WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Empat Gelar setelah Menunggu 21 Tahun

KOMPAK: Kevin Sanjaya (kiri) dan Markus Fernaldi
INDONESIA pesta gelar di Taiwan Grand Prix 2015. Merah putih meraih empat posisi terhormat dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 50 ribu tersebut.

Dari lima nomor yang dipertandingkan, hanya di tunggal putri yang lepas dari cengkeraman pebulu tangkis Indonesia. Itu pun dikarenakan tak ada wakil dari negeri terpadat di Asia Tenggara tersebut.

Dari empat gelar itu, tiga di antaranya dicapai oleh wakil Pelatnas PBSI atau yang biasa disebut Pelatnas Cipayung. Yakni dari nomor ganda putra melalui Markus 'Sinyo' Fernaldi/Kevin Sanjaya, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi (ganda putri), dan pasangan ganda campuran Ronald Alexander/Melati Daeva

Sementara, juara tunggal putra, Sony Dwi Kuncoro bukan membawa bendera Pelatnas Cipayung. Ini setelah pada 2014, dia tak lagi tercantum namanya sebagai penghuni kawah candradimuka atlet olahraga tepok bulu tersebut

Capaian empat gelar ini mengulangi hasil pada 1994 Ketika itu, Haryanto Arbi menjadi juara tunggal putra, Susi Susanti (ganda putri), Rudy Gunawan/Bambang Supriyanto (ganda putra), dan Lili Tampi/Finarsih (ganda putri).

Sementara, tahun lalu, merah putih hanya mampu mengusung satu gelar melalui nomor ganda putri. Iu melalui pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, yang pada 2013 juga mampu menjadi juara.

Pada 2015, keduanya gagal mencetak hat-trick atau tiga kali beruntun menjadi pemenang. Bukan karena kalah di babak awal. Tapi karena Greysia/Nitya bermain di turnamen yang levelnya lebih tinggi, Denmark Super Series Premier. Dengan berada di posisi 10 besar mewajibkan keduanya turun dalam ajang yang waktunya bersamaan dengan Taiwan Grand Prix tersebut. (*)



Distribusi gelar Taiwan Grand Prix 2015

Tunggal putra:Sony Dwi Kuncoro (Indonesia x16) v Tzu Wei Wang (Taiwan x5) 21-13, 21-15

Tunggal putri:Lee Jang-mi (Korsel) v Kim Hyo-min (Korsel x1) 21-16, 21-16

Ganda putra:Markus 'Sinyo' Fernaldi/Kevin Sanjaya (Indonesia x1) v Thien How Hoon/Lim Khim Wah (Malaysia x4) 21-12, 21-18

Ganda putri:Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi (Indonesia x4) v Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto (Jepang) 21-19, 21-14

Ganda campuran: Ronald Alexander/Melati Daeva (Indonesia x1) v Ko-Chi Chang/Hsin Tien Chang (Taiwan) 21-18, 25-27, 21-15

x=unggulan

Mantan Cipayung Belum Jaminan

JEGAL: Delphine Lansac (foto:twitter)
PERNAH menjadi andalan Indonesia bukan jaminan berjaya di turnamen level challenge. Ini dirasakan benar oleh Aprilia Yuswandari.

Dia sudah terhenti langkahnya oleh Delphine Lansac dari Prancis dengan rubber game 21-10, 16-21, 18-21 dalam pertandingan perempat final Swiss Challenge 2015 yang dilaksanakan di Yverdon-les-Bains pada Sabtu waktu setempat (17/10).Pertemuan Aprilia dengan pebulu tangkis berperingkat 76 tersebut baru kali pertama.

Hanya, di atas kertas, sebenarnya Aprilia bisa mengungguli lawannya. Pengalamannya semasa di Pelatnas PBSI jauh di atas lawannya.

Selain di turnamen-turnamen besar, gadis asal Jogjakarta tersebut pernah membela Indonesia di ajang Piala Uber dan Sudirman. Hanya, karena lama vakum di berbagai event internasional, kini ranking Aprilia meloror jauh. Dia ada di posisi 133 atau masih di bawah Lansac.

Aprilia bisa tampil di Eropa karena kini dia bakal menghabiskan banyak waktunya di Benua Putih, julukan Eropa. Itu setelah dia menerima tawaran bermain di salah satu klub di Swiss.

Aprilia sendiri cukup lama digembleng di Pelatnas Cipayung. Sayang, karena penampilannya yang dianggap mulai turun dia pun terpental pada 2014.

Di Swiss Challenge sendiri, selain Aprilia juga ada pasangan ganda putri Pia Zebadiah/Variella ''Lala'' Putri. Ayunan langkah keduanya masih bertahan hingga babak semifinal. (*)

Mengejar Sejarah di Negeri Dongeng

LAWAN: Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (foto: victor)
PASANGAN Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akhirnya mencapai final Denmark Super Series Premier 2015.Dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Odense pada Sabtu waktu setempat (17/10/2015), unggulan kedua tersebut memetik kemenangan straight game 21-18, 21-16 atas Liu Cheng/Bao Yixin, yang diunggulkan di posisi keempat.

Kemenangan tersebut membuat Tontowi/Liliyana unggul lima kali dalam tujuh kali pertemuan. Kali terakhir, kedua pasangan bersua dalam perempat final Indonesia Super Series Premier 2015.

Di babak pemungkas yang dilaksanakan Minggu waktu setempat (18/10/2015), andalan merah itu akan ditantang Ko Sung-Hyun-Kim Ha-na. Di babak semifinal, unggulan ketujuh tersebut melibas asa tuan rumah Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, unggulan kelima, dengan dua game 21-14, 21-16.

