WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Cukup Lambungkan 89 Peringkat


IHSAN Maulana Mustofa baru saja menembus final tunggal putra Belanda Grand Prix 2014. Sayang, di final, dia harus mengakui ketangguhan pebulu tangkis India Ajay Jayaram dalam pertarungan yang ketat 11-10, 6-11, 7-11, 11-1, 9-11.
 Namun, itu sudah lebih dari cukup untuk mendongkrak rankingnya. Usai dari Almere, host Belanda Grand Prix 2013, ranking Ihsan pun melonjak 89 setrip.
 Dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per Kamis (16/10), pebulu tangkis yang tahun ini menembus Tim Piala Thomas Indonesia tersebut ada di posisi 179. Memang, ini bukan menjadi peringkat terbaik Ihsan.
 Pada 20 Maret 2014, dia pernah duduk di ranking167. Capaian Ihsan pekan ini lebih bagus dibandingkan rekannya sendiri sesama pebulu tangkis muda di Pelatnas Cipayung Jonatan Christie.  Juara Indonesia Challenge 2013 itu hanya ada di posisi 176.
 Sementara, bagi pasangan juara Riky Widianto/Richi Puspita Dili, poin dari Negeri Kincir Angin, julukan Belanda, melambungkannya empat setrip ke posisi 13.  Ini diharapkan bisa mengembalikan mereka bisa kembali masuk 10 besar seperti yang pernah dicapai keduanya.
 Jalan ini terbentang. Apalagi, Riky/Richi masih bertahan hingga babak perempat final turnamen bergengsi, Denmark Super Series Premier 2014. Di babak kedua yang dilaksanakan di Odense pada Kamis waktu setempat (16/10), mereka menang 22-20, 24-22 atas ganda Tiongkok Yuchen Liu/Luo Yu. (*)

Kalahkan Tiongkok, Ketemu Pasangan Tiongkok Lagi


PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammmad Ahsan menempati unggulan kedua di nomor ganda putra Denmark Super Series Premier 2014. Langkahnya pun kini sudah menembus babak perempat final.
 Di babak kedua, mantan peringkat satu dunia itu menghentikan langkah Cai Yun/Lu Kai asal Tiongkok dengan 24-22, 21-13 di Odense pada Kamis waktu setempat (16/10). Pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya, Fu Haifeng/Zhang Nan siap menghadang.
 Mereka berhadapan dengan Hendra/Ahsan setelah menang 21-16,15-21,21-16 atas unggulan keenam Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin.  Ini akan menjadi pertemuan kedua. Pada pertemuan perdana di All England Super Series Premier 2014, Hendra/Ahsan memetik kemenangan 23-21, 22-20.
 Bekal berharga sudah dikantongi Hendra/Ahsan sebelum berlaga di Denmark Super Series Premier. Mereka meraih emas dalam Asian Games 2014 yang dilaksanakan di Incheon, Korea Selatan. Di final, Hendra/Ahsan melibas pasangan tuan rumah Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.
 Ganda Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, itu juga berlaga di Denmark Super Series Premier 2014. Bahkan, keduanya diunggulkan di posisi teratas.
 Pasangan merah putih lainnya yang juga melaju ke perempat final adalah Markis Kido/Markus ‘Sinyo’ Fernaldi. Unggulan kedelapan ini menang menang dua game langsung 21-7, 21-18 atas Max Schwenger/Josche Zurwonne asal Jerman.  Untuk bisa melaju ke semifinal, mereka harus bisa menjungkalkan unggulan teratas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong. (*)

Lin Dan Out


JAN O Jorgensen selalu menjadi batu ganjalan bagi juara dunia lima kali asal Tiongkok Lin Dan. Sudah dua kali dia menyerah kepada lelaki asal Denmark tersebut.
 Pil pahit itu ditelan suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut di Malaysia Super Series 2012 dan Jepang Super Series 2014. Di Malaysia Super Series, Lin Dan menyerah 21-14, 15-21, 15-21.
 Kemenangan itu menjadi kemenangan perdana Jorgensen setelah kalah dalam lima kali pertemuan sebelumnya.Di Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, Superdan dipermalukan 19-21, 21-13,16-21.
 Kali ini, Lin Dan kembali menyerah kepada Jorgensen di babak kedua  Denmark Super Series Premier 2014. Hanya, peraih dua emas olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012, kalah sebelum turun lapangan. Dari situs turnamen disebutkan bahwa Lin mengalami cedera pergelangan kaki.
 Ini membuat Lin Dan gagal menambah koleksi gelarnya selama 2014. Pada tahun ini, dari lima turnamen yang diikuti, dia menjadi juara empat kali yakni di Tiongkok Grand Prix Gold, Kejuaraan Asia, Australia Super Series, dan Taiwan Grand Prix. Satu-satunya kegagalan di Jepang Super Series karena kalah oleh Jorgensen. Cedera ini juga bisa membuat Lin Dan absen dalam Prancis Super Series 2014 yang dilaksanakan di Paris pada pekan depan.
 Sementara, bagi Jorgensen, lolos tanpa memeras keringat ini membuatnya berhadapan dengan Kashyap Parupalli. Pada babak kedua, wakil India ini menumbangkan satu-satunya pebulu tangkis Indonesia yang tersisa di tunggal putra, Dionysius Hayom Rumbaka, dengan rubber game 21-17, 17-21, 22-20.  Dalam turnamen berhadiah total USD 600 ribu itu, Jorgensen diunggulkan di posisi ketiga sedangkan lawannya nonunggulan. (*)

Ketemu Penjegal Langkah Juara

BUKAN pekerjaan mudah untuk bisa mengalahkan Lin Dan. Pebulu tangkis Tiongkok ini pun sampai dijuluki Superdan karena tangguhnya dia.
 Buktinya, lima gelar juara dunia dan dua emas olimpiade nomor tunggal putra sudah dikantongi. Bahkan, Lin Dan juga baru saja menjadi juara di Asian Games 2014 di Inchen, Korea Selatan.
 Dari lima turnamen yang diikuti tahun ini, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang itu hanya sekali gagal yakni di Jepang Super Series. Selebihnya di Tiongkok Grand Prix Gold, Kejuaraan Asia, Australia Super Series, dan Taiwan Grand Prix Gold.
 Pebulu tangkis yang menggagalkannya melakukan sapu bersih gelar adalah Jan O Jorgensen dari Denmark. Lelaki Denmark itu mengalahkannya dalam pertarungan tiga game 19-21, 21-13, 16-21.
 Kemenangan Jorgensen itu juga bukan sebuah kebetulan. Dia pernah menundukkan Lin Dan pada 2012 di Malaysia Super Series.
 Nah, kini, kedua pebulu tangkis itu kembali bertemu di babak kedua Denmark Super Series Premier 2014. Itu setelah keduanya melibas lawan-lawannya di babak pertama.
 Pada babak pertama yang dilaksanakan di Odense pada Rabu waktu setempat (15/10), Lin Dan dipaksa bekerja keras sebelum menundukkan Chou Tien Chen 22-20, 10-21, 21-18. Sementara, Jorgensen, yang diunggulkan di posisi ketiga, menang mudah dua game 21-11, 21-16 atas wakil Jerman Marc Zwiebler.
 Jika mampu mengalahkan Jorgensen, jalan Lin Dan juara bakal lapangan. Apalagi, saingannya, Lee Chong Wei dari Malaysia, absen karena ingin istirahat setelah tampil dalam banyak turnamen. (*)

Hayom Bisa Pecah Telor

DUA kali sudah Dionysius Hayom Rumbaka menelan kekalahan dari Wang Zhengming. Pebulu tangkis Tiongkok tersebut mempermalukan Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, di Makau Grand Prix 2011 dan India Super Series 2012.
 Ironisnya, Wang  mengalahkannya dengan dua game langsung. Saat itu, posisi Hayom pun masih digembleng di Pelatnas Cipayung.
 Wajar saat bertemu kembali di Denmark Super Series Premier 2014, Wang pun lebih diunggulkan memetik kemenangan. Apalagi, posisi Hayom sudah bukan lagi penghuni Pelatnas Cipayung.
 Dia datang ke Odensen, host Denmark Super Series Premier 2014, sebagai wakil klub Djarum Kudus. Ya, sejak Juni 2014, Hayom dikembalikan ke klub asalnya karena dianggap sudah mentok prestasinya.
 Tapi, siapa sangka, pada pertandingan yang dilaksanakan pada Rabu waktu setempat (15/10), Hayom membalikan prediksi. Dia menundukkan Wang, yang juga unggulan keenam, dengan rubber game 17-21, 21-18, 21-19.
 Ini membuat Hayom pun akan menantang Kashyap Parupalli dari India di babak kedua turnamen berhadiah total USD 600 ribu tersebut. Di babak sebelumnya, Kashyap menghentikan Rajiv Ouseph dari Inggris dengan 21-15, 21-18.
 Dari pertemuan yang sudah dilakukan, Hayom menang dua kali di India Grand Prix 2009 dan 2010. Tapi, pada pertemuan terakhir di Piala Sudirman 2013, dia kalah.
 Hayom juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih tersisa di babak kedua. Mantan rekannya di Pelatnas Cipayung yang juga unggulan kelima, Tommy Sugiarto, sudah angkat koper. Tunggal putra terbaik Indonesia saat ini tersebut menyerah dua game langsung 14-21, 14-21 kepada Tian Houwei.
 Pil pahit itu menjadi kekalahan ketiga Tommy kepada Tian. Dua kekalahan dialami di Vietnam Grand Prix 2010 dan Korea Super Series 2014. Sementara, kemenanangan semata wayang dilakukannya di Indonesia Grand Prix Gold 2012. (*) 

Chong Wei Absen di Denmark dan Prancis

LELAH:Lee Chong Wei (foto:thesundaily)

LEE Chong Wei juga manusia biasa. Buktinya, dia meminta kepada BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) untuk memberiknya istirahat.
 Ini membuat Chong Wei absen dalam dua turnamen bergengsi pada bulan ini, Denmark Super Series Premier yang dilaksanakan 14-19 Oktober di Odensen dan Prancis Super Series di Paris pada 21-16 Oktober. Tahun lalu, bapak satu ini mampu menjadi juara dalam dua turnamen tersebut.
 Resikonya, dengan absen di turnamen super series premier, Chong Wei harus membayar denda yang jumlahnya tak sedikit. Sesuai aturan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), pebulu tangkis 10 besar dunia wajib tampil. Jika absen, dia harus merogoh kocek sebsar USD 5 ribu atau sekitar Rp 50 jutaan.
 Keinginan Chong Wei absen pun mendapat dukungan dari pelatih nasional Malaysia Tey Seu Bok.
‘’Dia lelah dan tidak dalam kondisi terbaik. Bakal sia-sia mengirim dia karena tak akan bisa memberikan kemampuan terbaik,’’ jelas Seu Bok seperti dikutip dari sebuah media Malaysia.
 Harapannya, jika diizinkan istirahat Chong Wei bakal kembali bugar. Hanya, pihaknya belum memutuskan hingga kapan Chong Wei istirahat.
 ‘’Tapi, penting bagi dia untuk istirahat sekarang. Itu akan membantu dia untuk kembali menemukan kegembiraan ketika bermain,’’ ucap Seu Bok.
 Tahun ini, cobaan menerpa Chong Wei. Dia mengalami cedera pada Juni lalu yang membuatnya absen membela Malaysia di Commonwealth Games.
 Pada Kejuaraan Dunia yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, Agustus lalu, Chong Wei punya kans yang sangat besar untuk menjadi orang Malaysia pertama yang meraih titel dunia.
 Apalagi, rival terberatnya asal Tiongkok Lin Dan absen. Namun, di luar dugaan, rekan senegara Lin Dan, Chen Long, mempermalukannya di babak pemungkas.
Begitu juga dalam Asian Games September ini. Dalam event yang dilaksanakan d Incheon, Korea Selatan, Chong Wei gagal membawa Malaysia meraih emas.
 Di nomor beregu, dia kalah oleh Chen Long lagi. Ini membuat Malaysia tehenti langkahnya di semifinal. Sementara di nomor perorangan, Lin Dan menjinakannya di babak semifinal nomor perorangan.
 Bisa jadi, usai istirahat, Chong Wei akan berlaga dalam Tiongkok Super Series Premier dan Hongkong Super Series bulan depan. Absen di Denmark dan Prancis juga akan memberikan dampak dalam ranking dunia. Diperkirakan, posisi teratas yang sudah didudukinya selama lima tahun akan berpindah tangan.(*)

