WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Juara tanpa Kehilangan Satu Game

SEMPURNA: Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (foto:thestar)

TURNAMEN level challenge memang bukan level bagi Koo KienKeat/Tan Boon Heong. Pasangan Malaysia itu terpaksa harus turun dalam turnamen kasta kelima itu  hanya karena keterpaksaan karena rankingnya yang jeblok.

Saat mendaftar ke Sri Lanka Challenge 2015, posisi Kien Keat/Boon Heong masih berada di pusaran 200-an. Hanya, keberhasilan menembus perempat final Australia Super Series 2015 membuat pasangan yang pernah duduk di posisi teratas tersebut melonjak ke posisi 120 dunia atau naik 108 setrip.

Nah, wajar kalau di Sri Lanka Challenge, pasangan negeri jiran tersebut tak mengalami kesulitan berarti untuk bisa naik ke podium juara. Bahkan, dalam ajang berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Kien Keat/Boon Heong tak kehilangan satu game pun.

Dalam final yang dilaksanakan din Colombo pada Sabtu (6/6/2015), juara All England 2007 itu menundukkan rekannya sendiri Kah Ming Chooi/Yao Han Ow dengan 21-13, 21-10. Sejak dua lalu, Kien Keat/Boon Heong sudah tak lagi bersama.

Kien Keat memutuskan mengundurkan dari dari latihan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia). Dia memilih bergabung dengan klub Thailand.

BAM pun mencarikan pasangan yang baru bagi Boon Heong. Namun, hasilnya belum sesuai harapan.

Maret lalu, Boon Heong pun akhirnya memutuskan langkah mengikuti jejak  Kien Keat. Nah, Australia Super Series 2015 pekan lalu menjadi penanda kembalinya mereka ke ajang internasional. (*)

Langkah Koo Kien Keat/Tan Boon Heong ke tangga juara

Babak I: Arjun MR/Chirag Shetty (India) 21-13, 21-13

Babak II: Adam Cwalina/Przemyslaw Wacha (Polandia x1) 21-8,21-16

Perempat final: Wee Gieen Tan/Ee Yi Teo (Malaysia x8) 21-16, 21-14

Semifinal: Peter Gabriel/Paul Jefferson (Filipina) 21-17,21-11

Final: Kah Ming Chooi/Yao Han Ow (Malaysia) 21-19, 21-17



Distribusi juara

Tunggal putra: B. Sai Pranneth (India x1) v Sameer Verma (India) 21-18, 21-8

Tunggal putri: Supanida Katethong (India x8) v Sabrina Jaquet (Swiss x1) 17-21, 21-11, 12-6 (ret)

Ganda putra: Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia) v Kah Ming Chooi/Yao Han Ow (Malaysia) 21-19, 21-17

Ganda putri: Chaladchalam Chayanit/Phataimas Muenwong (Thailand x3) v Pradnya Gadre/N. Sikki Reddy (India x2) 21-17, 14-21, 21-14

Ganda campuran: Arun Vishnu/Aparna Balan (India x2) v Robin Midleton/Leanne Choo (Australia x1)  15-21, 21-17, 21-13

x-=unggulan

Menanti Rachanok Meraih Gelar Turnamen

Ratchanok Intanon tembus final (foto:xinhua)

RATCHANOK Intanon boleh punya status juara dunia 2013. Itu ditambah dengan podium terhormat Kejuaraan Asia 2015.

Namun, selama dua tahun terakhir, gadis 20 tahun tersebut belum pernah menjadi pemenang di ajang turnamen. Beberapa kesempatan juara yang sudah ada di depan mata pun lenyap.

Ya, Ratchanok pernah menembus Korea Super Series 2014, Indonesia Super Series Premier  2014, dan India Super Series 2015. Namun, semuanya berujung dengan kegagalan.

Kini, jalan menjadi juara pun terbuka. Syaratnya, perempuan asal Thailand itu mampu mengalahkan Yui Hashimoto (Jepang) dalam final tunggal putri Indonesia Super Series 2015 di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu waktu setempat (7/6/2015).

Itu setelah di babak semifinal yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, waktu setempat (6/6/2015), dia mampu menundukkan Wang Shixian (Tiongkok) dengan straight game 21-19, 21-13. Sementara, Hashimoto menjungkalkan unggulan kedelapan yang juga berasal Tiongkok Wang Yihan dengan tiga game 21-17, 9-21, 21-17.

Dari rekor pertemuan, Ratchanok menang dua kali dalam tiga kali pertemuan yakni di Swiss Grand Prix Gold 2013 dan Hongkong Super Series 2014.  Namun, dalam pertemuan terakhir di Australia Super Series 2013 yang dilaksanakan pekan lalu, gadis 20 tahun itu menyerah.   Penampilan Racthanok masih sering labil. Cedera yang sering membekap menjadi alasan Ratchanok belum bersinar dalam semua turnamen yang diikuti. (*)

Ayo Greysia/Nitya, Pasti Bisa

LAWAN: Tang Jinhua/Tian Qing bakal dihadapi di final

ASA juara masih terjaga di Indonesia Super Series Premier 2015. Itu setelah pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda mampu menembus babak final nomor ganda putri.

Dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Sabtu WIB (6/6/2015), pasangan Pelatnas Cipayung tersebut menundukkan wakil Tiongkok Yua Yang/Zhong Qianxin dengan rubber game 20-22, 21-13,21-14. Kemenangan ini membuat Greysia/Nitya, yang diunggulkan di posisi keenam, akan berhadapan dengan pasangan Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, lainnya, Tang Jinhua/Tian Qing.  Di semifinal, unggulan kedelapan tersebut menundukkan kompatriot (rekan satu negara) Ma Jin/Tang Yuanting dengan dua game langsung 21-10, 21-14.