Tontowi/Liliyana tak boleh memandang sebelat mata wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, itu. Dalam pertemuan terakhir di Jepang Super Series 2015, pasangan yang sama-sama bernaung di bendera klub Djarum Kudus tersebut kalah straight game 16-21, 21-23.

Hanya, jika konsisten, jalan juara bagi Tontowi/Liliyana terbentang. Ini sekaligus membuat mereka akan mencatatkan namanya dalam daftar juara di Denmark Open, titel awal Denmark Super Series 2015.

Selama dipasangkan dan mampu menjuarai berbagai turnamen, termasuk Kejuaraan Dunia dan All England, Tontowi/Liliyana nihil gelar di Negeri Dongeng, julukan Denmark, itu. Selain Denmark Open, Indonesia Open juga masuk dalam daftar turnamen yang belum pernah dimenangi Tontowi/Liliyana.

Kali terakhir, pasangan ganda campuran merah putih yang menjadi juara di Denmark Open adalah Tri Kusharjanto/Emma Ermawati pada 2001-2002. Hanya, maksud 2001-2002 itu bukan berarti mereka juara dua tahun beruntun.Dulu, Denmark Open selalu dilaksanakan di pergantian tahun.  (*)

Kiprah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Denmark Open

2010:

2011: Babak I: kalah oleh Lee Yong-dae/Ha Jung-eun (Korsel) 15-21, 21-12, 17-21

2012: Final: kalah oleh Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok) 21-23, 26-24, 11-21

2013: Final : kalah oleh Zhang Nan/Zhaou Yunlei (Tiongkok) 11-21, 20-22

2014: Final : kalah oleh Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok)20-22, 15-21

Selangkah Lagi ke Podium Terhormat

Tommy Sugiarto tembus final Denmark Open
NAMA Chen Long seperti tembok terjal bagi Tommy Sugiarto. Dia hanya mampu sekali memetik kemenangan dalam delapan kali pertemuan

Kemenangan tersebut pun dipetik setelah keduanya bertemu tujuh kali. Ini terjadi pada Indonesia Open 2013.

Saat itu, Tommy menang dengan dua game 21-11, 21-18. Namun, dalam duel terakhir di Kejuaraan Dunia 2014, putra juara dunia tunggal putra Icuk Sugiarto tersebut gagal mengulangi. Dia kalah 16-21, 20-22.

Nah, kini, Tommy bakal kembali bekerja keras untuk mengurangi selisih kekalahannya. Dia akan menantang Chen Long dalam final Denmark Super Series Premier 2015.

Lolosnya mantan penghuni Pelatnas PBSI atau yang biasa disebut Pelatnas Cipayung tersebut termasuk kejutan. Dia datang tanpa status unggulan dalam turnamen berhadiah total USD 650 ribu tersebut.

Namun, Tommy mampu menjungkalkan para unggulan. Mereka adalah Kidambi Srikant, unggulan kelima asal India, yang dipecandinginya di babak II dengan 21-15, 21-17. Setelah itu, di perempat final, jagoan tuan rumah yang ditempatkan sebagai unggulan kedua Jan O Jorgensen dipermalukannya dengan dua game langsung 21-19, 21-19.

Nah, kemudian di babak semifinal yang dilaksanakan di Odense pada Sabtu waktu setempat (17/10/2015), Tommy menjungkalkan unggulan ketujuh Chou Tien Chen dari Taiwan dengan straight game 21-8, 22-20. Namun, Chen Long beda dengan para unggulan yang sudah dihantamnya.

Pebulu tangkis nomor satu dunia itu termasuk stabil penampilannya. Butuh stamina yang kuat dan kecerdikan untuk bisa membuatnya takluk.

Hanya, Tommy sekarang sudah mengalami perbedaan. Di tangan Rashid Sidek yang menanganinya di Sport Affairs Malaysia, dia lebih sabar dan punya power ketika menyerang. (*)

Agenda final Denmark Super Series Premier

Ganda campuran: Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korsel x7) v Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x2)

Ganda putri: Jung Kyun-eun/Shin Seung-chan (Korsel) v Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x5)

Ganda putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Lu Kai/Liu Cheng (Tiongkok)

Tunggal putri:Li Xuerui (Tiongkok x4) v PV Sindhu (India)

Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x1) v Tommy Sugiarto (Indonesia)

x=unggulan

Ada Tiga Atlet Jatim di Final Taiwan Grand Prix

Ronald (belakang) (foto;PBSI)
TAK ada nama kontingen Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim di Taiwan Grand Prix 2015. Namun, ada hal yang membuat tim yang dipersiapkan ke Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jawa Barat tersebut menepuk dada.

Ini dikarenakan ada tiga atletnya yang mampu menembus babak final turnamen berhadiah total USD 50 ribu tersebut. Meski, mereka membela panji-panji Pelatnas PBSI.

''Ada Kevin Sanjaya dan Ni Ketut Mahadewi serta Ronald Alexander. Mereka memang berlatih di Jakarta karena statusnya pebulu tangkis pelatnas,''kata Kabid Binpres Pengprov PBSI Jatim Koko Pambudi.

Memang, dengan status tersebut, mereka tak bisa bergabung dengan rekan-rekannya di Surabaya. Namun, banyak hal yang didapat Jatim dengan keberadaan ketiganya di Cipayung, markas Pelatnas PBSI.

