WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Juara Bertahan Berjuang dari Kualifikasi

TANTANGAN: Simon Santoso saat di All England 2015.

KEJUTAN besar diukir Simon Santoso dalam Singapura Super Series 2014. Tampil dari babak kualifikasi, dia mampu menjadi juara dalam turnamen berhadiah total USD 300 ribu tersebut.

Dalam pertandingan final yang dilaksanakan 13 April 2014, Simon mempermalukan unggulan teratas Lee Chong Wei asal Malaysia dengan dua game langsung 21-15, 21-10. Saat itu, status lelaki yang baru mengakhisi masa lajang tersebut sudah terbuang dari Pelatnas Cipayung.

Gelar itu pun menjadi pijakan Simon kembali ke Cipayung. Apalagi, dua pekan sebelumnya,dia juga baru saja menjadi juara tunggal putra dalam Malaysia Grand Prix Gold.

Sayang, setelah kembali ke kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia tersebut, Simon gagal tampil impresif.Kegagalan selalu mengiringi perjalananya dalam berbagai turnamen.

Bahkan, di kandang sendiri, Indonesia Super Series Premier 2014, dia sudah menyerah di babak ketiga. Simon dipermalukan Wei Nan asal Hongkong 18-21, 21-13, 20-22. Yang lebih ironis, dalam 2015, hasil jeblok ditelannya.

Dalam babak pertama Jerman Grand Prix Gold, Simon disikat pebulu tangkis Hongkong lainnya, Wong Wing Ki, dengan 17-21, 16-21.Sepekan kemudian, dia malah sudah angkat koper dari babak kualifikasi All England Super Series Premier 2015. Dia kalah oleh mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka dengan 14-21, 17-21.

Kini, Simon pun bakal datang lagi ke Singapura Super Series Premier yang dilaksanakan 7-12 April. Namun, karena rankingnya yang jeblok, 34, dia pun harus melalui dari babak kualifikasi, seperti tahun lalu.

Di babak pertama, lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut akan berhadapan dengan Emil Holst dari Denmark. Di atas kertaas, Simon bakal memetik kemenangan. Saat ini, lawannya berada di posisi 57 dunia.

Namun, halangan besar bisa membuatnya menembus babak elite. Di final kualifikasi, calon lawannya adalah Hayom, Dionysius Hayom Rumbaka. Kegagalan seperti di All England Super Series Premier 2015 bisa terulang.

Penampilan Hayom tengah on fire. Di Jerman Grand Prix Gold 205, dia mampu menembus final dan di All England Super Series Premier melaju hingga babak kedua. (*)

Pilih-Pilih Turnamen yang Diikuti

Christopher/Trikusuma saat di Sirnas Palembang. (foto:djarum)
DUA tahun terakhir, daftar turnamen yang diikuti Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana lumayan banyak. Dari  turnamen challenge hingga super series premier pun dilakoni.

Akibatnya, ranking Christopher/Trikusuma pun melesat. Pasangan asal klub yang sama, Suryanaga Surabaya, itu pun mampu menembus posisi 50 besar  dunia.

Namun, kini, hingga kalender memasuki Maret, baru satu turnamen yang diikuti keduanya. Memang, di dalam negeri, Christopher/Trikusuma sudah bermain di ajang Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2015 dan Sirkuit Nasional (SIrnas) Seri Palembang.

Di sirnas, mereka mampu menjadi juara. Dalam pertandingan pemungkas, Christopher/Trikusuma menundukkan Rizky Hidayat/Ardiansyah Putra.

Satu turnamen internasional yang diikuti oleh Christopher/Trikisuma adalah Malaysia Grand Prix Gold 2015. Dalam kejuaraan yang dilaksanakan di Kuching, Serawak, itu, mereka langsung tersingkir di babak pertama. Pasangan yang kini duduk di posisi 88 itu menyerah kepada Lin Chia Yu/Hsiao-Lin Wu (Taiwan) 13-21, 17-21.

Pekan ini, keduanya baru turun lagi. Bahkan, Christopher/Trikusuma langsung diunggulkan di posisi kedua dalam Vietnam Challenge 2015 yang dilaksanakan di Hanoi.

Namun, di babak pertama, keduanya langsung mendapat lawan berat. Christopher/Trikusuma dijajal ganda Malaysia Mohd Zakry Abdul Latif/Muhammad Hafizi Hashim.

''Kami sekarang pilih-pilih turnamen. Cari yang dekat dekat saja dulu,'' pungkas Christopher. (*)

Hanya Berharap Kalahkan Inggris

LAWAN: Chris Adcocc/Gabrielle Adcock (foto:guardian)
INDONESIA layak waspada di Piala Sudirman 2015. Jika tidak,merah putih akan menerima nasib tragis, turun ke Grup 2 dalam event bulu tangkis beregu campuran tersebut.

Dalam undian yang dilaksanakan pada Senin (16/3), Indonesia berada satu grup dengan Denmark dan Inggris. Bersua dengan Denmark, tentu menjadi tugas berat.

Dari lima nomor yang dipertandingkan, susah untuk memetik satu angka pun. Di nomor tunggal putra, negeri di Skandinavia tersebut mempunyai dua tunggal yang tengah on fire, Jan O Jorgensen dan Viktor Axelsen. Sebaliknya dengan Indonesia. Performa Tommy Sugiarto dan Simon Santoso saat ini tengah menurun.

Di tunggal putri pun tak jauh beda. Lindaweni dan Bellaetrix Manuputty tengah labil.

Di ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan bakal berpeluh keringat untuk bisa mencuri poin. Mathias Boe/Carsten Mogensen, yang kini di posisi kedua, bukan lawan yang enteng.