Ini menjadi pertemuan kedua pasangan dalam dua pekan. Di Australia Super Series Premier 2015, Greysia/Nitya menyerah straight game 18-21, 16-21. Namun, kemungkinan pasangan merah putih tersebut menjadi juara tetap terbuka.

Dukungan publik dan penampilan Greysia/Nitya yang tengah on fire menjadi senjata bagi mereka untuk mengakhiri paceklik gelar nomor ganda putri selama enam tahun. Kali terakhir, pasangan Indonesia yang naik ke podium terhormat adalah pasangan  Vita Marissa/Liliyana Natsir.Dalam final yang digeber 22 Juni 2008, mereka menang dua game langsung 21-15, 21-14 atas pasangan Jepang Miyuki Maeda/Satoko Suetsuna.

Sayang, langkah Greysia/Nitya tak diikuti oleh dua rekannya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di ganda putra dan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Hendra/Ahsan, yang diunggulkan di posisi ketiga, takluk 20-22, 21-18, 15-21 kepada Zhang Nan/Fu Haifeng, unggulan kedelapan asal Tiongkok. Pil pahit ini merupakan kekalahan ketiga secara beruntun bagi Hendra/Ahsan.Dua kekalahan sebelumnya dialami di All England Super Series Premier 2015 dan Singapura Super Series 2015.

Sedangkan Tontowi/Liliyana menyerah 21-16, 15-21, 18-21 kepada musuh beratnya asal Tiongkok Zhang Nan/Zhou Yunlei. Hasil tersebut membuat pasangan Indonesia itu tak pernah dalam lima kali perjumpaan terakhir yakni di Asian Games 2014, All England Super Series Premier 2015, Malaysia Super Series Premier 2015, dan Singapura Super Series 2015.(*)

Agenda final Indonesia Super Series Premier 2015

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok)

Tunggal putri: Yui Hashimoto (Jepang) v Ratchanok Intanon (Thailand x6)

Tunggal putra: Kento Momota (Jepang x8)  Jan O Jorgensen (Denmark x3)

Ganda putra: Greysia Polii/Nitya Krishinda (Indonesia) v Tan Jinhua/Tian Qing (Tiongkok x8)

Ganda putra: Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korea Selatan) v Zhang Nan/Fu Haifeng (Tiongkok x8)

x=unggulan

Jangan Sampai Hat-trick Kalah

BAHAYA: Zhang Nan/Fu Haifeng (foto:xinhua)

MENELAN dua kekalahan beruntun tentu menjadi sesuatu yang tak mengenakan. Itu yang dirasakan oleh pasangan ganda putra terbaik Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Mereka harus menyerah kepada Zhang Nan/Fu Haifeng dari Tiongkok di All England Super Series 2015 dan Singapura Super Series 2015. Di babak kedua All England (5/3/2015) , Hendra/Ahsan takluk 16-21, 21-9, 18-21 dan di semifinal Singapura, juara dunia 2013 itu menyerah 21-18, 8-21, 17-21.

Kini, Hendra/Ahsan bersua dengan  ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, itu bersua kembali dengan Zhang Nan/Fu Haifeng di semifinal Indonesia Super Series Premier 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (6/5/2015). Tentu, pasangan didikan Pelatnas Cipayung tersebut pantang kalah tiga kali beruntun (hat-trick).
Selain kalah di All England Super Series Premier 2015  dan Singapura Super Series 2015, Hendra/Ahsan juga tumbang di perempat final Denmark Super Series Premier 2014.

Tapi, bukan berarti, pasangan andalan merah putih itu belum pernah menang. Nan/Haifeng dua kali digebuk Hendra/Ahsan di All England Super Series Premier 2014 dan Hongkong Super Series 2014.

Pertemuan di semifinal terjadi usai Hendra/Ahsan menang atas Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa 21-16, 21-16. Sedangkan Nan/Haifeng tak perlu memeras keringat karena lawannya yang juga andalannya, Mathias Boe/Carsten Mogensen, memilih mundur. (*)

Sudah Cukup Sampai Perempat Final

STOP: Anthony Ginting gagal menembus semifinal

PERJALANAN Jonatan Christie dan Antony Sinisuka Ginting terhenti. Jejak keduanya hanya sampai babak perempat final Indonesia Super Series Premier 2015.

Kedua pebulu tangkis muda harapan tuan rumah di masa depan tersebut menyerah kepada lawan-lawannya dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Jumat waktu setempat (5/6/2015). Jonatan, yang babak sebelumnya mempermalukan pebulu tangkis senior Lee Hyun-il asal Korea Selatan, menyerah dua game langsung 21-13, 21-15 kepada sang juara bertahan Jan O Jorgensen dari Denmark.

Secara ranking, Jonatan memang kalah jauh. Dari ranking terakhir, dia ada di posisi 53 sementara lawannya 51 setrip di atasnya.

Sementara, Anthony, yang di babak kedua, menjungkalkan unggulan keempat Kidambi Srikanth, kalah rubber game 21-13, 16-21, 15-21 kepada Kento Momota, unggulan kedelapan asal Jepang. Sama halnya dengan Jonatan, Anthony juga belum pernah bersua dengan tunggal putra terbaik Jepang saat ini tersebut.

Meski kalah, namun perjuangan Jonatan dan Anthony layak dapat apresiasi. Mereka tampil dalam turnamen berhadiah total USD 800 ribu tersebut dari babak kualifikasi.

Kekalaha kedua juga membuat tuan rumah tiga tahun kering juara. Kali terakhir, wakil merah putih yang naik ke podium juara adalah Simon Santoso pada 2012. (*)

Retas Jalan Akhiri Paceklik 14 Tahun

YESS: Maria Febe Kusumastuti
14 tahun bukan sebuah penantian yang pendek. Dalam rentang waktu itu pula, belum ada wakil merah putih yang mampu menjadi juara tunggal putra Indonesia Open.