Untung Ada Riky/Richi

SELAMATKAN MUKA: Riky Widianto dan Richi Dili 

INDONESIA akhirnya hanya mampu meraih satu gelar dari Belanda Grand Prix 2014. Posisi terhormat itu disumbangkan pasangan ganda campuran Riky Widianto/Richi Dili Puspita.
 Dalam final yang dilaksanakan di Almere, unggulan kedua tersebut menghentikan ambisi pasangan tuan rumah Jorrit De Ruiter/Samantha Barning dalam pertarungan ketat selama 57 menit dengan 11-10, 10-11, 9-11, 11-8,11-1.
 Ini menjadi gelar kedua bagi Riky/Richi di 2014. Sebelumnya, pasanga yang kini duduk di posisi ke-17 dunia tersebut naik ke podium terhormat dalam Indonesia Grand Prix Gold di Palembang, Sumatera Selatan. Saat itu, dalam babak final, mereka mengalahkan Muhammad Rijal/Vita Marissa dengan 21-18, 21-19.Sayang, kemenangan Riky/Richi di final Belanda Grand Prix ini gagal diikuti di tiga nomor lain.
 Di tunggal putra, kejutan Ihsan Maulana Mustofa dihentikan Ajay Jayaram. Unggulan ke-13 asal India itu menang 10-11, 11-6, 11-7, 1-11, 11-9.
 Begitu juga di ganda putri. Ganda senior yang pernah digembleng Pelatnas Cipayung dan kini kembali ke klub asalnya, Djarum Kudus, Shendy Puspa Irawati/Vita Marissa menyerah kepada unggulan teratas Eefje Muskens/Selena Piek dari Belanda dalam pertarungan empat game 8-11, 11-4, 9-11, 10-11.
 Kemudian di ganda putra, pasangan asal Djarum Kudus Fran Kurniawan/Agripinna Prima Rahmanto takluk 11-5,10-11, 10-11, 7-11 kepada Baptiste Careme/Ronan Labar.
 Hasil satu gelar ini mengulang tahun lalu. Pada 2013, Indonesia juga membawa pulang satu posisi terhormat melalui Ade Yusuf/Wahyu Nayaka dari nomor ganda putra. (*)

Langsung Juara di Klub Baru

HENGKANG: Febby Angguni (kanan) di podium

NAMA Febby Angguni terukir sebagai juara tunggal putri dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) 2014 Seri Banten.  Sebenarnya, hal itu wajar.
 Alasannya, Feby menjadi unggulan teratas. Ini disebabkan ranking dunia yang dimiliki, 182,  masih yang tertinggi di antara semua peserta. Lawan yang dikalahkannya, Ana Rovita dari Djarum Kudus, dengan 21-15. 21-13 masih di bawah kemampuannya.
 Namun, ada hal yang menarik dengan penampilan Febby di Sirnas Banten. Di belakang kaosnya bukan lagi tertulis nama Djarum Kudus. Sejak 2004, perempuan berusia 23 tahun tersebut sudah berkostum klub yang disponsori perusahaan rokok tersebut. Kini, di depan kaosnya tertulis nama Tjakrindo Masters Surabaya.
 ‘’Ini kali pertama Febby tampil membela Tjakrindo dan langsung menjadi juara,’’ terang Ketua Umum Pengprov PBSI Jatim Wijanarko Adi Mulya kepada Smashyes.
 Selain Febby, wakil klub asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, yang menjadi juara di Sirnas Banten adalah Tri Kusharjanto. Hanya gelarnya di nomor ganda campuran itu dilakukannya bukan dengan sesama wakil Tjakrindo Masters.
 Trikus, sapaan karib Tri Kusharjanto, berpasangan dengan Keshya Nurvita Hanadia asal SGS Bandung. Dalam final yang dilaksanakan di Cilegon pada Sabtu WIB (11/10), Trikus/Keshya mengalahkan unggulan teratas Ardiansyah/Devi Tika Permatasari (Berkat Abadi Banjarmasin/SGS Bandung) dengan 21-19, 24-22. (*)

Hasil Nomor Dewasa
Tunggal putra: Alamsyah Yunus (JR Enkei Jakarta) v Reksy Aureza (Djarum Kudus) 21-18, 21-9

Tunggal putri: Febby Angguni (Tjakrindo Masters Surabaya) v Ana Rovita (Djarum Kudus) 21-15, 21-13

Ganda  putri:Devi Tika/Keshya Nurvita (SGS Bandung) v Dian Fitriani/Nadia Melati (Pertamina) 21-15, 11-21, 22-20

Ganda putra: Alfiat Yuris Wirawan/Wifqi Windarto (Djarum Kudus) v Aryanto Haryadi Putro/Rio Willianto (JE Enkei) 21-15, 21-8

Ganda campuran: Tri Kusharjanto/Keshya Nurvita (Tjakrindo Masters Surabaya/SGS Bandung) v Ardiansyah/Devi Tika (Berkat Abadi Banjarmasin/SGS Bandung) 21-19, 24-22

Hanya Tunggal Putri tanpa Wakil

BERJAYA: Zhang Beiwen dengan kaos AS

HARAPAN bisa menyapu bersih semua gelar dalam Belanda Grand Prix 2014 kandas. Ini seiring kekalahan Maria Febe Kusumastuti oleh unggulan teratas Zhang Beiwen dari Amerika Serikat dengan 5-11, 4-11, 11-6, 9-11 pada babak semifinal tunggal putri di Almere pada Sabtu waktu setempat (11/10). Dibandingkan empat nomor lainya, hanya nomor tunggal putri, Indonesia menempatkan satu wakil.
 Sementara, di nomor lainnya, merah putih sukses menembus babak pemungkas. Di nomor tunggal putra misalnya.
 Satu tempat sudah menjadi milik Indonesia karena dua wakilnya, Ihsan Maulana Mustofa,  yang di semifinal menundukkan  seniornya, Andre Kurniawan Tedjono, dengan 11-10, 11-9, 11-7.
Kemudian, di ganda putra, merah putih meloloskan Fran Kurniawan/Agripinna Prima Rahmato yang menang 5-11, 11-8, 11-9, 10-11, 11-8 atas unggulan kelima Ruud Bosch/Tien Tzu Chieh di empat besar. Di babak pemungkas, Fran/Agripinna akan menantang pasangan tuan rumah Baptise Careme/Ronan Labar yang melibas Philip Joper/Ronel Estanislao (Filipina) 11-9, 8-11,11-4, 11-3.
 Di ganda putri, keinginan menciptakan all Indonesian finals kandas. Langkah Vita Marissa/Shendy Puspa Irawati gagal diikuti Della Destiara Haris/Gebby Ristiyani Imawan, yang dikalahkan unggulan teratas Eefje Muskens/Selena Piek 9-11, 7-11, 8-11. Padahal, sebelumnya, Vita/Shendy melibas Chan Tsz Ka/Tse Ying Suet (Taiwan) 11-10, 10-11, 11-5, 5-11, 11-8.
 Di nomor ganda putra, satu slot final ganda campuran sudah pasti menjadi milik Indonesia. Ini dikarenakan dua pasangan Pelatnas Cipayung, Riky Widianto/Richi Dili Puspita dan Edi Subakhtiar/Gloria Emanuelle Widjaja, saling adu kuat di semifinal.
 Hasilnya, Riky/Richi, yang diunggulkan di posisi kedua, menang 11-5, 11-8,11-5. Di final, mereka mereka dijajal unggulan ketujuh asal Belanda Jorrit De Ruiter/Samantha Barning yang sebelumnya memetik kemenangan 11-8, 11-9, 11-7 atas ganda Rusia Vitalij Durkin/Nina Vislova. (*)

Ihsan Cicipi Atmosfer Final

KANS:Ihsan Maulana Mustofa

KEJUTAN Ihsan Maulana Mustofa berlanjut. Kini, langkahnya sudah mampu menembus babak final tunggal putra dalam Belanda Grand Prix 2014.
 Dalam semifinal yang dilaksanakan di Almere pada Sabtu waktu setempat, Ihsan mampu mengalahkan seniornya, Andre Kurniawan Tedjono, dengan 11-10, 11-9, 11-7.  Ini menjadi kemenangan keduanya atas mantan pebulu tangkis penghuni Pelatnas Cipayung itu. Kemenangan perdana diukirnya pada Indonesia Challenge 2011.
  Namun, untuk bisa menjadi juara juga bukan hal yang mudah bagi Ihsan. Dia akan menghadapi wakil India Ajay Jayaram yang di babak semifinal menumbangkan unggulan teratas Rajiv Ouseph dari Inggris 11-8, 11-7, 11-5.
 Ini akan menjadi pertemuan perdana bagi Ihsan dan Ajay. Namun, dari segi peringkat, Ihsan kalah jauh.
 Dari ranking BWF (Federasi Bulu Tangkis Internasional) terbaru, dia di posisi 290. Sementara, Ajay di ranking 66.
 Capaian menembus final di level grand prix juga menjadi capaian terbaik Ihsan. Dalam dua turamen terakhir yang diikuti, Indonesia Challenge dan Taiwan Grand Prix, dia tumbang di babak kedua.
 Nama Ihsan sempat mencuat ketika mampu mengalahkan pebulu tangkis senior Sony Dwi Kuncoro dalam simulasi Piala Thomas yang dilaksanakan di Solo, Jawa Tengah. Kemenangan ini membuatnya menjadi tunggal keempat di ajang beregu putra tersebut.
 Ihsan juga masuk dalam skuad Asian Games 2014. Sayang, dalam dua ajang itu, dia tak banyak memberikan konstribusi. (*)

Febe Tantang Unggulan Teratas

Maria Febe

BANYAK yang terpental dari Pelatnas Cipayung malah bersinar. Simon Santoso di nomor tunggal putra misalnya.
 Dia mampu menjadi juara di turnamen bergengsi Singapura Super Series 2014. Imbasnya, Simon pun kembali dipanggil ke pelatnas.
 Dionysius Hayom Rumbaka juga. Sering gagal di berbagai turnamen, lelaki yang akrab disapa Hayom itu naik ke podium terhormat pada Vietnam Grand Prix 2014. Itu dilakukan ketika dia sudah tak berada di pelatnas.
 Kini, kesempatan itu pun ada di depan mata Maria Febe Kusumasuti. Dia mampu melaju ke babak semifinal Belanda Grand Prix 2014.
 Padaha, Febe, sapaan karib Maria Febe Kusumastuti, nyaris selalu tumbang di babak-babal awal dalam berbagai turnamen yang diikuti. Ironisnya, itu terjadi ketika dirinya digembleng di Cipayung.
 Imbasnya, Febe pun dikembalikan ke klub asalnya, Djarum. Namun, beberapa bulan di klub, kemampuan terbaiknya seolah kembali.
 Di semifinal Belanda Grand Prix 2014, Febe akan menantang unggulan teratas Zhang Beiwen asal Amerika Serikat. Pada babak sebelumnya, Febe menumbangkan unggulan ketiga Karin Schnaase dengan 5-11, 5-11, 11-10, 11-7, 11-6. Sementara, Zhang menghentikan ambisi wakil Indonesia Hana Ramadhini 11-8, 11-8, 11-10.
 Ini akan menjadi pertemuan perdana Febe dengan Zhang. Hanya, dari sisi ranking dunia, perempuan asal Boyolali, Jawa Tengah, itu kalah. Saat ini, Febe di posisi 38 sementara lawannya 21 setrip lebih bagus.
 Semifinal tunggal putri lainnya mempertemukan Pai Yu Po asal Taiwan dengan Fontaine Mica Chapman (Inggris). (*)

Absen Lagi, Absen Lagi


KEINGINAN menyaksikan Simon Santoso kembali turun ke lapangan sirna. Padahal, namanya sempat terdaftar sebagai peserta dalam Denmark Super Series Premier 2014.
 Bahkan, kans menembus babak kedua turnamen berhadiah total USD 600 ribu itu pun terbuka lebar. Dari undian yang sudah dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Simon bakal berhadapan dengan wakil Malaysia Chong Wei Feng.
 Dari dua kali pertemuan, dia selalu memetik kemenangan. Yakni di Denmark Super Series Premier 2012 dan Korea Super Series 2009.
 Sayang, kondisi yang belum pulih membuat Simon kembali tak bisa membela Indonesia. Ini membuat pebulu tangkis yang pernah terpental dari Pelatnas Cipayung tersebut absen sejak Juli lalu.
 Sebenarnya, pada Kejuaraan Dunia 2014 yang juga dilaksanakan di Denmark, Simon juga harus turun. Tapi, menjelang berangkat, dia terkena demam berdarah.
 Tahun ini, Simon sudah mengoleksi satu gelar. Ini diraihnya di level bergengsi super series di Singapura. Lawan yang dikalahkannya pun tak tanggung-tanggung, tunggal putra nomor satu dunia, Lee Chong Wei.
 Dengan absennya Simon, di Denmark Super Series Premier 2014, pada nomor tunggal putra, Indonesia diwakili Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka. (*)