Begitu juga di ganda campuran. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bisa teerguling jika dihadapkan dengan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.

Nah, bertemu Inggris menjadi satu-satunya kans besar untuk bisa lolos ke babak delapan besar, sekaligus menyelamatkan posisi Indonesia di grup elite.

Di ajang Piala Sudirman, Indonesia hanya sekali juara yakni pada 1989 saat ajang tersebut kali pertama dilaksanakan. Kebetulan, Jakarta menjadi host.

Tiongkok menjadi raja Piala Sudirman dengan 13 kali juara dan Korea Selatan juga baru tiga kali mengangkat trofi juara. (*)



The Vivo BWF Sudirman Cup for the World Mixed Team Championships features 35 teams divided into four groups. Of these, the top 12 ranked teams in Group 1 will vie for the trophy, while the other teams (Group 2, Group 3, Group 4) will fight for ranking spots. The tournament will be held from 10-17 May 2015 in Dongguan, China.




Grup 1:

Grup 1A: Tiongkok, Thailand, Germany

Group 1B: Jepang, Taiwan, Amerika Serikat

Group 1C: Denmark, Indonesia, Inggris

Group 1D: Korea Selatan, India, Malaysia



Grup 2:

Grup 2A: Rusia, Hongkong , Kanada, Spanyol

Grup 2B: Singapura, Belanda, Prancis, Brasil



Grup 3:

Grup 3A: Rep Ceko, Turki, Afrika Selatan, Austria

Group 3B: Vietnam, Australia, Italia, Swiss



Grup 4:

Grup 4A: Nigeria, Filipina, Islandia

Grup 4B: Israel, Sri Lanka, Seychelles, Kazakhstan

Rela Tampil di Ajang Challenge

POIN:Sony Dwi Kuncoro (foto:djarum)
TURNAMEN-turnamen level challenge bakal akrab dengan Sony Dwi Kuncoro. Ini dilakukan guna mendongkrak peringkatnya yang terus merosot.

Dalam rilis terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (12/3), Sony terpuruk di posisi 154. Ini jauh lebih jeblok dibandingan pekan sebelumnya yang berada di posisi 125.

Ranking itu tak lepas dari hasil buruk yang dialami mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut. Dalam dua turnamen awal pada 2015 ini, Sony selalu tersingkir di babak pertama.

Di Malaysia Grand Prix Gold (14/1), bapak dua putri ini menyerah kepada pebulu tangkis tuan rumah yang diunggulkan di posisi ke-13 Chong Wei Feng dengan 21-14, 15-21, 16-21. Kemudian, pekan lalu di Swiss Grand Prix Gold, Sony juga menelan pil pahit. Dia menyerah 11-21, 12-21 kepada Tzu Wei Wang dari Taiwan di babak pertama.

''Habis dari Swiss, saya main di Vietnam. Levelnya challenge,'' kata Sony.

Itu, tambah dia, dilakukan guna berburu poin sebanyak mungkin. Tahun lalu, Sony hanya turun di enam turnamen di level minimal grand prix gold.

''Kalau poin banyak, saya berharap bisa turun di super series lagi,'' ungkap lelaki yang hampir 12 tahun tinggal di Pelatnas Cipayung tersebut.

Di Vietnam Challenge, Sony tak mau memandang remeh lawan. Baginya, kemenangan demi kemenangan diharapkan ikut kembali mengangkat pamornya. (*)

Pelepas Dahaga dari Turnamen Internasional Series

Adi Pratama semasa di Jaya Raya

TITEL Rumania Open  internasional series. Total hadiah juaranya pun ''hanya' USD 5.000 atau sekitar Rp 50 juta.

Tapi, dari ajang tersebut, Indonesia boleh berbangga. Salah satu pebulu tangkisnya, Adi Pratama, tercatat sebagai juara. Hebatnya, dalam final yang dilaksanakan di Constantin Jude Sports Hall,Timisoara, tersebut, dia mengalahkan sesama pebulu tangkis yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung Indra Bagus Ade Chandra dengan 12-10,11-6, 11-9. Hanya, sekarang, Indra membela bendera Italia.

Kemenangan ini juga membalas kekalahan yang dialaminya dalam Spanyol Internasional Series 2014. Saat itu, Adi menyerah dua game langsung 14-21, 13-21.

Selain itu, bagi pebulu tangkis berperingkat 162 dunia tersebut, hasil di Rumania itu membuatnya meraih gelar perdana selama 2015. Dalam dua turnamen sebelumnya di Austria Challenge dan Portugal Internasional Series dia menelan kegagalan.

Di Wina, host Austria Challenge 2015, Adi kalah di babak ketiga oleh Niluka Karunaratne dari Sri Lanka dengan 21-19,11-21,3-6 (ret). Game ketiga, Adia kalah karena mengalami cedera. Kemudian, di Portugal, lelaki 21 tahun itu takluk kepada wakil Jepang Kazumasa Sakai dengan 13-21-13-21.

Adi sering tampil dalam berbagai karena statusnya saat ini sebagai sparring partner Timnas Austria. Hal yang sama juga dilakoni Indra Bagus di Italia.

