WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Para Legenda Masih Bisa Juara

Tri Kusharjanto/Hariyanto Arbi di podium
HARIYANTO Arbi menyandang status juara dunia tunggal putra 1995.Di kurun waktu yang sama, Tri Kusharjanto menjadi pebulu tangkis spesialis ganda yang disegani.

Tentu, jika keduanya digabungkan bakal menjadi sebuah kekuatan yang menakutkan. Meski, Hari, sapaan karib Hariyanto Arbi, bukan spesialis berpasangan.

Tapi, itu sudah terbukti pada Kejuaraan Dunia Senior 2015. Pasangan Hari/Trikus,sapaan akrab Tri Kusharjanto, mampu keluar sebagai pemenang di kelompok umur 40 ke atas.

Dalam final yang dilaksanakan di Helsingbor, Swedia, pada Sabtu waktu setempat (26/9/2015), keduanya menang dua game langsung 21-19, 21-17 atas unggulan kedua Peter Rasmussen/Thomas Stavngaard asal Denmark. Hari/Trikus sendiri menempati unggulan teratas.

Rasmussen sendiri dulunya juga tak pernah dipandang sebelah mata. Dia meupakan juara dunia tunggal putra pada 1997.

Sukses Hari/Trikus juga diikuti beberapa rekannya. Menariknya, salah satunya adalah kakak Hari, Hastomo Arbi.Pahlawan Piala Thomas Indonesia pada 1984 tersebut menjadi juara di nomor tunggal kelompok umur 55.

Lelaki 57 tahun tersebut menang dua game 21-11, 21-13 atas Jack Keith Priestman asal Kanada. Meski punya nama besar, tapi Hastomo tak menempati unggulan.

Sukses yang sama juga dibukukukan mantan pebulu tangkis ganda papan atas dunia Tony Gunawan/Flandy Limpele. Turun di kelompok umur 35, keduanya hanya butuh waktu 28 menit untuk menghentikan perlawanan wakil Thailand Naruenart Chuaymak/Apichai Thiraratsakul dengan 21-13, 21-9.

Selama karir keduanya, Tony dan Flandy belum pernah membela Indonesia di turnamen resmi. Tony lebih dikenal saat berpasangan dengan Candra Wijaya dan Halim Heryanto. Sedangkan Flandy mencuat namanya dengan Eng Hian di ganda putra dan Vita Marissa di ganda campuran. (*)

Jeffer Melawan Cuaca Eropa

Jeffer (empat dari kanan) bersama tim Indonesia.
KEMAMPUAN Jeffer Rosobin belum banyak menurun. Dia masih sering tampil dalam berbagai ajang sirkuit nasional.

Padahal, secara usia, dia sudah tak muda lagi.Tahun ini, usia Jeffer sudah menginjak 39 tahun.

Kini, dia kembali diuji. Hanya, bukan di ajang nasional tapi internasional.

Bahkan, Jeffer dipercaya membawa nama Indonesia. Ya, pebulu tangkis juara Asia 1996 tersebut tampil dalam Kejuaraan Dunia Senior yang tengah berlangsung di Helsingborg, Swedia. Dia berlaga di kelompok di atas 35 tahun.

Pada turnamen tersebut, Jeffer diunggulkan di posisi 9-16. Dia pun sudah melangkah ke babak kedua.

Tiket itu diperolehnya setelah menang mudah 21-1, 21-5 atas Jozef Orzol dari Polandia pada Minggu (20/9/2015). Ketika itu, lelaki yang digembleng di Suryanaga, Surabaya, tersebut hanya butuh waktu 14 menit.

''Lawannya nggak bisa bulu tangkis. Sehingga, saya bisa menang mudah,'' tulis Jeffer dalam pesan singkatnya.

Di babak kedua, dia berjumpa dengan Eric Montpettit. Dalam penampilannya wakil  dari Kanada itu menang rubber game 17-21, 21-11, 21-11 atas Mika Nissinen.

Meski tampil meyakinkan, tapi Jeffer tak mau banyak sesumbar. Bahkan, dia agak ekstrahati-hati.

''Lama nggak main di Eropa. Jadi harus menyesuaikan dengan cuaca,'' ungkapnya.

Saat ini, cuaca di Helsingborg, ujarnya cukup bagus. Di kota yang pernah menempa salah satu pesepak bola Indonesia Bima Sakti, yang kini membela Persegres Gresik itu, suhunya 10-15 derajat celcius.

Selain Jeffer, ada juga beberapa nama yang pernah mengharumkan nama Kndonesia di pentas dunia seperti Haryanto Arbi dan kakaknya, Hastomo. Ada juga Tri Kusharjanto dan Bobby Ertanto. (*)

Setujui Wei Feng Jadi Sparring Partner

REKAN: Chong Wei Feng
LEE Chong Wei terus mencari poin. Kali ini, pada Oktober 2015, pebulu tangkis spesialis tunggal putra andalan Malaysia tersebut akan tampil dalam dua ajang di Eropa yakni Denmark Super Series Premier yang dilaksanakan 13-18 Oktober dan di Prancis Super Series (20-25 Oktober).

Harapannya, tentu kejadian pahit selama September 2015 tak terulang. Dalam ajang yang dikuti yakni Jepang Super Series dan Korea Super Series, Chong Wei menuai hasil buruk.

Di Negeri Sakura, julukan Jepang, lelaki 32 tahun tersebut kalah di babak kedua. Dia menyerah dari kawan sekaligus rival beratnya di lapangan Lin Dan asal Tiongkok.

Nah, pekan lalu, hasil terburuk sepanjang karirnya dialami di Seoul, host Korea Super Series 2015. Chong Wei tumbang di babak kualifikasi dari juara dunia junior 2013 asal Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Heo Kwang-hee.

hanya, selama di Eropa, Chong Wei tak perlu bersusah payah lagi dari bawah. Dengan ranking yang dimiliki sekarang, 23, dia tak perlu susah bayah berlaga dari kualifikasi.