Wakil Indonesia di Babak Utama Denmark Super Series Premier 2014
Tunggal putra: Tommy Sugiarto (x5), Dionysius Hayom Rumbaka

Tunggal putri:-

Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (x2), Markis Kido/Markus Fernaldi (x8), Andrei Adistia/Hendra Aprida Gunawan

Ganda putri: Shendy Puspa Irawati/Vita Marissa , Pia Zebadiah/Rizki Amelia

Ganda campuran: Praveen Jordan/Debby Susanto, Markis Kido/Pia Zebadiah,Muhammad Rijal/Vita Marissa, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Riki Widianto/Richi Dili Puspita

Satu Tempat buat Penggawa Muda Cipayung


SATU tempat semifinal tunggal putra dalam Belanda Grand Prix 2014 sudah menjadi milik Indonesia. Dua pebulu tangkis mudanya, Jonatan Christie dan Ihsan Maulana Mustofa, saling jegal di babak perempat final turnamen berhadiah total USD 50 ribu tersebut.
 Pada babak ketiga yang dilaksanakan di Almere pada Kamis waktu setempat (9/10),Jonatan menundukkan Chan Yan Kit dari Hongkong dengan 11-4, 4-11, 11-10, 11-7. Kemenangan ini juga diluar dugaan. Yan Kit merupakan finalis tahun lalu.  Secara ranking, Jonatan juga kalah. Dalam rilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Internasional), dia ada di posisi 219 sedangkan Yan Kit di ranking 89.
 Sementara, Ihsan di babak ketiga melibas Nick Fransman dari Belanda dengan 11-0, 9-11,11-4, 11-8.  Pertemuan dengan Ihsan, yang juga rekan berlatihnya di Pelatnas Cipayung, bakal menjadi kali ketiga di ajang internasional.
 Dalam dua pertemuan sebelumnya, Jonatan selalu memetik kemenangan. Hasil manis itu digapai lelaki yang juga turun di Asian Games 2014 itu pada Vietnam Open 2013 dan Maladeva Internasional 2013.
 Sukses Jonatan dan Ihsan juga diikuti oleh dua pebulu tangkis senior, Dionysius Hayom Rumbaka dan Andre Kurniawan Tedjono. Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, mengalahkan pebulu tangkis Indonesia yang membela bendera Jerman Ari Trisnanto dengan 11-6, 11-6, 11-4.
 Untuk bisa lolos ke semifinal, Hayom, yang diunggulkan di posisi ketiga, harus bisa mengalahkan Ajay Jayaram. Wakil India itu di babak ketiga menang mudah 11-5, 11-6, 11-4 atas Tam Chun Hei (Hongkong).
 Dari rekor pertemuan, Hayom menang dua kali dan sekali kalah. Sayang, kekalahan itu dialami pebulu tangkis Djarum Kudus itu pada pertemuan terakhir di India Super Series 2013.
 Capaian Andre juga layak dapat acungan jempol. Dia menumbangkan unggulan kedua Brice Leverdez (Prancis) dengan 11-8, 11-5, 11-7. Di perempat final, Andre akan menantang unggulan ketujuh asal Hongkong Ng Ka Long. (*)

Rizky Hidayat Satu Klub dengan Chong wei


TAK ada nama Rizky Hidayat Ismail dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) 2014 Seri Banten. Padahal, selama ini, pebulu tangkis asal Wima, Surabaya, tersebut selalu unjuk kemampuan dan selalu masuk daftar unggulan.
 ‘’Saya lagi di Kuala Lumpur, Malaysia.Petrsiapan Liga Bulu Tangkis Malaysia,’’ kata Rizky kepada Smashyes.
 Rencananya, liga tersebut, tambah dia, dilaksanakan mulai 22 November. Rizky datang lebih awal sebagai persiapan dini dan bisa menyatu dengan tim.
 ‘’Saya bergabung dengan klub Petaling. Dari Indonesia , selain saya ada Ardiansyah dan Tike Arieda,’’ tambah Rizky.
Rencananya, dia akan tampil di nomor ganda. Meski, tak menutup kemungkinan, Rizky bisas mengayunkan raket di nomor ganda campuran.
 Hebatnya lagi, di Petaling juga terdapat nama tunggal putra nomor satu dunia saat ini Lee Chong Wei. Hanya, selama di negeri jiran, Chong Wei belum ikut bergabung.
 Ya, Chong Wei baru saja membela Malaysia di ajang Asian Games 2014. Dalam event yang digelar di Incheon, Korea Selatan, itu, Chong Wei hanya sampai babak semifinal. Dia harus mengakui musuh bebuyutannya, Lin Dan asal Tiongkok.
 Pekan ini, Chong Wei juga akan terbang menuju Odense guna mengikuti Denmark Super Series 2014. ‘’Jadi belum ketemu sama dia,’’ pungkas Rizky. (*)

Jonatan Christie Tumbangkan Unggulan


KEJUTAN dibuat Jonatan Christie di Belanda Grand Prix 2014.  Pebulu tangkis Pelatnas Cipayung tersebut menundukkan unggulan keempat sekaligus tumpuan asa tuan rumah Eric Pang dengan lima game 11-8, 9-11, 4-11, 11-6, 11-10 pada pertandingan babak kedua yang dilaksanakan di Almere pada Rabu waktu setempat (8/10).
 Pertemuan Jonatan dengan Pang ini merupakan kali pertama. Namun, secara ranking, dia kalah jauh. Dalam ranking BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Jonatan berada di posisi 221 sedangkan Pang di 33.
 Kemenangan ini membuat Jonatan menantang wakil Hongkong Chan Yan Kit pada babak ketiga. Di babak kedua, Yan Kit mengalahkan unggulan ke-15 Arvind Bhat  dengan 11-6, 11-6, 5-11, 11-3.
 Jonatan juga belum pernah bertemu dengan Yan Kit. Tahun lalu, pebulu tangkis dari negeri bekas koloni Inggris tersebut merupakan finalis di Belanda Grand Prix. Di babak final, Yan Kit dikalahkan rekan senegaranya, Wei Nan, dengan 15-21, 18-21.
Selain Jonatan, wakil Indonesia yang lolos ke babak ketiga adalah Dionysius Hayom Rumbaka, Ihsan Maulana,dan Andre Kurniawan Tedjono. (*)

Kesempatan Revans Sony Tertunda


AMBISI balas dendam Sony dwi Kuncoro tertunda. Dia dipastikan tak bisa berjumpa dengan Alamsyah Yunus dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) 2014  Seri Banten.
 ‘’Saya tak tampil di Banten. Terpaksa, saya belum bisa membalaskan kekalahan atas Alamsyah,’ kata Sony kepada smashyes.
 Dia absen dengan alasan untuk menjaga kondisi agar tidak terlalu capek. Alasannya, Sony bakal tampil dalam beberapa turnamen internasional.
 Ini dilakukan guna mendongkrak kembali ranking dunia. Dari daftar peringkat terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir, Sony ada di posisi 32.
 Tentu, peringkat tersebut bukan tempat yang terlalu bagi bagi arek Suroboyo tersebut. Sony pernah duduk di posisi keempat atau ranking terbaik yang dimiliki.
 Bulan lalu, Sony dipermalukan Alamsyah di final Sirnas Seri Bali. Dalam final yang dilaksanakan 27 September, peraih perunggu dalam Olimpiade Athena 20014 itu kalah dua game langsung 21-12, 21-17.
 Kekalahan itu langsung membuat Sony langsung menancapkan ambisi mengalahkan Alamsyah. Apalagi, di ajang internasional, dia sudah tiga kali menang dan sekali kalah. (*)

Dinar Tambah Kuota Babak Utama


DINAR Dyah Ayustine merasakan babak utama Belanda Grand Prix 2014. Itu setelah pebulu tangkis Djarum Kudus tersebut memetik dua kemenangan dalam babak kualifikasi turnamen berhadiah USD 50 ribu tersebut.
 Dalam pertandingan perdana di Almere pada Selasa waktu setempat (7/10), Dinar menang 11-8, 11-6,11-4 atas Flore Vamdenhoucke dari Jerman. Di babak kedua yang hari yang sama, dia harus kerja ekstrakeras untuk menundukkan Chloe Birch dari Inggris melalui lima game 11-8, 10-11, 11-10, 8-11, 11-3.
 Di babak utama yang dilaksanakan pada Rabu waktu setempat, Dinar menjajal ketangguhan Nanna Vaino dari Finlandia. Secara peringkat, Dinar masih kalah.
 Dari ranking BWF (Federasi  Bulu Tangkis Dunia), dia di posisi 185. Sementara, lawanya di ranking 97.
 Jika menang, besar kemungkinan, Dinar akan bersua dengan rekan satu klubnya, Maria Febe Kusumastuti. Pada babak pertama, Febe, sapaan karib Maria Febe Kusumastuti, akan menghadapi pebulu tangkis Nigeria Grace Gabriel.
 Selain Dinar dan Febe, di Belanda Grand Prix, di nomor tunggal putri ada juga wakil Indonesia Millicent Wiranto. Di babak pertama, perempuan yang digemleng di Malaysia itu langsung menjumpai unggulan kelima Pai Yu Po dari Taiwan. (*)

Wakil Indonesia di Babak Utama Belanda Grand Prix 2014
Tunggal putra: Dionysius Hayom Rumbaka (x3), Ihsan Maulana Mustofa, Jonatan Christie, Thomi Azizan Mahbub, Adi Pratama

Tunggal putri: Maria Febe Kusumastuti (x7), Dinar Dyah Ayustine, Millicent Wiranto

Ganda putra: Selvanus Geh/Kevin Sanjaya (x5), Ronald Alexander/Edi Subakhtiar, Fran Kurniawan/Agripinna Prima

Ganda putri: Vita Marissa/Shendy Puspa Irawati (x4), Maretha Dea Gioani/Rosyita Eka Putri (x6), Anggia Shitta Awanda/Gloria Emanuelle Widjaja,  Ririn Amelia/Dewi Komala, Della Destiara Haris/Gebby Ristiyani, Ni Ketut Mahadewi/Melvira Oklamona, Meiliana Jauhari/Variella Aprilsasi

Ganda campuran:Muhammad Rijal/Vita Marissa (x1), Riky Widianto/ Richi Dili Puspita, Ronald Alexander/Melati Daeva (x6), Edi Subakhtiar/Gloria Emanuelle Widjaja, Fran Kurniawan/Shendy Puspa Irawati, Kevin Sanjaya/Della Destiara, Yonathan Suryatama Dasuki/Variella Aprilsasi

Sony Simpan Dendam buat Alamsyah


HASIL di Sirkuit Nasional Bali membuat Sony Dwi Kuncoro terluka. Secara mengejutkan, lelaki yang diunggullkan di posisi pertama itun dipermalukan Alamsyah Yunus dengan dua game langsung 12-21, 17-21 pada final tunggal putra yang dilaksanakan di Denpasar, Bali, pada 27 September.
 ‘’Saya terpancing permainan Alamsyah. Jadi, ingin menyelesaikan permainan lebih cepat,’’ kata Sony kepada Smashyes.
 Untuk itu, lelaki yang kini bernaung di klub Tjakrindo Masters itu sudah bertekad membalas kekalahan. Dia mengakui banyak belajar dari kekalahan atas pebulu tangkis yang pernah bersamanya di Pelatnas Cipayung yang kini membela JR Enkei itu.
 Bahkan, dia optimistis bisa menang. Apalagi, masih ada kesempatan baginya melakukan revans di tiga seri yang tersisa yakni Seri Banten (6-10 Oktober), Seri Padang (20-25 Oktober), dan Seri Surabaya (3-8  November).
 Sony juga sudah lama tak bersua dengan Alamsyah. Kali terakhir, arek Suroboyo tersebut berjumpa di Vietnam Grand Prix 2012. Saat itu, Sony menang dua game langsung 21-11, 21-14.
 ‘’Kalau ketemu lagi, akan saya sikat habis. Kondisi saya juga semakin membaik,’’ ungkap bapak dua anak itu.
 Ya, Sirnas Bali merupakan penampilan perdana Sony di ajang yang disponsori Djarum itu. Selama berada di Pelatnas Cipayung sejak 2002, dia selalu berlaga di ajang yang masuk kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Internasional).
 Sejak Juni lalu, nama Sony terpental dari pelatnas. Alasannya, cedera membuat penampilannya sudah tak bisa optimal lagi. (*)