Tahun lalu, di ajang yang sama, Adi terhenti langkahnya di babak semifinal. Lelaki binaan Jaya Raya ini menyerah dua game 12-21, 13-21 kepada Adrian Dziolko. (*)


Hasil Rumania Internasional Series 2015

Tunggal putra: Adi Pratama (Indonesia x7) v Indra Bagus Ade Chandra (Italia x1) 12-10, 11-6, 11-9

Tunggal putri: Lianne Tan (Belgia x1)  v Chloe Birch (Inggris) 11-7, 11-7, 12-10

Ganda putra: Zvonimir Durkinjak/Zvonimir Hoelbing (Kroasia x1) v Milosz Bochat/Pawel Pietryja (Polandia x2) 11-9, 11-8, 11-7

Ganda putri: Chloe Birch/Jenny Wallwork (Inggris) v Lea Palermo/Anne Tran (Prancis) 11-6, 14-12,8-11, 11-8

Ganda campuran: Kona Tarun/N. Sikki Reddy (India) v Jones Jansen/Cisita Jansen (Jerman x2) 11-7, 11-8,11-4

x=unggulan

Tiongkok Kuasai Empat Nomor

JUARA: Srikanth asal India.

TIONGKOK merajai turnamen Swiss Grand Prix Gold 015. Negeri terpadat penduduknya di muka bumi tersebut membawa pulang empat gelar dari turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut.

Satu-satunya gelar yang lepas, tunggal putra, karena Tiongkok gaga meloloskan wakil ke babak pemungkas. Gelar di nomor ini jatuh ke tangan K. Srikanth asal India yang menundukkan Viktor Axelsen (Denmark) dengan tiga game 21-15, 14-21, 21-14 pada pertandingan final yang dilaksanakan di St. Jakobshalle, Basel, pada Minggu waktu setempat (15/3).

Ini menjadi pertemuan bagi kedua pebulu tangkis. Bagi Srikanth, hasil di Basel ini juga menjadi pengobat kecewanya di kandang sendiri. Pada final India Grand Prix Gold di New Delhi pada 25 Januari lalu, dia kalah oleh rekannya sendiri Parupalli Kashyap 21-23, 21-23.

Pekan lalu, Srikant juga tampil mengecewakan dalam All England Super Series Premier. Datang sebagai unggulan keempat, dia langsung tersingkir di babak pertama usai dipermalukan Kenta Momota dari India dengan 18-21, 21-12, 15-21.

Dalam empat partai lainnya, pebulu tangkis Tiongkok tak terbendung. Bahkan, di nomor ganda campuran, terjadi final sesama wakil Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, antara Lu Kai/Huang Yaqiong, yang diunggulkan di posisi kelima, melawan unggulan ketiga Liu Cheng/Bao Yixin. Hasilnya, Lu Kai/Huang menang 17-21, 22-20, 21-13.

Di tunggal putri, Sun Yu, yang diunggulkan di posisi keenam, melibas Busanan Ongbumrungpan (Thailand) dua game langsung 21-16, 21-12.Pekan lalu, peringkat 15 dunia itu juga membuat kejutan di All England Super Series Premier. Sun menjungkalkan seniornya yang juga unggulan pertama dalam turnamen paling bergengsi itu Li Xuerui. O(*)

Hasil final Swiss Grand Prix Gold 2015

Tunggal putra: K. Srikanth (India x1) v Viktor Axelsen (Denmark x2) 1-15, 12-21, 21-14

Tunggal putri: Sun Yu (Tiongkok x6) v Busanan Ongbumrungpan (Thailand x8) 21-16, 21-12

Ganda putra: Cai Yun/Lu Kai (Tiongkok x3) v Goh V Shem/Tan Wee Kiong (Malaysia x6) 21-19, 14-21, 21-17

Ganda putri: Bao Yixin/Tang Yuanting (Tiongkok x5) v Ayane Kurihara/Naru Shinoya (Jepang) 21-6, 17-21, 21-17

Ganda campuran: Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok x5) v Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok x3) 17-21, 2-20, 21-13

x=unggulan

Duh, Pulang tanpa Gelar Lagi

PENAKLUK: Liu Cheng/Bao Yixin

KEGAGALAN kembali mengiringi pebulu tangkis Indonesia. Usai gagal total di All England Super Series Premier 2015 pekan lalu, kini terulang di Swiss Grand Prix Gold.

Yang lebih parah, di Swiss, merah putih gagal meloloskan satu pun wakilnya ke babak final. Di All England yang levelnya lebih tinggi dua setrip, Indonesia masih bisa menempatkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir ke babak final.

Meski akhirnya, mereka kalah di final oleh pasangan Tiongkok Zhang Nan/Zhaou Yunlei. Kekalahan tersebut juga membuat Tontowi/Liliyana gagal mencetak quat-trick (empat kali beruntun) menjadi juara.

Nah, di Swiss Grand Prix Gold 2015, asa yang tinggi sempat diamanatkan kepada mereka. Sayang, di babak semifinal ganda campuran, Tontowi/Liliyana sudah menyerah. Unggulan teratas turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut dipermalukan pasangan Tiongkok
Liu Cheng/Bao Yixin dengan dua game langsung 19-21, 19-21 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Basel pada Sabtu waktu setempat (14/3) atau Minggu dini hari (15/3).

Ini mengulangi kekalahan akhir tahun lalu. Dalam ajang Super Series Finals 2014, pasangan Pelatnas Cipayung tersebut menyerah 10-21, 21-12, 15-21. Hasil dari Swiss Grand Prix Gold ini membuat Tontowi/Liliyana dua kali kalah beruntun dalam lima kali perjumpaan.

Sebelumnya, di nomor yang sama, juga di babak semifinal, wakil Indonesia lainnya Riky Widianto/Richi Dili, yang diunggulkan di posisi keempat, juga takluk kepada pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, Lu Kai/Huang Yaqiong dengan 16-21, 13-21.