Selain itu, Chong Wei akan didampangi Hendrawan, juara dunia asal Indonesia yang kini dipercaya memolesnya. Ya, tangan kakak ipar pebulu tangkis juara dunia dan juga olimpiade  Hendra Setiawan tersebut, rankingnya menanjak drastis.

Kini, kabar gembira juga mengiringnya selama tur di Eropa. Direktur Teknik BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) Morten Frost Hansen menyetujui Chong Wei Feng sebagai lawan berlatih.Hanya, juara SEA Games 2015 tersebut baru bisa menjalani tugasnya di Prancis.

''Di Denmark, Wei Feng tak ikut ambil bagian,'' terang Hendrawan seperti dikutip sebuah media Malaysia.

 Dia mengaku senang Chong Wei tak perlu lagi memulai langkahnya dari kualifikasi. Hendrawan ingin anak asuhnya tersebut bisa semakin baik rankingnya. Itu, ungkapnya, akan membantu sebagai jalan menuju Olimpiade 2016 di Brasil. (*)

Setelah 24 Tahun, Baru Ada Yang Juara

Nitya (kiri) dan Greysia mengapit pelatih Eng Hian
KOREA Open sudah bergulir sejak 1991. Tapi, sejak kali pertama bergulir, belum ada pasangan ganda putri Indonesia yang keluar sebagai juara.

Tapi, pada Minggu waktu setempat (20/9/2015), dahaga gelar itu berakhir. Adalah pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda yang mampu melakukannya.

Pada babak final yang dilaksanakan di Seoul, ganda binaan Pelatnas Cipayung tersebut menundukkan asa tuan rumah Chang Ye-na/Lee So-hee dengan dua game langsung 21-15, 21-18. Babak pemungkas turnamen berhadiah total USD 600 ribu tersebut merupakan juga merupakan final perdana bagi Greysia/Nitya di ajang super series.

Memang, tahun ini, keduanya sudah pernah menjadi juara pada tahun ini di Taiwan Open. Hanya, ajang yang dilaksanakan di Taipeh tersebut levelnya grand prix gold.

Selain itu, kemenangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut ikut menyelamatkan muka Indonesia. Juara dari nomor ganda putra tersebut menjadi satu-satunya raihan terhormat yang diraih.

Ini disebabkan di ganda campuran, merah putih gagal menjadi juara. Pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir harus mengakui ketangguhan Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan 16-21, 15-21.

Hasil itu membuat Tontowi/Liliyana kalah 12 kali dalam 17 kali perjumpaan dengan wakil Tiongkok tersebut. Bahkan, tujuh di antaranya dengan beruntun.

Kali terakhir, kedua pasangan berjumpa dalam semifinal Kejuaraan Dunia 2015 pada Agustus lalu di Jakarta. Ketika itu, Tontowi/Liliyana kalah rubber game 22-20, 21-23,12-21. (*)



Distribusi gelar Korea Super Series 2015

Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x1) v Ajay Jayaram (India) 21-14, 21-13

Tunggal putri: Sung Ji-hyun (Korsel x6) v Wang Yihan (Tiongkok x4) 21-14, 17-21, 21-18

Ganda putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Kim Gi-jung/Kam Sa-rang (Korsel) 21-16, 21-12

Ganda putri: Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (Indonesia x6) v Chang Ye-na/Lee So-hee (Korsel) 21-15, 21-18

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x2) 21-16, 21-15

x=unggulan

Simon Jajal Thailand GPG

Simon Santoso (foto:pbdjarum)
NAMA Simon Santoso muncul lagi.  Mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut terdaftar sebagai peserta Thailand Grand Prix Gold 2015.

Sebelumnya, hampir dua bulan, Simon absen dari berbagai turnamen. Imbasnya, ranking dunia yang dimilikinya menurun drastis.

Selain itu, berbagai turnamen yang diikuti tahun ini juga hasilnya kurang memuaskan. Tumbang di babak pertama menjadi langganan dari Simon.

Kini,pebulu tangkis yang bernaung di bawah bendera Tangkas Jakarta tersebut ada di posisi 148 dunia. Tentu, ini jauh dari posisi terbaiknya yang pernah ada di ranking ketiga.

Di Thailand Grand Prix Gold 2015, Simon langsung mendapat tantangan berat. Dalam penampilan pertama turnamen berhadiah total USD 120 ribu yang dilaksanakan di Bangkok pada 29 September-4 Oktober 2015 itu, dia bertemu dengan unggulan kesebelas asal Malaysia Chong Wei Feng.

Secara ranking, wakil negeri jiran tersebut ungguh jauh. Dia ada di posisi 33 dunia.

Hanya, dari rekor pertemuan, Simon masih boleh menepuk dada. Dia belum pernah kalah dalam dua pertemuan.

Kali terakhir, Simon menang atas Wei Feng di Denmark Open pada 2012. Satu hasil manis lagi diukir Simon di Korea Super Series 2009.

Selain Simon, dua rekannya yang pernah menjadi andalan di Cipayung, Sony Dwi Kuncoro dan Dionysius Hayom Rumbaka, ikut tampil. Sony akan dijajal wakil Thailand Pannawit Thongnuam. Sementara, Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, yang diunggulkan di posisi ketujuh, berhadapan dengan pebulu tangkis kualifikasi. (*)

Persiapan Masa Depan, Sony Bangun Gedung Bulu Tangkis

BANGUN: Divya Amanta Kuncoro di depan GOR milik ayahnya
 Usia Sony Dwi Kuncoro bakal terus bertambah. Tak selamanya, dia akan menjadi atlet. Untuk itu, persiapan buat masa depannya sudah disiapkan. Tetap pisah dengan bulu tangkis.


SONY Dwi Kuncoro masih aktif sebagai pebulu tangkis. Meski, kini, usianya sudah menginjak 31 tahun.