Kemenangan Kedua yang Sangat Berharga


MENANG sekali dalam enam pertemuan tentu bukan catatan yang bagus buat Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Namun, juga bukan hal yang mudah bagi pasangan ganda putra Indonesia itu untuk bisa mengalahkan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong asal Korea Selatan.
 Keduanya dikenal mempunyai pertahanan yang tangguh. Dalam menyerang, Yong-dae/Yeon-seong juga mengandalkan kecepatan.
 Satu-satunya kemenangan Hendra/Ahsan dipetik dalam putaran final Piala Thomas 2014 di New Delhi, India, pada Mei 2014. Itu pun setelah mereka kalah dalam tiga perjumpaan sebelumnya di Denmark Super Series Premier 2013, Korea Super Series 2014, dan Hongkong Super Super 2013.
 Namun, setelah Piala Thomas, Hendra/Ahsan gagal mengulanginya. Mereka kembali dipermalukan di Jepang Super Series 2014 dan Indonesia Super Series Premier 2014.
 Pada Asian Games 2014 di Incheon, Hendra/Ahsan juga bukan unggulan teratas. Kudeta yang dlakukan Yong-dae/Yeon-seong membuat pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, itu diunggulkan meraih emas.
  Namun, di babak final, Hendra/Ahsan juga harus berjuang ekstraberat. Sempat unggul 21-16 di game pertama, mereka menyerah dengan skor yang sama 16-21.
 Untung, kekalahan di game kedua, tak membuat Hendra/Ahsan patah semangat. Mereka menuntaskan perlawanan ganda tuan rumah dengan 21-17 sekaligus membuat Indonesia Raya berkumandang kali kedua di bulu tangkis. Sehari sebelumnya, Nitya Krishinda/Greysia Polii memenangi nomor ganda putri. (*)

Jalan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan Juara
Babak I: bye
Babak II: Lee Chun Hei/Tang Chun Man (Taiwan) 21-11, 21-15
Babak perempat final: Manu Attri/Sumeeth Reddy (India) 21-12, 21-19
Semifinal: Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korea Selatan) 19-21, 21-16, 21-18
Final: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Koea Selatan) 16-21, 21-16, 21-17

Lin Dan balas di Incheon


LIN Dan punya obat kecewa gagal berlaga dalam Kejuaraan Dunia 2014. Pebulu tangkis Tiongkok ini mampu meraih emas dalam Asian Games 2014 yang dilaksanakan di Incheon, Korea Selatan.
 Dalam final, Superdan, julukan Lin Dan, mampu mengalahkan rekannya sendiri, Chen Long, dengan rubber game 12-21, 21-16, 21-16. Kemenangan ini mengulang hasil empat tahun lalu di kandangnya sendiri, Guangzhou.
 Kemenangan ini juga semakin berarti karena di babak semifinal, Lin Dan mempermalukan musuh bebuyutannya, Lee Chong Wei. Lelaki asal Malaysia itu disikatnya 22-20, 12-21, 21-9. Sementara, Chen Long, yang merupakan juara dunia 2014, menang mudah dua game 21-6, 21-10 atas Wei Nan asal Hongkong.
 Hasil final itu juga membuat Lin Dan selalu menang dalam tujuh kali pertemuan dengan Chen Long. Kali terakhir, mereka bersua dalam perempat final Kejuaraan Dunia 2013.
 Tahun ini, Lin Dan gagal menjadi juara dunia karena dia tak bisa tampil. Alasannya, ranking yang dimiliki masih belum mampu mendongkraknya tampil dalam Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark.
 Sayang, dalam Asian Games 2014, Lin gagal mengantarkan negaranya meraih emas di nomor beregu. Negeri Panda, julukan Tiongkok, dikalahkan tuan rumah dengan skor 2-3.  Suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang itu masih mampu menyumbangkan satu angka berkat  kemenangan 21-18, 21-15 atas Lee Dong-keun.
 Indonesia sendiri di Asian Games 2014 meraih dua emas dari nomor ganda putra melalui Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Nitya Krishinda/Greysia Polii dari ganda putri. (*)

Distribusi emas cabor bulu tangkis Asian Games 2014.
Perorangan
Tunggal putra: Lin Dan (Tiongkok)
Tunggal putri: Wang Yihan (Tiongkok)
Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia)
Ganda putri: Nitya Krishinda/Greysia Polii (Indonesia)
Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei  (Tiongkok)

Beregu
Beregu putra: Korea Selatan
Beregu putri: Tiongkok

Distribusi medali
1.Tiongkok: 4 emas, 3 perak, 2 perunggu
2. Indonesia: 2 emas, 1 perak, 2 perunggu
3.Korsel: 1 emas, 2 perak, 2 perunggu
4.Jepang: -, 1 perak, 1 perunggu
5. Malaysia:-, -, 5 perunggu
6. Taiwan: -, -, 2 perunggu
7. Hongkok dan India: -, -, 1 perunggu

Setelah Roy Danu,Giliran Febri


R. Fajar Kusuma menjadi ‘’pembunuh’’ pebulu tangkis Puslatda Jatim. Setelah menundukkan I Putu Roy Danu di babak kedua dengan 21-18, 21-8, kali ini giliran Febriyan Irvannaldy yang dipermalukannya dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Bali 2014.
 Secara mengejutkan, Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy, menyerah dengan rubber game 17-21,22-20, menyerah kepada wakil Jaya Raya Jakarta itu dalam pertandingan babak ketiga yang dilaksanakan di GOR Lila Buana, Denpasar, pada Kamis waktu setempat (25/9). Dalam event di Pulau Dewata, julukan Bali, ini, sebenarnya Febri ditempatkan sebagai unggulan ketiga. Sementara Fajar di posisi kesembilan. Di ajang Sirnas 2014, Febri sudah dua kali menjadi juara yakni di Seri Sumatera Utara dan Seri Kalimantan Tengah.
 Dalam babak ketiga, Febri menjadi satu-satunya unggulan empat besar yang gagal menembus perempat final. Tiga unggulan lainnya, Sony Dwi Kuncoro, unggulan pertama dari Tjakrindo Surabaya, Alamsyah Yunus (unggulan kedua dari JR Enkei), dan Hermansyah (unggulan keempat dari Jaya Raya Jakarta) mampu menundukkan lawan-lawannya.
 Sony menundukkan Kho Hendriko Wibowo (Djarum Kudus) dengan straight game 21-14, 21-14, Alamsyah juga menang dua game 21-10, 21-19 atas Panji Akbar (Pelatprov DKI Jakarta), dan Hermansyah unggul 21-15, 21-19 atas wakil Puslatprov DKI lainnya M.Nizar.
 Bagi Sony, penampilannya di Bali merupakan debut di ajang sirnas. Ini disebabkan sejak berada di pelatnas Cipayung, dia selalu berlaga di ajang internasional.
 Sejak Juni 2014, Sony tak lagi menjadi penghuni pelatnas. Cedera membuat penampilannya dianggap sudah tak bisa lagi maksimal. (*)

Adi Pratama Naik 27 Setrip

KEMAMPUAN Adi Pratama belum luntur.  Meski, dia sudah tak lagi  menjadi penghuni Pelatnas Cipayung.
 Buktinya, dia mampu menjadi runner-up nomor tunggal putra dalam Polandia International 2014. Dalam final yang dilaksanakan pada 20 September, Adi harus mengakui ketangguhan andalan tuan rumah Michal Rogalski dengan 9-11, 11-8, 6-11, 7-11. Ini menjadi capaian terbaik Adi selama ini.
 Namun, itu sudah cukup baginya untuk terkerek ke posisi 182. Ini melonjak 27 setrip dibandingkan pekan sebelumnya.
 Di Polandia International, Adi menjadi satu-satunya wakil Indonesia di ajang tersebut. Hanya, kedatangan dia bukan langsung dari Jakarta.
 Mulai tahun ini, Adi menjadi lawan tanding (sparring partnet) tim nasional Austria di Wina. Diharapkannya, dia mampu mengangkat kemampuan pebulu tangkis di negeri yang masuk belahan Benua Eropa tersebut.
 Secara skill, Adi layak diacungi jempol. Dia pernah menembus babak perempat final Kejuaraan Dunia Junior 2007. Dia seangkatan dengan juara dunia 2014 asal Tiongkok Chen Long dan andalan Jepang Kenichi Tago.
 Tahun lalu, Adi masih menancapkan kualitasnya dengan menjadi juara pada Piala Wali Kota Surabaya. Tahun ini, Austria juga sempat menaruh hati kepada Febriyan Irvannaldy untuk menjadi lawan tanding.
 Hanya, masalah nokteknis yang membuat Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy, memilih tetap bergabung klub asalnya, Wima Surabaya. Lelaki asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, ini juga pernah menjadi penghuni Pelatnas Cipayung. (*)

Feinya Ayunkan Raket Lagi

ANNEKE Feinya Agustin kembali mengayunkan raket. Pebulu tangkis kelahiran 11 Agustus 1992 itu turun dalam Sirkuir Nasional (Sirnas) Seri Bali 2014 yang dilaksanakan di Denpasar pada 22-27 September.
 Hanya, nama yang terdaftar ada sedikit perbedaan. Dia tampil dengan nama belakang Nugroho atau lengkapnya, Anneke Feinya Nugroho.
 Membela bendera klub asalnya, Jaya Raya, Feinya, sapaan karib Anneka Feinya Agustin eh Nugroho, tampil di dua nomor, ganda putri dan ganda campuran. Di ganda putri, mantan pebulu tangkis penghuni Pelatnas Cipayung tersebut berpasangan dengan Tike Arieda Ningrum asal Jaya Raya Suryanaga Surabaya.  Selama ini, Tike juga dikenal sebagai spesialis tunggal.  Sementara, di ganda campuran, Feinya juga menggandeng pebulu tangkis Jaya Raya Suryanaga Yodhi Satrio.
 Hampir setahun ini, Feinya menghilang dari hiruk pikuk bulu tangkis, baik nasional maupun internasional. Kali terakhir, dia mengayunkan raket dalam Indonesia Grand Prix Gold 2013. Saat itu, dia berpasangan dengan Ririn Amelia dan menyerah di babak kedua kepada unggulan keenam asal Singapura Yao Lei/Shinta Mulia Sari 19-21, 14-21. Setelah itu, dia batal tampil di Korea Grand Prix Gold 2013.
  Ternyata, Feinya sudah menikah dengan kekasihnya yaitu Ridho Bayu Nugroho. Selain itu, dia juga dikabarkan mengalami cedera yang membuat performanya terun menurun.
 Dia pun dipisahkan dengan pasangannya, Nitya Krishinda Maheswari.  Padahal, keduanya dikenal sebagai salah satu pasangan tangguh dengan salah satunya menduduki nomor 15 dunia pada 14 Maret 2013.
 Selain itu, pada 2011, Feinya/.Nitya meraih emas nomor ganda putri dalam SEA Games 2011 dan menjadi bagian tim putri saat meraih medali perak di ajang yang sama. (*)

Korea Selatan Ulangi Kenangan Manis 2002

KEGAGALAN Tiongkok di nomor beregu putra berlanjut. Kali ini, terjadi di ajang Asian Games 2014. Negeri Panda, julukan Tiongkok, dipaksa harus mengakui ketangguhan tuan rumah Korea Selatan dengan skor 2-3 pada pertandingan final yang dilaksanakan di Incheon pada 22 September 2014.
 Chen Long gagal memberi kemenangan bagi Tiongkok. Turun di tunggal pertama, juara dunia 2014 ini secara mengejutkan harus mengakui ketangguhan Son Wan-ho dengan rubber game 5-21, 24-22, 14-21. Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, memperbesar kemenangan menjadi 2-0 dari ganda.
 Pasangan nomor satu dunia Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong unggul 23-21 21-13 atas pasangan dadakan Xu Chen/Zhang Nan.Selama ini, Xu Chen dan Zhang Nan lebih dikenal sebagai pebulu tangkis spesialias ganda campuran.
 Lin Dan membuka harapan bagi Tiongkok. Juara dunia lima kali nomor tunggal putra tersebut menang straight game 21-18, 21-15 atas Lee Dong-keun.
 Pertandingan semakin memanas saat pasangan senior yang juga juara olimpiade asal Tiongkok Cai Yun/Fu Haifeng menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Mereka menundukkan pasangan nomor lima dunia Kim Gi-jung/Kim Sa-rang 19-21 21-18 21-16. Kemenangan ini juga berbau spekulasi. Alasannya, sejak November 2013, Cai Yun/Fu Haifeng tak pernah lagi dipasangkan.
 Nah, keraguan pun sempat merebak di kubu Korea Selatan. Mereka mengandalkan Lee Hyun-il yang kini usianya sudah tak muda lagi, 34 tahun.
 Lawan yang dihadapi pun 10 tahun lebih muda, Gao Huan. Namun, dengan kematangan yang dimiliki, Hyun-il mampu menang dua game langsung 21-14, 21-18. 
 Kemenangan ini mengulang peristiwa 2002. Saat itu, mereka mengalahkan Indonesia di babak final. Saat itu, Hyun-il juga masuk dalam tim.
 Indonesia sendiri tampil memalukan di nomor beregu. Mereka sudah terhenti di perempat final setelah ditundukkan Taiwan dengan skor 1-3.  Di Piala Thomas 2014, Tiongkok menyerah kepada Jepang di semifinal. (*)