Kekalahan juga dialami di sektor ganda putra. Pasangan anyar Kevin Sanjaya/Markus ''Sinyo'' Fernaldi menyerah 19-21, 19-21 kepada Goh V Shem/Tan Wee Kiong dari Malaysia. (*)

Jadwal Final Swiss Grand Prix Gold 2015

Tunggal putra: K Srikanth (India x1) v Viktor Axelsen (Denmark x2)

Tunggal putri: Sun Yu (Tiongkok x6) v Busanan Ongbumrungpan (Thailand x8)

Ganda putra: Cai Yun/Lu Kai(Tiongkok x3) v Goh V Shem/Tan Wee Kiong (Malaysia x6)

Ganda putri: Bao Yixin/Tang Yuanting (Tiongkok x3) v Ayane Kurihara/Naru Shinoya (Jepang)

Ganda campuran: Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok x3)  v Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok x5)

x=unggulan

Jalan Menembus 100 Besar Dunia

MASA DEPAN: evin Sanjaya/Markus Fernaldi

PASANGAN Kevin Sanjaya/Markus 'Sinyo' Fernaldi mulai dapat ranking.Poin yang dikumpulkan dari turnamen All England Super Series Premier langsung mendongkraknya ke posisi 182 dunia.

Menembus babak delapan besar, ganda Pelatnas Cipayung tersebut berhak mengantongi poin 6.050. Padahal, dalam turnamen berhadiah total USD 500 ribu tersebut, Kevin/Sinyo tampil perdana di ajang internasional.

Di babak pertama, mereka menang 21-16, 21-17 atas Max Schwenger/Josche Zurwonne asal Jerman. Kemudian, di babak kedua, Kevin/Sinyo bertarung tiga game 21-13, 19-21, 21-15 atas Manu Attri/B. Summeth Reddy (India).  Sayang, langkah menuju semifinal terganjal pasangan Denmark Mads Conrad-Petersen/Mads PIeler Kolding dengan 21-11,10-21, 21-13.

Kini, Kevin/Sinyo pun sudah membuat kejutan lagi. Keduanya lolos ke semifinal Swiss Grand Prix Gold 2015. Mereka pun menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang bertahan di nomor ganda putra.

Tiket semifinal dipetik berkat menjungkalkan unggulan keempat asal Denmark Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen dengan 22-20, 19-21, 21-17.Tiket final bisa diraih jika mampu melibas unggulan keempat asal Malaysia Goh V Shem/Tan Wee Kiong. Dengan menembus semifinal, pekan depan, Kevin/Sinyo bisa menembus posisi 100 besar dunia.

Kali terakhir, Kevin berpasangan dengan Selvanus Geh. Duet Djarum/Wima ini penampilannya tak mengecewakan. Bahkan, mereka mampu menjadi juara di Bulgaria Challenge 2014 dan menembus final Indonesia Grand Prix Gold 2014.

Sementara, Sinyo kali terakhir berduet dengan pebulu tangkis senior Markis Kido. Keduanya mampu menjuarai Prancis Super Series 2013 dan juga pernah masuk ranking 10 besar dunia. Kido/Sinyo juga mampu lolos dalam Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark.

Penampilan Sinyo yang moncer ini membuat dia pun kembali dipanggil ke Pelatnas Cipayung. Dia dipasangkan dengan Kevin yang tengah tak punya pasangan karena Selvanus tengah sakit. (*)

Tontowi/Liliyana Nyaris Tersandung

Tontowi/Liliyana Natsir (foto:djarum)

AKHIRNYA, nomor ganda jadi harapan meraih gelar di Swiss Grand Prix Gold 2015. Bahkan, kans terjadinya final sesama pasanga Indonesia di babak final turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut.

Itu setelah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Riky Widianto/Richi Puspita Dili menembus babak semifinal. Dalam pertandingan yang dilaksanakan Jumat waktu setempat (13/3), keduanya menundukkan lawan-lawannya.

Tontowi/Liliyana, yang diunggulkan di posisi teratas, sempat dipaksa memeras keringa. Mereka bertarung tiga game 19-21, 21-13, 21-10 untuk menundukkan Jacco Arends/Selena Piek dari Belanda.

Sebelumnya, kedua pasangan sebelum pernah bertemu. Namun, dari ranking, Tontowi/Liliyana memang lebih unggul. Mereka ada di posisi keempat sedangkan Jacco/Selena di posisi 21.

Untuk bisa lolos ke final, Tontowi/Liliyana harus bisa mengalahkan Liu Cheng/Bao Yixing. Unggulan ketiga ini melibas wakil Indonesian Praveen Jordan/Debby Susanto 21-19,21-7.

Dari empat kali pertemuan, pasangan merah putih menang tiga kali. Namun, yang bisa waspada, dalam laga terakhir, Tontowi/Liliyana menyerah 10-21,21-12, 15-21 dalam Super Series Finals di Dubai, Uni Emirate Arab.

Duta Pelatnas Cipayung yang lain, Riky/Richi menembus empat besar berkat kemenangan 18-21, 21-17, 21-11 atas Gaetan Mittelheisser/Audrey Fontaine (Prancis). Tiket ke final bisa digapai jika unggulan keempat ini bisa menjinakkan wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, Lu Kai/Huang Yaqiong.

Namun, dari head to head, pasangan juara India Grand Prix Gold 2015 itu tak pernah menang dalam dua kali pertemuan yakni di Hongkong Super Series 2014 dan All England Super Series Premier 2014. (*)

Menguji Konsistensi Riky/Richi

EKSTRAKERAS: Riky Widianto/Richi Dili (foto;PBSI)

INDIA Super Series 2014 menjadi mimpi buruk bagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Datang dengan status tiga kali juara beruntun (2011, 2012, dan 2013) nomor ganda campuran, mereka langsung tersingkir di babak pertama.  Mereka kalah dua game langsung 20-22, 18-21 kepada Ko Sung-hyun/Kim Ha-na.