Bahkan, dia baru saja menjadi juara di ajang Indonesia Challenge 2015. Memang, level turnamennya bukan papan atas layaknya super series atau super series premier.

Namun, perjuangannya di lapangan tetap diapresiasi. Ini bisa menjadi menjadi penambah semangat untuk kembali ke orbit atas seperti yang pernah lama ditempati.

Hanya, bedanya, kini status Sony bukan lagi penghuni Pelatnas Cipayung. Mulai 2014 lalu, dia harus meninggalkan tempat yang 10 tahunan menjadi lokasinya menempa diri.

Tapi, hadiah di Indonesia Challenge 2015 itu juga bisa menjadi penambah baginya untuk hal yang lain. 'Alhamdulillah. Hadiahnya di Indonesia Challenge bisa dipakai tambahan perbaiki gedung,'' kata Sony.

Gedung? Ya, mulai tahun ini, dia memanaatkan tanah yang dimilikinya di Surabaya Timur untuk dibangun gedung bulu tangkis. Rencananya, bakal ada enam lapangan bulu tangkis.

''Masih lama jadinya. Tapi, ini sudah mulai berdiri pilar-pilarnya,'' ungkap Sony.

Gedung itu, tambahnya, akan dipakainya untuk berlatih sendiri. Namun, itu tak menutup kemungkinan disewakan.

''Memang tak semegah Taufik Hidayat Arena. Namun, yang penting akan ada tempat yang bisa untuk latihan dan bisa juga untuk pembinaan,'' ujar Sony.

Selama ini, setelah tak di Cipayung, Sonya melakukan latihan di GOR Sudirman. Lokasinya dengan rumahnya lumayan jauh.

''Nanti kalau sudah punya sendiri kan kalau mau latihan tinggal masuk gedungnya sendiri. Kapan saja kan bisa,'' jelas lelaki yang menyumbangkan perunggu bagi Indonesia di Olimpiade Athena 2004 tersebut. (*)

Mengejar Kemenangan Keempat atas Duo Luo

GANJALAN: Luo Ying/Luo Yu (foto:malaysianinsider)
TAHUN ini, Greysia Polii/Nitya Krishinda sudah mengoleksi satu gelar. Pasangan ganda putri ranking kelima dunia tersebut naik ke podium juara Taiwan Open.

Hanya, event yang dijuarainya tersebut bukan super series atau super series premier. Taiwan Open merupakan event grand prix gold atau strata ketiga dalam turnamen kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).

Namun, saat berlaga di turnamen super series atau super series premier, keperkasaan Greysia/Nitya seolah redup. Mereka selalu gagal menjadi juara.Kesempatan terbuka saat keduanya lolos ke babak final Indonesia Super Series Premier 2015.

Sayang,keduanya dijinakkan pasangan Tiongkok Tang Jinhua/Tian Qing. Kini, jalan untuk memupus dahaga gelar di ajang super series/ super series premier kembali di retas.

Langkah Greysia/Nitya sudah sampai ke semifinal Korea Super Series 2015. Itu setelah keduanya menundukkan unggulan keempat asal Tiongkok Wang Xialoli/Yu Yang, yang diunggulkan di posisi keempat, dengan 21-4, 21-18.

Di semifinal, mereka bersua dengan pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya Luo Ying/Luo Yu. Unggulan kedua ini di perempat final menghentikan perlawanan Eefje Muskens/Selena Piek 21-18, 17-21, 21-10.

Bagi Greysia/Nitya, duo Luo tersebut bukan lawan asing.Pasangan merah putih tiga kali menang dan hanya sekali kalah dalam empat kali pertemuan. (*)

Semua Bisa Kalahkan Hendra/Ahsan

RIVAL BARU: Kim Gi-jung/Kim Sa-rang (foto:youbad)
PP  PBSI harus segera melakukab evaluasi kepada Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Jika tidak, ambisi emas yang ditargetkan kepada keduanya di Olimpiade Rio de Janeiro pada 2016 bakal menguap.

Ini didasarkan dari dua kejuaraan terakhir, Jepan Super Series dan Korea Super Series. Dalam ajang tersebut, Hendra/Ahsan sudah tersingkir di babak perempat final.

Pekan lalu di Negeri Sakura, julukan Jepang, pasangan yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut menyerah kepada Fu Haifeng/Zhang Nan dari Tiongkok dengan dua game langsung 9-21, 18-21. Ini menjadi kekalahan keempat beruntun dalam tujuh kali pertemuan.

Nah, pada di Korea Super Series, giliran pasangan tuan rumah Kim G
i-jung-Kim Sa-rang yang memulangkan awal Hendra/Ahsan. Keduanya kalah straight game 17-21, 15-21 dalam pertandingan yang dilaksaakan di Seoul pada Jumat waktu setempat (18/9/2015).

Hasil ini termasuk di luar dugaan. Sebab, dalam empat pertemuan terakhir, Hendra/Ahsan selalu memetik kemenangan. Memang, kekalahan pernah dialami mereka dari pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut. Namun, itu terjadi pada pertemuan pertama.

Sebenarnya, sebelumnya, hanya wakil Korea Selatan lainnya, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong yang bisa menundukkan Hendra/Ahsan. Namun, kini sudah bukan mereka lagi yang bisa melibas pasangan merah putih tersebut.

Ini tentu sangat memprihatinkan. Apalagi, saat berangkat ke Jepang dan Korea, Hendra/Ahsan menyandang status juara dunia 2015.

Untung kekalahan yang dialami Hendra/Ahsan tak menular kepada dua wakil Cipayung yang masih bertahan di perempat final. Pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari dan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir melaju ke semifinal. (*)

Lumayan, Sudah Dekati 50 Besar

RANK: Ihsan Maulana di Korea Open 2015 (foto:badzine)
SEBANYAK 25 tangga mampu dilewati Ihsan Maulana di ranking terbaru BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Dalam daftar yang dirilis pada Kamis (17/9/2015), dia berada du posisi 52 dunia.