Sparring yang berkualitas bisa didapat. Selain itu, mengikuti kejuaraan internasional akan ikut memupuk pengalaman bertanding.

Di Taiwan Grand Prix, Kevin yang turun berpasangan dengan Markus Fernaldi berlaga di ganda putra, Ni Ketut di ganda putri bertandem dengan Angia Shitta Awanda. Sedang Ronald berpasangan dengan Melati Daeva di ganda campuran.  Selain ketiganya, Jatim masih mempunyai Krisha Adi di tunggal putra. 

Sementara di Taiwan Grand Prix, selain Kevin, Ni Ketut, dan Ronald, sebenarnya masih ada wakil Jawa Timur lainnya yang berlaga di final. Dia adalah Sony Dwi Kuncoro.

Hanya, karena dia sudah tak masuk Puslatda Jatim karena usianya sudah di atas 25 tahun pada 2016 sebagai syarat untuk bisa berlaga dalam PON nanti. (*)

Ayo Sony, Kamu Bisa

RINTANGAN TERAKHIR: Tzu Wei Wang (foto:badzine)
AROMA juara sudah dicium Sony Dwi Kuncoro. Mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut mampu menjejakkan kaki dalam final Taiwan Grand Prix 2015

Dalam babak final yang dilaksanakan Minggu (18/10/2015) di Taipei, Sony akan menantang unggulan kelima
Tzu Wei Wang dari Taiwan. Sony mampu menembus babak pemungkas usai menundukkan mantan rekannya di Pelatnas Cipayung Simon Santoso dengan dua game langsung 21-14, 21-16 dalam laga yang dilaksanakan Sabtu waktu setempat.

Meski sudah hampir delapan tahun bersama di Pelatnas Cipayung, tapi Sony dan Simon hanya dua kali bertemu. Yakni di Indonesia Open 2008 dan Jepang Open 209.Hasilnya, mereka saling mengalahkan.

Menariknya, kini keduanya tampil lagi usai sama-sama pulih dari cedera. Kondisi itu pula yang membuat mereka terpental dari Cipayung.

Sementara, Wei Wang menggagalkan terjadinya final sesama pebulu tangkis Indonesia (all Indonesian Finals).Ini setelah dia memupus asa atlet muda Indonesia Ihsan Maulana Mustofa dengan rubber game 10-21, 21-8,15-21.Ihsan sendiri dalam turnamen berhadiah total USD 50 ribu tersebut ditempatkan sebagai unggulan kelima.

Sony punya memori buruk dengan Wei Wang. Tahun ini di Swiss Grand Prix Gold, dia dipermalukan dengan dua game langsung 11-21, 12-21.

Hanya, kondisi di Swiss pada Maret lalu dengan sekarang sudah berbeda. Ketika itu, trauma cedera masih menghantui Sony.

Sedangkan sekarang, kondisi peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut mulai mendekati penampilan terbaik. Awal September lalu, Sony mampu menjadi juara Indonesia Challenge dan dua pekan lalu menembus perempat final Thailand Grand Prix Gold 2015.

Hanya seperti biasanya, dalam setiap turnamen yang diikuti, dia tak pernah mau banyak sesumbar. Baginya, tampil baik dalam setiap pertandingan menjadi fokus perhatiannya. (*)

Agenda final Taiwan Grand Prix 2015

Ganda putra: Markus Fernaldi/Kevin Sanjaya (Indonesia x1) v Thien How Hoon/Lim Khim Wah (Malaysia x4)

Tunggal putri: Kim Hyo-min (Korea Selatax1) v Lee Jang-mi (Korea Selatan)

Tunggal putra: Sony Dwi Kuncoro (Indonesia x16) v Tzu Wei Wang (Taiwan x5)

Ganda putri: Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi (Indonesia x4) v Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto (Jepang)

Ganda campuran: Ronald Alexander/Melati Daeva (Indonesia x1) v Ko-Chi Chang/Hsin-Tien Chang (Taiwan)

x=unggulan

Lapang Jalan Tontowi/Liliyana Raih Gelar Perdana

TERSINGKIR: Zhang/Zhao Yunlei (foto;xinhua)
MUSIM 2015 sudah berlalu selama 10 bulan Tapi, belum ada gelar dari ajang super series/super series premier yang mampu disabet pasangan ganda campuran andalan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Di ajang All England yang sudah jadi langganan juara, keduanya tersungkur di final. Tontowi/Liliyana dikalahkan musuh beratnya dari Tiongkok Zhang Nan/Zhou Yunlei. Pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut pula yang sering jadi penjegal langkah ganda yang sama-sama bernaung di klub Djarum Kudus tersebut.

Salah satunya dalam Kejuaraan Dunia 2015 Padahal, ajang itu dilaksanakan di kandang sendri, Jakarta Kali terakhir Nan/Yunlei menjegal Tontowi/Liliyana di final Korea Super Series 2015.

Memang, mereka pernah juara yakni dalam Kejuaraan Asia 2015. Tapi, ketika itu, musuh besarnya tersebut memilih absen.

Namun, kini, kans menjadi juara di ajang turnamen super series premier terbuka lebar. Langkah Tontowi/Liliyana sudah sampai di babak semifinal Denmark Super Series Premier 2015.Sedangkan Nan/Yunlei secara mengejutkan tumbang di babak kedua.Unggulan teratas dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 650 ribu tersebut takluk dua game langsung 20-22, 18-21 kepada wakil Korea Selatan Shin Baek-choel/Chae Yoo-jung.