Sayang, kegagalan tersebut tak bisa dibalas tahun ini. Dari undian yang sudah dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Tontowi/Liliyana tak hadir dalam event yang dilaksanakan di New Delhi, India, pada 24-29 Maret tersebut.

Mantan penghuni nomor satu dunia tersebut memilih tampil di Malaysia Super Series Premier 2015 yang digelar sepekan sesudah India Super Series. Sebagai gantinya, di nomor ganda caampuran, Indonesia diwakili Praveen Jordan/Debby Susanto, Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja, dan Riky Widianto/Richi Puspita Dili.

Bagi Riky/Richi, India baru saja memberikan kenangan manis. Mereka mampu naik ke podium terhormat. Di babak final, pasangan Pelatnas Cipayung tersebut menang 21-17, 21-17 atas ganda tuan rumah Manu Atttri/K.Maneesha.

Namun, tahun lalu, mereka jeblok di India Super Series. Menempati unggulan ketujuh, Riky/Richi menyerah di babak kedua kepada M. Pieler Kolding/Kamilla Rytter Juhl dari Denmark dengan 16-21, 12-21.

Ya, penampilan Riky/Richi memang sering naik turun. Buktinya, usai meraih gelar di India Grand Prix Gold, mereka tumbang di babak pertama All England Super Series Premier 2015 kepada pasangan non unggulan asal Jepang Kenichi Hayakawa/Misaki Matsutomo. (*)

Undian Tak Mengenakkan buat Tommy

PETAKA:Tommy Sugiarto (foto;PBSI)

ENTAH apa yang ada di benak Tommy Sugiarto sekarang. Di saat dia berjuang bangkit, bayangan tersingkir di babak pertama Malaysia Super Series Premier 2015 sudah di depan mata.

Dari drawing (undian) yang sudah dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Tommy langsung bertemu dengan Lin Dan asal Tionglkok.Dalam tiga kali pertemuan, putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia tersebut belum pernah memetik kemenangan.

Tommy takluk ditangan Super Dan, julukan Lin Dan, di Jerman Grand Open 2007, Korea Open 2011, dan Jerman Open 2012. Ironisnya, semua kekalahan itu ditelannya dengan dua game langsung (straight game).

Tentu, di atas kertas, kini Tommy juga bakal kalah lagi. Alasannya, Lin Dan sudah semakin mendekati penampilan puncaknya (top performance).

Sudah beberapa gelar yang dikoleksi oleh lelaki 32 tahun tersebut usai comeback pada April 2014. Imbasnya, Lin Dan pun kembali menembus posisi 10 besar dunia. Bahkan, dalam rilis peringkat terbaru yang dikeluarkan BWF Kamis lalu (12/3), suami dari mantan tunggal putri terbaik dunia Xie Xingfang itu sudah ada di posisi ketiga.

Sebaliknya dengan Tommy. Dalam beberapa turnamen, penampilannya tak sesuai harapan.

Dalam turnamen terakhir yang diikuti, All England Super Series Premier 2015 di Birmingham, Inggris, Tommy langsung tersingkir di babak pertama. Dia dipermalukan mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka.

Tommy sendiri juga merupakan satu-satunya wakil Indonesia di Malaysia Super Series Premier 2015. Kali terakhir, tunggal putra Indonesia yang berjaya di negeri jiran adalah Taufik Hidayat pada 2000.

Sejak 2004 hingga 2014, hanya sekali gelar juara lepas dari wakil tuan rumah Lee Chong Wei yakni pada 2007. Saat itu, posisi terhormat disabet Peter Gade dari Denmak.

Tahun ini, Chong Wei masih absen karena masih menjalani sanksi dari BWF karena doping pada Kejuaraan Dunia 2014. (*)

Tumpuan di Saat Usia Belum 18 Tahun

ASA:Jonatan Christie (foto:PBSI)

USIA Jonatan Christie belum genap 18 tahun. Namun, di usia muda tersebut sudah menjadi tumpuan asa Indonesia di Swiss Grand Prix Gold 2015.

Jonatan menjadi satu-satunya wakil merah putih di nomor tunggal putra yang masih bertahan hingga babak perempat final dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut. Itu setelah dia menang 16-21, 21-18, 21-13 atas wakil Malaysia Zulfadli Zulkifli dalam pertandingan babak ketiga yang dilaksanakan di Basel pada Kamis waktu setempat (12/3).

Ini menjadi kemenangan perdana Jonatan atas pebulu tangkis berperingkat 54 dunia tersebut.Namun, untuk lolos babak semifinal, dia bakal bekerja keras.

Pebulu tangkis Tiongkok Xue Song sudah menunggu. Dari ranking terbaru, posisinya 20 setrip di atas Jonatan yang kini bertengger di 84 dunia.

Swiss Grand Prix Gold merupakan turnamen kedua yang diikuti Jonatan pada 2015. Sebelumnya, dia juga unjuk kebolehan dalam Malaysia Grand Prix Gold pada Januari lalu.

Hasilnya, dia tersingkir di babak kedua. Jonatan harus mengakui ketangguhan pebulu tangkis India kashyap Paraupalli.

Sebenarnya, hingga babak ketiga, Indonesia masih mempunyai dua wakil. Sayang, satu wakil lainnya, Andre Kurniawan Tedjono, dikalahkan unggulan kedelapan asal Jepang Takuma Ueda 16-21, 19-21.