Kali terakhir, srikandi Indonesia yang naik ke podium terhormat adalah Ellen Angelina pada 2001.Saa itu, di babak final, dia mengalahkan Wan Chen dari Tiongkok dengan 7-5, 7-3, 5-7, 7-4 (saat itu pertandingan masih memakai game 7 dengan tiga set kemenangan).

Sayang, setelah itu, wakil tuan rumah selalu menjadi penonton. Tahun ini pun, tampaknya kemarau prestasi di tungal putra coba dihentikan.

Asa tersebut terbuka usai lolosnya dua wakil Indonesia, Lindaweni Fanetri dan Maria Febe Kusumastuti, ke babak perempat final Indonesia Super Series Premier. Keduanya mampu mempecundangi lawan-lawannya di babak kedua di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis WIB (4/6/2015).

Febe, sapaan karib Maria Febe, menundukkan wakil Hongkong Yip Pui Yin dengan straigh game 21-17, 21-4. Kemenangan dua game juga diukir Lindaweni yang menjungkalkan unggulan keempat Tai Tzu Ying (Taiwan)21-18, 22-20. Hanya, untuk bisa menembus semifinal butuh perjuangan ekstrakeras.

Febe akan menjajal sang pembunuh raksasa asal Jepang Yui Hashimoto yang di babak kedua menundukkan rekan senegaranya, Minatsu Mitani, 11-21, 21-19, 21-8. Di babak pertama, Hashimoto melibas juara dunia 2014 sekaligus unggulan ketiga Carolina Marin dari Spanyol dengan 10-21, 21-15, 21-17.

Dua tahun lalu di ajang yang sama, Indonesia Open, Febe kalah oleh Hashimoto dengan dua game langsung 19-21, 15-21. Namun, dari peringkat dunia, Febe masih lebih baik.

Pebulu tangkis didikan Djarum Kudus tersebut ada di posisi 27. Sedangkan Hashimoto posisi delapan setrip di bawahnya.

Sementara, Lindaweni di babak perempat final berjumpa musuh lamanya, Ratchanok Intanon, yang di babak kedua melibas kompatriot (rekan senegara)  Busanan Ongbumrungpan dengan 21-16, 21-19. Dalam tiga kali pertemuan, Lindaweni tak pernah menang yakni di Vietnam Challenge 2009, Hongkong Super Series 2010, dan Singapura Super Series 2015. (*)

Tommy Gagal Ulangi Kejutan

PENGGANJAL: Jan O Jorgensen (foto:yonex)
KEJUTAN Tommy Sugiarto gagal berlanjut. Langkahnya di Indonesia Super Series Premier 2015 akhirnya harus terhenti di babak kedua.

Dia dipaksa harus mengakui ketangguhan pebulu tangkis Jerman Marc Zwiebler dengan rubber game 21-16, 20-22, 19-21 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis siang WIB (4/6/2015). Ini menjadi kekalahan keempat Tommy atas mantan juara Eropa tersebut. Selain itu, pil pahit yang ditelan mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut mengulangi hasil di Indonesia Open 2013. Saat itu, Tommy menyerah di babak semifinal kepada Zwiebler dengan dua game langsung 17-21, 10-21.

Sebenarnya, putra salah satu legenda bulu tangkis dunia, Icuk Sugiarto, tersebut sempat memberikan harapan juara. Di babak pertama Indonesia Super Series Premier 2015, Tommy mempermalukan unggulan kedua asal Tiongkok Lin Dan.

Dengan tumbangnya Tommy, kini di nomor tunggal putra, tuan rumah harus bertumpu kepada dua pebulu tangkis muda Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Di babak kedua, Anthony memulangkan unggulan keempat asal India Kidambi Srikanth dengan tiga game 14-21, 22-20, 21-14. Di babak perempat final yang dilaksanakan Jumat WIB, Anthony, yang tampil dari babak kualifikasi, akan menjajal ungggulan kedelapan asal Jepang Kento Momota, yang di babak kedua menang mudah 21-15, 21-17 atas Hu Yun (Hongkong).Di atas kertas, Anthony bakal dengan mudah dilumat lawan.

Dari ranking dunia, Momota ada di posisi kesembilan. Sedangkan Anthony masih terdampar di ranking 166.

Sementara itu, Jonatan, yang juga memulai langkahnya dari babak kualifikasi, menundukkan pebulu tangkis senior Korea Selatan Lee Hyun-il dengan straight game 21-17, 21-19. Untuk bisa menembus babak semifinal, bukan hal yang mudah bagi lelaki 17 tahun tersebut.

Jonatan akan menantang unggulan ketiga asal Denmark Jan O Jorgensen. Di babak kedua, juara bertahan tersebut melumpuhkan andalan Indonesia lainnya, Dionysius Hayom Rumbaka, 21-12, 14-21, 21-14.

Jonatan belum pernah bertemu dengan Jorgensen. Namun, dengan ranking 53 atau 50 setrip di bawah lawannya, susah baginya menembus empat besar.

Setelah Simon Santoso pada 2012, belum ada pebulu tangkis merah putih yang menjadi juara tunggal putra. Bahkan, tahun lalu, Indonesia gagal total dalam ajang paling bergengsi di tanah air tersebut. (*)

Dua Pekan Kalahkan Dua Juara Dunia

PENUMBANG: Yui Hashimoto (livewithsports)

NAMA Yui Hashimito tak begitu populer di kancah bulu tangkis. Ini dikarenakan capaiannya tak ada yang menonjol.

Saat ini, rankingnya pun masih berada di luar 10 besar. Dari rilis terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Hashimoto berada di ranking 30.

Namun, dalam dua pekan ini, perempuan 25 tahun tersebut menjadi perbincangan. Hashimoto mampu menumbangkan dua juara dunia edisi 2013 Ratchanok Intanon dari Thailand dan edisi 2014 Carolina Marin dari Spanyol.