Pekan lalu, Ihsan masih ada di posisi 77. Lonjakan ini tak lepas dari hasil yang diraihnya dalam Jepang Super Series 2015.

Dalam event yang berhadiah total USD 275 ribu tersebut, pahlawan Indonesia di nomor beregu SEA Games 2015 Singapyura tersebut melaju hingga babak semifinal. Padahal, dia melalui perjuangan dari babak kualifikasi.

Dia membuat kejutan dengan memulangkan lebih awal pada pebulu tangjkis senior. Pada babak I, Ihsan melibas juara tunggal putra Eropa 2010 asal Jerman Marc Zwiebler dengan 21-15,18-21, 21-18. Setelah itu, tiket perempat final diperolehnya dengan menundukkan Hu Yun dari Hongkong dengan straight game 21-5, 21-14.

Hanya sayang, Ihsan gagal melewati hadangan seniornya, Tommy Sugiarto. Dia menyerah 10-21, 5-21 kepada putra legenda bulu tangkis dunia Icuk Sugiarto tersebut.

Namun, dari Negeri Sakura, julukan Hongkong, Ihsan mengantongi 5.400 poin. Donasi angka  terbesar selama karirnya.

Hanya, ranking yang diduduki Ihsan sekarang masih kalah dari rekannya di Cipayung Jonatan Chritie. Dia ada di posisi 39 atau turun empat setripn dari ranking terbaiknya.

Sedang dua rekannya, Firman Abdul Kholik di posisi 77. Sementara, Anthony Ginting di ranking 68.

Ihsan dan ketiga rekannya tersebut tengah menjadi tumpuan Pelatnas Cipayung untuk bisa mengangkat kembali pamor nomor tunggal putra setelah era Taufik Hidayat dan Sony Dwi Kuncoro. (*)

Duh, kok Ikuti Jejak Tunggal Putri

TUMPAS sudah asa Indonesia meraih gelar nomor tunggal putra dalam Korea Super Series 2015. Tak tanggung-tanggung, tiga wakil merah putih langsung tersingkir di babak kedua dalam ajang yang dilaksanakan di Seoul  pada Kamis waktu setempat (18/9/20150.

Tommy Sugiarto, Ihsan Maulana Mustofa, dan Jonatan Christie menyerah kepada lawan-lawannya. Tommy dipaksa mengakui ketangguhan Kento Momota dari Jepang dalam pertarungan tiga game 15-21, 21-14,13-21.

Ini membuat mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut mengulangi pertemuan pekan lalu di Jepang Super Series. Ketika itu, Tommy unggul atas the rising star Negeri Matahari Terbit tersebut dengan 16-21, 21-13, 21-19. Hasil di Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, ini kembali membuat rekor petemuan Tommy dengan Momota menjadi imbang 3-3.

Sementara. Ihsan menyerah dua game lamgsung 17-21, 10-21 kepada Tian Houwei dari Tiongkok. Di Jepang Super Series 2015, pebulu tangkis muda gemblengan Cipayung itu mampu melaju ke perempat final sebelum dihentikan Tommy.

Di Korea Super Series 2015, Uhsan memulai langkahnya dari babak kualifikasi. Di laga perdana babak utama, dia kembali mempermalukan juara Eropa 2010 Marc Zwiebler dari Jerman.

Hasil pahit pun ditelan Jonatan. Pebulu tangkis yang digadang-gadang bakal menjadi penerus Taufik Hidayat tersebut takluk rubber game 15-21, 21-16, 13-21 kepada wakil Jepang Sho Sasaki.

Dengan hasil ini, Indonesia harus puasa gelar nomor tunggal putra di ajang Korea Open, titel Korea Super Series. Kali terakhir, wakil merah putih yang naik ke podium terhormat adalah Haryanto Arbi pada 1995.

Kegagalan di tunggal putra ini mengikuti hasil tungga; putri. Srikandi Indonesia, Lindaweni Fenatri dan Maria Febe Kusumastuti, sudah tersingkir dalam pertandingan pertama. (*)

Kien Keat/Boon Heong Sukses Revans

Tan Boon Heong/Koo Kien Keat (foto:badmintonlink)
AROMA turnamen super series kembali dihirup Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Mantan ganda putra terbaik Malaysia tersebut tercatat ikut ambil bagian dalam Korea Super Series 2015.

Sebenarnya, Kien Keat/Boon Heong pernah berlaga di ajang super series yakni Australia Open. Hanya, dalam event yang dilaksanakan di Sydney pada 26-31 Juni tersebut, keduanya merangkak dari babak kualifikasi.

Ketika itu, keduanya menembus babak perempat final. Langkah Kien Keat/Boon Heong dihentikan unggulan keenam Liu Xiaolong/Qiu Zihan dengan 11-21, 19-21.

Setelah itu, pasangan juara All England 2007 tersebut berlaga di turnamen-turnamen level kecil sekelas challenge dan grand prix. Hasilnya, sebuah gelar digapai di White Nights 2005.

Kini, kesempatan berlaga di super series terbuka yakni di Korea Open. Bahkan, Kien Kean/Boon Heong tak perlu berlaga dari babak kualifikasi.

Bahkan, perjalanan finalis Kejuaraan Dunia 2010 tersebut sudah menembus babak perempat final. Ini setelah Kien Keat/Boon Heong menumbangkan Chai Biao/Hong Wei. Unggulan kelima asal Tiongkok tersebut disikat dua game langsung 21-14, 21-12.

Kekalahan ini membuat pasangan negeri jiran tersebut membalas kekalahan di Malaysia Super Series 2014.Ketika itu, pasangan tuan rumah tersebut menyerah 17-21,14-21. Hasil tersebut membuat BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) memisahkan keduanya.