Sejak Marleve Mainaky menjadi juara pada 2002, belum ada lagi tunggal putra Indonesia yang menjadi juara di Swiss. (*)

Lin Dan Semakin Dekati Singgasana

BANGKIT: Lin Dan saat tampil di All England

PELAN tapi pasti, Lin Dan mulai mendekati singgasananya. Dalam ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) Kamis (12/3), lelaki 32 tahun tersebut sudah duduk di posisi ketiga.

Lin Dan ada di bawah pebulu tangkis Denmark Jan O Jorgensen (Denmark) yang ada di posisi kedua dan kompatriot (rekan senegara) Chen Long di posisi teratas. Namun, tak menutup kemungkinan, dia akan mengkudeta keduanya.

Memang, dalam All England Super Series Premier 2015 pekan lalu, lelaki berjuluk Super Dan itu gagal menjadi juara. Langkahnya dihentikan Chen Long di babak semifinal.

Tapi, apa yang sudah dicapainya selama setahun ini cukup mengagumkan. Tahun lalu, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut masih berada di luar 100 besar. Pada April 2014, Lin Dan terpaku di ranking 106.

Ini disebabkan dia lama absen usai meraih emas Olimpiade London pada Agustus 2012. Keping berharga itu kali kedua digapai setelah di kandang sendiri, Beijing, 2008, Lin Dan juga menjadi juara.

Memulainya dari Tiongkok Grand Prix Gold 2014, dia kemudian menjadi juara tunggal putra Asia. Sempat tersendat di Jepang Super Series, Lin Dan kembali juara di Australia Super Series dan Taiwan Grand Prix Gold.

Dia nyaris juara jika tak dihentikan K. Srikanth asal India di kandang sendiri dalam ajang bergengsi Tiongkok Super Series Premier. Donasi dari Tiongkok itulah yang membuat Lin Dan menembus 10 besar.

Kini, Lin Dan pun akan ikut berburu poin sebanyak mungkin. Tujuannya hanya satu, dia ingin meraih emas olimpiade untuk kali ketiga (hat-trick). (*)


Naik-naik ke posisi puncak


20 Maret 2014: Ranking 106

8 Mei 2014: Ranking 58

5 Juni 2014: Ranking 35

10 Juli 2014: Ranking 14

20 November 2014: 7

22 Januari 2015: 6

12 Maret 2015: 3

Gagal, Ranking pun Jeblok

MELOROT:Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan
HASIL All England Super Series Premier 2015 membawa dampak negative bagi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Posisinya turun lima setrip.

Dari ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (12/3), Hendra/Ahsan kini ada di posisi kesembilan. Artinya, ini ranking terburuk keduanya sejak berjaya mulai 2013.

Ya, sebagai juara bertahan, capaian pasangan Pelatnas Cipayung ini termasuk jemblok. Mereka sudah tersingkir di babak kedua All England Super Series Premier 2015.

Mereka dipermalukan pasangan Tiongkok Fu Haifeng/Zhang Nan, yang akhirnya menembus babak final. Juara turnamen berhadiah total USD 500 ribu jatuh ke tangan ganda Denmark Mathoas Boe/Carsten Mogensen.

Sebenarnya, jika mampu mengatasi perlawanan ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, jalan Hendra/Ahsan bakal lapang. Apalagi, saingan terberatnya, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong sudah tersingkir di babak pertama.

Ya, All England Super Series Premier 2015 merupakan penampilan perdana Hendra/Ahsan di ajang internasional. Namun, tak menutup kemungkinan, usai All England, kalender keduanya bakal padat.

Alasannya, Hendra/Ahsan bakal berebut banyak poin untuk mengamankan posisinya merebut tiket ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Mereka diharapkan kembali meneruskan tradisi emas dalam pesta olahraga akbar sedunia itu setelah terputus pada Olimpiade London 2012.

Saat itu, Indonesia gagal total meraih emas. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang digadang-gadang meraih emas terhenti di babak semifinal. Kali terakhir, emas Indonesia disumbangkan dari nomor ganda putra melalui Hendra Setiawan yang pada 2008 masih berpasangan dengan Markis Kido. (*)

Posisi 10 besar ganda putra

1.Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korea Selatan)

2. Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark)

3. Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan)

4. Liu Xialong/Qiu Zihan (Tiongkok)

5. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang)

6. Ko Sung-hyun/Shin Baek-cheol (Korea Selatan)

7. Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok)

8.Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok)

9. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia)

10.Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark)

Budi Santoso Tangani Jaya Raya

KEMBALI KE JAKARTA: Budi Santoso bersama keluarga

BUDI Santoso tak lagi jobless. Dia masuk dalam daftar pelatih klub raksasa, Jaya Raya Jakarta.

''Mulai Maret ini, saya menjadi pelatih Jaya Raya. Namun, saya bukan menangani senior,'' kata Budi.

Di klub ibu kota tersebut, mantan pebulu tangkis nasional tersebut akan memoles kelompok remaja. Khususnya di sektor tunggal putra.

Ya, setelah dilepas Pelatnas Cipayung di akhir Desember, Budi belum ada job. Dia juga tak kembali ke klub terakhirnya, Mutiara Bandung.

Sebenarnya, pemutusan Budi dari Cipayung juga sempat membuatnya kaget. Dia belum lama memoles atlet di kawah candradimuka olahraga tepok bulu tersebut.

Tercatat, skuad Indonesia di Piala Thomas 2002 itu menangani pebulu tangkis muda Indonesia. Bahkan, beberapa kali Budi mendampingi tunggal putra terbaik Indonesia saat ini Tommy Sugiarto di beberapa turnamen. Sebelum keluar, Budi juga memoles sektor tunggal putri.