Tiket semifinal ditangan Tontowi/Liliyana, yang diunggulkan di posisi kdedua, usai mengalahkan unggulan kedelapan Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok) dengan rubber game 21-15, 18-21, 21-15. Ini menjadi kemenangan kedelapan dalam delapan kali pertemuan pasangan merah putih tersebut dengan Kai/Yaqiong.

Di semifinal, Tontowi/Liliyana kembali berjumpa dengan pasangan Tiongkok lainnya. Kali ini, Liu Chen/Bao Yixin yang akan dihadapi

Ganda campuran nomor empat dunia tersebut tak boleh dianggap enteng. Tontowi/Liliyana pernah dua kali mengalami dua kali kekalahan beruntun yakni di Super Series Finals 2014 dan Swiss Grand Prix Gold 2015. Untung, dalam pertemuan terakhir di Indonesia Super Series 2015, Tontowi/Liliyana menang.

Semifinal ganda campuran lainnya di Denmark Super Series 2015 akan mempertemukan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dari Denmark dengan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korea Selatan). (*)

Tommy Permalukan Andalan Tuan Rumah

Jan O Jorgensen tumbang  (foto:yonex)
TOMMY Sugiarto semakin matang. Di bawah polesan mantan pelatih nasional Malaysia Rashid Sidek, dia mulai menyeruak di persaingan jajaran elite nomor tunggal putra dunia.

Buktinya, tunggal putra terbaik Indonesia saat ini tersebut mampu menembus babak semifinal Denmark Open. Padahal, ajang berhadiah total USD 650 ribu tersebut diikuti para atlet terbaik dunia

Hebatnya lagi, yang dikalahkannya adalah andalan tuan rumah Jan O Jorgensen. Dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Odense pada Jumat waktu setempat (16/10/2015), Tommy menang dua game langsung 21-19, 21-19 atas unggulan kedua tersebut

Kemenangan ini juga membuatnya sukses melakukan revans. Dalam pertemuan pertama di Super Series Finals 2013, putra legenda bulu tangkis dunia Icuk Sugiarto tersebut menyerah mudah 15-21, 9-21.

Namun, bukan hal yang mudah baginya untuk bisa menembus final. Tommy harus bisa menyingkirkan Chou Tien Chen dari Taiwan Dalam tiga pertemuan terakhir-Asian Games 2014, Prancis Super Series 2014, dan Tiongkok Super Series Premier 2014-, mantan penghuni Pelatnas Cipayung itu kalah. Tien Chen sendiri lolos ke semifinal usai menumbangkan unggulan keempat Kento Momota (Jepang) dengan 21-19, 20-22.

Semifinal lainnya akan mempertemukan antara andalan Denmark lainnya Viktor Axelsen dengan unggulan teratas Chen Long (Tiongkok). Di perempat final, Viktor mempermalukan juara dunia lima kali Lin Dan (Tiongkok) dengan mudah 21-8, 21-7. Sedang Chen Long dipaksa tampil tiga game 13-21, 21-13, 21-16 untuk menghentikan perlawanan Wei Nan (Hongkong).

Sejak 2009, usai Simon Santoso menjadi juara, belum ada wakil merah putih yang naik ke podium terhormat. Tommy sendiri kini digembleng Rashid di klub barunya di Malaysia, Sport Affairs.

Tahun lalu, di Denmark Super Series Premier, Tommy langsung tersingkir di babak pertama. Diunggulkan di posisi ketujuh, kakak Jauzah Sugiarto tersebut dikalahkan Tian Houwei (Tiongkok) dengan 14-21, 14-21. (*)

Aprilia Mulai Jajal Turnamen Eropa

 APRILIA Yuswandari memulai debut di Eropa. Mantan  tunggal putri binaan Pelatnas Cipayung tersebut akan berlaga dalam Swiss Challenge 2015.

Pada babak pertama yang dilaksanakan di     Yverodn-les-Bains pada Jumat waktu setempat, dia akan dijajal pebulu tangkis tuan rumah yang lolos dari babak kualifikasi Cendrine Hantz.  Kedua pebulu tangkis belum pernah bertemu.

Hanya, dari ranking terakhir, Aprilia layak diunggulkan menang. Perempuan yang dibesarkan oleh klub Semen Gresik tersebut ada di posisi 133. Sementara lawannya di ranking 227.

Selain itu, secara pengalaman, Aprilia masih unggul. Dia punya bekal pernah menjadi tunggal putri merah putih di ajang Piala Uber dan Sudirman.

Sayang, setelah terpental dari Pelatnas Cipayung 2014, ranking Aprilia terus merosot. Gadis 25 tahun tersebut terlempar dari 100 besar dan belum pernah merasakan juara.

Padahal, tahun ini, Aprilia punya dua kali peluang naik ke podium terhormat yakni di Vietnam Challenge dan Indonesia International Series. Hanya, dia tumbang di babak final.

Kali terakhir, Aprilia berlaga di Eropa pada 2013. Saat itu, dia masih di Pelatnas Cipayung dan mendapat kepercayaan berlaga di All England. Hanya di babak pertama, Aprilia langsung takluk kepada Juliane Schenk dari Jerman.

Nah, kini, Aprilia bisa berlaga kembali di Benia Putih, julukan Eropa, karena dia bergabung dengan salah satu klub di Swiss. Dia tak hanya menjadi lawan tanding (sparring partner) tapi juga mendapat kesempatan berlaga di berbagai turnamen. (*)

Lho, kok Sekarang Chong Wei Kalahan

HONGKONG: Wei Nan, sang penakluk Chong Wei (foto:scmp)

LEE Chong Wei belum bisa kembali ke penampilan puncak. Usai Kejuaraan Dunia 2015, untuk kali ketiga, dia harus menerima hasil buruk.