Ratchanok dipermalukannya di babak pertama Australia Open. Di Sydney 27 Mei 2015, Hashimoto menang 21-15, 21-18. Sayang, dalam turnamen berhadiah total USD 750 ribu tersebut, langkahnya dihentikan Michelle Li dari Kanada dengan 11-21, 21-11, 7-21.

Kemenangan di Negeri Kanguru, julukan Australia, itu menjadi kemenangan perdana baginya atas Ratchanok. Dalam dua pertemuan sebelumnya, di Swiss Open 2013 dan Hongkong Open 2014, Hashimoto selalu kalah.

Nah, sedangkan Marin dilibasnya di babak pertama Indonesia Super Series Premier 2015. Dalam pertandingan di Istora Senayan, Jakarta, Rabu WIB (3/6/2015), Hashimoto menang rubber game 10-21, 21-15, 21-17. Ini juga menjadi hasil positif pertama baginya usai dua kali kalah di Kanada Open 2013 dan Australia Open 2014.

Di babak kedua Indonesia Super Series Premier 2015, Hashimoto berjumpa dengan rekan senegaranya, Minatsu Mitani, yang di babak pertama unggul 21-18, 21-15 atas wakil tuan rumah Adrianti Firdasari. Dari rekor pertemuan, dia belum pernah menang dalam empat kali yakni Swedia International 2011, Banuinvet International  2011,Kroasia Internasional 2011, dan Jerman Open 2015. (*)

Tommy Bikin Lin Dan Gagal Lagi


SANDUNGAN kembali menghadang Lin Dan. Dia harus melupakan ambisi menjadi juara Indonesia Open, salah satu turnamen yang belum pernah diraih sepanjang karirnya.

Lelaki Tiongkok 32 tahun tersebut harus menyerah kepada wakil tuan rumah Tommy Sugiarto dengan rubber game 19-21, 21-8, 21-16 pada  babak pertama Indonesia Super Series Premier 2015 di Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu siang (3/6/2015). Ini menjadi kemenangan kedua putra salah satu legenda bulu tangkis dunia, Icuk Sugiarto, tersebut selama 2015.

KEJUTAN: Lin Dan menyalami Tommy Sugiarto
Kemenangan pertama diraihnya di India Super Series. Namun, sepekan kemudian, Tommy menyerah di Malaysia Super Series Premier karena mengalami cedera saat game pertama baru dimulai.

Hasil di India itu juga membuat Tommy mampu memecahkan kebuntuan jika berhadapan dengan Super Dan, julukan Lin Dan.  Sebelumnya, dia selalu kalah dalam tiga kali perjumpaan yakni di Jerman Open 2007, KoreanOpen 2011, dan Jerman Open 2012.

Sebenarnya, di India Super Series 2015, Tommy juga tak diprediksi bisa mengatasi Lin Dan. Selain dari ranking, penampilan terakhir keduanya lebih memihak lelaki asal Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, itu.

Dari situs BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir, Tommy sebelas setrip di bawah Lin Dan yang kini bertengger di posisi kedua. Hanya, dalam event terakhir, Australia Super Series 2015, capaian keduanya sama.

Di ajang berhadiah total USD 750 ribu itu, Tommy langsung tersingkir di babak pertama. Dia dipermalukan pebulu tangkis Prancis Brice Leverdez 21-7, 18-21, 14-21. Sedangkan  Lin Dan, yang diunggulkan di posisi kedua, kalah 21-19, 12-21,15-21 kepada Viktor Axelsen (Denmark). (*)

Bikin Juara Australia Super Series Langsung Pulang

REVANS: Tontowi/Liliyana balas kekalahan (foto:djarum)

SEMIFINAL Australia Super Series 2015 menyesakan bagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Ambisi menembus final untuk mengejar juara kandas.

Ironisnya, dalam laga 30 Mei di Sydney itu, pasangan ganda campuran nomor satu merah putih tersebut disingkirkan oleh Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah dari Hongkong dengan rubber game 8-21, 21-9, 15-21. Padahal, dalam tiga kali pertemuan sebelumnya, Tontowi/Liliyana, yang diunggulkan di posisi kedua dalam Australia Super Series 2015, selalu memetik kemenangan yakni di Kejuaraan Dunia 2013, Singapura Super Series 2015, dan Kejuaraan Asia 2015.

Kemenangan atas Tontowi/Liliyana pun melapangkan jalan Chun Hei/Hoi Wah menjadi juara. Di final yang diselenggarakan esok harinya, ganda nomor 13 dunia tersebut menunjulkan unggulan keempat Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok) 21-19, 19-21, 21-15.

Kemenangan ini sempat membuat PP PBSI waswas. Ini disebabkan Tontowi/Liliyana bertemu kembali dengan Chun Hei/Hoi Wah dalam Indonesia Super Series Premier 2015. Bahkan, keduanya langsung bertemu di babak pertama.

Namun, semuanya terbantahkan. Tontowi/Liliyana tampil gemilang dalam debutnya pada turnamen berhadiah total USD 800 ribu tersebut. Mereka menang straight game 26-24, 21-14 sekaligus sukses melakukan revans.

Di babak kedua, juara dunia 2013 itu ditantang Kenichi Hayakawa/Misaki Matsutomo.Di babak pertama, ganda Jepang ini melibas wakil Indonesia Ronald Alexander/Melati Daeva dengan 21-18, 17-21, 21-10.

Dalam empat kali pertemuan, Tontowi/Liliyana selalu menang yakni di Korea Open 2013, Kejuaraan Dunia 2013, Malaysia Open 2014, dan Singapura Open 2014.  Indonesia Open merupakan turnamen yang belum pernah dijuarai oleh Tontowi/Liliyana. (*)

Rasakan Babak Utama Ajang Super Series Premier

KUALIFIKASI:Jonatan Christie dua kali memetik kemenangan

BABAK utama Indonesia Open akhirnya bisa dirasakan Jonatan Christie. Itu setelah dia mampu memetik dua kemenangan dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, Selasa WIB (2/6/2015).

