan di posisi kedua, akan menantang favorit juara sekaligus andalan tuan rumah Michael Fuchs/Birgit Michels. Di semifinal, keduanya menghentikan pasangan Inggris lainnya, Chris Langridge/Heather Olver 21-17, 21-7.
 Ini merupakan pertemuan perdana kedua pasangan. Meski kalah dalam daftar unggulan, tapi dari daftar peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 31 Oktober, Adcock/White peringkatnya lebih tinggi. Mereka ada di posisi 13 sedangkan lawannya empat setrip di bawah. Di ganda campuran ini, tak ada satu pun wakil Indonesia yang ikut. (*)

AGENDA FINAL BITBURGER 2013

TUNGGAL PUTRA: Marc Zwiebler (Jerman x1) v  Chou Tien Chen [Taiwan x4]
               
TUNGGAL PUTRI: Nichaon Jindapon (Thailand x1) v Linda Zetchiri [Bulgaria x5]


GANDA PUTRI: Eefje Muskens/Selena Piek (Belanda) v Ng Hui Ern/Ng Hui Lin  (Malaysia x4)
               
               
GANDA PUTRA: Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding    (Denmark) Anders Skaarup Rasmussen/Kim Astrup Sorensen (Denmark)
           

GANDA CAMPURAN: Michael Fuchs/Birgit Michels (Jerman x1) v Chris Adcock/Gabrielle White (Inggris x2)
               

Indonesia Gagal Cetak Hat-trick

Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin (foto: badmintonindonesia)
TRADISI juara dunua junior nomor ganda campuran patah. Itu setelah wakil terakhir Indonesia Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin menyerah tiga game 18-21, 22-20, 21-23 kepada Huang Kaixiang/Chen Qingchen dari Tiongkok dalam pertandingan final nomor perorangan Kejuaraan Dunia Junior 2013 yang memakan waktu 57 menit di Hua Mark Stadium, Bangkok, Thailand, pada Minggu waktu setempat (3/11).
 Kekalahan ini cukup menyesakan. Sebab, dalam daftar unggulan, Kevin/Masita ada di posisi 9-16. Sedangkan lawannya tak masuk daftar unggulan. Selain itu, sehari sebelumnya pada babak semifinal (2/11), Kevin/Masita mampu mengatasi pasangan ganda campuran terkuat Negeri Panda, julukan Tiongkok, Liu Yuchen/Hiang Dongping 6-21, 21-17, 21-19.
 Kekalahan Kevin/Masita juga membuat Indonesia gagal total dalam Kejuaraan Dunia Junior 2013. Pada nomor beregu, Jonathan Christie dkk harus puas di posisi kedua setelah di final dikalahkan KoreaSelatan dengan skor 2-3 (27/11).
 Dalam dua Kejuaraan Dunia Junior terakhir, Indonesia masih bisa membawa gelar dari nomor perorangan. Kebetulan, gelar juara selalu diraih di nomor ganda campuran.
 Pada Kejuaraan Dunia 2011 yang dilaksanakan di Taipe, Taiwan, pasangan Alfian Eko Prasetyo/Gloria Emmanuele Widjaja menyelamatkan muka Indonesia. Setahun kemudian di Chiba (Jepang), giliran, Edi Subaktiar/Melati Daeva yang membuat bendera Merah Putih berkibar. (*)

HASIL FINAL KEJUARAAN DUNIA 2013

TUNGGAL PUTRA: Heo Kwang-hee (Korsel x5/8) v Wang Tzu Wei (Taiwan 9/16) 21-11, 21-12

TUNGGAL PUTRI: Akane Yamaguchi (Jepang x3/4) v Aya Ohori (Jepang) 21-11, 21-13

GANDA PUTRA: Li Junhui/Liu Yuchen (Tiongkok x1) v Huang Kaixiang/Zheng Si Wei (Tiongkok 5/8) 14-21, 21-13, 22-20

GANDA PUTRI: Chae Yoo-jung/Kim Ji-won (Korsel 5/8) v Chen Qingchen/He Jiaxin (Tiongkok x2) 21-19, 21-15

GANDA CAMPURAN: Huang Kaixiang/Chen Qingchen (Tiongkok) v Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin (Indonesia 9/16) 21-18, 20-22, 23-21

Dua Peringkat Teratas Dunia Menyerah kepada Jonathan

Jonathan Christie (foto: twitter)

SABETAN raket Jonathan Christie terus memakan korban.Kali ini, pebulu tangkis berusiaa 16 tahun tersebut memulangkan unggulan kedua asal Thailand Thammasin Sitthikom dengan dua game langsung 21-18, 21-16 dalam pertandingan tunggal putra babak ketiga Kejuaraan Dunia Junior 2013 di Hua Mark Stadium, Bangkok, Thailand, pada Kamis waktu setempat (31/10).
 Secara peringkat, Jonathan jauh di bawah lawannya. Dalam ranking junior yang disusun BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Thammasin ada di posisi kedua sedangkan Jonathan di posisi 49.
Bagi Jonathan, kemenangan atas pebulu tangkis Negeri Gajah Putih, membuat dia sudah mempermalukan dua pebulu tangkis peringkat atas dunia. Pada babak perempat final nomor beregu, pebulu tangkis binaan Tangkas tersebut menjungkalkan peringkat satu dunia asal Malaysia Soo Teck Zhi.
  Sebelumnya, pada babak kedua nomor perorangan, Jonathan mengandaskan perlawanan wakil Tiongkok Sun Feixiang 21-11, 10-21, 21-18. Pada babak keempat yang juga dilaksanakan Kamis, pemeran Arya dalam film layar lebar King tersebut melibas Yugo Kobayashi (Jepang) 24-22,21-11.
 Jonathan akan berhadapan dengan wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya, Zhao Jun Peng yang di babak sebelumnya menang mudah 21-11, 21-10 atas Lim Chi Wing (Malaysia). (*)