Daftar juara beregu cabor bulu tangkis Asian Games


1962: Indonesia
1966: Thailand
1970: Indonesia
1974: Tiongkok
1978: Indonesia
1982: Tiongkok
1986: Korea Selatan
1990: Tiongkok
1994: Indonesia
1998: Indonesia
2002: Korea Selatan
2006: Tiongkok
2010: Tiongkok
2014: Korea Selatan

Sony Kembali ke Ajang Sirnas

ADA nama Sony Dwi Kuncoro di pentas Sirkuit Nasional (Sirnas) 2014 Seri Bali. Mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut unjuk kekuatan dalam event yang dilaksanakan di Denpasar, Bali, yang dilaksanakan 22-27 September.
 Bahkan, Sony langsung ditempatkan sebagai unggulan teratas. Ranking dunianya yang kini 32 merupakan tertinggi dari semua peserta.
 Posisi ini membuat arek Suroboyo tersebut memperoleh bye di babak pertama yang digelar 23 September. Di babak kedua, Sony ditantang pebulu tangkis Mutiara Bandung yang di laga perdana menang WO atas Sigit Ahmad dari Musi Rawas.
 Sony terjun ke sirnas setelah tak lagi menjadi penghuni Pelatnas Cipayung. Mulai Juni, bapak dua anak ini dikembalikan ke klub asalnya, Suryanaga Surabaya.
 Alasannya, penampilannya masih labil dan dibekap cedera yang membuatnya tak bisa tampil optimal. Ini membuat Sony harus meninggalkan pelatnas Cipayung yang sudah dihuninya sejak 2002 atau 12 tahun lalu.
 Namun, di Sirnas Bali ini, Sony tak membela bendera Suryanaga. Pebulu tangkis yang memperoleh perunggu pada Olimpiade Athena 2004 itu berkostum Tjakrindo Surabaya.
 Penampilannya di sirnas  ini menjadi penampilan keduanya dengan bendera mandiri. Kali pertama, Sony berlaga dalam Indonesia Grand Prix Gold 2014 yang dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, pada September lalu.
 Sayang, dia harus tersingkir di babak ketiga turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut. Secara mengejutkan, Sony kalah oleh pebulu tangkis muda Rifan Fauzin Ivanudin dengan dua game langsung 23-25, 22-24. 
 Dari undian yang ada di Sirnas Bali, Sony diskenariokan bertemu dengan unggulan kedua Alamsyah Yunus. Dari empat kali pertemuan, Sony  hanya kalah sekali. (*)

Hore, Firman Akhirnya Punya Ranking Senior


HASIL Indonesia Grand Prix Gold 2014 memberikan dampak yang signifikan kepada Firman Abdul Kholik. Pebulu tangkis Pelatnas Cipayung ini akhirnya mempunyai ranking dunia di level senior.
 Tak tanggung-tanggung, dalam rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 18 September 2014, Firman langsung duduk di ranking 246 dunia. Padahal, pekan lalu, lelaki 17 tahun tersebut belum mempunyai ranking.
 Dari Indonesia Grand Prix Gold 2014, Firman pulang dengan membawa poin 5950. Ini disebabkan dia mampu menembus final dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut. Sayang, di GOR Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, pada 14 September, Firman harus mengakui ketrangguhan Pronny HS, unggulan kelima dari India, dengan 11-21, 20-22.
 Bagaimanapun, capaian yang ditorehkan pebulu tangkis binaan Mutiara Bandung, Jawa Barat, tersebut tetap perlu mendapat acungan jempol. Dia mengawali Indonesia Grand Prix Gold dari babak kualifikasi.
 Lawan-lawan yang dikalahkannya pun bukan pebulu tangkis kacangan. Di babak pertama, Firman menundukkan Jonatan Christie, yang kini menjadi tunggal ketiga di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Kemudian, di babak kedua, giliran unggulan kesepuluh asal Hongkong Tam Chun Hei yang dipermalukannya.
 Pebulu tangkis senior, Andre Kurniawan Tedjono, pun takluk di babak ketiga. Setelah itu, Thomi Azizan Mahbub asal Indonesia pun dipulangkannya. Tiket di final berada di tangannya usai melibas pebulu tangkis Malaysia Zulfadli Zukiffli.
 Sepekan sebelumnya, Firman menjuarai turnamen Jaya Raya Indonesia Junior International Challenge 2014. Hanya, kemenangan itu tak memberiknya poin di kategori senior.(*)

Kali Pertama Tangani Tunggal Putri


BUDI Santoso dikenal sebagai pebulu tangkis tunggal putra andalan Indonesia. Namanya pun terukir saat Indonesia meraih Piala Thomas di awal decade 2000-an.
 Setelah pensiun, Budi pun terjun sebagai pelatih di nomor tunggal di klub Mutiara Bandung. Pada 2013, namanya pun masuk dalam jajaran pelatih Pelatnas Cipayung.
Tugasnya, tetap menangani tunggal putra. Hanya, bukan di level atas atau kategori prestasi. Bapak dua anak ini dipercaya memoles kelompok potensi atau yang dulu dikenal dengan nama pelatnas pratama.
 Namun, kini, tugas baru diemban Budi. Mulai September 2014, dia dipasrahi memoles tunggal putri.
 ‘’Saya belum pernah jadi pelatih putri. Ini kali pertama saya menangani tunggal putri,’’ kata Budi.
 Di sektor kaum hawa ini, suami mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung Eni Widiowati tersebut bakal bekerja sama dengan Sarwendah dan Bambang Supriyanto.
‘’Tapi, saya akan tetap jalani dan bisa memberikan apa yang diinginkan PP PBSI,’’ ungkap Budi.
 Meski, dia mengakui bukan tugas mudah. Saat ini, dari lima nomor yang ada,nomor tunggal putri, dianggap paling lemah.
 Bahkan, kekuatannya di Asia Tenggara bukan lagi yang pertama. Indonesia sudah kalah dibandingkan Thailand.
 Negeri Gajah Putih itu pada 2013 telah melahirkan juara dunia melalui Rachanok Intanon. Ironisnya lagi, tahun ini, gelar juara tunggal putri disabet wakil Spanyol Carolina Marin. Pebulu tangkis Negeri Matador, julukan Spanyol, ini tahun lalu menimba ilmu di Pelatnas Cipayung. (*)

Hanya Ada Adi Pratama


INDONESIA masih punya wakil di Polandia International Series. Adi Pratama akan tampil di nomor tunggal putra dalam event yang dilaksanakan di Lubin mulai 18 September ini.
 Memang, tak seperti rekan-rekannya kebanyakan, Adi memang tak langsung terbang dari Jakarta. Ini disebabkan sudah hampir setahun ini, mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut menjadi sparring partner tim nasional Austria.
 Posisi itu pula yang membuat lelaki 20 tahun tersebut sering berkelana Eropa dari satu turnamen ke turnamen lain. Kali terakhir, Adi berlaga dalam Spanyol Internasional Series.
 Hasilnya, dia mampu menembus babak final. Sayang, langkahnya dihentikan rekannya sendiri asal Indonesia namun membela bendera Italia Indra Bagus Ade Candra.
 Sementara, di Polandia International Series 2014, Adi juga kurang beruntung dalam undian. Pada babak pertama, dia langsung bertemu dengan unggulan kelima asal Malaysia Beryno Jiann.
 Pertemuan ini bisa menjadi ajang Adi untuk balas dendam. Pada Portugal International Series  pada Maret lalu, dia kalah.
 Secara ranking, Adi memang kalah. Dia ada di posisi 197. Sementara lawannya di ranking 123.
  Di nomor tunggal putra ini, unggulan teratas di duduki pebulu tangkis tuan rumah Michal Rogalski. Tahun lalu, gelar juara jatuh ke tangan Lin Yu Hsien dari Taiwan yang di final mengalahkan compatriot (rekan senegara) Wang Tzu Wei 21-19, 21-16.
 Pada 2013 itu, Indonesia sempat meloloskan wakilnya Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana di nomor ganda putra. Pasangan asaln Suryanaga, Surabaya, itu takluk 24-22, 14-21, 14-21 kepada Chen Chung Jen/Wang Chi-Lin (Taiwan). Kemenangan itu juga membuat Taiwan mampu menyapu bersih lima gelar. (*)

Bukti Firda Masih Ada


ADRIYANTI Firdasari sudah lupa rasanya menjadi juara. Bahkan, bisa jadi, dia sudah lupa kapan kali terakhir, perempuan 28 tahun tersebut naik ke podium terhormat.
 Namun, rasa lupanya itu bakal terhapus setelah mengalahkan sesama pebulu tangkis Indonesia yang juga sama-sama berasal satu klub dengannya di Jaya Raya Ruselli Hartawan. Firda, sapaan karib Adriyanti Firdasari, menang dua game langsung 21-14, 21-14 dalam final tunggal putri Indonesia Grand Prix Gold 2014 yang dilaksanakan di GOR Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan,Minggu (14/9).
 Tercatat, kali terakhir, Firda menjadi juara di Belanda dan Bulgaria. Itu pun bukan dalam turnamen besar sekelas grand prix.
 Apalagi, dalam dua tahun terakhir. Pebulu tangkis binaan Jaya Raya Jakarta tersebut jadi langganan tumbang pada babak-babak awal.
 Tak heran, jika akhirnya PP PBSI pun mengambil keputusan tegas. Firda dipaksa meninggalkan Pelatnas Cipayung yang sudah dihuni hampir 10 tahun.
 Untung, keputusan itu tak membuat dia patah semangat. Dia tetap bisa membuktikan kualitasnya.
 Di Malaysia Grand Prix 2014, Firda mampu menembus babak final. Sayang, perempuan 28 tahun itu gagal menjadi juara setelah dikalahkan Yao Xue dari Tiongkok 18-21, 8-21.
 PP PBSI pun kembali memakai tenaganya dalam Piala Uber 2012 yang dilaksanakan di New Delhi, India. Selama dua kali berlaga, dia selalu menyumbangkan kemenangan bagi merah putih.
Hasil di Palembang pun kembali membuktikan bahwa Firda masih ada. Meski, dia sudah tak lagi menjadi penghuni pelatnas. (*)

Firda setelah tak di Pelatnas Cipayung
1.Malaysia Super Series Premier 2014:Babak I
2.Malaysia Grand Prix Gold 2014: Finalis
3.Singapura Super Series 2014: Babak II
4. Indonesia Super Series Premier 2014: Babak II
5.Australia Super Series 2014: Babak II
6.Taiwan Grand Prix 2014: Perempat final
7.Vietnam Grand Prix 2014: Perempat final
8. Indonesia Grand Prix Gold 2014: Juara

Selvanus/Kevin Belum Habis


PASANGAN Selvanus Geh/Kevin Sanjaya sempat memberikan harapan. Mereka langsung menjadi juara dalam dua turnamen yang diikuti yakni Vietnam Challenge 2014 dan Selandia Baru Grand Prix 2014.
 Di Vietnam, mereka mampu mengalahkan pasangan Australia Robin Middleton/Ross Smith dengan 21-14, 21-13 (30/3). Kemudian, pada 19 April di Auckland, Selandia Baru, Selvanus/Kevin menumbangkan unggulan kedua dari Taiwan Chen Hung Ling/Lu Chia Pin 15-21, 23-21, 21-11.
 Sayang, setelah itu, kegagalan demi kegagalan mengiringi pasangan beda klub, Wima Surabaya/Djarum Kudus. Kalah di babak-babak awal sudah menjadi langganan.
 Namun, di Indonesia Grand Prix Gold 2014, harapan juara kembali terbuka. Selvanus/Kevin mampu menembus babak final. Pada babak semifinal yang dilaksanakan di GOR Jakabaring, Palembang, Sumatera Utara, Sabtu (13/9), mereka mampu mengalahkan pasangan Taiwan yang diunggulkan di posisi kedelapan Huang Po Jui/Lu Ching Yao dengan dua game 21-18, 21-11.
 Kemenangan ini membuat Selvanus/Kevin menantang unggulan teratas yang juga berasal dari Indonesia Markis Kido/Markus Gideon yang di semifinal melibas pasangan senegara Ade Yusuf/Wahyu Nayaka 21-13, 21-19.  Pertandingan final ini menjadi pertemuan perdana Selvanus/Kevin dengan lawannya yang kini duduk di posisi 10 dunia tersebut.
 ‘’Kami berusaha memenangkan pertandingan final,’’ jelas Selvanus melalui pesan singkatnya. (*)