Di laga perdana kualifikasi, Jonatan mampu menundukkan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung Firman Abdul Kholik dalam pertarungan ketat selama 1 jam 15 menit dengan skor 21-16, 19-21, 24-22. Ini membuat skor kedua pebulu tangkis masa depan Indonesia tersebut menjadi imbang 1-1.

Firman mampu mengalahkan Jonatan di Indonesia Grand Prix Gold 2014 di Palembang, Sumatera Selatan.  Dalam pertandingan 10 September 2014 itu, lelaki didikan Pelatnas Cipayung itu unggul 17-21, 21-18, 21-18.

Usai menundukkan rekan berlatihnya, di babak kedua, kualifikasi, Jonatan mempecundangi unggulan pertama Boonsak Ponsana dari Thailand dengan straight game 22-20, 21-17. Hasil ini membuat dia menembus babak elite.

Di babak utama, Jonatan langsung bertemu dengan unggulan ketujuh asal Taiwan Chou Tien Chen. Dari segi ranking, tunggal putra Indonesia di Piala Sudirman 2015 kalah jauh.  Saat ini, Jonatan ada di posisi 53, sedangkan lawannya di posisi keenam.

Selain Jonatan, di babak utama tunggal putra Indonesia Super Series 2015, tuan rumah juga diwakili Dionysius Hayom Rumbaka, Tommy Sugiarto, dan Anthony Sinisuka Ginting. (*)

Mantan Nomor Satu Dunia Tampil di Turnamen Challenge


KEMBALINYA Koo Kien Keat/Tan Boon Heong di pentas bulu tangkis dunia tak main-main. Buktinya, pasangan ganda putra nomor satu Malaysia tersebut telah mengagendakan tampil dalam berbagai turnamen.

Tujuannya untuk kembali mendongkrak rankingnya.Saat ini, Kiet Keat/Tan Boon Heong terdampar di posisi 212. Padahal, pasangan negeri jiran ini pernah duduk di posisi pertama yakni pada 11 April 2010.

Pekan lalu, mereka tampil di turnamen super series, Australia Open. Melalui babak kualifikasi, Kien Keat./Boon Heong mampu menembus babak utama. Sayang, dalam turnamen berhadiah total USD 750 ribu tersebut, langkah mereka dihentikan pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan 11-21, 19-21.

Dengan ranking yang jeblok tersebut, Kien Keat/Boon Heong pun gagal berlaga di Indonesia Super Series Premier 2015. Meski pun itu harus dari kualifikasi.

Nah, untuk itu, pasangan yang sama-sama pernah ditempa di pusat latihan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) pun berburu poin di turnamen yang lebih rendah. Nah, Sri Lanka Challenge 2015 menjadi bidikan karena diselanggarakan bersamaan dengan Indonesia Super Series Premier.

Di turnamen yang dilaksanakan Kolombo pada 2-6 Juni itu, Kien Keat/Boon Heong langsung tampil di babak utama. Dalam pertandingan pertama, mereka bersua dengan pasangan yang lolos dari babak kualifikasi.

Jika menang, besar kemungkinan, pasangan juara All England 2007 tersebut menantang unggulan teratas Adam Cwalina/Przemyslaw Wacha dari Polandia.Di atas kertas, Kien Keat/Boon Heong dalam posisi underdog.

Mereka ada di posisi 212. Sementara, Cwalina/Wacha posisi 191 lebih bagus. (*)

Kali Pertama Diofisiali sang Bapak

PATUH: Sony bersama Sumadji.

Sony Dwi Kuncoro tengah berjuang untuk bisa bangkit kembali. Gelar Piala Wali Kota Surabaya 2015 merupakan yang pertama diraihnya tahun ini. Tapi, ada yang berbeda saat Sony tampil dan mampu menjadi juara.
---
SEORANG  lelaki duduk di belakang Sony Dwi Kuncoro. Dia pun selalu memberikan arahan kepada mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut.

Sony pun  patuh dengan instruksi yang diberikan. Saat interval game pun, peraih medali perunggu tunggal putra Olimpiade Athena 2004 itu pun serius mendengarkannya.

Ya, lelaki itu adalah Sumadji. Dia adalah ayah dari Sony.

Dengan status yang bukan lagi sebagai penghuni Pelatnas Cipayung, Sony memang sudah tak punya pelatih, baik dalam latihan maupun pertandingan. Apalagi, dia juga bukan lagi sebagai atlet PB Suryanaga setelah pindah ke Tjakrindo Masters pada 2015.

''Diofisiali Bapak yang baru ini di Piala Wali Kota Surabaya. Baru pertama juga,'' kata Sony.

Dia mengakui ditunggui ayahnya tersebut menambah semangatnya di lapangan. Meski, untuk strategi di lapangan, semuanya dikembangkan sendiri oleh lelaki yang sudah hampir 14 tahun tinggal di Pelatnas Cipayung tersebut.

Dengan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki Sony, dia nyaris tak pernah mengalami kesulitan. Di babak pertama, runner-up Kejuaraan Dunia 2007 itu memperoleh bye.

Kemudian, di babak kedua, Sony menundukkan Indra Setiawan (Pertamina) 21-17, 21-9.Tiket perempat final digapai usai menundukkan Lin Mingjie dari Tiongkok 21-8, 21-16.

Peraih emas SEA Games 2003 dan 2005 itu pun memperoleh tiket ke semifinal dengan cuma-cuma alias gratis. Calon lawannya, Moch Revindra (Djarum), memilih meninggalkan turnamen untuk bisa tampil di manca.