Di klub barunya, tentu ilmu dan pengalaman Budi diharapkan menular kepada anak asuhnya.Budi merupakan mantan tunggal putra terbaik yang perrnah dimiliki Indonesia. Hanya, di eranya dia masih di bawah Marleve Mainaky dan Hendrawan.

Di saat kedua era rekannya turun, Budi tetap gagal mencuat menjadi nomor satu. Ini dikarenakan pada awal dekade 2000-an muncul si Anak Ajaib Taufik Hidayat. (*)

Tak Berdaya di Tangan Wakil Thailand

TERSINGKIR: Bellaetrix Manuputty

NOMOR tunggal putri semakin terpuruk. Kegagalan selalu mengiringi hasil wakil Indonesia dalam berbagai turnamen yang diikuti.

Kini giliran di Swiss Grand Prix Gold 205. Dua wakil Indonesia, Lindaweni Fanetri dan Bellaetrix Manuputty, sudah tersingkir di babak pertama. Ironisnya, Lindaweni dan Bellaetrix kalah oleh wakil Thailand, sebuah negara yang dulunya selalu dipandang sebelah mata oleh Indonesia, dengan dua game langsung.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Basel Rabu waktu setempat (11/3), Lindaweni menyerah 8-21, 10-21 kepada Busanan Ongbumrungpan. Ini merupakan pertemuan pertama dari kedua pebulu tangkis Asia Tenggara tersebut.

Namun, dari ranking dunia, Lindaweni memang kalah. Dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), dia di posisi 41 sedangkan lawannya 20 di atas.

Sedangkan Bellaetrix tak berdaya dan menyerah 13-21, 17-21 kepada Nichaon Jindapon. Dari rekor pertemuan, Bellaetrix sekali menang dan sekali kalah atas wakil Negeri Gajah Putih, julukan Thailand. Hasil manit itu dipetik dalam pertemuan terakhir di Singapura Super Series 2013.

Pekan lalu, dalam All England Super Series Premier, keduanya sudah tersingkir di babak perdana. Melaju dari kualifikasi, Bellaetrix menyerah kepada Saina Nehwal asal India dan Lindaweni tak berdaya di tangan wakil Thailand lainnya, Porntip Buranaprasertsuk.

Dalam hampir satu dekade, tunggal putri Indonesia memang cukup mengkhawatirkan. Jangankan di level dunia, di kancah Asia Tenggara pun, wakil merah putih tak bisa bicara banyak. (*)

Cari Pelampiasan di Turnamen Grand Prix Gold

DE JAVU: Tontowi/Liliyana saat juara di Swiss Open 2012.

PERJALANAN Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Swiss Grand Prix Gold 2015 belum menemui rintangan berarti.Unggulan teratas nomor ganda campuran itu langsung menang dua game 21-6, 2-16 atas pasangan Kanada Tony Ng/Alex Bruce dalam pertandingan babak perdana St. Jakobshalle,Basel, Rabu waktu setempat (11/3).

Pada babak kedua, pasangan Pelatnas Cipayung tersebut akan dijajal pasangan Inggris Harley Towler/Emily Westwood. Di babak pertama, mereka menundukkan Stilian Makarsi/Celine Tripet (Bulgaris/Swiss) dengan 20-22, 21-12, 21-10. Tontowi/Liliyana belum pernah menghadapi pasangan ranking 77 dunia tersebut.

Penampilan di Swiss Grand Prix Gold ini diharapkan menjadi pelampiasan atas kegagalan di All England Super Series 2015. Pekan lalu, mereka gagal mencetak quat-trick (empat kali beruntun) menjadi juara. Dalam final yang dilaksanakan di Birmingham,Inggris, Minggu (8/3), pasangan nomor empat dunia tersebut dipermalukan oleh unggulan pertama Zhang Nan/Zhaou Yunlei.

Di Swiss, Tontowi/LIliyana pernah menjadi juara pada 2012. Saat itu, di babak final, mereka menundukkan  wakil Thailand Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam. Sayang, pada 2013, mereka gagal mempertahankan gelar karena   hanya sampai babak semifinal usai dijungkalkan Zhang Nan/Tan Jinhua (Tiongkok). Pada 2014, Tontowi/Liliyana absen.

Selain Tontowi/Liliyana, di babak kedua Swiss Grand Prix Gold 2015, Indonesia masih menempatkan Agripinna Prima/Rizki Amelia, Praveen Jordan/Debby Susanto, dan unggulan keempat Riky Widianto/Richi Puspita Dili. Pasangan suami Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock. (*)

Kido/Agripinna Ingin Lebih dari All England

KUALIFIKASI:Markis Kido/Agripinna Prima (foto:bwf)

MARKIS Kido/Agripinna Prima kembali berjuang dari babak kualifikasi. Kali ini, pasangan yang sama-sama pernah ditempa di Pelatnas Cipayung tersebut akan diuji di Swiss Grand Prix Gold 2015.

Itu dikarenakan ranking Kido/Agripinna belum cukup untuk bisa langsung lolos ke babak utama turnamen yang dilaksanakan 10-15 Maret di  St. Jakobshalle, Basel, tersebut. Dari ranking yang ada, mereka masih berkutat di kisaran 200 dunia.

Namun, bukan hal yang mudah bagi Kido/Agripinna menembus babak elite. Pada babak pertama, mereka bakal tak akan mengalami kesulitan untuk menundukkan pasangan gado-gado Indonesia/Prancis Viki Indra Okvana/Florent Riancho.

Meski, secara ranking, Kido/Agripinna kalah. Mereka ada di posisi 269 sedangkan Viki/Florent di tangga ke-134.