Beban di Pundak Firman


FIRMAN Abdul Kholik tak pernah membayangkan dirinya bisa menembus final Indonesia Grand Prix  Gold 2014.  Bagaimana tidak, turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut menjadi debutnya tampil di ajang senior.
 Apalagi, di kelompok senior, Firman tidak mempunyai ranking dunia. Ini pula yang membuatnya harus merangkak dari babak kualifikasi Indonesia Grand Prix Gold.
 Namun, kemenangan dua game langsung 21-17, 21-15 atas Zulkiffli Zulfadli dari Malaysia di GOR Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, pada Sabtu WIB (13/9) membuat Firman pun menjadi tumpuan harapan bisa menjadi juara tunggal putra. Sekaligus melestarikan tradisi bahwa gelar juara nomor bergengsi tersebut selalu menjadi milik Indonesia setelah Taufik Hidayat pada 2010, Dionysius Hayom Rumbaka (2011), Sony Dwi Kuncoro (2012), dan Simon Santoso (2013).
 Pada babak final, Firman akan menjajal ketangguhan Prannoy HS. Unggulan kelima dari India itu lolos setelah menundukkan Daren Liew (Malaysia) dengan rubber game 21-14, 14-21, 21-14. Jika mampu menang atas Prannoy, Indonesia bakal menyapu semua gelar.Ini disebabkan di empat nomor lainnya, terjadi final sesama wakil Indonesia (All Indonesian Finals).  Sejak dilaksanakan pada 2010, Indonesia belum pernah menggondol empat gelar apalagi sampai sapu bersih.
 Firman sendiri pekan lalu juga menjadi juara. Hanya, levelnya junior yakni Jaya Raya Indonesia Junior International Challenge yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya. (*)

Jadwal final Indonesia Grand Prix Gold 2014
Tunggal putra; Firman Abdul Kholik (Indonesia)  v Prannoy HS (India x5)

Tunggal putri: Adriyanti Firdasari (Indonesia x3) v Ruselli Hartawan (Indonesia)

Ganda putra: Markis Kido/Markus Gideon Fernaldi (Indonesia x1) v Selvanus Geh/Kevin Sanjaya (Indonesia x5)

Ganda putri: Vita Marissa/Shendy Puspa Irawati (Indonesia x3) v Keshya Nurvita/Devi Tika (Indonesia x4)

Ganda campuran: Riky Widianto/Richi Dili Puspita (Indonesia x1) v Muhammad Rijal/Vita Marissa (Indonesia x2)

X=unggulan  

Kini, Firman Tinggal Sendirian


INDONESIA akhirnya hanya mempunyai satu wakil di nomor tungga putra. Menariknya, asa juara tersebut dibebankan kepada pebulu tangkis yang masih berstatus junior, Firman Abdul Kholik.
 Itu setelah tiga rekannya bertumbangan di babak perempat final. Ya, Riyanto Subagja, Thomi Azizan Mahbub, dan Rifan Fauzin Ivanudin menyerah kepada lawan-lawannya.
 Riyanto, yang diunggulkan di posisi ke-15, kalah 13-21, 19-21 kepada Prannoy H.S, unggulan kelima dari India, dalam pertandingan yang dilaksanakan di GOR Jakabaring, Palembang,Sumatera Selatan, pada Jumat WIB.  Sedang Thomi menyerah kepada Firman dengan rubber game 21-14, 14-21, 21-14, dan Rifan kalah oleh wakil Malaysia Zulkiffli Zulfadli 19-21, 12-21.
 Pada babak semifinal, Firman akan menantang Zulkiffli. Secara ranking, pebulu tangkis negeri jiran tersebut unggul jauh. Dia ada di posisi 74 sementara Firman belum mempunyai ranking di level senior. Di junior, dia hanya berada di posisi 62.
  Firman sendiri tampil di Indonesia Grand Prix Gold 2014 dari babak kualifikasi. Setelah pekan lalu, dia mampu menjadi juara dalam Jaya Raya Indonesia Junior Challenge 2014 di GOR Sudirman,Surabaya.
 Pada babak sebelumnya, dua unggulan teratas asal Indonesia, Dionysius Hayom Rumbaka dan Sony Dwi Kuncoro, sudah tumbang. Tahun lalu, gelar juara jatuh ke tangan Simon Santoso yang tahun ini absen. (*)

Jalan Lapang Masuk 20 Besar Dunia

POSITIF:Muhammad Rijal/Vita Marissa (foto:djarum)

PERINGKAT Muhammad Rijal/Vita Marissa terus terkerek naik. Dalam rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 11 September 2014, mereka ada di posisi 21 dunia.
 Artinya, Rijal/Vita melonjak enam tingkat dari pekan sebelumnya. Ini tak lepas dari hasil yang diraih dalam Vietnam Grand Prix 2014.
 Dalam event yang menyediakan hadiah total USD 50 ribu itu, Rijal/Vita mampu menjadi juara. Pada pertandingan final yang dilaksanakan di Ho Chi Minh City Minggu (31/8) itu, mereka mengalahkan pasangan Indonesia lainnya, Irfan Fadilah/Weni Anggraini, 21-18, 21-10.
 Kemenangan itu membuat Rijal/Vita mengantongi poin 5.500 yang ikut melambungkannya enam tingkat. Bahkan, tak menutup kemungkinan, posisi tersebut bakal menembus 20 besar dunia.
 Alasannya, saat ini, keduanya tengah berlaga dalam Indonesia Grand Prix Gold 2014. Dalam kejuaraan yang dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, langkah Rijal/Vita sudah sampai perempat final.
 Jalan ke semifinal pun semakin lapang. Ini dikarekan Rijal/Vita berhadapan dengan juniornya Lukhi Apri Nugroho/Masita Mahmudin.
 Tahun ini, selain di Vietnam Grand Prix, Rijal/Vita juga menjadi juara di Indonesia Challenge. Amerika Serikat Grand Prix Gold, dan Osaka Challenge.  (*)

Pasangan Indonesia di atas Rijal/Vita (ranking BWF per 11 September 2014)
4.Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
10. Markis Kido/Pia Zebadiah
17. Riky Widianto/Richi Dili Puspita
18.Praveen Jordan/Debby Susanto

Kejutan Firnan Terus Berlanjut

KEJUTAN: Firman A.K 

LAJU Firman Abdul Kholiq belum terhenti. Kini, langkahnya sudah sampai babak perempat final Indonesia Grand Prix Gold 2014.
 Padahal, lelaki 17 tahun tersebut tampil dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu tersebut dari babak kualifikasi. Namun, ternyata, penampilan Firman diluar dugaan.
 Dari babak kualifikasi, dia mampu menundukka rival beratnya di level junior, Krisna Adi dari Jaya Raya, dengan 21-15, 21-16. Kemudian, di babak pertama, Firman mempermalukan rekannya di pelatnas yang digadang-gadang bakal jadi tunggal putra andalan Indonesia, Jonatan Christie, dengan rubber game 17-21, 21-18, 21-18.
 Sabetan raketnya pun kembali memakan korban. Di babak kedua, Firman menjungkalkan unggulan kesepuluh asal Hongkong lewat straight game 21-17, 21-14.
 Nah, tiket ke perempat final pun di tangan usai menundukkan unggulan kedelapan Andre Kurniawan Tedjono. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung ini dikalahkan 21-18, 18-21, 21-10.
 Bahkan, tak menutup kemungkinan, Firman bisa melaju ke semifinal. Alasannya, lawan yang dihadapinya pun ‘’hanya’’ pebulu tangkis Indonesia Thomi Azizan Mahbub.
 Hanya, Thomi di babak ketiga juga membuat kejutan dengan menundukkan unggulan keempat asal India Anand Pawar dengan 22-20, 21-19. Firman dan Thomi belum pernah bertemu di ajang turnamen internasional. (*)

Dua Unggulan Teratas Tumbang

KALAH: Sony Dwi Kuncoro (foto:sidiq)

HARAPAN juara tunggal putra sempat diletakan di pundak Dionysius Hayom Rumbaka. Alasannya,mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung tersebut diunggulkan di posisi teratas. Apalagi, lelaki yang akrap disapa Hayom itu baru saja menjuarai nomor tunggal putra dalam Vietnam Grand Prix 2014 pekan lalu.
 Namun, kejutan membuat asa tersebut sirna. Hayom dipaksa menyerah straight game 20-22, 14-21 kepada Liew Daren dari Malaysia pada babak ketiga Indonesia Grand Prix Gold 2014 yang dilaksanakan di GOR Jakabaring, Palembang, pada Kamis waktu setempat (11/9).
 Sebelumnya, rekor pertemuan kedua pebulu tangkis memang imbang 1-1. Hayom menang di Indonesia Grand Prix Gold 2010. Namun, Daren mampu membalasnya dua tahun kemudian di Hongkong Super Series.
 Di perempat final, Daren , yang diunggulkan di posisi kesembilan, akan menjajal Sai Praneeth asal India. Pada babak sebelumnya, dia menjinkkan rekan senegaranya, Ajay Jayaram, dalam pertarungan tiga game 21-16, 14-21, 23-21.
 Menariknya, kekalahan bukan hanya dialami Hayom. Unggulan kedua, Sony Dwi Kuncoro, juga ikut tumbang.
 Lelaki yang juga pernah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut dikalahkan pebulu tangkis muda Rifan Fauzin Ivanudin dengan dua game 23-25, 22-24. Bagi Sony, penampilan di Indonesia Grand Prix merupakan debutnya setelah terpental dari pelatnas.
 Untuk bisa menembus semifinal, Rifan, yang kini berada di posisi 191, bakal menantang Zulkifli Zulfadli. Lelaki asal negeri jiran itu lolos berkat kemenangan 21-15, 21-14 atas Huang Chao (Singapura). Bagi Rifan dan Zulkifli, pertemuan nanti bakal jadi pertarungan perdana. (*)

Firman Bikin Malu Jonatan Christie

Jonatan Christie (foto;sidiq)
FIRMAN Abdul Kholiq tak boleh dipandang sebelah mata lagi. Dia mampu membuktikannya dalam Jaya Raya Indonesia Junior Challenge 2014 yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur, 25-31 Agustus lalu.
Kini, Firman kembali menyedot perhatian. Pebulu tangkis potensi Pelatnas Cipayung itu menundukkan rekannya yang lebih pengalaman Jonatan Christie dengan rubber game 17-21, 21-18, 21-18 pada pertandingan babak pertama Indonesia Grand Prix Gold 2014 yang dilaksanakan di GOR Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, pada Rabu (10/9) waktu setempat.
Secara ranking, Firman jauh di bawah Jonatan Christie. Dari ranking terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), dia belum terdaftar sementara Jonatan di posisi 139. Selain itu, Jonatan tahun lalu pernah meraskan gelar juara di level senior dengan memenangi Indonesia Challenge.
Kemenangan atas Jonatan pun membuat Firman menantang unggulan kesepuluh Tham Chun Hei. Pada babak pertama, lelaki asal Hongkong ini menang dua game 21-15, 21-18 atas Viky Anindita (Indonesia).
Firman sendiri tampil di Indonesia Grand Prix Gold dari babak kualifikasi. Pebulu tangkis binaan Mutiara Bandung itu menembus babak elite setelah menundukkan saingan beratnya Krisna Adi dari Jaya Raya. (*)

Belum Terlalu Susah buat Sony

Sony 
AWAL manis bagi Sony Dwi Kuncoro. Dia menang mudah dua game 21-10,21-12 atas sesama pebulu tangkis Indonesia Wahyu Triansyah dalam pertandingan babak pertama Indonesia Grand Prix Gold 2014 yang dilaksanakan di GOR Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, pada Rabu WIB (10/9).
Di atas kertas, Sony memang lebih diunggulkan. Dia menempati unggulan dan saat ini duduk di peringkat 29 dunia. Sementara, Wahyu masih ada di ranking 796.
Di babak kedua, arek Suroboyo itu akan ditantang Alrie Guna Dharma. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung itu menundukkan wakil Malaysia Lim Zhen Ting dengan straight game 21-11, 21-12. Di ajang internasional, Sony belum pernah bersua dengan Alrie.
Bagi Sony, penampilannya di Indonesia Grand Prix ini menjadi debutnya sebagai pebulu tangkis profesional. Usai Indonesia Super Series 2014 pada Juni lalu, PP PBSI memulangkan Sony ke klub asalnya, Suryanaga, Surabaya.
Setelah tak lagi di pelatnas tapi tetap tak melunturkan pamor bapak dua anak ini.Buktinya, Sony sudah diikat sponsor Tjakrindo dan sebuah perusahaan apparel.
Sony mengakui dia tampil tanpa beban. Hanya, dia berharap bisa mengukir prestasi untuk mengembalikan nama besar. (*)