Ini setelah lelaki asal Malaysia tersebut menyerah dua game langsung 18-21, 19-21 kepada Wei Nan dari Hongkong di Denmark Super Series 2015. Ironisnya, kekalahan tersebut baru terjadi di babak II.

Sebelumnya, mantan pebulu tangkis nomor satu dunia nomor tunggal putra tersebut juga menerima hasil pahit di Jepang Super Series 2015 dan Korea Super Series 2015.

Di Negeri Sakura, julukan Jepang, Chong Wei kalah oleh musuh bebuyutan sekaligus sahabat karibnya sendiri, Lin Dan asal Tiongkok, dengan 17-21, 10-21. Pertarungan tersebut terjadi di babak perempat final.

Sepekan kemudian, di Korea, hasil mengejutkan dialami dua kali peraih medali perak olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012, tersebut kalah 19-21, 19-21 kepada atlet junior tuan rumah Heo Kwang-hee. Parahnya, kejadian tersebut berlangsung di babak kualifikasi.

Tentu, hasil dalam tiga turnamen tersebut membuat Chong Wei seakan sudah tak menakutkan bagi para atlet olahraga tepok bulu lainnya. Padahal, dalam tujuh tahun terakhir, dia merupakan momok yang menakutkan bagi para lawan-lawannya.

Selain itu, hasil dalam tiga turnamen ini bisa membuat Chong Wei harus bekerja lebih keras jika ingin memecahkan mitos gagal di olimpiade. Apalagi, dia masih ingin tampil di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.

Ya, Chong Wei sempat diprediksi bakal kembali berjaya. Puncaknya, dia mampu menembus babak pemungkas Kejuaraan Dunia 2015 di Jakarta.

Sayang, langkahnya dihentkkan oleh Chen Long asal Tiongkok. Chong Wei tumbang straight game 14-21, 17-21. (*)

Berjumpa Lagi setelah Enam Tahun

Simon Santoso (foto:badzine)
SATU tiket final tunggal putra di Taiwan Grand Prix 2015 sudah di tangan. Dua wakil Indonesia, Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro, akan saling bertemu dalam pertandingan babak semifinal yang dilaksanakan di Taipei pada Sabtu waktu setempat (17/10/2015).

Menariknya, keduanya merupakan mantan rekan berlatih di Pelatnas Cipayung dan kini sudah sama-sama terpental. Tiket ke empat besar tersebut usai Simon dan Sony mampu mengalahkan lawan-lawannya dalam lagga delapan besar yang dilaksanakan Jumat (16/19).

Simon, yang berstatus nonunggulan, memetik kemenangan dua game 21-12,21-19 atas wakil tuan rumah Lin Yu Hsien, yang juga diunggulkan di posisi ke-12.  Ini menjadi kemenangan kedua Simon atas lawan yang sama.

Sebelumnya, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut menang di Selandia Baru Super Series 2013. Saat itu, Simon juga unggul dua game 21-12, 21-19.

Pada babak II, Simon membuat kejutan besar. Dia menumbangkan unggulan teratas Nguyen Tien Minh asal Vietnam.

Sedangkan Sony lolos ke semifinal usai memupus perlawanan sengit Kwang Hee-heo (Korea Selatan) dalam pertarungan babak perempat final yang memakan waktu 48 menit dengan 22-20, 21-19. Dalam ajang berhadiah total USD 50 ribu tersebut, Sony diunggulkan di posisi ke-16.

Meski hampir delapan bersama, tapi Simon dan Sony hanya bertemu dua kali di ajang resmi. Hasilnya pun saling mengalahkan.

Sony menang di Indonesia Open 2008. Sedangkan dia menyerah di Jepang Open setahun kemudian. Artinya, sudah enam tahun, dua mantan andalan Indonesia tersebut belum pernah adu kekuatan lagi.

Di Taiwan Grand Prix 2015, kans menciptakan final sesama wakil Indonesia pun masih terbuka. Syaratnya, Ihsan Maulana Mustofa mampu menjinakkan andalan tuan rumah Tzu Wei Wang.

Di babak sebelumnya, Ihsan melibas rekannya sendiri Anthony Ginting dengan 21-18, 21-18. Wei Wang sendiri memupus asa Kean Yew Loh dari Singapura dengan 21-13, 17-21, 21-13. (*)

Sudah Biasa Langsung Kehilangan Wakil

Lindaweni Fanetri menyerah kepada Li Xuerui
TUNGGAL putri Indonesia masih belum bisa banyak bicara di level atas. Buktinya, baru babak pertama, wakil merah putih sudah bertumbangan dan habis.

Ini tersaji dalam turnamen Denmark Super Series Premier 2015. Lindaweni Fanetri dan Maria Febe Kusumastuti dipaksa menyerah di laga perdana turnamen berhadiah total USD 650 ribu tersebut.

Lindaweni sempat memberikan perlawanan sebelum akhirnya kalah 21-10, 19-21, 11-21 kepada unggulan keempat Li Xuerui dari Tiongkok dalam pertandingan yang dilaksanakan pada Rabu waktu setempat (14/10/2015). Ini menjadi kekalahan keempat penghuni Pelatnas Cipayung tersebut oleh Li Xuerui.