Sedangkan di semifinal, pebulu tangkis gaek Jeffer Rosobin (Rosobin Academy) dilibasnya 21-12, 21-10 . Sebelum akhirnya menuntaskan turnamen dengan juara usai melibas mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Shesar Hiren Rustavito, 21-15, 21-13 pada Minggu malam (31/5/2015)

Usai juara Piala Wali Kota Surabaya 2015, Senin pagi (1/6/2015), Sony pun terbang ke Jakarta untuk mengikuti Indonesia Super Series Premier yang mulai digulirkan 2 Juni. Dalam turnamen berhadiah total USD 800 ribu tersebut, bapak dua putri itu harus melalui dari babak kualifikasi karena rankingnya yang masih jeblok, 113.

Di babak pertama, Sony berjumpa dengan Sattawat Pongairat dari Amerika Serikat.Dari sisi ranking, dia kalah karena lawannya ada di posisi 62.

Apakah sang ayah juga mendampingi guna memberikan tambahan semangat di Jakarta. ''Saya sendiri,'' pungkasnya. (*)






Ogah Naik Level karena Tak Mau Matikan Pembinaan

PENUH:Penonton yang memadati GOR Sudirman saat final.

PIALA Wali Kota Surabaya sudah memasuki edisi ke-17. Turnamen tahunan tersebut pun menjadin agenda tetap beberapa negara untuk menempa kemampuan pebulu tangkis mudanya.

Nama-nama seperti Kenichi Tago (Jepang) dan  Lee Dong-keun (Korea Selatan) di sektor putra maupun PV Sindhu (India) di sektor putri pernah merasakan kerasnya menjadi juara Piala Wali Kota Surabaya. Tahun lalu, di sektor tunggal putri hadir Aya Ohori. Pebulu tangkis Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, ini merupakan juara junior Asia edisi 2013.

Pada 2015, gengsinya tetap terjaga. Dalam ajang yang dilaksanakan di GOR Sudirman dan GOR Amerta itu, hadir peraih medali perunggu tunggal putra Olimpiade Athena 2004 dan juara Asia tiga kali Sony Dwi Kuncoro. Di ganda putra juga hadir pasangan yang kini menempati peringkat 40 dunia Adrian Liu/Derrick Ng dari Kanada.

Selain itu, Piala Wali Kota Surabaya 2015 ini juga diikuti oleh 1.300-an peserta. Hadiah total pun lumayan besar, Rp 250 juta.

Sayang, ajang yang sudah go international ini belum siap masuk kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Salah satu slot yang bisa dimasuki adalah ajang international series atau strata terbawah dalam kompetisi BWF.

''Sebenarnya bisa. Meski di ajang yang sama, Indonesia sudah ada USM yang masuk international series,'' kata Ketua Umum Pengprov PBSI Jawa Timur Wijanarko Adi Mulya.

Hanya, ada pertimbangan lagi pihaknya tak ngotot menaikkan level Piala Wali Kota Surabaya. Apa itu?

''Kalau masuk BWF yang dipertandingkan hanya kelompok dewasa. Yang U-19 ke bawah tidak ada, kan rugi dalam sistem pembinaan,'' ujar Wijar, sapaan karib Wijanarko.

Ya, saat ini di Indonesia, level turnamen BWF sudah lengkap.  Ada USM di international series, kemudian Indonesia Challenge yang tahun ini di Surabaya. Kemudian ada Indonesia Grand Prix Gold yang juga di Malang, Jawa Timur, untuk pelaksaan 2015. Satu lagi adalah Indonesia Open Super Series Premier yang tahun ini digelar di Jakarta 2-7 Juni mendatang. (*)

Usai Juara, Langsung Ketemu Tontowi/Liliyana


AUSTRALIA Superb Series 2015 menjadi milik Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah. Pasangan Hongkong ini mampu menjadi juara turnamen berhadiah total USD 750 ribu tersebut.

Dalam final yang dilaksanakan di Sydney pada Minggu waktu setempat, Chun Hei/Hoi Wah  menundukkan Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok ) dengan 21-19, 19-21, 21-15. Di ajang super series, ini merupakan gelar perdana bagi pasangan peringkat 13 dunia tersebut.

Hanya, tahun lalu, mereka sempat menarik perhatian. Dalam Kejuaraan Asia, Chun Hei/Hoi menjadi juara Asia di Taiwan. Di laga terakhir, mereka mampu menundukkan Shin Baek-choel/Jang Ye-na dari Korea Selatan dengan 13-21, 21-15, 21-15. Namun, tahun ini, gelar tersebut lepas. Meski sempat lolos ke final, tapi keduanya dipaksa harus mengakui ketangguhan pasangan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan straight game 16-21, 15-21.

Namun, kekalahann yang terjadi pada 26 April lalu di Tiongkok tersebut dibalasnya dengan tuntas di Negeri Kanguru, julukan Australia. Di babak semifinal, juara dunia 2013 tersebut dipermalukannya dengan 21-8, 9-21, 21-15.

Nah, Chun Hei/Hoi Wah pun akan kembali bertemu dengan Tontowi/Liliyana di Indonesia Super Series Premier di Jakarta. Ajang tersebut bisa menjadi pembuktian, jika mampu menang lagi, hasil di Australia bukan sebuah kebetulan semata. (*)

Mata Elang Menangkan Chen Long

PODIUM: Chen Long (kanan) dan Viktor (channelnewsasia)


GELAR juara tunggal putra Australia Super Series 2015 bukan menjadi milik Viktor Axelsen. Di final yang dilaksanakan di Sydney pada Minggu waktu setempat (31/5/2015), pebulu tangkis Denmark tersebut kalah rubber game 12-21, 21-14, 18-21 kepada unggulan teratas Chen Long (Tiongkok).

Meski gagal juara, tapi Viktor mampu membuat lawannya kerepotan. Sempat kesulitan di game pertama, dia bangkit di game kedua.

Bahkan, di game ketiga, Viktor sempat bangkit dan hampir menang. Saat kedudukan 18-20, wasit sempat menyatakan shuttlecock keluar dan skor berubah 19-20.