Pengprov Jatim Gandeng Toko Kacamata

SPONSOR: Wijanarko (kanan) dan Nursalim (foto;sidiq)
SATU lagi sponsor datang ke Pengprov PBSI Jatim. Optik Nusa akan menjadi pendukung dalam Kejuaraan Kota/Kejuaraan Kabupaten PBSI se-Jatim pada 2014 ini.
Dalam setiap kejuaraan, perusahaan yang bergerak di bidang kacamata itu akan memberikan bantuan Rp 2,5 juta.Hanya, pemkot/pengkab tak menerima utuh.  Rp 500 ribu dipergunakan untuk pembelian majalah.
Penandatanganan kesepakatan antara Pengprov PBSI Jatim dengan Optik Nusa dilakukan di Sekretariat Pengprov PBSI Jatim di GOR Sudirman, Surabaya,pada Selasa siang (9/9). Pengprov PBSI langsung diwakili ketua umumnya  Wijanarko Adi Mulya dan Optik Nusa diwakili pemiliknya Nursalim.
Sebelumnya, beberapa sponsor juga mendukung Kejurkot/Kejurkab seperti Djarum dan Tjakrindo. Dalam tahun ini, bakal digelar 38 kejurkot/kejurkab.(*)

Uji Kemampuan hingga Johor Bahru

KE NEGERI JIRAN: Irvannaldy (kanan)
TIM Bulu Tangkis Mahasiswa Indonesia dapat bekal penting. Mereka baru saja mengalahkan anak asuh Rashid Sidek dalam pertandingan uji coba di Johor Bahru, Malaysia, akhir Agustus lalu.
 "Kami berada di Johor pada 21-26 Agustus. Salah satunya dengan uji coba menang 5-0," kata Febriyan Irvannaldy, salah satu skuad Indonesia.
Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy, turun sebagai tunggal pertama. Dia menang 21-19, 21-12 atas M. Syawal, yang pernah masuk pelatnas junior Malaysia.
 Selama di negeri jiran, Indonesia juga melakukan dua kali latihan bersama. Di Malaysia, anak asuh Hera itu membawa 14 pebulu tangkis. Mereka berangkat bersama beberapa cabor seperti bola voli dan sepak takraw.
Selama di Johor, tambah Febri, hanya mematangkan teknik. Rencananya, mereka akan turun di Palembang, Sumatera Selatan, pada Desember mendatang. (*)

Beberapa Personel Tim Mahasiswa Indonesia

Tunggal Putra; Febriyan Irvannaly, Senatria Agus, Bandar Sigit

Tunggal Putri; Megawati

Ganda Putra: Riyo Yulianto, Faizal, Kevin Sanjaya,

Ganda Putri: Nur Beta, Dea Riska, Sri Wulansari

Ganda Campuran; Ariyanto

Mati Lampu, hanya Laksanakan Pembukaan

VENUE: GOR Sudirman,Surabaya (foto:sidiq)
SUASANA GOR Sudirman, Surabaya, pada Selasa siang (9/9) sudah sepi. Padahal, sesuai jadwal, gedung yang berada di kawasan Kertajaya itu digelar Kejuaraan Kota (Kejurkot) Piala KONI 2014.
 Apa sudah selesai? "Belum ada pertandingan. Tadi hanya acara pembukaan yang dilakukan Ketua Pengprov PBSI Jatim Wijar (Wijanarko Adi Mulya)," kata Sekretaris Pemkot PBSI Surabaya Nanang Hidayat.
 Selain itu, tidak ada pertandingan Kejurkot Piala KONI dikarenakan adanya edaran dari PLN. Isinya,    wilayah di sekitar GOR Sudirman aliran listriknya bakal dipadamkan.
"Ini sudah kami sebarkan ke para peserta kejurkot. Mereka mau mengerti," terang dia.
 Imbasnya, dia menyadari jadwal pertandingan bakal padat. Apalagi, venue yang dipergunakan hanya satu.
 Dalam kejurkot 2014, peserta yang ikut menembus 425 pebulu tangkis dari 19 klub. Tahun lalu, juara umum jatuh ke tangan Suryanaga.
"Sedangkan kelompok yang dipertandingkan dari usia dini hingga taruna. Nomor dewasa memang tidak digelar," jelas Nanang. 
 Juara akan mewakili Kota Pahlawan, julukan Surabaya, dalam ajang Kejurprov yang dilaksanakan di Probolinggo. (*)

Badminton Lovers Rambah Jawa Timur

Edy Prayitno (foto:sidiq)
PENGGEMAR bulu tangkis di Jawa Timur punya wadah. Itu setelah Pengprov PBSI daerah tersebut merilis Badminton Lovers.
"Sebenarnya, bukan Surabaya yang pertama. Malang sudah kami bentuk dengan ketuannya Wali Kota Malang," kata Edy Prayitno, Kabid Pengembangan Komunitas PP PBSI.
Menurutnya, ini membuat bulu tangkis mampu berkembang karena kepeduliannya kepada olahraga bulu tepok tersebut. Bahkan, program latihan Pemkot Malang pun bisa berjalan lancar setelah sebelumnya tersendat-sendat.
"Total baru enam Pengprov yang sudah ada. Ini Jatim jadi provinsi ketujuh. Sekarang jumlahnya total sudah 11 ribu," ucap Edy.
Lelaki yang juga Sekum Pengprov PBSI itu menambahkan, untuk Jatim bakal dikoordinir  Arif Sosiawan. Hanya, lelaki yang juga ketua Siwo PWI Jatim tersebut belum pasti menjadi ketua Badminton Lovers Jatim.
"Ada pejabat yang akan memimpin Badminton Lovers. Kami akan menghadap beliau dalam waktu dekat," tambah Edy.
  Badminton Lovers nanti, lanjut dia, juga akan akan mendapat kemudahan dengan kartu yang dimiliki. Salah satunya saat menyaksikan pertandingan bulu tangkis level nasional dan internasional.
"Jadi juga memudahkan pengkordiniran untuk memberikan dukungan. Ini merupakan wadah resmi," tambah Edy. (*)

Kembali Bertemu untuk ke Babak Utama


GELAR juara baru saja digapai Firman Abdul Kholiq. Tunggal putra potensi Pelatnas Cipayung tersebut mampu mengalahkan Panji Ahmad Maulana asal Mutiara Bandung di laga final Jaya Raya Indonesia Junior International 2014 di GOR Sudirman, Surabaya, pada 31 Agustus lalu.
 Namun, moment berharga yang membuatnya naik ke podium terjadi saat di babak semifinal. Firman, yang juga didikan Mutiara Bandung, menundukkan rival beratnya, Krisna Adi Nugroho dari Jaya Raya, dengan 21-19, 21-18 di babak semifinal sehari sebelumnya.
 Kemenangan dalam pertarungan yang memakan waktu 55 menit tersebut menjadi ajang balas dendam Firman. Kali terakhir, Krisna menundukkanya di ajang Masters akhir tahun lalu.
 Namun, belum sebulan, keduanya bakal kembali adu kekuatan. Hanya, kini, mereka berdua bukan lagi berjumpa di level junior.
 Firman akan coba kembali melewati Krisna, yang sebelumnya berkaos Suryanaga Surabaya, pada babak kualifikasi Indonesia Grand Prix Gold 2014.  Pemenang laga dua pebulu tangkis junior merah putih di GOR Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, pada Selasa (9/9), akan langsung menembus babak utama.
 Hanya, untuk bicara juara bagi Firman dan Krisna masih terlalu jauh. Di level senior, keduanya masih belum apa-apa. Bisa lolos ke babak kedua sudah menjadi catatan khusus bagi Firman dan Krisna.  Di level senior, Krisna mempunyai ranking 1660 sedangkan Firman belum tercatat di BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).
 Dalam Indonesia Grand Prix Gold 2014 nomor tunggal putra, unggulan teratas ditempati Dionysius Hayom Rumbaka dari Indonesia serta rekannya yang sama-sama pernah menempati Pelatnas Cipayung, Sony Dwi Kuncoro, di posisi kedua. (*)

Jadi Lokomotif Kebangkitan Bulu Tangkis Indonesia

AYO KERJA: Nusron Wahid (kiri) dan Wijanarko

KEPENGURUSAN Pengprov PP PBSI Jatim resmi dilantik.  Wakil Ketua Umum PP PBSI Nusron Wahid telah mensahkan  kepemimpinan kepada Wijanarko Adi Mulya dalam sebuah acara di GOR Sudirman, Surabaya, pada 31 Agustus lalu.
 Di tangan Wijar, sapaan karib Wijanarko Adi Mulya, diharapkan Jatim mampu menjadi lokomotif kebangkitkan bulu tangkis Indonesia dengan pembinaan yang diawali dari daerah. Apalagi, sebelumnya, provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut dikenal sebagai gudang lahirnya para pebulu tangkis papan atas Indonesia di setiap dekade. Sebut saja Rudy Hartono, Tony Gunawan, hingga Sony Dwi Kuncoro.
 Wijar pun siap menerim tantangan tersebut. Salah satu program yang bakal dilaksanakannya adalah memperbanyak turnamen. Event tersebut bukan hanya untuk kelompok dewasa tapi juga mulai usia dini.
 ‘’Kejurkab dan kejurkot menjadi ujung tombak untuk mencetak pebulu tangkis handal. Setiap pengkab/pengkot setiap tahun akan turun menggelar kejuaraan di wilayahnya,’’ ucap Wijar. (*)

Habis Taiwan, Kini Vietnam


MERAIH dua gelar beruntun dalam turmamen kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) bukan hal yang mudah. Namun, itu mampu dilakukan oleh Andrei Adistia/Hendra Aprida Gunawan.
 Pada Minggu (7/9), keduanya mampu menjadi juara nomor ganda putra dalam Vietnam Grand Prix Gold 2014. Pada pertandingan final di Ho Chi Minh City, Andrei/Hendra mampu mengalahkan pasangan Jepang Kenta Kazuno/Kazushi Yamada dengan rubber game 15-21, 23-21,21-17.
 Sebenarnya, kemenangan ini di luar dugaan. Alasannya, dalam turnamen yang meyediakan hadiah total USD 50 ribu tersebut, mereka hanya diunggulkan di posisi ketujuh.
 Unggulan teratas ditempati pasangan Indonesia lainnya yang turun dengan bendera Pelatnas Cipayung Ade Yusuf/Wahyu Nayaka.  Oleh Andrei/Hendra, kandidat juara tersebut dipermalukan di perempat final dalam pertarungan rubber game 21-16, 13-21, 21-17.
 Kemudian, di semifinal, pasangan yang sama-sama pernah ditempa di Pelatnas Cipayung itu menundukkan rekannya di Djarum Kudus Yohanes Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan dengan straight game 21-13, 22-20.
 Sebelumnya, di Taiwan Grand Prix Gold, Andrei/Hendra juga menjadi juara. Mereka menang atas pasangan Tiongkok Junhui Li/Liu Yuchen. Kemengan itu melambungkan Andrei/Hendra puluhan tingkat.
 Kini, keduanya berada di ranking 64 dunia. Namun, tak menutup kemungkinan, hasil dari Vietnam Grand Prix 2014, bakal melambungkan pasangan yang baru bergabung pada tahun ini tersebut melonjak lagi. (*)

Dulu, Pegang Raket pun Tak Bisa

KARIR: Lia (kiri) dan Sony Dwi Kuncoro (foto:sidiq)

TUGAS  Piala Thomas 2006 di Jepang, Makau Open 2007, dan Indonesia  Super Series Premier 2014 merupakan event yang pernah dipimpinnya. Ketiganya juga bukan event kelas kacangan.
 Namun, siapa sangka, wasit yang bertugas di ajang tersebut, Qomarul Lailia, ternyata bukan seorang pebulu tangkis. Dia merupakan seorang guru.
 "Gurunya pun juga bukan guru olahraga. Saya guru bahasa Inggris," kata Lia, sapaan karib Qomarul Lailia.
  Dia bisa berkecimpung di olahraga tepok bulu atas ajakan rekannya yang sama-sama berprofesi sebagai guru. Hanya, rekannya tersebut menangani bidang olahraga.
 "Rekan melihat bahasa Inggris saya akan sangat bermanfaat kalau menjadi wasit bulu tangkis. Dia pula yang mengajari saya menjadi wasit," ungkap Lia.
  Dia pun nekat menerima tawaran rekannya untuk berkecimpung di olahraga tepok bulu tersebut. Padahal, perempuan lulusan Stieba Satya Widya (dulu ABA) itu pegang raket pun tidak bisa.
  "Saya  belajar teori yang kemudian dipraktekan di lapangan.
 Pekan Olahraga dan Seni Sekolah Dasar (Porseni SD) se Surabaya, Jawa Timur, 1998 menjadi tugas perdananya di ajang resmi. Lia dipercaya menjadi hakim garis.
  "Setelah itu, pada 2000, saya mendapat linsensi dari  Penprov PBSI Jatim dan lisensi nasionalnya pada  2003," tambah Lia.
 Sertifikasi BAC (Asosiasi Bulu Tangkis Asia) diperolehnya pada 2007. Kini, guru SD Ketintang 1, Surabaya, Jawa Timurm itu pun ingin mencari lisensi yang lebih tinggi.
"Saya mau ikut tes BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Semoga secepatnya dapat saya peroleh," pungkas Lia. (*)