Sementara, Febe, sapaan karib Maria Febe Kusumastuti, menyerah mudah dengan straight game 13-21, 11-21 kepada andalan India PV Sindhu. Pil pahit ini menjadi kali ketiga yang ditelannya dari lawan yang sama.

Memang, Indonesia sudah lama tak pernah menjadi juara di kelas super series atau super series premier. Regenerasi dan kualitas pebulu tangkisnya membuat dahaga prestasi tersebut sangat panjang.

Di Denmark Open, titel Denmark Super Series Premier, sejak digelar 1935, hanya ada dua nama pebulu tangkis merah putih yang sukses menjadi juara. Mereka adalah Ivana Lie pada 1979-1980 dan Susi Susanti 1991-1992 dan 1992-1993.

Penulisan Ivana juara 1979-1980 bukan berarti dia dua kali naik ke podium terhormat. Sebelumnya, Denmark Open dilaksanakan di penghujung tahun atau pada saat pergantian tahun. Sama halnya dengan Susi.

Tahun lalu, gelar juara di Negeri Skandinavia tersebut jatuh ke tangan Li Xuerui. Hanya, tahun ini, kansnya mempertahankan gelar tak terlalu besar. Gaya permainannya sudah bisa diantisipasi dua lawan terberatnya saat ini, Saina Nehwal dari India dan Carolina Marin (Spanyol). (*)

Bellaetrix is Back

Bellaetrix saat cedera di Piala Sudirman 2015 (foto:xinhua)
SUDAH lima bulan lamanya nama Bellaetrix Manuputty menghilang. Ini akibat dari petaka yang dialami dalam Piala Sudirman 2015.

Saat itu, dalam babak semifinal kejuaraan beregu campuran dunia tersebut, Bella, sapaan karibnya, menantang tunggal putri terbaik tuan rumah Li Xuerui.

Dia sempat memberikan harapan dengan unggul 5-3 di game pertama. Namun, sebuah insiden salah jatuh membuatnya harus mengakhiri pertarungan lebih cepat.

Setelah itu, dia dipaksa menepi untuk menjalani penyembuhan. Akibatnya, ranking Bella pun menurun jauh hingga kini di posisi 79.

Tapi, dalam Taiwan Grand Prix 2015, namanya kembali  muncul. Dia pun memulai comeback nya dengan gemilang.

Bella menang dua game langsung 21-19, 21-11 atas Hsuan Yu Wendy dari Australia dengan 21-19, 21-11 dalam pertandingan babak I turnamen berhadiah USD 50 ribu tersebut di Taipei pada Rabu waktu setempat (14/10/2015).

Dari sisi ranking, Bella memang kalah dibandingkan Hsuan Yu. Wakil Negeri Kanguru, julukan Australia, tersebut ada di ranking 67.

Di babak II, mantan tunggal putri terbaik Indonesia itu menantang wakil tuan rumah Shuo Yun Sung, yang di babak I melibas kompatriot (rekan satu negara) Ying Chun Lin dengan 15-21, 21-9, 21-14.

Melihat ranking terakhir, Bella harusnya bisa menang lagi. Saat ini, Yun Sung ada di posisi 187.

Dia juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan di nomor tunggal putri. Ini menyusul kekalahan yang dialami Yulia Yosephine Susanto,Fitriani, dan Gregoria Mariska serta Lyanny Mainaky. (*)

Sony Sudah Ada di Taiwan

Sony Dwi Kuncoro masih bertahan (foto:badine)
SEMANGAT Sony Dwi Kuncoro mengangkat kembali nama terus dilakukan. Usai dari Thailand Grand Prix Gold, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut mengayunkan raket di Taiwan Grand Prix 2015.

Dalam ajang yang dilaksanakan di Taipe itu, Sony pun sudah menjejakkan kakinya di babak II. Ini setelah arek Suroboyo tersebut menang dua game langsung 21-5, 21-18 atas wakil Thailand Adulrach Namkul.

Dia akan berebut tiket babak III dengan Hsueh Hsuan Yi. Di babak II, pebulu tangkis Taiwan tersebut menundukkan Yugo Kobayashi (Jepang) dengan 21-14, 21-12.

Di atas kertas, Sony lebih diunggulkan. Peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut ada di posisi 82 sedangkan lawannya di posisi 193.

Pekan ini, ranking bapak dua putri tersebut mengalami lonjakan 17 setrip. Sony kembali menembus 100 besar usai mencapai babak perempat final di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand.

Selain Sony, di nomor tunggal putra, Indonesia menempatkan banyak wakil di babak II. Mereka antara lain Simon Santoso, Muhammad Bayu Pangistu, serta kuarter Pelatnas Cipayung-Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, Firman Abdul Kholik, dan Anthony Ginting.

Hanya, di antara wakil merah putih tersebut, beban terberat di pundak Simon Santoso. Mantan peringkat ketiga dunia itu berjumpa dengan unggulan teratas Nguyen Tien Minh.

Meski rankingnya kalah jauh, kini Simon di posisi 125 dan Tien Ming (35), namun Simon punya catatan apil. Dia tak pernah kalah dalam empat kali pertemuan dengan Tien Minh.

Kali terakhir, Simon menang di Singapore Open 2011.Namun setelah empat tahun berlalu, keduanya belum pernah lagi berjumpa. (*)

Gubernur Jatim Dukung Indonesia GPG

PENYELENGGARAAN
Gubernur  Soekarwo (tengah) menerima pengurus PBSI Jatim
Indonesia Grand Prix Gold 2015 dapat angin segar. Ajang yang akan dilaksanakan di Malang tersebut mendapat sokongan dari Gubernur Jatim Soekarwo.