Namun, Chen Long tak puas. Dia pu n mengangkat tangan untuk melihat posisi shutlecock melalui teknologi mata elang (hawk eyes).  Ternyata, terlihat shuttlecock masuk dan Chen Long pun dinyatakan menang.

Kekalahan ini membuat Viktor tak pernah menang atas lelaki Negeri Panda, julukan Tiongkok, itu dalam empat kali pertemuan. Tiga pil pahit sebelumnya ditelan di Tiongkok Masters 2012, All England 2014, dan Denmark Open 2014.

Selain itu, hasil di Australia ini membuat Viktor mengulangi kegagalan di turnamen super series lainnya, India Open. Dalam babak pemungkas yang dilaksanakan 29 Maret 2015, dia menyerah kepada andalan tuan rumah K. Srikanth dengan 21-18, 13-21, 12-21.

Namun, di Negeri Kanguru, julukan Australia, Viktor mampu menyedot perhatian. Dia bisa mengalahkan tunggal putra terbaik abad ini, Lin Dan asal Tiongkok, di babak pertama dan unggulan ketiga yang juga rekan senegaranya, Jan O Jorgensen, di semifinal. (*)

Distribusi juara Australia Super Series 2015
Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x1) v Viktor Axelsen (Denmark) 21-12, 14-21, 21-18

Tunggal putri: Carolina Marin (Spanyol x3)  Wang Shixian (Tiongkok x5) 22-20, 21-18

Ganda putra: Lee Yon-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Liu Cheng/Lu Kai (Tiongkok) 21-16, 21-17

Ganda putri: Ma Jin/Tang Yuanting (Tiongkok x5) v Tang Jinhua/Tian Qing (Tiongkok x6) 21-19, 16-21, 22-20

Ganda campuran:Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah (Hongkong) v Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok x4) 21-19, 19-21, 21-15

x=unggulan

Para Bintang Ikut Turun, Tanding hingga Dini Hari


Bobby Ertanto dan Trikus menunggu kesempatan main

Di Piala Wali Kota Surabaya 2015 bukan hanya mempertandingkan pebulu tangkis usia muda. Ajang bagi senior pun ada dan tak kalah seru.
---
BEBERAPA mantan pebulu tangkis nasional hadir di GOR Sudirman, Surabaya, di sela-sela Piala Wali Kota 2015. Mereka pun pernah menjadi andalan Indonesia di ajang internasional dan mengharumkan nama merah putih.

Ada Bobby Ertanto, Tri Kusharjanto, maupun Flandy Limpele. Ketiganya merupakan spesialis ganda.

Bobby merupakan pilar Indonesia saat berjaya di era 1980-an dengan merebut Piala Thomas. Sedangkan Trikus, panggilan karib Tri Kusharjanto, menjadi bagian dari tim ketika Indonesia meraih Piala Thomas 2002 atau saat terakhir Indonesia mengangkat trofi lambang supremasi beregu putra dunia itu. Dia juga merah perak nomor beregu campuran di Olympiade Sydney 2000.

Sementara Flandy merupakan perunggu bagi Indonesia di nomor ganda putra di Olimpiade Athena 2004 berpasangan dengan Eng Hian.

Apakah mereka sedang reuni? Bukan. Menjadi pelatih? juga bukan.

Ketiganya sedang bertanding di ajang Piala Wali Kota Surabaya. Hanya, mereka bukan di kelompok dewasa tapi di senior atau lebih beken veteran.

Ya, di Piala Wali Kota Surabaya 2015 memang ada nomor khusus bagi senior. Hanya, itu diperuntukkan nomor ganda dengan dua kategori di kelompok umur  85 dan  95.

''Tidak semua kejuaraan mempertandingkan kelompok senior,'' kata M. Nasution, refree Piala Wali Kota Surabaya 2015.

Jam pertandingannya, lanjutnya, dilaksanakan usai nomor dewasa. Tak heran jika pada hari pertama kelompok senior digelar hingga pukul 01.30 WIB atau Jumat dini hari.

Selain diikuti para pahlawan bulu tangkis Indonesia, beberapa jagoan bulu tepok dari luar kota pun ikut hadir. Selain dari Jakarta, atlet dari Garut hingga Solo pun ikut mengadu kemampuan.

''Hadiah juga lumayan besar, Rp 48 juta untuk dua kelompok,'' ungkap Wijanarko Adi Mulya, salah satu peserta U95 yang juga ketua pengprov PBSI Jatim. (*)

Duel Sesama Mantan Penghuni Cipayung

Sony menyalam iJeffer 

SONY Dwi Kuncoro tak mengalami kesulitan berarti menembus final Piala Wali Kota 2015. Dia hanya butuh waktu 35 menit untuk mengalahkan seniornya, Jeffer Rosobin, dengan dua game langsung 21-12, 21-10 dalam pertandingan semifinal tunggak putra di GOR Sudirman, Surabaya, pada Sabtu sore WIB (30/5/2015).

Dalam kejuaraan yang menyediakan hadiah total Rp 250 juta tersebut, Sony memang diunggulkan di posisi teratas. Ranking dunia yang dimilikinya, 113, masih paling bagus dibandingkan para peserta lainnya.

Saat lolos ke semifinal, Sony pun tak perlu memaras keringat. Lawannya, Mohd Revindra Rayhaldi, tak turun ke lapangan karena mengejar jadwal pertandingan di mancanegara. Sedangkan Jeffer, yang tahun ini berusia 39 tahun, membuat kejutan di perempat final dengan menumbangkan Thomi Azizan Mahbub (Djarum) dengan 23-21, 21-18.

Di final, Sony akan berjumpa dengan rekannya saat di Pelatnas yang kembali ke klub asalnya Djarum, Shesar Hiren Rustavito. Tiket final Vito, sapaan karibnya, digapai berkat kemenangan 21-16, 21-12atas Eskan Riffan Jaya.  Eskan, yang diunggulkan di posisi kelima, di babak perempat final menumbangkan andalan tuan rumah Febriyan Irvannaldy dari Wima dengan straight game 21-17, 21-11.