Jika menang, pasangan Ronan Geuguin/Nathan Laemmel sudah menunggu di final kualifikasi. Wakil Prancis tersebut langsung lolos karena lawannya Philip Joper Estrada/Ronel Estanislao (Filipina) langsung lolos ke babak utama.

''Kami ingin hasilnya lebih baik dari All England lalu,'' kata Kido kepada smashyes.

Ya, dalam kejuaraan bulu tangkis tertua di dunia itu, langkah Kido/Agripinna terhenti di babak pertama. Melaju dari babak kualifikasi, mereka harus mengakui ketangguhan unggulan kedelapan Liu Xialong/Qiu Zihan dengan 21-16, 21-13.

Kido sendiri mengaku sedikit kecewa dengan hasil tersebut. Alasannya, mereka harusnya bisa melangkah lebih.

Agripinna merupakan pasangan kesekian dari Kido. Dia pernah bersama Hendra Setiawan yang membuat keduanya melambung namanya. Juara dunia 2007 dan emas Olimpiade Beijing 2008 mampu digapai.

Sayang, pada 2011, keduanya berpisah. Setelah itu, kakak dari pebulu tangkis putri Pia Zebadiah, bergandengan dengan Alvent Yulianto. Kolaborasi ini bertahan hingga 2013. Nah, setelah itu, Markus Fernaldi menjadi pasangan terakhir sebelum dengan Agripinna. (*)

Marin Kembali Bikin Cerita

Carolina Marin di atas podium (foto:allengland)

CAROLINA Marin kembali bikin gempar. Gadis Spanyol berusia 22 tahun tersebut mampu menjadi juara tunggal putri All England Super Series Premier 2015.

Dalam final yang dilaksanakan di  Barclaycard Arena, Birmingham, Inggris, pada Minggu waktu setempat (8/3), Marin menundukkan Saina Nehwal dari India dengan rubber game 16-21,21-14, 21-7. Ini membuatnya menjadi perempuan Negeri Matador, julukan Spanyol, yang mampu meraih gelar sejak All England dilaksanakan 1899.

Sebelum pertandingan, Marin memang tak diunggulkan bisa juara. Alasannya, dia tak pernah mengalahkan atas Saina dalam tiga pertemuan.

Bahkan, prediksi itu nyaris menjadi kenyataan. Di game perdana, perempuan asal Kota Huelva itu menyerah 16-21. Namun, di game kedua dan ketiga, Marin mampu membalikkan kedudukan.

Tahun lalu, Marin juga membuat sensasi. Dia sukses membuat sejarah dengan menjadi juara dunia.

Dalam Kejuaraan Dunian yang digeber di Kopenhagen, Denmark, Marin menundukkan Li Xuerui di babak final. Dia menjadi perempuan ketiga Eropa yang menggondol juara dunia setelah Lene Koppen dari Denmark pada 1977 dan Camilla Martin yang juga dari Denmark pada 1999. (*)

Hanya Bisa Samai Joo-bong/Myung-hee

KONTRAS: Tontowi/Liliyana di podium (foto:allengland)

PASANGAN Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir antiklimaks. Imbasnya, mereka harus mengakui ketangguhan lawan beratnya, Zhang Nan/Zhaou Yunlei, dari Tiongkok dengan mudah 21-10, 21-10 dalam pertandingan final All England Super Series Premier 205 yang dilaksanakan di Barclaycard Arena, Birmingham, Inggris, pada Minggu waktu setempat (8/3).

Hasil ini juga membuat Tontowi/Liliyana gagal mencetak rekor empat kali beruntun (quat-trick) menjadi juara di All England. Kekalahan itu juga membuat pasangan merah putih harus menelan kekalahan keenam dalam 11 kali pertemuan.

Sebenarnya, di atas kertas, Tontowi/Liliyana sudah diunggulkan bakal mengulangi capaian 2012, 2013, dan 2014. Alasannya, sehari sebelumnya (7/3), mereka mampu mengalahkan lawan berat lainnya, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen asal Denmark.

Selama ini, mereka memang selalu menggagalkan ambisi Tontowi/Liliyana. Dari tujuh kali pertemuan, pasangan Pelatnas Cipayung itu hanya dua kali menang. Namun, Sabtu lalu, Joachim/Christinna dibuat tak berdaya dan menyerah dua game langsung 17-21, 11-21.

Dengan 'hanya' menjadi juara tiga kali beruntun (hat-trick), membuat pasangan yang sama-sama berasal dari klub Djarum Kudus tersebut gagal mengukir rekor. Artinya, capaian hat-trick itu sama dengan raihan Park Joo-bong/Chung Myung-hee asal Korea Selatan yang meraih gelar nomor ganda campuran pada 1989, 1990, dan 1991.

All England Super Series merupakan turnamen perdana yang diikuti oleh Tontowi/Liliyana pada 2015. Kali terakhir, mereka tampil di ajang Super Series Finals 2014 di Dubai, Uni Emirate Arab, pada Desember lalu. (*)

Hasil final All England 2015

Tunggal putra:Chen Long (Tiongkok x1) v Jan O Jorgensen (Denmark x2) 15-21, 2-17, 21-15

Tunggal putri:Camilla Marin (Spanyol x6) v   Saina Nehwal (India x3) 16-21, 21-14, 21-7

Ganda putra:Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark x2) v Fu Haifeng/Cai Yun (Tiongkok) 21-17, 22-20

Ganda putri: Bao Yixin/Tang Yuanting (Tiongkok x8) v Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x2) 21-14 21-14

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x2) 21-10, 21-10

x=unggulan