Di babak perempat final ganda putra ini, Indonesia hanya meloloskan satu pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Di babak keduanya, juara dunia 2015 tersebut menang dua game yang ketat 21-19-21-19 atas Goh V Shem/Tan Wee Kiong.

Sayang, dua rekannya yang lain, Angga Pratama/Ricky Karanda dan  Ade Yusuf/Wahyu Nayaka harus tersingkir. (*)

Ihsan Kembali Kalahkan Mantan Juara Eropa

Zwiebler saat dikalahkan Ihsan pekan lalu (foto:badzine)
PERJALANAN Ihsan Maulana Mustofa di Korea Super Series 2015 berlanjut. Tunggal putra yang digembleng di Pelatnas Ciipayung tersebut melaju ke babak II turnamen berhadiah total USD 600 ribu tersebut.

Ini setelah Ihsan mampu mempermalukan Marc Zwiebler dari Jerman dengan rubber game 19-21, 21-11, 21-12 dalam pertandingan babak I yang dilaksanakan di Seoul pada Rabu waktu setempat (16/9/2015). Hasil ini mengulang pertemuan di Tokyo, Jepang, pekan lalu.

Saat itu, dalam Jepang Super Series 2015, Ihsan mampu mempecundangi juara tunggal putra Eropa 2012 tersebut. Kemenangan pun juga menang rubber game. Dalam ajang berhadiah total USD 275 ribu tersebut, dia melaju hingga perempat final sebelum dihentikan seniornya, Tommy Sugiarto.

Pada babak II Korea Super Series 2015, Ihsan akan menantang wakil Tiongkok Tian Houwei. Pada laga perdana, Houwei membuat kejutan dengan menjungkalkan unggulan keempat Kinambi Srikanth dengan 12-21, 21-13, 21-17.

Ihsan belum pernah bertemu dengan pebulu tangkis Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut. Hanya, dari sisi ranking, dia kalah jauh.

Saat ini, Ihsan ada di posisi 77. Sedangkan Houwei menempati ranking 11.

Sukses menembus babak kedua pun diikuti oleh rekan Ihsan di Cipayung Jonatan Christie. Pada babak I, dia mengungguli Lee Dong-keun dengan 23-21, 16-21, 21-13. Untuk bisa menembus perempat final, Jonatan harus bisa mengalahkan Sho Sasaki (Jepang).

Satu lagi wakil merah putih yang bertahan di babak II tunggal putra adalah Tommy Sugiarto. Sebelumnta, dia menundukkan Zulfadli Zulkiffli (Malaysia) dengan 21-14,21-8. Dia akan berhadapan lawan berat Kento Momota (Jepang). Pekan lalu di kandangnya sendiri, Momota dikalahkan Tommy dengan 16-21, 21-13, 21-19.

Sejak 1995 atau 20 tahun lalu, belum ada tunggal putra Indonesia lagi yang menjadi juara. Ketika itu, Haryanto Arbi mampu naik ke podium terhormat mengikuti Joko Suprianto (1993) dan Ardy Wiranata (1994). (*)

Penyakit Lama Lindaweni Kambuh

LABIL: Lindaweni Fanetri
DALAM Kejuaraan Dunia 2015, Lindaweni Fanetri menjadi pusat perbincangan. Dia menjadi pebulu tangkis Indonesia yang mampu menembus nomor tunggal putri sejak 20 tahun terakhir.

Lindaweni membuat kejutan sejak babak-babak awal. Sayang, dia dihentikan Saina Nehwa dari India untuk bisa menembus final.

Harapan tinggi pun kembali diletakkan di pundak Lindaweni dalam Korea Super Series 2015. Pebulu tangkis yang bernaung di klub Suryanaga, Surabaya, tersebut diprediksi akan melangkah jauh.

Namun, asa tinggal asa. Lindaweni sudah angkat koper di babak I.

Lindaweni dipermalukan pebulu tangkis Jepang Aya Ohori dengan dua game langsung 16-21, 20-22 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan, pada Rabu siang WIB (16/9/2015).

Secara ranking, Lindaweni unggul jauh. Atlet gemblengan Pelatnas Cipayung tersebut ada di posisi 24. Sedangkan Aya masih di ranking 58.

Hasil ini mengulangi di berbagai turnamen yang sudah diikuti Lindaweni. Dia sering tumbang di babak I.

Seperti yang terjadi All England, Super Series Premier Macau Grand Prix Gold, Swiss Grand Prix Gold, Malaysia Super Series Premier, dan Taiwan Grand Prix Gold. Hanya di Indonesia Super Series Premier 2015 dan Kejuaraan Dunia 2015, Lindaweni tak langsung tersungkur.

Di Indonesia Super Series Premier, mantan tunggal putri  terbaik Indonesia tersebut melaju hingga babak delapan besar.

Sekal dilaksanakan 1991, hanya Susi Susanti yang mampu menjadi juara tunggal putri. Itu dilakukannya pada 1995. (*)

Dapat Wildcard ke Jenjeng Remaja

PODIUM: Pemenang nomor ganda pemula putri
PAMOR Surabaya dalam beberapa kejuaraan lokal meredup. Buktinya, ibu kota Jawa Timur tersebut sudah tak mendominasi.

Usai gagal sapu bersih dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2015 di Banyuwangi, kini kembali terulamg dalam Jatim Junior Master 2015.

Dalam ajang yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada 12-14 September 2015 tersebut, pebulu tangkis Kota Pahlawan, julukan Surabaya, hanya mampu membawa pulang satu gelar. Penyelamat muka tuan rumah dilakukan oleh Moch Isnain dari nomor tunggal anak putra.

‘’Sekarang kekuatan merata. Ini membuktikan bahwa kualitas pebulu tangkis khususnya di kelompok bawah  bukan lagi menjadi milik Surabaya,’’ kata Koko Pambudi, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengprov PBSI Jawa Timur.