Bahkan, pengurus Pengprov PBSI Jatim yang dipimpin langsung ketua umumnya Wijanarko Adi Mulya diterima orang nomor satu di provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut. Selain Wijar, sapaan karib Wijanarko Adi Mulya, tampak pula beberapa pengurus inti Pengprov PBSI Jatim seperti ketua harian Bayu Wira maupun penasihat Bahrul Amik.

''Gubernur juga akan mendukung,'' kata Wijar.

Bagi Jatim, tahun ini merupakan kali pertama Indonesia Grand Prix Gold dilaksanakan di Jawa Timur. Sebelumnya, turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut dilaksanakan di Samarinda (Kalimantan Timur), Palembang (Sumatera Selatan), dan Jogja (DI Jogjakarta).

Selain itu, hadirnya Indonesia Grand Prix 2015 membuat Jatim dua kali menjadi host ajang internasional. Sebelumnya, pada 1-6 September lalu, Surabaya ditunjuk menjadi tempat pagelaran Indonesia Challenge 2015.

Indonesia Grand Prix Gold kali ini diperkirakan bakal diserbu para pebulu tangkis papan atas dunia. Meski ajang itu 'hanya' turnamen kasta ketiga di kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) setelah super series dan super series premier.

Alasannya, para peserta akan mengejar poin untuk bisa menembus Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Undian Indonesia Grand Prix Gold 2015 akan dilaksanakan pada 10 November mendatang. (*)

Destyan Resmi Persunting Atlet Andalan Singapura

SUAMI-ISTRI: Destyan dan Shinta Mulia Sari
DESTYAN Nanda Nobela akhirnya mengakhiri masa lajang. Lelaki yang dibina klub Surabaya Wima tersebut resmi menyunting Shinta Mulia Sari.

Acara akad nikah tersebut dilaksanakan di Singapura pada Jumat (9/10/2015). Acara dilaksanakan di Negeri Singa, julukan Singapura, karena saat ini sang istri merupakan warga negara Singapura.

Ya, Shinta memang sudah melepas statusnya warga negara Indonesia (WNI)-nya. Bahkan, dia menjadi salah satu pebulu tangkis andalan Singapura.

''Alhamdulillah. Sekarang, kami sudah resmi suami istri,'' tulis Destyan dalam pesan singkatnya.

Dalam acara sakral tersebut, terang dia, hadir juga Ferry Stewart. Sosok tersebut merupakan pelatih Destyan saat masih menimba ilmu di Wima.

Kisah kasih Destyan dengan Shinta sudah terjalin lama. Bahkan, mereka menjalin hubungan jarak jauh.

Ini dikarenakan Destyan di Surabaya dan Shinta di Singapura. Tapi, beberapa tahun terakhir, Destyan sudah melatih di Malaysia.

Namun, menjelang pernikahan, lelaki yang tinggal di kawasan Waru, Kabupaten Sidoarjo, tersebut hengkang ke Singapura. Dia menjadi pelatih private kepada anak-anak di negeri yang berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau itu.

Shinta sendiri, menjelang dipersunting Destyan absen di berbagai turnamen. (*)

Imbas Positif dari Thailand

Ihsan Maulana Mustofa (foto:badzine)
MENEMBUS final Thailand Grand Prix Gold 2015 membawa imbas bagi Ihsan Maulana Mustofa. Kini, rankingnya naik lima setrip di bandingkan pekan lalu.

Dari ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), penghuni Pelatnas Cipayung tersebut sudah ada di posisi 37. Ini menjadi capaian terbaik dari Ihsan.

Bahkan, selama tiga bulan beruntun, rankingnya terus naik. Pada Agustus lalu, lelaki yang dibesarkan bersama klub Djarum Kudus tersebut di posisi 73 dunia. Kemudian, pada September, Ihsan ada 52 dan di awal Oktober sudah nangkring di 37.

Memang harus diakui, dibandingkan rekan-rekannya di Cipayung, capaian Ihsan paling impresif. Bahkan, dia pernah menembus perempat final dalam turnamen super series, Jepang Open.  Meski, dia harus melalui dari babak kualifikasi.

Di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, Ihsan sempat memberikan harapan bisa menjadi juara. Pada babak perempat final, pahlawan Indonesia meraih emas beregu dalam SEA Games 2015 tersebut memulangkan lebih awal unggulan teratas asal Korea Selatan Son Wan-ho dari Korea Selatan. Tapi, di babak final, Ihsan dipaksa harus mengakui ketangguhan pebulu tangkis senior asal Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, lainnya Lee Hyun-il.

Hanya, dibandingkan rekan-rekannya yang lain, kini Ihsan memiliki peringkat tertinggi. Sebelumnya, dia kalah kepada Jonatan Christie. (*)

Kembali Bersama di Belanda

Variella ''Lala'' Putri saat berada di Belanda
RANKING Pia Zebadiah/Variella ''Lala'' Putri masuk kategori jeblok. Keduanya terdampar di posisi 203 ganda putri dunia

Padahal, secara kualitas, kemampuan keduanya tak perlu diragukan. Apalagi, Pia dan Lala sama-sama pernah merasakan masuk 10 besar dunia.

Hanya, itu dilakukan saat keduanya berpasangan dengan partner sebelumnya. Pia dengan Rizky Amelia Pradipta dan Lala dengan Vita berpisah.