Hayom Ikuti Jejak Simon


TERPENTAL dari Pelatnas Cipayung tak selamanya membuat pebulu tangkis habis. Simon Santoso sudah membuktikannya.
 Dia mampu bersinar lagi dengan mampu menjadi juara di Malaysia Grand Prix Gold 2014 dan Singapura Super Series 2014. Ini membuat Simon pun kembali dipanggil ke pelatnas.
 Ini juga terjadi kepada Dionysius Hayom Rumbaka. Setelah lama tak menjadi juara, lelaki yang akrab disapa Hayom tersebut mampu naik ke podium terhormat.
 Menariknya, dia menjadi juara setelah dicoret sebagai penghuni pelatnas. Ya, Hayom mampu meraih gelar nomor tunggal putra Vietnam Grand Prix 2014.
 Dalam final yang dilaksananakan di Tan Binh Sport Center, Ho Chi Minh City, Minggu (7/9), dia menang 18-21, 21-15, 21-18 atas Prannoy H.S. dari India yang diunggulkan di posisi kelima. Sementara, dalam turnamen berhadiah total USD 50 ribu tersebut, Hayom diunggulkan di posisi teratas.
 Selama 2014 dan masih berstatus pebulu tangkis nasional, Hayom lebih banyak tumbang di babak-babak awal. Bahkan di kandang sendiri, dalam Indonesia Super Series Premier, tunggal ketiga Indonesia di Piala Thomas 2014 itu langsung tersingkir di babak pertama.
 Ini menjadi puncak kekecewaan PP PBSI. Sebulan sebelumnya, Hayom dianggap sebagai biang kegagalan Indonesia menembus final Piala Thomas 2014. Turun sebagai penentu, lelaki asal Jogjakarta tersebut kalah kepada wakil Malaysia Chong Wei Feng dan membuat kedudukan menjadi 2-3.
 Di Vietnam Grand Prix 2014, Hayom turun dengan membela bendera klub asalnya, Djarum Kudus. Kemenangan di tunggal putra ini, membuat Indonesia mengoleksi empat gelar.
 Sebelumnya, dua posisi terhormat sudah pasti dibawa pulang karena terjadi final sesama pebulu tangkis Indonesia (All Indonesian Finals) di ganda putri dan ganda campuran. Satu gelar lagi dipetik dari nomor ganda putra. (*)

Hasil Final Malaysia Grand Prix 2014
Tunggal putra: Dionysius Hayom Rumbaka (Indonesia x1) v Prannoy HS (India x5) 18-21, 21-15, 21-18

Tunggal putri:Nozomi Okuhara (Jepang) v Aya Ohori (Jepang) 21-15, 21-11

Ganda putra: Andrei Adistia/Hendra Aprida  Gunawan (Indonesia x7) v Kenta Kazuno/Kazushi Yamada (Jepang x8) 15-21, 23-21, 21-17


Ganda putri:Mareta Dea Geoani/Eka Putri Sari (Indonesia) v Gebby Ristiyani /Ni Ketut Mahadewi (Indonesia) 21-19, 15-21, 21-10

Ganda campuran: Muhammad Rijal/Vita Marissa (Indonesia x1) v Irfan Fadillah/Weni Anggraeni (Indonesia x2) 21-18, 21-10

X=unggulan

Mentok, Pilih Tekuni Jadi Pelatih

PULANG:Prasetyo Restu Basuki (foto:sidiq)

ENAM tahun bukan waktu yang sebentar. Selama rentang waktu itu pula, seorang Prasetyo Restu Basuki menghabiskan waktunya menjadi pelatih di Singapura.
 ‘’Sejak 2006, saya tinggal di Singapura. Saya menjadi asisten pelatih khusus ganda di sana,’’ kata Prasetyo Restu Basuki di sela-sela mendampingi anak asuhnya di klub Exist saat mengikuti kejuaraan Jaya Raya Indonesia International Challenge 2014 di GOR Sudirman, Surabaya, pada 30 Agustus lalu.
 Sebenarnya, Negeri Singa, julukan Singapura, bukan negeri manca yang kali pertama ditangani. Pada 2005, Prasetyo sudah singgah di Malaysia.
 ‘’Saya di Malaysia dari Februari 2006 sampai Juli 2006 ikut Rexy Mainaky. Saya bukan hanya sebagai asisten pelatih tapi juga sparring partner,’’ ungkap Prasetyo.
 Dia mengakui terjun sebagai pelatih setelah merasa mentok sebagai pemain. Meski, Prasetyo pernah merasakan menjadi penghuni Pelatnas Cipayung pada 22 Maret 2002 hingga September 2004.
 ‘’Hanya, saya jarang diberi kesempatan. Persaingan di Pelatnas Cipayung juga sangat ketat,’’ ungkap lelaki kelahiran Karawang, Jawa Barat, 14 Mei 1982 itu.
 Sebenarnya, setelah tak lagi jadi penghuni pelatnas, Prasetyo masih ingin bermain.Namun, kesempatan tak kunjung datang kepadanya.
 ‘’Sambil menunggu, saya jadi asisten pelatih nomor ganda di Djarum. Itu saya jalani dari 2005 hingga 2006,’’ ungkap lelaki yang memulai karirnya sebagai pemain tunggal di klub KBE pada 1997 itu.
 Nah, pada 2006, kesempatan pun akhirnya datang kepadanya untuk bisa bermain sebagai atlet. Dia diajak Rexy Mainaky, sekarang Kabid Binpres PP PBSI, untuk menjadi sparring partner dan juga asisten pelatih di Malaysia dari Februari 2006 hingga Juli 2006.
 ‘’Selama itu pula, saya berusaha keras untuk bisa berprestasi sebagai atlet. Namun, hasilnya tetap tidak maksimal,’’ papar Prasetyo.
 Ini membuatnya tak menolak saat Asosiasi Bulu Tangkis Singapura (SBA) menawarinya menjadi asisten pelatih pada Agustus 2006. Awalnya, dia juga menjadi lawan tanding.
 ‘’Banyak hikmahnya jadi pelatih di luar negeri. Saya bisa menjelajah ke berbagai negara,’’ ungkap Prasetyo.
 Padahal, tambah dia, itu tak bisa dilakukannya saat masih aktif sebagai atlet. Meski, statusnya sudah menjadi pebulu tangkis nasional.
 Kini, hampir dua tahun, Prasetyo pun mengandikan diri ke klub Exist. Diharapkan, dari tangannya bakal lahir pasangan-pasangan tangguh.
 Kemampuan Prasetyo pun mendapat pujian. Salah satunya dari pebulu tangkis Singapura Derek Wong.
 ‘’Dia pelatih bagus. Dia sudah membuktikannya di Singapura,’’ jelas peraih medali perak nomor tunggal di Pesta Olahraga Persemakmuran (Commonwealth Games) 2014 di Glasgow, Skotlandia, pada Agustus lalu tersebut. (*)

Sekilas Tentang
Nama Lengkap: Prasetyo Restu Basuki
Lahir: Karawang, Jawa Barat, 14 Mei 1982

Karir:
Atlet
1997-1999: BEC
1999-2002: Djarum Kudus
2002-2004: Pelatnas Cipayung

Pelatih
2005-Januari 2006: Djarum Kudus (asisten)
 Februari –Juli 2006: Malaysia (asisten)
Agustus 2006-Agustus 2012: Singapura
2012-..: Exist

Dua Pasti, Empat Masih Bisa


DUA gelar sudah dipastikan dibawa pulang pebulu tangkis Indonesia dari Vietnam Grand Prix 2014. Itu setelah terjadi final sesama wakil merah putih (All Indonesian Finals) di nomor ganda putri dan ganda campuran.
 Dua pasangan Indonesia yang bersua di babak pemungkas itu adalah Mareta Dea/Eka Putri Sari melawan  Gebby Ristiyani/Ni Ketut Mahadewi (Indonesia) di ganda putri dan unggulan teratas ganda campuran Muhammad Rijal/Vita Marissa berhadapan dengan Irfan Fadhilah/Weni Anggraeni, yang diunggulkan di ganda campuran.
 Mareta/Eka menembus babak pemungkas setelah menang 21-19, 21-14 atas pasangan tuan rumah Nguten Thi Sen/Vu Thi Trang pada pertandingan babak semifinal yang memakan wantu 35 menit di Ho Chi Minh City pada Sabtu waktu setempat (6/9).  Sementara, Gebby/Ketut menundukkan Chiang Kai Hsin/Hung Shih Han (Taiwan) juga dengan dua game 21-13, 21-17 pada pertandingan yang berlangsung selama 30 menit.
 Sementara, di ganda campuran, sejak di babak semifinal, Indonesia sudah tak menyisakan tempat bagi pasangan lain. Di empat besar, Rijal/Vita, yang membela Djarum Kudus, melibas pasangan Pelatnas Cipayung Ronald Alexander/Melati Daeva 21-11, 21-18. Dan Irfan/Weni, asal Pelatnas Cipayung, menghentikan langkah pasangan seniornya, Fran Kurniawan/Shendy Puspa Irawati, 21-19, 21-19. Ini menjadi pertemuan perdana Rijal/Vita dengan Irfan/Weni.
 Sayang, harapan menciptakan All Indonesian Finals di ganda putra urung terlaksana. Ini disebabkan pasangan Ronald Alexander/Alfian Eko Prasetya menyerah 16-21, 16-21 kepada Kenta Kazuno/Kazushi Yamada, unggulan kedelapan dari Jepang.
 Padahal, di laga semifinal lainnya, pasangan Indonesia Andrei Adistia/Hendra Aprida Gunawan, yang diunggulkan di posisi ketujuh, menundukkan rekannya sendiri Yohanes Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan 21-13, 22-20.
 Koleksi gelar bisa bertambah lagi kalau di tunggal putra Dionysius Hayom Rumbaka bisa menang atas Prannoy H.S. dari India. (*)  



Jadwal Final Vietnam Grand Prix 2014
Tunggal putra: Dionysius Hayom Rumbaka (Indonesia x1) v Prannoy HS (India x5)

Tunggal putri: Nozomi Okuhara (Jepang) v Aya Ohori (Jepang)

Ganda putra: Andrei Adistia/Hendra Aprida Gunawan (Indonesia x7) v Kenta Kazuno/Kazushi Yamada (Jepang x8)

Ganda putri:Mareta Dea/Eka Putri Sari (Indonesia) v Gebby Ristiyani/Ni Ketut Mahadewi (Indonesia)

Ganda campuran:Muhammad Rijal/Vita Marissa (Indonesia x1) v Irfan Fadhilah/Weni Anggraeni (Indonesia x2)

X=unggulan

Akhirnya Bisa Kalahkan Jagoan Tuan Rumah

Nguyen Tien Minh (foto:sidiq)

DUA kali Dionysius Hayom Rumbaka takluk oleh pebulu tangkis Vietnam Nguyen Tien Minh. Kekalahan tersebut semuanya terjadi di Vietnam, dalam ajang challenge 2009  dan grand prix gold 2008.
 Tahun ini pun, kekalahan kali ketiga pun sudah di depan mata. Alasannya, Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, sudah tak digembleng di Pelatnas Cipayung. Penampilannya yang labil membuat dia dicoret usai pagelaran putaran final Piala Thomas 2014 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Mei lalu.
 Sebaliknya, Tien Minh lagi on fire. Dia baru saja menjadi juara Amerika Serikat Grand Prix Gold dan menembus babak ketiga Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark.
 Namun, hasilnya di luar perkiraan. Hayom memetik kemenangan 15-21, 21-17, 23-21 pada pertandingan babak semifinal Vietnam Grand Prix 2014 yang dilaksanakan di Tan Binh Sports Center, Ho Chi Minh City, pada Sabtu waktu setempat (6/9). Selain menjadi kemenangan perdana, hasil tersebut membuka jalan bagi pebulu tangkis yang kini membela bendera klub asalnya, Djarum Kudus, untuk menjadi juara kali pertama sepanjang 2014.
 Pada babak final, Hayom, yang diunggulkan di posisi teratas, akan dijajal Prannoy H.S. Di semifinal, unggulan kelima asal India tersebut menundukkan Tan Chun Seang dari Malaysia 21-16, 14-21, 24-22.
 Ini menjadi pertemuan perdana Hayom dengan lawannya yang berperingkat 50 dunia tersebut. Dari ranking BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir, Hayom ada di posisi ke-25. (*)