Hanya, tambah dia, Gresik yang bisa membawa pulang gelar lebih dari satu. Atlet Kota Pudak, julukan Gresik, mampu menjadi juara di ganda pemula putri melalui pasangan Jeselyn Sherly/Trisna A dan di tunggal pemula putri melalui Jeselyn Sherly.

Di kelompok pemula ini, terang Koko, juga beda dengan kelompok lain. Juaranya akan memperoleh wildcard untuk tampil dalam kelompok di atasnya atau keolmpok remaja Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) yang dilaksanakan November mendatang.

‘’Mereka akan memperoleh fasilitas yang diperoleh di kelompok remaja. Tujuannya untuk menambah pengalaman bertanding di kelompok yang lebih tua usianya,’’ jelas lelaki yang juga pelatih Puslatda PON Jatim 2016 tersebut.

Peserta grand final Junior Jatim Master diambil dari pebulu tangkis yang mampu menembus babak delapan besar di wilayah. Sebelum ke grand final, Junior Jatim Master dilaksanakan di Jember untuk wilayah timur dan Gresik untuk wilayah barat.

Total, lanjut Koko, ada 124 pebulu tangkis dari 24 daerah yang turun dalam Jatim Junior Master 2015. Ada tiga kategori kelompok umur yang dipertandingkan yakni usia dini untuk atlet di bawah usia 11, anak (di bawah usia 13), dan pemula (di bawah 15 tahun).

Menurut Ketua Pengprov PBSI Jatim Wijanarko Adi Mulya menjadi salah satu proyek percontohan dalam pembinaan atlet muda.  Tujuannya untuk terus melahirkan pebulu tangkis potensial. (*)

Distribusi juara Jatim Junior Master 2015

Usia dini (di bawah usia 11)
Tunggal putra: Alfin (Kabupaten Sidoarjo)
Tunggal putri: Triska Cahya (Kabupaten Probolinggo)

Anak (di bawah usia 13)
Tunggal putra: Moch Isnain (Kota Surabaya)
Tunggal putri: Ratih Kusuma W (Kab Lumajang)

Taruna (di bawah usia 15)
Tunggal putra: Digi Ilham (Kabupaten Nganjuk)
Tunggal putri: Jeselyn Sherly (Kabupaten Gresik)
Ganda putra: Andin Pratama/Royyan Firdausi (Kabupaten Ponorogo)
Ganda putri:  Jeselyn Sherly/Trisna A (Kabupaten Gresik)

Peserta Indonesia Challenge Permalukan Chong Wei

Kwang Hee-heo (foto:facebook)
ENTAH apa yang sedang terjadi pada Lee Chong Wei. Dua pekan beruntun, dia menulai hasil buruk.

Di Jepang Super Series 2015, lelaki asal Malaysia tersebut kalah oleh tunggal putra Tiongkok Lin Dan dengan dua game 21-17,21-10.  Pil pahit tersebut ditelannya di babak kedua.

Kini lebih ironis lagi. Juara All England tiga kali tersebut kalah oleh pebulu tangkis Korea Selatan Kwang Hee-heo juga dengan straight game 19-21, 19-21. Pertandingan itu berlangsung di Korea Super Series 2015 ;pada Selasa (15/9/2015).

Itu terjadi masih di babak kualifikasi dan baru memasuki pertandingan pertama. Sebuah kekalahan paling menyedihkan dalam perjalanan karir lelaki 32 tahun tersebut.

Padahal, sebelum tampil di Jepang Super Series, Chong Wei masih mampu menembus babak final Kejuaraan Dunia 2015 yang dilaksanakan di Jakarta pada 10-16 Agustus. Sayang, langkahnya dihentikan oleh Chen Long dari Tiongkok.

Tentunya, dua kekalahan pilu di Jepang dan Korea Super Series 2015 menjadi bahan evaluasi besar bagi BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia). Apalagi, Chong Wei masih diharapkan berlaga dalam Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.

Dalam dua olimpiade sebelumnya di Beijing (Tiongkok) 2008 dan London (Inggris) 2012, dia mampu menembus babak final. Dia harus puas membawa pulang medali perak karena sama-sama dikalahkan oleh Lin Dan.

Sebenarnya, lawan yang mempermalukan Chong Wei di Korea Super Series 2015 bukan pebulu tangkis jempolan.Usianya baru 20 tahun rankingnya pun hanya 125.

Bahkan, apa yang pernah dicapai Hee-heo belum ada yang impresif. Ajang yang terakhirnya pun di Surabaya, yakni Indonesia Challenge 2015 pada 1-6 September.

Dia langsung kalah di babak pertama turnamen berhadiah total USD 20.000 ribu tersebut. Hee-heo ditaklukkan Reksy Aureza Meganda 21-23,11-21. (*)

Ihsan Maulana Lolos Babak Utama

Ihsan Maulana (foto:djarum)
IHSAN Maulana Mustofa membalikan prediksi. Pebulu tangkis muda Pelatnas Cipayung tersebut mampu menembus babak utama Korea Super Series 2015.

Di babak pertama kualifikasi yang dilaksanakan di Seoul pada Selasa waktu setempat (15/9/2015), Ihsan  mengalahkan Kenichi Tago dari Jepang dengan dua game langsung 21-19, 21-17. Dalam babak kualifikasi, Tago menempati unggulan keempat.

Secara ranking, Ihsan jauh di bawah wakil Negeri Sakura, julukan Jepang, tersebut. Saat ini, dia ada di posisi 77. Sementara, Tago tempatnya 40 setrip di atasnya.

Dari pengalaman, duta merah putih tersebut juga kalah. Tago pernah duduk di posisi ketiga dunia pada 2014. Ketika itu, lelaki 26 tahun tersebut menembus final Indonesia Super Series 2014.

Tago pernah menembus final turnamen bergengsi lainnya, All England pada 2010. Dalam dua ajang yang sama, Tago kalah dari lawan yang sama, Lee Chong Wei asal Malaysia. Pada 2014, dia juga menjadi pilar bagi Jepang saat menjadi juara Piala Thomas.