Sony sendiri menjadikan Piala Wali Kota Surabaya 2015 sebagai ajang pemanasan sebelum berlaga di Indonesia Super Series Premier yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, 2-7 Juni mendatang. Dalam turnamen berhadiah total USD 800 ribu tersebut, dia harus melalui babak kualifikasi. (*)

Jadwal final Piala Wali Kota Surabaya (kelompok dewas)
1.Tunggal putra: Sony Dwi Kuncoro (Tjakrindo Masters Surabaya) v Shesar Hiren Rustavito (Djarum Kudus)

2. Tunggal putri: Nagahara Wakana (Hakuto Bank Jepang) v Hera Desi (Mutiara Bandung)

3. Ganda putra: Franky Wijaya/Sabar Karyawan (Exist Jakarta) v Qin Chenlin/Zhang Yuxiang (Tiongkok)

4. Ganda putri: Matsutomo Mayu/Nagahara Wakana (Hakuto Jepang) v Tanaka Shiho/Yonemoto Koharu (Hakuto Bank)

Menunggu Klimaks Viktor Axelsen

FINAL: Viktor Axelsen akan menantang Chen Long



VIKTOR Axelsen terus memakan korban di Australia Super Series 2015. Terakhir, rekannya sendiri dari Denmark Jan OJorgensen yang dipermalukannya dengan dua game langsung 21-17, 21-15 dalam pertandingan babak semifinal tunggal putra di Sydney pada Sabtu waktu setempat (30/5/2015).

Ini  kemenangan kedua dalam lima kali pertemuan dengan Jorgensen. Viktor pernah menundukkan juara Indonesia Super Series Premier 2014 tersebut Swiss Grand Prix Gold 2014. Sedangkan tiga kekalahan ditelan di Denmark Super Series 2010, Kejuaraan Eropa 2014, dan All England Super Series Premier  2015.

Di atas kertas, Viktor, yang masih berusia 21 tahun, masih kalah dibandingkan Jorgensen. Saat ini, dia berada di posisi sembilan, sedangkan lawannya enam setrip di atasnya.

Penampilan Viktor di Australia Super Series 2015 memang tengah on fire. Di babak pertama, dia juga menumbangkan unggulan kedua Lin Dan asal Tiongkok dengan 19-21, 21-12, 21-15. Selanjutnya, di babak kedua Xue Song, yang juga dari Tiongkok, disikatnya 21-19, 18-21, 21-12. Tiket semifinal digenggamannya berkat kemenangan 21-19, 21-15 atas Boonsak Ponsana.

Lolos ke final super series merupakan kali kedua tahun ini. Sebelumnya, Viktor juga lolos ke final India Super Series 2015. Sayang, di final, dia menyerah 21-18, 13-21, 12-21 kepada andalan tuan rumah K. Srikanth.  Di final Australia Super Series 2015, Viktor akan menantang unggulan pertama Chen Long asal Tiongkok yang menundukkan rekan senegaranya, Tian Houwei, 21-14, 21-19.

Dalam tiga kali pertemuan, Viktor belum pernah memetik kemenangan. Kekalahan itu dialaminya di Tiongkok Masters 2012, All England Super Series Premier 2014, dan Denmark Super Series 2014. (*)

Agenda final Australia Super Series 2015
Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x1) v Viktor Axelsen (Denmark)

Tunggal putri:Carolina Marin (Spanyol x3) v Wang Shixian (Tiongkok x5)

Ganda putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Liu Cheng/Lu Kai (Tiongkok)

Ganda putri: Tan Jinhua/Tian Qing (Tiongkok x6) v Ma Jin/Tang Yuanting (Tiongkok x5)

Ganda campuran: Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok x4) v Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah (Hongkong)

x=unggulan

Pulang dari Australia tanpa Kalungan Medali

Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah (foto:victor)

KEGAGALAN kembali mengiringi wakil Indonesia di ajang internasional. Merah putih dipastikan pulang dengan tangan hampa dari Australia Super Series 2015.

Ini setelah satu-satunya wakil yang masih bertahan, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, terhenti langkahnya di babak semifinal nomor ganda campuran. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Sydney pada Sabtu waktu setempat, unggulan kedua tersebut menyerah tiga game langsung 8-21, 21-19, 15-21 kepada pasangan Hongkong Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah.

Padahal, di atas kertas, Tontowi/Liliyana bisa melangkah mudah di babak final. Alasannya, juara dunia 2013 itu selalu menang dalam tiga pertemuan atas Chun Hei/Hoi Wah.

''Nggak apa-apa gagal. Semoga bisa bangkit dan mampu menjadi juara di Indonesia Open,'' kata Ahmad Budiharto, wakil sekjen PP PBSI, saat bertemu di GOR Sudirman, Surabaya.

Hanya, dilihat dalam perjalanannya hingga ke semifinal, pasangan negeri bekas koloni Inggris tersebut cukup bagus.Di babak kedua, Chun Hei/Hoi Wah menjungkalkan unggulan kedelapan asal Indonesia Praveen Jordan/Debby Susanto dengan rubber game 18-21, 21-18, 21-16.

Kemudian, di perempat final, pasangan ranking 13  dunia tersebut memulangkan lebih awal unggulan ketiga asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen juga dengan tiga game 21-16, 13-21, 21-19.

Di babak final, Chun Hei/Hoi Wah akan menantang unggulan keempat asal Tiongkok Liu Cheng/Bao Yixin. Di semifinal, mereka menundukkan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na dari Korea Selatan dengan straight game 21-17, 21-16.

Dalam tiga kali pertemuan, Chun Hei/Hoi Wah juga tak pernah unggul atas pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut. Yakni di Hongkong Super Series 2013, Korea Super Series 2014, dan Hongkong Super Series 2014. (*)