Sayang, keduanya harus rela berpisah. Ini dikarenakan Rizky dipanggil kembali masuk Pelatnas Cipayung dan Vita ditandemkan dengan pebulu yang gerasal dari klub yang sama, Djarum.

Dengan ranking yang masih jeblok itu pun membuat Pia/Lala harus rela mulai berkelana. Mulai dari turnamen Asia hingga Eropa pun dilakoni.

Di Asia, mereka berlaga di Taiwan Grand Prix Gold dan Jepang Super Series. Tapi, hasilnya pun belum sesuai harapan.

Kini, Pia/Lala berlaga di Eropa tepatnya, Belanda Grand Prix 2015. Di babak pertama, mereka memperoleh bye.

''Ya, kami berpasangan lagi setelah sempat beberapa waktu tak bersama,'' tulis Lala dalam pesan singkatnya.

Nah, baru di babak kedua, dalam ajang yang dilaksanakan di Almere tersebut, keduanya menjajal ketangguhan pasangan tuan rumah Alida Chen/Cheryl Seinen.

Menariknya, ranking kedua pasangan tak jauh beda. Wakil Belanda tersebut hanya tiga setrip di atas Pia/Lala atau tepatnya di posisi 200.

Di Belanda Grand Prix 2015, Pia/Lala menjadi satu-satunya pasangan ganda putri dari Indonesia. (*)

Meretas Jalan Sukses Sembilan Tahun Lalu

EROPA:Andriyanti Firdasari (foto:badzine)
TAK biasanya Andriyanti Firdasari ke Eropa.Apalagi, kini statusnya bukan lagi sebagai penghuni Pelatnas Cipayung.

Ya, sejak 2013, perempuan yang akrab disapa Firda tersebut dikembalikan ke klubnya, Jaya Raya. Ini imbas karena penampilannya yang dianggap mulai  menurun.

Saat ini, Firda berada di Eropa untuk tampil dalam Belanda Grand Prix 2015. Langkahnya pun sudah sampai ke babak kedua dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 50 ribu tersebut.

Pada pertandingan yang dilaksanakan di Almere pada Rabu waktu setempat, mantan tunggal putri terbaik Indonesia tersebut mengalahkan Akvile Stapusaityte dari Lithuania dengan dua game langsung 21-17, 22-20.

Sebenarnya, di atas kertas, Linda tak diunggulkan. Ini disebabkan ranking dunianya kalah.

Dia ada di posisi 116 sedangkan Akvile ada di ranking 99. Hanya, secara pengalaman, Linda memang lebih unggul.

Tapi, untuk bisa menembus babak perempat final, bukan hal yang mudah baginya. Linda akan berjumpa dengan unggulan kedelapan asal Bulgaria Linda Zetchiri, yang di babak pertama melibas Grace Gabriel dari Nigeria dengan 21-10, 21-9.


Bagi Linda, lawannya tersebut bukan wajah asing. Enam tahun lalu, keduanya pernah berjumpa di All England. Hasilnya, wakil merah putih tersebut menang dua game langsung 21-12,21-14.

Hanya, sekarang kondisinya bisa lain. Zetchiri rankingnya jauh lebih bagus yakni di posisi 34.

Sayang, sukses Linda menembus babak II gagal diikuti pebulu tangkis Indonesia lainnya, Ruselli Hartawan. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung itu menyerah straight game 9-21, 8-21 kepada Iris Wang, unggulan keempat asal Amerika Serikat.

Pada 2006, Firda pernah menjadi juara di Belanda Open. Ketika itu, dia mengalahkan Li Wenyan (Tiongkok) 21-16, 21-19. Sejak itu, belum ada srikandi merah putih yang mampu mengikuti jejaknya. (*)

Bicara di Turnamen Level Challenge

STRATEGI:Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva (foto:zimbio.com)
DI ajang super series atau super series premier, pasangan
Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva tak banyak dibicarakan. Ini wajar karena ganda putri asal Bulgaria jarang ikut ambil bagian.

Bahkan, tahun ini, Stoeva bersaudara tercatat hanya berlaga di All England di ajang super series premier. Selebihnya, mereka memilih mengumpulkan poin di turnamen di bawahnya.

Memang, ada hasilnya. Selama 2015, Gabriela/Stefani sudah tiga kali menjadi juara. Mereka naik podium terhormat dalam Orleans International, Spanyol International, dan Rusia Open. Dua turnamen awal masuk kategori challenge atau kasta kelima dalam daftar urutan turnamen yang masuk kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Internasional). Sedangkan Rusia Open masuk grand prix.

Itu sudah membuat ranking mereka terjaga di belasan. Kini, Stoeva bersaudara duduk di posisi 16 dunia.

Akhir pekan lalu, mereka kembali menjadi juara. Levelnya pun challenge yakni Bulgaria Open.

Dalam final yang dilaksanakan Sabtu waktu setempat (3/10/2015), Gabriela/Stefani, yang diunggulkan di posisi teratas, melibas pasangan Amerika Serikat Eva Lee/Paula Lynn Obanana dengan 21-14, 21-10. 

Hasil tersebut juga menjadi penyelamat tuan rumah dalam ajang berhadiah total USD 15 ribu tersebut.Gelar itu juga mengulangi sukses pada 2012.Ketika itu, mereka mengalahkan rekan senegaranya, Rumiana Ivanova/Dimitria Popstoikova.

Tahun lalu, tuan rumah memperoleh satu gelar. Hanya, ketika itu, capaian terbaik disumbangkan Petya Nedelcheva di tunggal putri. (*)