Selain itu, kekalahan Lee Chong Wei di babak pertama kualifikasi secara tak langsung ikut melenggangkan langkah Ihsan. Di luar dugaan, lelaki yang diberi gelar Datuk oleh pemerintah Malaysia tersebut ditundukkan Kwang Hee Heo dari Korea Selatan dengan dua game langsung 19-21, 19-21.

Sayang, torehan Ihsan gagal diikuti oleh rekannya di Cipayung, Anthony Ginting, terhenti langkahnya.Usai menundukkan pebulu tangkis tuan rumah Kim Dong Hoon dengan 19-21, 21-19, 21-19. Namun, di final kualifikasi, dia takluk 21-15, 17-21, 21-16 kepada Riichi Takeshita.

Ini menjadi kekalahan kedua Anthony dari lawan yang sama. Sebelumnya, dia kalah kepada Takeshita pada Taiwan Grand Prix Gold 2014.

Di babak utama, Ihsan akan berjumpa lagi dengan Marc Zwiebler dari Jerman. Ini merupakan ulangan pekan lalu di Jepang Super Series 2015.

Keduanya pun bertemu di babak pertama. Hasilnya, Ihsan menang dengan rubber game 21-15,18-21, 21-18.

Selain Ihsan, di babak pertama turnamen berhadiah total USD 600 ribu tersebut ada juga nama dua mantan penghuni Cipayung Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka. (*)

Titel Ketiga Super Dan

Lin Dan usai juara Jepang Super Series 2015 (foto;BW)
GELAR bergengsi akhirnya diraih Lin Dan. Legenda hidup bulu tangkis dunia tersebut mampu menjadi juara nomor tunggal putra dalam Jepang Super Series 2015.

Dalam final yang dilaksanakan di Tokyo pada Minggu waktu setempat (13/9/2015), Lin Dan dipaksa memeras keringat selama tiga game 19-21, 16-21, 21-19 atas Viktor Axelsen dari Denmark. Dalam turnamen berhadiah total USD 275 ribu tersebut, Super Dan, julukan Lin Dan, diunggulkan di posisi kelima. Sedangkan lawannya di posisi unggulan ketujuh.

Kemenangan ini membalas kekalahan dalam Australia Super Series 2015. Saat itu,masih di babak awal,Lin Dan tumbang 21-19, 12-21, 15-21.

Sebenarnya, April lalu, dia juga mampu menjadi pemenang. Hanya, itu dilakukannya di level benua, yakni Kejuaraan Asia.

Kans Lin Dan meraih titel bergengsi sebenarnya sudah terbuka lebar. Ini menyusul tumbangnya unggulan teratas yang juga juniornya, Chen Long, di babak perempat final. Juara dunia 2015 itu kalah oleh wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya Tian Houwei.

Kini, Chen Long menjadi momok bagi Lin Dan. Peraih lima titel juara dunia tersebut selalu kalah dalam dua pertemuan terakhir yakni di All England Super Series 2015 dan Malaysia Super Series Premier 2015.

Bagi Lin Dan, gelar di Jepang bukan kali pertama. Dia pernah naik ke podium terhormat pada 2005 dan 2006.

Dalam babak semifinal Jepang Super Series 2015, Lin Dan menghentikan langkah wakil Indonesia Tommy Sugiarto. Sejak Sony Dwi Kuncoro pada 2008, tak ada lagi pebulu tangkis merah putih yang naik ke podium bergengsi nomor tunggal putra. (*)


Distribusi gelar Jepang Super Series 2015

Tunggal putra: Lin Dan (Tiongkok x5) v Viktor Axelsen (Denmark x7) 21-19, 16-21, 21-19

Tunggal putri: Nozomi Okuhara (Jepang) v Akane Yamaguchi (Jepang) 21-18, 21-12

Ganda putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok x5) 21-19, 29-27

Ganda putri: Zhao Yunlei/Zhong Qianxin (Tiongkok x8) v Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark x4) 21-12, 21-16

Ganda campuran: Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark x5) v Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) 17-21, 21-18, 23-21

x=unggulan

Indra Bagus hanya sampai Semifinal

Indra Bagus gagal menembus final (foto:badmintoneurope)
INDRA Bagus Ade Chandra gagal menembus final Belgia Challenge 2015.Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut dihentikan perjalanannya oleh Christian Lind Thomsen dari Denmark.

Pebulu tangkis asal Klaten, Jawa Tengah, tersebut kalah 13-21, 14-21 dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Leuven pada Jumat waktu setempat. Kekalahan ini membuat Indra gagal menambah rekor kemenangannya atas Christian.

Sebelumnya, dia tiga kali memetik kemenangan dan hanya sekali kalah. Namun,pil pahit tersebut ditelan Indra dalam perjumpaan terakhir di Orleans International 2015.

''Iya saya kalah, Badan capek banget,'' terang Indra melalui layanan pesan singkat kepads Smashyes.

Sebenarnya,melangkah hingga semifinal sudah melebih ekspektasi. Lelaki asal tampil dengan bendera Italia tersebut tak masuk dalam daftar unggulan turnamen yang menyediakan hadiah totak USD 15.000 tersebut.

Gelar juara tunggal putra dalam Belgia Challenge 2015 akhirnya jatuh ke tangan wakil Denmark lainnya, Anders Antonsen. Dalam final yang dilaksanakan Sabtu waktu setempat (12/9/2015) atau Minggu dini hari WIB (13/9/2015), dia mengalahkan Christian Lind dengan dua game langsung 21-18, 21-17.

Selain dari tunggal putra, Negeri Skandinavia tersebut juga membawa pulang dari nomor ganda putri.Pasangan Maiken Fruergaard/Sara Thygesen menundukkan duta Malaysia Chong Wai Chi/Wen Yap Cheng dengan 21-18, 21-11. (*)

Distribusi gelar Belgia Challenge 2015
Tunggal putra: Anders Antonsen (Denmark) v Christian Lind Thomsen (Denmark) 21-18, 21-17

Tunggal putri: Goh Jin Wei (Malaysia) v Kirsty Gilmour (Skotlandia x2) 21-15, 21-18

Ganda putra: Manu Attri/B. Summeth Reddy (India x1) v Adam Cwalina/Przemyslaw Wacha (Polandia x2) 22-20, 19-21, 22-20

Ganda putri: Maiken Fruergaard/Sara Thygesen (Denmark) Chong Wai Chi/Wen Yap Cheng (Malaysia) 21-18, 21-11

Ganda campuran:Robert Mateusiak/Nadiezda Zieba (Polandia) v Jonatan Nordh/Emelie Fabbeke (Swedia) 15-21, 21-6, 21-8

x=unggulan

Junior Masters Jadi Proyek Percontohan

KETUM JATIM: Wijanarko Adi Mulya
PENGPROV PBSI Jatim melakukan terobosan. Organisasi pimpinan Wijanarko Adi Mulya tersebut punya ajang yang mempertemukan para pebulu tangkis usia muda yakni Jatim Junior Masters 2015.
''Kami membagi Jatim menjadi dua wilayah, barat dan timur. Delapan besar di tiga kelompok U-11, U-13, dan U-15 di aduk di ajang grand final,'' terang Wijar, sapaan karib Wijanarko  Adi Mulya.

Wilayah Timur dilaksanakan di Jember dan Gresik mendapat kepercayaan menjadi host wilayah Barat. Nah, grand final dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada 12-14 September ini.

''Kami pun memakai sistem setengah kompetisi bukan gugur. Ini dilakukan agar peserta bisa menambah pengalaman bertandingnya dengan tidak hanya sekali tampil kalah dan langsung pulang,'' ungkap Wijar.

Jatim Junior Masters, tambahnya, menjadi proyek percontohan dari PP PBSI. Sistem ini akan dipakai di berbagai daerah guna mencari pebulu tangkis junior masa depan Indonesia.

Menurut Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengprov PBSI Jatim Koko Pambudi, peserta grand final Jatim Junior Masters 2015 adalah 124 pebulu tangkis dari 24 daerah. Dia memperkirakan persaingan bakal sengit. (*)


Postur Kecil, Prestasi Tinggi

LANJUT: Akane Yamaguchi (foto;cnnasia)
POSTUR pebulu tangkis Indonesia memang kalah dengan wakil Tiongkok. Atlet Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut lebih jangkung di atas 175 sentimeter dan dianggap menjadi kunci dominannnya mereka di olahraga tepok bulu itu, khususnya di tunggal putri.

Namun, anggapan tersebut bakal mentah. Ini kalau melihat Akane Yamaguchi.

Perempuan asal Jepang ini menjadi salah satu pebulu tangkis tunggal putri yang sekarang disegani di dunia. Salah satu buktinya, di level junior, dia tiga kali mampu menembus final Kejuaraan Dunia Junior.

Hasilnya, dalam debutnya pada 2012, dia mampu lolos ke final. Saat itu, usianya masih 14 tahun. Padahal, ajang tersebut banyak diikuti oleh pebulu tangkis yang usianya jauh di atas karena maksimal 19 tahun.

Saat itu, dalam laga final yang dilaksanakan di Chiba, Jepang, Akane dikalahkan rekan senegaranya, Nozomi Okuhara dengan 12-21, 9-21. Tapi, dua tahun beruntun setelah itu, dia mampu menjadi juara.

Pada 2013 di Bangkok, Thailand, dia melibas wakil Negeri Sakura, julukan Jepang, lainnya, Aya Ohori, dengan 21-11, 21-13. Setahun kemudian di Alor Setar, Malaysia, Akane menghentikan He Bingjiao (Tiongkok) dengan 14-21, 21-18, 21-13.

Menariknya, pada 2013, Akane juga mampu menjadi pemenang di kandangnya sendiri dalam level senior, Jepang Super Series Premier. Saat itu, dia menundukkan kompatriot (rekan satu negara) Shizuka Uchida 21-15, 21-19.

Sayang, tahun lalu, dia langsung tumbang di babak pertama. Akane ditundukkan Li Xuerui dari Tiongkok dengan tiga game 21-19, 19-21, 18-21. Xuerui akhirnya keluar sebagai juara Jepang Super Series 2014.

Seakan tak mau mengulangi kesalahan yang sama, Akane kembali bertemu dengan tunggal putri Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, itu kembali di babak perempat final Jepang Super Series 2015. Tapi, kali ini, hasilnya berbeda.

Akane yang memenangkan pertandingan. Mantan peringkat satu dunia itu dijinakkannya dengan 21-19, 13-21, 21-16.

Setelah itu, di perempat final, Akane berjumpa dengan lawan yang lebih jangkung dari Tiongkok lagi, Wang Shixian. Meski posturnya hanya  158 sentimeter, dia mampu membuat Shixan menyerah 21-12, 15-21, 26-24 dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Tokyo pada Sabtu waktu setempat (12/9/2015). Kemenangan itu membuatnya unggul dua kali dalam tiga kali pertemuan dengan lawannya yang kini berada di posisi kesepuluh atau tiga setrip di atasnya.

Di babak final, Akane berjumpa dengan pebulu tangkis tuan rumah lainnya Nozomi yang di semifinal menundukkan Tai Tzu Ying, unggulan keempat asal Taiwan, dengan 21-12, 14-21, 21-19.Ironisnya, Akane tak pernah menang dalam empat kali pertemuan yakni dua kali di level junior dan dua kali di level senior.

Namun, kemampuan dan semangat Akane layak dicontoh. Posturnya yang masih di bawah garis net tak membuatnya mudah dikalahkan. Sebaliknya, dia membuat lawan-lawannya yang lebih jangkung keluar lapangan dengan kekalahan. (*)